Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

Corpus Alienum di Konjungtiva

Disusun oleh:

Alif Musdalifa

NIM. 21804101020

Pembimbing:

Dr. Muhdahani, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA

RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,

serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga laporan kasus tentang “Corpus

Alienum pada Konjungtiva”, dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang

diharapkan. Tujuan penyusunan laporan kasus ini guna memenuhi tugas

Kepaniteraan Klinik Madya serta melatih dalam menangani kasus kedokteran.

Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan.

Untuk itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan

laporan kasus ini. Atas saran dan kritik dokter pembimbing dan pembaca,

penyusun ucapkan terima kasih.

Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penyusun, pembaca serta rekan-

rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang kedokteran.

Blitar, Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ..........................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................2

1.3 TUJUAN ...............................................................................2

1.4 MANFAAT...........................................................................3

BAB II STATUS PASIEN ...........................................................................4

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Konjungtiva ........................................................................11

3.2 Corpus Alienum Konjungtiva

3.2.1 Definisi ..................................................................13

3.2.2 Epidemiologi .........................................................13

3.2.3 Etiologi ..................................................................14

3.2.4 Patofisiologi ..........................................................14

3.2.5 Penegakan Diagnosis ............................................15

3.2.6 Penatalaksanaan ....................................................17

3.2.7 Komplikasi ............................................................18

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................19

iii
BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN...................................................................22

5.2 SARAN ...............................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................24

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mata merupakan salah satu organ manusia yang secara langsung terpapar

oleh lingkukan luar sehingga risiko terkontaminasi benda asing lebih besar

daripada organ-organ lainnya (Sasono et al., 2008). Benda asing atau yang biasa

disebut dengan corpus alienum adalah suatu benda yang dalam keadaan normal

tidak dijumpai dalam tubuh. Corpus alienum pada mata dapat terjadi di

intraokuler ataupun ekstraokuler. Corpus alienum konjungtiva merupakan salah

satu contoh corpus alienum ekstraokuler (Pandey, 2017).

Corpus alienum konjungtiva atau biasa yang disebut dengan benda asing di

konjungtiva merupakan suatu benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di

konjungtiva (IDI, 2014). Corpus alienum pada konjungtiva lebih sering terjadi

karena letak anatomis dari konjungtiva sendiri. Menurut penelitian yang dilakukan

di Rumah Sakit India (Januari 2000 sampai Maret 2002) diperoleh data bahwa

sekitar 13.8% terjadi insidensi corpus alienum pada konjungtiva, 41.6%

diantaranya terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan prevalensi laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuan (Nalgirkar, 2003). Hal ini berkaitan dengan

faktor pekerjaan.

Corpus alienum pada konjungtiva bila tidak ditangani dengan tepat dapat

menyebabkan gangguan fungsi penglihatan dan masalah kesehatan mata yang

lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai

corpus alienum pada konjungtiva, sehingga apabila menemui kasus tersebut

mampu mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan dengan tepat.


2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa definisi Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.2.3 Apa saja etilogi Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.2.5 Bagaimana penegakan diagnosis Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.2.7 Apa saja komplikasi Corpus Alienum Konjungtiva ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami definisi Corpus Alienum

Konjungtiva

1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi Corpus Alienum

Konjungtiva

1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami etilogi Corpus Alienum

Konjungtiva

1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Corpus Alienum

Konjungtiva

1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosis Corpus

Alienum Konjungtiva

1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan Corpus Alienum

Konjungtiva

1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Corpus Alienum

Konjungtiva
3

1.4 MANFAAT

Penulisan laporan kasus ini diharapkan meningkatkan keilmuan sebagai

dokter dalam mengetahui dan memahami tentang Corpus Alienum pada

Konjungtiva, sehingga apabila menemui kasus tersebut mampu mendiagnosis dan

memberikan penatalaksanaan dengan tepat.


