Katarak Senilis
Oleh:
NIM. 1930912320038
Pembimbing:
BANJARMASIN
Februari, 2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Identitas................................................................................... 4
B. Anamnesis.............................................................................. 4
C. Pemeriksaan Fisik................................................................... 6
D. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 9
E. Diagnosis Banding.................................................................. 10
F. Diagnosis Kerja...................................................................... 10
G. Penatalaksanaan...................................................................... 10
H. Prognosis................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 39
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Anatomi Mata................................................................................. 15
3.2 Struktur Anatomi Lensa Mata.......................................................... 16
3.3 Katarak insipien................................................................................ 24
3.4 Katarak imatur.................................................................................. 24
3.5 Katarak senilis matur....................................................................... 25
3.6 Katarak hipermatur morganian......................................................... 25
3.7 Katarak hipermatur sklerotik............................................................ 26
3.8 Fakoemulsifikasi.............................................................................. 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot
posterior lensa sampai ukurannya yang terkecil. Dalam posisi ini, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas cahaya parallel akan terfokus ke retina, begitu
juga sebaliknya. Gangguan lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan
mengalami penurunan visus tanpa nyeri. Kekeruhan lensa disebut juga dengan
katarak. Beberapa faktor penyebab katarak antara lain yaitu kongenital, usia
Latin cataracta yang berarti air terjun, dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
merupakan suatu kelainan mata yang berupa kekeruhan pada lensa, yang
Katarak dapat menimbulkan berbagai macam risiko dan komplikasi yang salah
satunya ialah kebutaan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun
kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak sebesar 51%, diikuti oleh
glaukoma sebesar 8%, Age related Macular Degeneration (ARMD) sebesar 5%,
kekeruhan kornea sebesar 4%, gangguan refraksi sebesar 3%, trachoma sebesar
1
3%, retinopati diabetikum sebesar 1%, 4% diakibatkan karena gangguan
penglihatan sejak kanak-kanak dan sebesar 21% penyebab tidak dapat ditentukan.
penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk
usia lanjut.3 Perkiraan insiden katarak adalah 0,1%/ tahun atau setiap tahun
Penyakit katarak merupakan prioritas utama dari lima prioritas vision 2020
– The Right to Sight untuk menghilangkan angka kebutaan pada tahun 2020. 4,5
Dalam visi 2020 the right to sight merupakan program yang diinisiasi oleh WHO
dan The International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) untuk
paparan ultraviolet, penggunaan obat steroid dalam waktu lama, riwayat diabetes
pada penderita diatas usia 50 tahun karena terjadinya modifikasi protein lensa
yang menyebabkan struktur lensa tidak stabil dan akhirnya mengalami agregasi. 4
Perubahan lensa mata banyak terjadi pada usia lanjut, antara lain peningkatan
masa dan ketebalan lensa serta penurunan daya akomodasi. Hal tersebut yang
mengakibatkan semakin tingginya kejadian katarak senilis. Pada usia 55-64 tahun
2
katarak matur, pada usia 65-74 tahun didapatkan 70% mengalami kekeruhan pada
lensa, 18% di antaranya adalah katarak matur. Pada usia 79-84 tahun lebih dari
90% mengalami kekeruhan pada lensa dan hampir separuhnya katarak matur.
selain usia penderita, diantaranya adalah jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
kebiasaan merokok. Radiasi ultraviolet merupakan faktor risiko yang kuat untuk
perkembangan katarak.6
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Tn. J
Umur : 64 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Barabai
Suku : Banjar
RMK : 1-49-99-88
B. Anamnesis
kiri
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kanan dan
kiri sejak 1 tahun yang lalu sebelum datang ke poliklinik mata. Awalnya pasien
merasa penglihatan seperti berasap, mata mudah silau, dan melihat cahaya seperti
pelangi disekitar sumber cahaya. Tidak ada riwayat trauma pada mata kanan dan
4
kiri sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan kacamata. Tidak ada
keluhan lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, mata merah, mata kering, air
mata berlebih, kotoran mata berlebih, gatal ataupun mata sakit. Pasien memiliki
penyakit tekanan darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu, tidak rutin kontrol dan
minum obat. Pasien belum pernah mengobati mata sebelumnya dan untuk pertama
terkontrol sejak 2 tahun yang lalu. Penyakit kencing manis, saraf, dan atau/
jantung disangkal.
Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa mata kabur atau penyakit mata lain.
Riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol, kencing manis dalam keluarga tidak
Riwayat Alergi :
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan, cuaca dingin, ataupun debu
Riwayat Pengobatan :
pemeriksaan slit lamp mata dan foto fundus di poli mata RSUD Ulin Banjarmasin
5
dan operasi jika diindikasikan. Riwayat konsumsi obat minum dan obat tetes mata
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Tanda Vital
Suhu : 36,80C
Status Lokalis
6
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
6. Fissura palpebral + 10 mm + 10 mm
7. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palpebra Massa bergerombol (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Papil raksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
8. Konjungtiva Fornix Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
raksasa
9. Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) (-)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
Subconjunctival bleeding (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
11. Iris Warna Coklat Coklat
Kripte (+) (+)
12. Pupil Bulat, Bulat,
Bentuk
regular regular
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak (+) (+)
langsung
14. Lensa Kejernihan Keruh Keruh
7
Foto Klinis
8
D. Pemeriksaan Penunjang
T OD = 13,0 mmHg
T OS = 11,0 mmHg
Slit Lamp :
SL OD = Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih (+), iris coklat, kripte (+),
perdarahan (-), iris shadow (+), pupil bulat, sentral, lensa tampak keruh
SL OD = Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih (+), iris coklat, kripte (+),
perdarahan (-), iris shadow (+), pupil bulat, sentral, lensa tampak keruh
9
Foto Fundus :
E. Diagnosis Banding
F. Diagnosis Kerja
G. Penatalaksanaan
H. Prognosis
10
Quo ad sanationam : dubia ad malam
I. Edukasi
- Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak bisa diterapi dengan obat-obatan
tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada
mata.
11
BAB III
1. IDENTIFIKASI MASALAH
SUBJECTIVE
a. Tn. J/64 tahun mengeluh penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu sebelum
pada mata sebelah kanan dan kiri. Keluhan tidak disertai nyeri maupun mata
merah dan tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pasien memiliki penyakit
OBJECTIVE
12
b. ODS = Lensa tampak keruh, iris shadow (+)
2. ANALISIS KASUS
a. Tn. J/64 tahun mengeluh penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu sebelum
datang ke poliklinik mata, diawali dengan pandangan sedikit kabur, dan semakin
dan kiri. Keluhan tidak disertai nyeri maupun mata merah dan tidak ada riwayat
mata yang dialami oleh pasien adalah penurunan visus perlahan tanpa disertai
mata merah maka yang dapat menjadi kemungkinan diagnosis pasien tersebut
didapatkan pada penyakit katarak. Hasil pemeriksaan visus pada mata kanan 3/60
dan pada mata kiri 1/60. Selain itu pada status lokalis dan pemeriksaan slit lamp
mata kanan dan kiri didapatkan lensa tampak keruh dan iris shadow (+),
pemeriksaan tonometri mata kanan 13,0 mmHg dan mata kiri 11,0 mmHg.
Berdasarkan usia, anamnesis, dan hasil pemeriksaan mata (kekeruhan lensa dan
iris shadow (+)) dapat mengarah pada penyakit katarak senilis tipe imatur.6,7,8
13
b. Pasien mengeluh mudah silau.