4

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 ANAMNESA

a. Identitas

Nama : Ny. M

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Sawentar

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. DMK : 1864***

Tgl Periksa : 18/06/2019

b. Anamnesa

- Keluhan Utama: Mata kanan kelilipan debu

- Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli Mata RSUD Mardi Waluyo Blitar pada tanggal 18

Juni 2019 sekitar pukul 11.00 WIB, dengan keluhan utama mata kanan

kelilipan debu. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien

mengeluhkan hal tersebut terjadi setelah berkendaraan motor. Setelah

kejadian tersebut, pasien merasakan seperti ada benda asing yang menempel

pada mata kanannya. Namun saat pasien dan keluarga melihat mata pasien
5

tidak ditemukan benda asing tersebut. Selain itu, pasien mengeluhkan nyeri

pada mata kanannya. Nyeri diperberat dengan pergerakkan kelopak mata

atas. Keluhan lainnya seperti penurunan penglihatan, mata merah dan keluar

air mata terus juga dirasakan pasien. Pasien sudah berobat mengenai

keluhannya dan mendapatkan obat tetes mata, tetapi tak kunjung membaik.

- Riwayat Penyakit Dahulu

1). Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal

2). Riwayat Trauma : Disangkal

3). Riwayat DM : Disangkal

4). Riwayat Hipertensi : Disangkal

5). Riwayat Gangguan Penglihatan : Disangkal

6). Riwayat Penggunaan Kacamata : Disangkal

7). Riwayat Operasi Mata : Disangkal

- Riwayat Penyakit Keluarga

1). Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal

2). Riwayat DM : Disangkal

3). Riwayat Hipertensi : Disangkal

4). Riwayat Gangguan Penglihatan : Disangkal

- Riwayat Pengobatan dan Tindakan Medis :

Pasien berobat ke dokter keluarga mengenai keluhannya sekitar 2 minggu

yang lalu. Pasien diberi obat tetes mata tetapi keluhannya masih tetap.

- Riwayat Alergi :

Alergi makanan dan obat disangkal


6

- Riwayat Kebiasaan :

Pasien tidak membatasi makanannya, makan 3x/hari. Riwayat merokok

disangkal. Riwayat olahraga disangkal. Riwayat konsumsi alkohol

disangkal.

- Riwayat Sosial : Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik

- Riwayat Ekonomi : Menengah ke atas

2.2 PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Baik, status gizi kesan cukup

- Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)

- Tanda vital : Tidak dilakukan

- Pemeriksaan Status Generalisata

a. Kepala : dalam batas normal

b. Leher : dalam batas normal

c. Thoraks : Tidak dilakukan

d. Abdomen : Tidak dilakukan

e. Genetalia : Tidak dilakukan

f. Ekstremitas : Tidak dilakukan


7

- Pemeriksaan Status Lokalis Oftalmologi

Tabel 2.1 Status Oftalmologi


OD Pemeriksaan OS
6/7.5 F Visus 6/6 F
Ortoforia Posisi Mata Ortoforia
Ke segala arah Ke segala arah

Pergerakan
Bola Mata

Normal Super silia Normal


Edema (-) Edema (-)
Hiperemia (-) Hiperemia (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)
Tumor (-) Palpebra Tumor (-)
Xanthelasma (-) Xanthelasma (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Apparatus
Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
Sekret (-) Silia Sekret (-)
Hiperemia (+) & Benda
Hiperemia (-)
asing (+) di konjungtiva
Perdarahan
tarsalis superior
Konjungtiva subkonjungtiva (-)
Perdarahan
Tarsalis Sekret (-)
subkonjungtiva (-)
Bulbi Pseudomembran (-)
Sekret (-)
Injeksi Konjungtiva (-)
Pseudomembran (-)
Benda asing (-)
Injeksi Konjungtiva (+)
Sedikit keruh, infiltrat (+) Kornea Jernih, infiltrat (-)
Normal Bilik Mata Normal
Kedalaman cukup Depan Kedalaman cukup
Coklat Coklat
Iris
Kripte (+/jernih) Kripte (+/jernih)
Bulat, reguler, sentral, Bulat, reguler, sentral,
refleks cahaya langsung/ Pupil refleks cahaya langsung/
tak langsung (+/+) tak langsung (+/+)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Fundus Tidak dilakukan
Glandula pre-
Pembesaran (-) Pembesaran (-)
aurikular
8

A B
Gambar 2.1 Foto Klinis Ny. M
Keterangan: Gambar (A) tanda panah menunjukkan adanya benda asing; dan (B) tanda
panah hitam menunjukkan adanya injeksi konjungtiva sedangkan tanda panah hijau
menunjukkan infiltrat pada kornea.

2.3 RESUME KASUS

Pasien datang ke poli mata RSUD Mardi Waluyo Blitar pada tanggal 18

Juni 2019 sekitar pukul 11.00 WIB, dengan keluhan utama mata kanan kelilipan

debu. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan hal tersebut

setelah berkendaraan motor. Setelah kejadian, pasien merasakan seperti ada benda

asing yang menempel pada mata kanannya. Selain itu, pasien mengeluhkan nyeri

pada mata kanannya. Nyeri diperberat dengan pergerakkan kelopak mata atas.

Keluhan lainnya seperti penurunan penglihatan, mata merah, dan keluar air mata

terus juga dirasakan pasien. Pasien sudah berobat mengenai keluhannya dan

mendapatkan obat tetes mata, tetapi tak kunjung membaik. Pada pemeriksaan

status lokalis oftalmologi mata kanan didapatkan hiperemia dan benda asing di

konjungtiva tarsalis superior, injeksi konjungtiva, dan infiltrat pada kornea.

Pemeriksaan lainnya dalam batas normal.


9

2.4 DIAGNOSIS

OD Corpus Alienum Konjungtiva Tarsalis Superior

2.5 DIAGNOSIS BANDING

1. OD Corpus Alienum Kornea

2. OD Konjungtivitis Akut

2.6 PERENCANAAN

a. Perencanaan Diagnosis

- Slit Lamp

b. Perencanaan Terapi

- Non Medikamentosa : Pengangkatan benda asing dari konjungtiva,

dengan cara:

1). Berikan tetes mata Pantokain 2% sebanyak 1 – 2 tetes pada mata

yang terkena benda asing

2). Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing

3). Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum

suntik ukuran 23G

4). Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi

5). Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat

bekas benda asing.

6). Berikan antibiotik topikal (salep atau tetes mata) seperti

kloramfenikol tetes mata, 1 gtt tiap 2 jam selama 2 hari.


10

- Medikamentosa : Pemberian antibiotik topikal dan analgesik oral

R/ Kloramfenikol ed fls No. I

S. 12 dd gutt I OD (selama 2 hari)

R/ Natrium diklofenak Tab 50 mg No. X

S. 2 dd Tab I p.r.n

2.6 KIE

- Memberitahu pasien untuk tidak menggosok matanya agar tidak

memperberat lesi.

- Memberitahu pasien untuk menggunakan kacamata pelindung pada saat

berkendara.

- Menganjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan berat setelah dilakukan

tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak, atau disertai

penurunan visus.

2.7 PROGNOSIS

Dubia ad bonam apabila dilakukan penatalaksanaan segera.


11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Konjungtiva

3.1.1 Anatomi

Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis

melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke

posterior dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris

(Vaughan, 2017).

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan

melipat berkali-kali. Hal tersebut memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (duktus-duktus kelenjar lakrimal

bermuara ke forniks temporal superior (Vaughan, 2017). Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet untuk membasahi

bola mata, terutama kornea (Ilyas, 2015).

Gambar 3.1 Anatomi Konjungtiva


12

3.1.2 Histologi

Lapisan epitel konjungtiva tersusun atas 2 – 5 lapisan epitel silindris

bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di

atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata

terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel

goblet bulat atau oval yang mensekresikan mukus. Mukus mendorong inti sel

goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan airmata secara merata di

seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dan berpigmen pada

bagian di dekat limbus (Vaughan, 2017).