Keluhan pasien mudah silau (fotofobi) merupakan keadaan tidak tahan atau
terlalu sensitifnya mata terhadap cahaya, keluhan ini terdapat pada radang mata
luar (konjungtivitis dan keratitis) radang mata dalam atau uveitis, dan kelainan
buta warna total, dan kekeruhan kornea. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan
pada katarak antara lain tajam penglihatan menurun (kabur) akibat makin tebalnya
Keluhan pasien melihat cahaya seperti pelangi disekitar sumber cahaya (halo)
dan obat-obatan, seperti digitalis dan klorokuin. Gejala dan tanda yang dapat
ditemukan pada katarak antara lain tajam penglihatan yang menurun (kabur)
sebagai akibat adanya kekeruhan lensa, silau, coloured halos, uniocular polyopia,
14
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas
iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
15
otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluankan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas komea
dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas dan koroid yang disebut ablasi retina.2,11
pada badan siliar melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
Lensa mata berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
16
menipis pada saat terjadinya akomodasi.10 Lensa merupakan salah satu media
refraksi yang penting. Kekuatan dioptri seluruh bola mata adalah sekitar 58
dioptri ini tidak menetap seperti pada kornea (43 dioptri). Kekuatan dioptri lensa
berubah dengan meningkatnya umur, yaitu menjadi sekitar 8 dioptri pada umur 40
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 15 % protein, dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-
sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.
Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian
perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
17
ekuatornya pada badan siliar.8,9
sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil,
dan hampir bening sempurna. Lensa bergantung pada zonula di belakang iris yang
menghubungkan dengan badan siliar. Di sebelah depan lensa adalah cairan mata
sedangkan di sebelah belakangnya adalah badan lensa. Kapsul lensa adalah suatu
memungkinkan masuknya air dan elektrolit. Memfokuskan sinar pada retina. Agar
sinar dari kejauhan bisa terfokus, otot-otot siliar bisa berelaksasi, serabut-serabut
dimensi minimal.9
keseimbangan antara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut
protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam lensa, melebihi jumlah protein
dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan
18
pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan
kekeruhan, dislokasi dan kelainan geomatrik pada pasien dengan kelainan seperti
ini tajam penglihatannya menurun tanpa disertai rasa sakit untuk memeriksa
penyakit atau kelaianan lensa dilakukan uji tajam penglihatan dan pemeriksaan
lensa memakai lampu celah, oftalmoskopi, lampu senter/lup dengan pupil yang
telah dilebarkan.2,3
B. KATARAK SENILIS
1. Definisi
dijumpai pada usia tua, dan merupakan penyebab kebutaan pertama di seluruh
dunia. Kekeruhan pada lensa dapat disebabkan karena hidrasi atau denaturasi
protein.12,13
jenis paling umum dari katarak yang didapat yang mempengaruhi usia diatas 50
tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dari 90% individu mengalami katarak senilis.
Kondisinya biasanya bilateral yaitu terjadi pada kedua mata, tapi juga tidak jarang
terjadi di satu mata karena dampak lebih awal dari yang lain.6,11
2. Epidemiologi
19
Pada tahun 2020, prevalensi katarak di Amerika Serikat adalah 17.1%.
Katarak paling banyak mengenai ras putih (80%) dan perempuan (61%). Menurut
hasil survei Riskesdas 2013, prevalensi katarak di Indonesia adalah 1,4%, dengan
mata akibat katarak.2 Jumlah ini hampir setengah (47,8%) dari semua penyebab
kebutaan karena penyakit mata di dunia. Penyebab kebutaan lainya ialah kelainan
Hospital di India menyebutkan bahwa dari 746 pasien, 53,6% adalah penderita
katarak. Sebagian besar pasien (55%) penderita katarak berusia 60-80 tahun, dan
53,8% katarak adalah jenis katarak senilis. Katarak juga merupakan penyebab
a) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti jenis kelamin perempuan dan
riwayat keluarga katarak.
c) Trauma mata oleh trauma tumpul maupun tajam, suhu panas yang tinggi,
maupun bahan kimia.
20
d) Penyakit mata lainnya seperti uveitis kronik, ablatio retina, serta glaukoma.