Stroma konjungtiva tersusun atas lapisan adenoid dan lapisan fibrosa.

Lapisan adenoid merupakan lapisan superfisial dari stroma konjungtiva yang

mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat mengandung struktur

semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan fibrosa merupakan lapisan

yang lebih profundus dan tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada

lempeng tarsus. Di dalam stroma, terdapat kelenjar lakrimal aksesoris (kelenjar

Krause dan Wolfring) yang secara struktur dan fungsi mirip kelenjar lakrimal.

Forniks atas terdapat banyak kelenjar Krause dan sisanya di forniks bawah.

Kelenjar Wolfring terdapat di tepi atas tarsus atas (Vaughan, 2017).

3.1.3 Vaskularisasi, Inervasi dan Limfatik

Konjungtiva divaskularisasi oleh arteri konjungtiva yang berasal dari arteria

ciliaris anterior dan arteria palpebralis. Selain itu, konjungtiva juga diinervasi oleh

percabangan pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Pembuluh limfe konjungtiva

tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus juga bergabung dengan


13

pembuluh limfe palpebra sehingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya

(Vaughan, 2017).

Gambar 3.2 Vaskularisasi Konjungtiva

3.2 Corpus Alienum Konjungtiva

3.2.1 Definisi

Corpus alienum konjungtiva atau biasa yang disebut dengan benda asing di

konjungtiva merupakan suatu benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di

konjungtiva (IDI, 2014).

3.2.2 Epidemiologi

Insiden corpus alienum sangat tinggi di kota-kota industri (Pandey, 2017).

Ini dapat terjadi pada semua usia dan kedua jenis kelamin (Pandey, 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit India (Januari 2000 sampai

Maret 2002) diperoleh data bahwa sekitar 13.8% terjadi insidensi corpus alienum

pada konjungtiva, 41.6% diantaranya terjadi pada usia 20 – 30 tahun dengan

prevalensi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (Nalgirkar, 2003).


14

3.2.3 Etiologi

Benda asing yang biasanya masuk dalam konjungtiva berasal dari benda

logam dan non logam. Benda logam yang sering ditemukan di konjungtiva

diantaranya partikel besi, seng, emas, dan perak, sedangkan benda asing non

logam yang sering ditemukan diantaranya batu bara, debu, pasir, bulu mata,

potongan kayu, sekam biji, sayap serangga, dan lain-lain (Pandey, 2017).

Gambar 3.3 Corpus Alienum pada Konjungtiva.


Keterangan: Tanda panah menunjukkan adanya benda asing pada konjungtiva tarsal
superior.

3.2.4 Patofisiologi

Benda asing pada konjungtiva dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa

disengaja. Benda asing dapat masuk ke konjungtiva biasanya terjadi melalui

cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin. Untuk

benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan, memerlukan

perhatian khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta bersifat antigenik

yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi tersebut dapat

menyebabkan terjadi dilatasi pembuluh darah di sekitarnya, serta edema palpebra


15

dan konjungtiva. Jika tidak segera dikeluarkan akan menyebabkan infeksi

(Joko et al., 2013). Selain itu, benda asing pada konjungtiva (terutama

konjungtiva palpebra) dapat menggesek permukaan kornea sehingga

menyebabkan erosi kornea, keratitis, dan ulkus kornea (IDI, 2014).

3.2.5 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis corpus alienum konjungtiva didapatkan melalui

anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika

terdapat kecurigaan kelainan mata yang lain.

Anamnesa

Anamnesa yang dapat dilakukan pada pasien dengan benda asing

konjungtiva adalah menggali keluhan yang merupakan gambaran klinis dari benda

asing tersebut. Selain itu, menggali mengenai faktor resiko terjadinya benda asing

untuk mengetahui jenis benda asing yang mengganggu. Faktor resiko yang dapat

ditanyakan pada pasien diantaranya pekerjaan atau aktivitas pasien dan keadaan

lingkungan, sehingga melalui anamnesa didapatkan waktu dan mekanisme

terjadinya benda asing tersebut (Joko et al., 2013).

Benda asing konjungtiva harus dicurigai jika pasien menunjukkan sensasi

sesuatu pada mata. Pasien dengan benda asing konjungtiva sering menyatakan

bahwa mata mereka terasa seolah-olah ada benda yang mengiritasi (seperti pasir,

debu, atau kaca) ada di dalamnya, tetapi mereka tidak dapat melokalisasi tepat di

tempat sensasi itu. Sensasi benda asing sering lebih buruk saat berkedip ketika

benda asing itu terletak di permukaan konjungtiva (bagian dalam) dari kelopak

mata atas (Andrew, 2017). Gejala lain yang sering dikeluhkan pasien dengan

benda asing konjungtiva berupa nyeri, mata merah dan berair, fotofobia, dan
16

frekuensi kedipan mata meningkat (Gurram, 2012; dan IDI, 2014). Selain itu,

faktor resiko terjadinya benda asing konjungtiva diantaranya pekerja di bidang

industri yang tidak memakai kacamata pelindung (seperti: pekerja gerinda,

pekerja las, pemotong keramik) dan pekerja yang terkait dengan bahan-bahan

kimia (asam-basa) (IDI, 2014).

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang biasanya didapatkan pada benda asing konjungtiva

diantaranya ditemukan:

- Visus biasanya normal

- Injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi

- Benda asing di konjungtiva tarsal superior dan/atau inferior, dan/atau

konjungtiva bulbi (IDI, 2014).

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat ditambahkan jika mencurigai adanya kelainan

lain mata pasien, yang bisa jadi merupakan suatu komplikasi dari benda asing

tersebut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya:

a. Slit Lamp, yang bertujuan untuk melihat adanya benda asing dengan partikel

kecil dan komplikasinya pada kornea.

b. Fluorescein test, yang dilakukan jika terdapat kecurigaan adanya kerusakan

kornea (IDI, 2014).


17

3.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan benda asing pada konjungtiva bertujuan untuk mengurangi

nyeri, mencegah infeksi dan kerusakan fungsi yang permanen (Joko et al., 2013).

Non Medikamentosa

Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari

konjungtiva. Berikut cara mengeluarkan benda asing konjungtiva diantaranya:

1. Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang

terkena benda asing.

2. Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.

3. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik

ukuran 23G.

4. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.

5. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan betadin pada tempat bekas benda

asing

6. Berikan antibiotik topikal (salep atau tetes mata) seperti kloramfenikol

tetes mata, 1 gtt setiap 2 jam selama 2 hari.

Medikamentosa

Penatalaksanaannya adalah dengan pemberian obat analgesik untuk

mengurangi nyeri dan antibiotik untuk mencegah atau mengurangi infeksi yang

dapat diakibatkan dari benda asing tersebut. Antibiotik biasanya diberika topikal

berupa salep atau tetes mata. Antibiotik yang paling sering digunakan misalnya

Kloramfenikol tetes mata yang diberikan 1 tetes setiap 2 jam selama 2 hari (IDI,

2014).
18

3.2.7 Komplikasi

Komplikasi tergantung pada jumlah, ukuran, dan jenis benda asing.

Komplikasi yang disebabkan oleh benda asing konjungtiva diantaranya erosi

kornea, keratitis, dan ulkus kornea. Komplikasi tersebut terjadi oleh karena benda

asing pada konjungtiva palpebra menggesek permukaan kornea dan menimbulkan

infeksi sekunder (IDI, 2014).