- Cedera pada mata, infeksi atau peradangan, komplikasi dari penyakit infeksi
dan metabolik lainya seperti diabetes melitus.
4. Patofisiologi
setiap jaringan tubuh, akibat pengaruh lingkungan atau dari kurangnya aktivitas
antioksidan alami dalam tubuh. Oksidasi dari protein lensa adalah salah satu
21
struktur ini akan menghilang dan serat-serat yang seharusnya berfungsi untuk
elektron oleh radikal bebas mengakibatkan sel-sel jaringan protein lensa menjadi
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi
sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang .. Setelah usia
pertengahan terjadi proses kondensasi normal dalam nukleus lensa.2 Semakin tua
usia lensa, maka akan semakin meningkat berat dan ketebalannya namun
berkurang daya akomodasinya. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk
secara konsentris, sel-sel tua yang tidak dibuang akan menumpuk ke arah tengah
protein ini akan menyebabkan fluktuasi mendadak pada indeks refraksi lensa,
lensa nuklear ini juga dapat menyebabkan perubahan warna lensa menjadi kuning
atau kecoklatan, selain itu dapat pula ditemukannya vesikel antara lensa, dan
pembesaran sel epitel. Perubahan lain yang juga muncul adalah perubahan
fisiologi kanal ion pada lensa yang dapat mengakibatkan katarak. Kekeruhan lensa
ini mengakibatkan lensa tidak transparan dan terjadi perubahan indeks refraksi
22
lensa, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.17,18,19
5. Klasifikasi
(katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun), katarak juvenil (katarak
yang terjadi sesudah usia 1 tahun), dan katarak senilis (katarak setelah usia 50
b. Katarak juvenil, adalah katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda,
yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
23
Sedangkan secara khusus, katarak senilis dapat dibedakan berdasarkan
stadiumnya:6,8
- Katarak insipien
Pasa stadium ini mulai timbul kekeruhan akibat proses degenerasi lensa.
Kekeruhan lensa berupa bercak bercak tak teratur seperti baji dengan dasar di
korteks anterior atau posterior. Pada tahap ini tajam penglihatan pasien belum
terganggu.
- Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Lesi tampak putih keabu-abuan namun korteks yang jernih masih ada sehingga
bayangan iris terlihat/ shadow iris (+). Pada beberapa pasien, pada tahap ini,
24
Gambar 3.4 Katarak imatur.6,8
- Katarak matur
termasuk korteks. Lensa menjadi putih mutiara. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat
- Katarak hipermatur
Katarak hipermatur dapat terjadi pada salah satu dari dua bentuk yaitu
katarak hipermatur morganian yaitu setelah katarak matur, korteks mencair dan
lensa diubah menjadi kantong yang berisi cairan susu, nukleus kecil kecoklatan
25
setelah tahap maturitas, korteks menjadi hancur dan lensa menjadi keriput akibat
kebocoran air. Kapsul anterior berkerut dan menebal akibat proliferasi sel
anterior dan kapsul putih pada katarak dapat terbentuk di daerah pupil.
6. Diagnosis
Penglihatan kabur
pinhole.
Penglihatan silau
menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang
hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau
26
sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali
Miopisasi
menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja
redup.
Halo
27
Perubahan warna inti nukleus menjadi kekuningan menyebabkan
Bintik hitam
cahaya.
bayangan dari tepi pupil iris akan terbentuk pada lapisan bawah keabu-
abuan lensa. Bila lensa benar transparan atau benar-benar buram, tidak
ada bayangan.
terlihat jika tidak ada kekeruhan lensa di medial. Lensa dengan katarak
28
(tempat, ukuran, bentuk, pola warna, dan kekerasan nukleus).
7. Tata Laksana
Tidak ada pengobatan medis yang efektif dalam mencegah katarak. Untuk
Penatalaksanaan bedah
29
untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak traumatik adalah
sebagai berikut:23
tindakan bedah.
operasi ini dibuat sayatan selapur bening yang cukup luas. Jahitan yang
lama.
pengganti yang disebut sebagai lensa tanam bilik mata belakang (posterior
chmber intraocular lens) dengan teknik sayatan lebih kecil (10-11 mm)
30
sedikit jahitan dan waktu penyembuhan lebih pendek.
3. Fakoemulsifikasi
alat
ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
vitrektomi pars plana dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus ruptur
31
Gambar 3.8 Fakoemulsifikasi13
8. Komplikasi
Pada saat operasi katarak, pendangkalan kamera okuli anterior (KOA) dapat
terjadi karena cairan yang masuk ke KOA tidak cukup, kebocoran melalui insisi
yang terlalu besar, tekanan dari luar bola mata, tekanan vitreus positif, efusi
aspirasi, meninggikan botol cairan infus, dan mengecek insisi. Bila insisi terlalu
besar, dapat dijahit jika perlu. Tekanan dari luar bola mata dapat dikurangi dengan
mengatur ulang spekulum kelopak mata. Hal berikutnya adalah menilai tekanan
32
2. Posterior Capsule Rupture (PCR)
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah komplikasi intraoperatif yang
sering terjadi. Studi di Hawaii menyatakan bahwa 0,68% pasien mengalami PCR
dan vitreous loss selama prosedur fakoemulsifikasi. Beberapa faktor risiko PCR
risiko cystoid macular edema, ablasio retina, uveitis, glaukoma, dislokasi LIO,
3. Nucleus drop
nucleus drop, yaitu jatuhnya seluruh atau bagian nukleus lensa ke dalam rongga
vitreus. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik, lensa yang tertinggal dapat
risiko nucleus drop meliputi katarak yang keras, katarak polar posterior, miopia
1. Edema kornea
33
Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah operasi katarak.
Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama, trauma kimia, radang,
Pada umumnya, edema akan hilang dalam 4 sampai 6 minggu. Jika kornea tepi
masih jernih, maka edema kornea akan menghilang. Edema kornea yang menetap
2. Perdarahan
katarak.20
3. Glaukoma sekunder
bisa terjadi 4 sampai 6 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang sendiri dan
sudut terbuka adalah hifema, TASS, endoftalmitis, serta sisa masa lensa.
34
Penyebab glaukoma sekunder sudut tertutup adalah blok pupil, blok siliar,
4. Uveitis kronik
dengan pemakaian steroid topikal. Inflamasi yang menetap lebih dari 4 minggu,
disertai hipopion, dinamai uveitis kronik. Kondisi seperti malposisi LIO, vitreus
inkarserata, dan fragmen lensa yang tertinggal, menjadi penyebab uveitis kronik.
LIO, vitreus inkarserata, serta pengambilan fragmen lensa yang tertinggal dan
LIO.20
permeabilitas kapiler perifovea dengan akumulasi cairan di lapisan inti dalam dan
pasca bedah.20
EMK terjadi pada 2-10% pasca EKIK, 1-2% pasca EKEK, dan < 1% pasca
35
6. Ablasio retina
Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca EKIK, 0,5-2% pasca EKEK, dan <1%
bedah katarak. Adanya kapsul posterior yang utuh menurunkan insidens ablasio
retina pasca bedah, sedangkan usia muda, miopia tinggi, jenis kelamin laki- laki,
riwayat keluarga dengan ablasio retina, dan pembedahan katarak yang sulit
7. Endoftalmitis
sangat berat. Gejala endoftalmitis terdiri atas nyeri ringan hingga berat, hilangnya
injeksi siliar, kemosis, reaksi bilik mata depan, hipopion, penurunan tajam
yang cepat dan tepat mampu mencegah infeksi yang lebih berat. Tatalaksana
TASS merupakan inflamasi pasca operasi yang akut dan non-infeksius. Tanda
36
kornea, penurunan penglihatan, akumulasi leukosit di KOA, dan kadang disertai
hipopion. TASS memiliki onset lebih akut, yaitu dalam 24 jam pasca operasi
juga menimbulkan keluhan nyeri minimal atau bahkan tanpa nyeri. Beberapa
antibiotik, epinefrin yang diawetkan, alat single-use yang digunakan berulang kali
steroid topikal atau NSAIDs topikal, reaksi inflamasi terkait TASS dapat
kehilangan penglihatan.20
PCO merupakan komplikasi pasca operasi katarak yang paling sering. Sebuah
penelitian melaporkan PCO rata-rata terjadi pada 28% pasien setelah lima tahun
pasca operasi katarak. Insidensi PCO lebih tinggi pada anak-anak. Mekanisme
PCO adalah karena tertinggalnya sel-sel epitel lensa di kantong kapsul anterior
Berdasarkan morfologi, terdapat 2 jenis PCO, jenis fibrosis (fibrosis type) dan
jenis mutiara (pearl type). Jenis kedua lebih sering menyebabkan kebutaan. PCO
dapat efektif diterapi dengan kapsulotomi, komplikasi prosedur laser ini seperti
endoftalmitis.
37
Pencegahan PCO lebih ditekankan. Teknik operasi pada anak-anak
Pemakaian LIO dengan sisi tajam (sharp-edge optic) yang terbuat dari akrilik dan
topografi kornea dan akibatnya timbul astigmatisma pasca operasi. Risiko SIA
meningkat dengan besarnya insisi (> 3 mm), lokasi insisi di superior, jahitan,
derajat astigmatisma tinggi sebelum operasi, usia tua, serta kamera okuli anterior
Penyebab dislokasi LIO intrakapsuler adalah satu atau kedua haptik terletak di
tinggi, dan pasien dengan riwayat operasi vitreoretina. Tatalaksana kasus ini
9. Prognosis
38
Jika katarak tidak ditangani dan dibiarkan untuk berprogresi, katarak dapat
BAB IV
PENUTUP
katarak senilis imatur ODS, yang datang dengan keluhan mata kanan dan kiri
kabur sejak 1 tahun sebelum datang ke poliklinik mata RSUD Ulin Banjarmasin,
pasien merasa penglihatan seperti berasap, mudah silau, dan melihat cahaya
seperti pelangi disekitar sumber cahaya. Pasien memiliki penyakit tekanan darah
tinggi sejak 2 tahun yang lalu, dan tidak rutin kontrol serta minum obat. Hasil
pemeriksaan mata kanan dan kiri menunjukkan lensa keruh, iris shadow (+), visus
OD 3/60 dan OS 1/60, TIO dengan tonometri OD sebesar 13,0 mmHg dan OS
sebesar 11,0 mmHg, slit lamp menunjukkan lensa tampak keruh dan iris shadow
fisik status lokalis pada mata, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis
39
sebagai Katarak Senilis Imatur ODS. Selanjutnya pasien direncanakan untuk
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Liu YC, Wilkins M, Kim T, Malyugin B, Mehta JS. Cataracts. Lancet. 2017
Aug 5;390
http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf. Diakses
5. McCarty, C.A., and Hug R.T. 2001. The Genetics of Cataract. Australia,
2011.
6. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit
40
10. Hejtmancik JF, Shiels A. Overview of the Lens. Prog Mol Biol Transl Sci.
2015;134:119-27.
11. Ho MC, Peng YJ, Chen SJ, Chiou SH. Senile cataracts and oxidative stress. J
10.
17. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta:
18. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.
19. Ho Mc, Peng YJ, Chen SJ, Chiou SH. Senile cataracts and oxidative stress. J
42
20. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and
Ophthalmology; 2015.
21. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata.2 nd ed. Yogyakarta:
Mada; 2012.
23. Moshirfar M, Milner D, Patel BC. Cataract Surgery. [Updated 2021 Jun 25].
2014;8:375-8.
26. Katz J, Feldman MA, Bass EB, et al; Study of medical testing for cataract
27. Haug SJ, Bhisitkul RB. Risk factors for retinal detachment following cataract
42
42