19

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus yang terjadi pada Ny.M berusia 48 tahun, dengan diagnosis

Corpus Alienum Konjungtiva Tarsalis Superior. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan dengan pertimbangan data yang didapatkan pada anamnesa dan

pemeriksaan fisik:

a. Mata kanan kelilipan debu sejak 1 bulan yang lalu setelah berkendaraan

motor

Berdasarkan data tersebutkan dapat diketahui mengenai mekanisme benda

asing tersebut dapat masuk ke konjungtiva. Menurut teori, biasanya benda asing

dapat masuk ke mata melalui cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang

dapat menimbulkan angin. Pada kasus, berkendaraan motor tanpa pelindung mata

beresiko untuk masuknya benda asing masuk konjungtiva (Joko et al., 2013).

Adanya benda asing yang masuk pada konjungtiva juga didukung dengan keluhan

pasien yang merasakan seperti ada benda asing yang menempel pada mata

kanannya. Keluhan ini dibuktikan pada pemeriksaan fisik yang ditemukan benda

asing pada konjungtiva tarsalis superior mata kanan.

b. Nyeri pada mata kanannya, diperberat dengan pergerakkan kelopak mata

atas

Benda asing pada konjungtiva dapat menimbulkan reaksi inflamasi. Nyeri

pada mata kanan disebabkan karena mediator-mediator inflamasi sebagai hasil

dari reaksi inflamasi tersebut (Joko et al., 2013). Selain itu, nyeri diperberat

dengan pergerakan kelopak mata atas karena benda asing terdapat di


20

konjungtiva tarsalis superior. Hal tersebut dibuktikan dengan pemeriksaan fisik

pada mata kanan didapatkan benda asing konjungtiva tarsalis superior.

c. Mata merah

Sama halnya dengan nyeri, mata merah juga merupakan hasil dari reaksi

inflamasi. Reaksi inflamasi dapat menyebabkan terjadi dilatasi pembuluh darah

di sekitarnya (Joko et al., 2013). Hal tersebut yang menyebabkan keluhan adanya

mata merah pada pasien. Pada pemeriksaan fisik dibuktikan dengan adanya

hiperemia konjungtiva tarsalis superior dan injeksi konjungtiva pada mata kanan.

d. Keluar air mata terus

Salah satu mekanisme untuk menghilangkan benda asing pada mata adalah

kelenjar lakrimalis akan memproduksi banyak air mata. Selain itu, berkedip juga

merupakan respon untuk menghilangkan benda asing, sehingga frekuensi akan

lebih sering (Gurram, 2012). Mekanisme yang ditemukan pada pasien untuk

menghilangkan benda asing yang terlihat adalah keluar air mata terus karena

produksi air mata yang banyak dari kelenjar lakrimalis. Frekuensi berkedip yang

lebih sering tidak ditemukan pada pasien. Hal ini kemungkinan karena rasa nyeri,

dimana diperberat dengan pergerakkan kelopak mata atas.

e. Pasien sudah berobat mendapatkan obat tetes mata, tetapi tak kunjung

membaik

Hal ini kemungkinan disebabkan karena reaksi inflamasi masih terus terjadi

semasih benda asing pada konjungtiva belum diambil. Terapi definitif untuk

benda asing pada konjungtiva adalah dengan pengambilan benda asing tersebut.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan mengenai benda asing pada

konjungtiva adalah slit lamp. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk melihat


21

komplikasi benda asing tersebut pada kornea. Komplikasi yang disebabkan oleh

benda asing konjungtiva diantaranya erosi kornea, keratitis, dan ulkus kornea.

Komplikasi tersebut terjadi oleh karena benda asing pada konjungtiva palpebra

menggesek permukaan kornea dan menimbulkan infeksi sekunder (IDI, 2014).

Penatalaksanaan benda asing pada konjungtiva bertujuan untuk mengurangi

nyeri, mencegah infeksi dan kerusakan fungsi yang permanen (Joko et al., 2013).

Pada pasien diberikan tatalaksana pengambilan benda asing pada konjungtiva,

analgesik oral dan antibiotik. Pengambilan benda asing merupakan terapi definitif

untuk benda asing konjungtiva. Pengambilan benda asing bertujuan untuk

mencegah reaksi inflamasi yang berlangsung terus-menerus dimana nantinya akan

menyebabkan infeksi sekunder dan kerusakan bagian mata lainnya (seperti

kornea, yang merupakan komplikasi umum dari benda asing konjungtiva).

Analgesik yang diberikan pada pasien adalah natrium diklofenak. Natrium

diklofenak diberikan selain sebagai analgesik juga dapat berfungsi untuk

mengurangi proses inflamasi karena benda asing tersebut. Antibiotik juga

diberikan pada pasien untuk mencegah infeksi sekunder akibat proses

pengambilan benda asing pada konjungtiva tersebut.


22

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Corpus alienum konjungtiva atau biasa yang disebut dengan benda asing di

konjungtiva merupakan suatu benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di

konjungtiva. Insiden corpus alienum sangat tinggi di kota-kota industri yang dapat

terjadi pada semua usia dengan prevalensi laki-laki lebih banyak dibandingkan

perempuan. Benda asing yang biasanya masuk dalam konjungtiva berasal dari

benda logam dan non logam. Benda asing dapat masuk ke konjungtiva biasanya

terjadi melalui cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat

menimbulkan angin. Benda asing tersebut dapat menimbulkan reaksi inflamasi

yang menyebabkan terjadi dilatasi pembuluh darah di sekitarnya, serta edema

palpebra dan konjungtiva.

Penegakan diagnosis corpus alienum konjungtiva didapatkan melalui

anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika

terdapat kecurigaan kelainan mata yang lain. Penatalaksanaan benda asing pada

konjungtiva bertujuan untuk mengurangi nyeri, mencegah infeksi dan kerusakan

fungsi yang permanen. Penatalaksanaan non medikamentosa dengan

mengeluarkan benda asing tersebut dari konjungtiva. Penatalaksanaan

medikamentosa dengan pemberian obat analgesik dan antibiotik. Komplikasi yang

disebabkan oleh benda asing konjungtiva diantaranya erosi kornea, keratitis, dan

ulkus kornea.
23

Berdasarkan data anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa Ny. M berusia 48 tahun terdiagnosis Corpus Alienum

Konjungtiva Tarsalis Superior pada Oculus Dexter.

5.2 SARAN

Sebagai dokter, sebaiknya memiliki pemahaman yang baik mengenai corpus

alienum pada konjungtiva agar mampu mendiagnosis dan melakukan penanganan

yang tepat. Diagnosis dan penanganan yang tepat dan segera, dapat memberikan

prognosis yang baik bagi pasien serta menghindarkan dari komplikasi yang

memperburuk kondisi pasien.


24

DAFTAR PUSTAKA

Andrew et al. 2017. Conjunctival Foreign Body Removal. Available from:


https://emedicine.medscape.com/article/1844102-overview. Accessed on
June 23rd, 2019.
Gurram. 2013. Foreign Body in Eye. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/251570924_foreign_body_in_e
ye. Accessed on June 24th, 2019.
IDI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Bakti Husada: Jakarta. Pp. 176.
Ilyas & Sri. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Badan Penerbit FK UI:
Jakarta.
Joko et al. 2013. Presentasi Kasus Corpus Alienum. Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
Nalgirkar. 2003. Study of Ocular Foreign Bodies in the City Population. Indian
Journal of Occupational and Enviromental Medicine. 7(2): 40 – 42.
Pandey. 2017. Ocular Foreign Bodies: A Review. J Clin Exp Ophthalmol. 8(2).
doi: 10.4172/2155-9570.1000645.
Sasono et al. 2008. Intralenticular Foreign Body in Penetrating Injury. Jurnal
Oftalmologi Indonesia. 6(3) : 196-199.
Vaughan D. 2017. Oftalmologi Umum Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai