1.2 Tujuan
2.1 Identifikasi
Seorang perempuan, berusia 16 tahun, pekerjaan sebagai
siswa, beralamat di dalam kota, datang ke poli refraksi RSKM,
dikonsulkan dari Puskemas Tegal Binangun Plaju pada 9 Agustus
2022 dengan nomor catatan medis 277861
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : pandangan kabur sejak 6 tahun yang lalu, dan
dianjurkan untuk tidak menggunakan kacamata selama proses
magang di tempat kerja.
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang ke poli refraksi RSKM dengan keluhan
pandangan kabur terutama ketika melihat benda yang jauh sejak 6
tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan ketika melihat benda yang
jauh pada kedua mata dan semakin memberat secara perlahan.
Keluhan disertai dengan pandangan berbayang ketika melihat
tulisan dan harus memicingkan matanya agar penglihatan lebih
jelas. Karena keluhannya ini ibu pasien membawa pasien ke optik,
dan mendapatkan kacamata spheris -4 pada mata kanan dan -2,5
pada mata kiri, terakhir di cek optik 1 bulan lalu pasien
mendapatkan kacamata spheris pada mata kanan -7 dan -3 pada
mata kiri. Pasien mengaku sejak kecil memang lebih suka bermain
dengan gadget seharian, setiap hari pasien bisa bermain hp selama
6 jam tanpa berhenti dan jarang melakukan aktivitas outdoor. Selain
itu semenjak covid ini pasien lebih sering melakukan aktivitas
pekerjaan jarak dekat, dan penggunaan komputer yang lebih sering,
kurang lebih 3-4 jam setiap harinya tanpa berhenti. Keluhan
pandangan seperti tertutup tirai, kilatan cahaya dan pandangan
ganda disangkal.
Sekarang pasien sedang praktek magang di hotel yang tidak
memperbolehkan pasien untuk menggunakan kacamata, sehingga
pasien dirujuk dari puskesmas untuk dibuatkan lensa kontak .
Binokular
6/6
Pupillary
59/57
distance
Tekanan
18.6 mmhg 18.3 mmhg
intraokular
Kedudukan bola
Ortoforia
mata
Gerakan bola
mata
Pre-Cyclopegic Post-Cyclopegic
PD: 59 PD: 59
Pemeriksaan Keratrometri
OD OS
K1 : 7,58 D : 44.50 K1 : 7.66 D : 45.25
K2 : 7.35 D : 46.00 K2 : 7.37 D : 46.00
AVG : 7.46 D : 45.25 AVG : 7.46 D : 45.25
Pemeriksaan HVID
OD : 11 mm OS : 11 mm
Ukuran Pupil
OD : Medium OS : Medium
Laju Berkedip
OD : 16 x/menit OS : 16 x/menit
Hasil Schimer’s test
OD : 12 mm OS : 13 mm
OD : 17” OS : 17”
OD OS
Kesan: Kesan:
OD OS
Kesan: Kesan:
C/D ratio 0,3, A:V = 2:3 C/D ratio 0,3, A:V= 2:3
2.5 Tatalaksana
Informed consent
Penggunaan soft contact lens
Edukasi higienitas contact lens
Sodium chloride dan potassium chloride 1 gtt/ 4 jam ods
Rumus : K Mean + 1 mm
ODS
11mm + 2mm = 13 mm
Perhitungan Power (P) Soft Contact Lens (Vertex Distance =
12mm )
(Berdasarkan Hasil Konvesi dari Table)
Oculi Dekstra
OD = -7.00 D ∞ -6,48 D
Oculi Sinistra
OS = -3.00D ∞ - 2.89 D
OD OS
Kesan : Optimum Fit , SCL tampak Kesan : Optimum Fit , SCL tampak
menutupi limbus, sekitar 1-2mm, menutupi limbus, sekitar 1-2mm,
sebelum dan sesudah berkedip sebelum dan sesudah berkedip
Push up Test
Movement Test
Kesan : Good Fit ( Lensa bergerak < 1mm ketika berkedip, melihat
keatas, bawah, samping kanan dan kiri)
Hasil Evalusi Soft Contact Lens :
1. Pasien merasa lebih nyaman , dan tidak ada sensasi terganjal,
atau ada benda usia sing
2. SCL tampak menutupi limbus, sekitar 1-2mm, sebelum dan
sesudah berkedip
3. Berada di central
4. Good Fit ( Lensa bergerak < 1mm ketika berkedip, melihat keatas,
ataupun ketika diberikan tekanan pada kelopak bawah untuk
menggerakkan lensa
5. Pada push up test, optimum Fit , Lensa dapat kembali ke tempat
semula dengan perlahan
2.9 Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Functionam. : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Miopia
3.1.1 Definisi
Miopia merupakan salah satu kelainan refraksi dimana
cahaya paralel difokuskan pada bagian anterior retina pada saat tidak
berakomodasi. Miopia merupakan kelainan refraksi yang paling
umum terjadi di seluruh dunia. Bentuk paling banyak dari miopia ialah
miopia aksial kemudian diikuti dengan miopia indeks dan miopia
kurvatura.7
3.1.2 Etiologi
1. Keturunan
Keturunan adalah faktor yang paling signifikan dalam
penyebab dan perkembangan miopia. Studi keterkaitan telah
mengidentifikasi pada lokus genetic 18 genetik loci di 15 kromosom
berbeda yang berhubungan dengan miopia. Itu berarti tidak ada gen
tunggal yang bertanggung jawab atas penyakit ini.8
2. Nutrisi
Pada penderita kekurangan nutrisi diet terkait dengan
penyakit tertentu, dimana miopia juga menjadi salah satu jenis
penyakit yang ditemukan pada tiap penderita. Hal ini terbukti pada
penderita kekurangan konsumsi protein telah terlibat dalam
terjadinya suatu miopia. Hiperinsulinemia, resistensi insulin, faktor
pertumbuhan seperti insulin, gangguan metabolisme karbohidrat,
semuanya ada hipotetis tambahan pada penderita miopia. 8
3. Faktor Lingkungan
Evolusi mata telah berlangsung selama jutaan tahun. Mata
pada manusia seperti yang disebutkan oleh banyak peneliti dimana
mata tidak banyak terprogram untuk melihat jarak dekat. Lingkungan
tempat tumbuh manusia diadaptasi lebih dari jutaan tahun tidak
cocok dengan lingkungan kita saat ini. Dimana fungsinya adalah
untuk melihat pemandangan, gunung, padang rumput, atau melihat
pada jarak jauh. Pada saat ini stres kerja terjadi secara konstan
dimana pandangan lebih sering digunakan untuk jarak dekat
diperburuk oleh penggunaan computer dan gadget lainnya, telah
meningkatkan prevalensi miopia. Kebiasaan membaca pada
pencahayaan buatan, pembalikan jam biologis, semuanya telah
berkontribusi pada peningkatan miopia. Ada bukti bahwa kurangnya
rangsangan normal menyebabkan perkembangan bola mata yang
tidak tepat. 'Rangsangan normal' mengacu pada lingkungan.
Manusia modern, yang menghabiskan sebagian besar waktu
mereka di dalam ruangan dalam cahaya redup, tidak memberikan
rangsangan visual yang sesuai mata mereka dan mungkin
berkontribusi pada miopia. Ras tertentu di wilayah afrika dan arktik
yang sebagian besar menjalani kehidupan berburu dan berkeliaran
di luar ruangan, memiliki tingkat miopia terendah. 8
4. Kecerdasan dan miopia
Sejumlah besar studi telah melaporkan hubungan antara
miopia dan iq tinggi. Penjelasan untuk efek ini mengarah ke intensif
dekat membaca oleh anak-anak yang rajin belajar. Studi lain
menunjukkan hal itu gen 'pleiotropic' mempengaruhi perkembangan
otak dan mata secara bersamaan. Beberapa laporan menyebutkan
bahwa iq tinggi dan miopia hidup berdampingan, terlepas dari
membaca berlebihan atau bekerja dekat. 8
5. Hipotesis Kerja Dekat
Banyak pemikiran telah menjelaskan hubungan kerja dekat
dengan perkembangan miopia. Hipotesis ini juga disebut sebagai
teori 'useabuse', yang mengkorelasikan perkembangan miopia
dengan penggunaan mata kita secara berlebihan untuk pekerjaan
yang dekat. Ada dua poin utama untuk mendukung hipotesis ini.
Pertama, terus menerus pekerjaan dekat menyebabkan
konvergensi konstan, yang pada akhirnya menciptakan stress yang
konstan pada otot ekstraokular. Kedua, terjadinya suatu akomodatif
stres pada otot ciliary secara terus menerus, di bawah fase kontraksi
yang konstan perlahan membangun tekanan di mata, dan mata
anak-anak yang masih berkembang, mungkin tumbuh terlalu besar.8
3.1.3 Klasifikasi
Terdapat beberapa sistem pembagian dari miopia yang
telah dikemukakan dalam 150 tahun terakhir. Beberapa sistem
pembagian yang umumnya dipakai yaitu menurut derajat
keparahannya, fisiologikal/ patologikal, struktur anatomi dan
sebagainya. Klasifikasi miopia berdasarkan derajat beratnya dibagi
menjadi tiga:8
- Miopia ringan, derajat miopia kecil antara 1-3 dioptri
- Miopia sedang, derajat miopia antara 3-6 dioptri
- Miopia berat atau tinggi, derajat miopia > 6 dioptri
3.1.4 Diagnosis
Evaluasi dari kelainan refraksi membutuhkan penilaian dari
status refraksi pada setiap mata, riwayat pemakaian kacamata,
keluhan saat ini dan juga tujuan penglihatan pasien. Pemeriksaan
refraksi dilakukan sejalan dengan evaluasi medis mata yang
komprehensif.8
I. Anamnesis
Riwayat penyakit diperoleh untuk memastikan kebutuhan
penglihatan pasien dan juga kemungkinan adanya penyakit
mata lain yang mendasari keluhan pasien.8,9
II. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan tajam penglihatan
Tajam penglihatan jarak jauh dilakukan pada ruangan
dengan penerangan yang cukup dari jarak 20 feet atau 6
meter dengan bagan karakter yang mempunyai kontras
yang tinggi. Pemeriksaan penglihatan jarak dekat dilakukan
pada jarak 36 cm dan kemudian pasien melihat kartu baca
dengan kontras yang tinggi.8,9
b) Refraksi
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan terpisah pada
kedua mata. Refraksi dapat dilakukan secara objektif
dengan menggunakan retinoskopi dan autorefraktometer
atau secara subjektif.8,9
Pemeriksaan status refraksi jauh sebaiknya dilakukan
dengan kondisi akomodasi yang relaksasi. Dapat diperoleh
dengan teknik fogging atau teknik lainnya pada kondisi non-
siklopegik untuk memperoleh overkoreksi minus pada
pasien. Pada pasien yang lebih muda, refraksi siklopegik
terbukti berguna dalam pemeriksaan status refraksi pasien.
Pemeriksaan status refraksi dekat diperiksakan pada setiap
mata sebelum dilakukan siklopegia pada pasien-pasien
dengan keluhan jarak pandang dekat seperti hiperopia tinggi
dan presbiopia. Perbedaan signifikan antara refraksi
manifes dan siklopegik terlihat paling sering pada anak-
anak. Pada dewasa, perbedaan yang cukup besar pada
refraksi manifes dan siklopegik membutuhkan refraksi post-
siklopegik sebagai panduan dalam peresepan kacamata
pasien. Post-siklopegik dilakukan pada saat akomodasi
berfungsi penuh kembali.9
3.1.5 Penatalaksanaan
Miopia dikoreksi oleh lensa cekung yang tepat baik dalam
bentuk kacamata atau lensa kontak. Lensa kontak secara kosmetik
lebih cocok dengan penyimpangan minimal dan bidang visual
maksimum terutama untuk miopia berat. Namun pasien
membutuhkan motivasi dan perawatan yang lebih baik untuk
menjaga pemakaian lensa kontak. Operasi laser lasik semakin
populer di zaman sekarang. Tetapi memiliki keterbatasan sendiri,
karena miopia sangat tinggi kadang-kadang tidak cocok untuk
operasi karena ketebalan kornea yang buruk atau keratoconus.
Miopia yang sangat tinggi dapat diperbaiki dengan pertukaran lensa
tetapi pasien harus melakukannya menerima lensa bifocal di usia
muda karena akomodasi hilang setelahnya operasi.10
Perkembangan terbaru dalam pengobatan miopia sangat
tinggi dapat ditanamkan lensa kontak. Dalam operasi ini, lensa
normal dibiarkan seperti itu dan melalui limbal lensa kontak implan
dipasang di atas kristal normal lensa. Lensa kontak ini terus
melayang di atas lensa kristal. Ini alternatif pilihan untuk operasi
laser lasik di mana ketebalan kornea adalah faktor utama yang
menjadi keterbatasan operasi. Dengan demikian pasien
menyingkirkan kacamata dan akomodasi juga dipertahankan.
Namun operasi ini cukup mahal. Baru-baru ini jenis lensa kontak
khusus telah diperkenalkan disebut lensa ortho-k yang akan
digunakan oleh pasien dalam semalam dan dihapus pada siang hari.
Ini mengoreksi miopia serta hypermetropia secara reversibel.
Setelah pasien berhenti menggunakannya, bias kesalahan
kembali.10
3.1.6 Komplikasi
Miopia tinggi ditandai dengan pemanjangan panjang
aksial, dan akibatnya peregangan dinding mata posterior
menyebabkan berbagai komplikasi spesifik termasuk katarak, atropi
chorioretinal, dan lubang makula dengan atau tanpa ablasi retina,
foveoschisis miopia, atau perubahan formasi saraf optik.
Kebanyakan dari komplikasi ini adalah penglihatan mengancam dan
sering menyebabkan kerusakan fotoreseptor retina ireversibel, dan
dengan demikian, kehilangan penglihatan sentral.10
3.2 Anisometropia
3.2.1 Definisi
3.2.2 Etiologi
Penyebab anisometropia dapat dikarenakan kongenital, dan
didapat, yaitu:
1. Kongenital dan anisometropia karena pertumbuhan, yaitu
muncul disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan dari kedua
bola mata
2. Anisometropia didapat, yaitu mungkin disebabkan oleh
aphakia uniokular setelah pengangkatan lensa pada katarak
atau disebabkan oleh implantasi lensa intra okuler dengan
kekuatan yang salah. Dapat terjadi juga karena trauma
6,10
intraokuler pada mata.
6,10
Anisometropia dapat terjadi apabila:
1. Mata yang satu hipermetropia sedangkan yang lain
miopia (antimetropia)
2. Mata yang satu hipermetropia atau miopia atau astigmatisme
sedangkan yang lain emetropia
3. Mata yang satu hipermetropia dan yang lain juga
hipermetropia,dengan derajat refraksi yang tidak sama
4. Mata yang satu miopia dan yang lain juga miopia dengan
derajatrefraksi yang tidak sama
3.2.8 Komplikasi
• Power
Lensa yang dipilih harus memiliki kekuatan sedekat mungkin
dengan kekuatan kacamata, ada beberapa langkah dasar untuk
menghitung daya yang diharapkan dari lensa kontak lunak.
Kekuatan lensa kacamata harus diatas 4d karena jika dibawah ini
maka selisih power lensa kontak dengan kacamata terlalu kecil jadi
dapat diabaikan. Pengkonversian power dapat dilihat dari tabel jaraj
vertex. 19
• Water content (kadar air)
Kadar air pada lensa lunak diklasifikasi dalam beberapa jenis
yaitu kadar air rendah (38% atau kurang), sedang (38% hingga
45%), atau tinggi (55% atau lebih besar). Kadar air adalah faktor
dalam kualifikasi lensa untuk pemakaian sehari-hari atau
penggunaan dalam jangka panjang. Kadar air juga merupakan faktor
penting dalam keluhan pasien yang berkaitan dengan “kering gejala
mata. Lensa kontak lunak telah terbukti kehilangan sekitar 6%
hingga 10% dari kadar airnya dalam enam jam pertama dipakai.
Saat lensa mengalami dehidrasi, lensa akan cenderung menajam
dan mungkin menjadi lebih kencang di mata. Ketat mungkin terkait
dengan keluhan pasien tambahan pelepasan lensa yang sulit,
penglihatan kabur, dan mata merah. Sehingga kebutuhan air pada
jenis lensa kontak lunak mengambil asupan air dari lapisan air
mata.19
Kalsifikasi fda dari material hydrogel terbagi dalam 4 grup
yaitu:
1. Grup 1: kadar air rendah (<50%) non ionic
2. Grup 2: kadar air rendah (<50%) ionic
3. Grup 3: kadar air tinggi (>50%) non ionic
4. Grup 4: kadar air tinggi (>50%) ionic
• DK (Diffusion Coefisien)
Karena kornea menerima sebagian besar oksigen dari
atmosfer, maka transmisibilitas oksigen sesuai dengan lensa kontak
satu sifat yang paling penting. Permeabilitas oksigen adalah
kemampuan suatu material lensa kontak untuk oksigen menembus
material dimana digambarkan sebagai dk, di mana d adalah
kemampuan material menembus lensa kontak dan k adalah
kelarutan oksigen pada bahan material. Tingkat sensitivitas adalah
ukuran seberapa cepat oksigen dapat bergerak melalui material,
sedangkan kelarutan adalah ukuran berapa banyak oksigen yang
bisa ditampung material. Permeabilitas oksigen permeabilitas
oksigen diatur oleh ewc dalam hidrogel. Hubungan ini didasarkan
pada kemampuan oksigen untuk lewat melalui air ketimbang melalui
materialnya sendiri. Telah terbukti terdapat hubungan antara ewc
dan permeabilitas oksigen. Untuk menghitung jumlah oksigen yang
akan bergerak dari anterior ke posterior lensa, maka ditentukan oleh
oksigen permeabilitas (dk) dibagi dengan ketebalan lensa (t).20
• Penilaian Pemasangan Lensa Kontak
Penggunaan flourescein sangat penting dalam fitting lensa
kontak lunak. Dasar dari penilaian pada gambaran fluorescein
adalah bila tidak ada warna hijau dalam pewarnaan flourescein
daerah yang diwarnai akan tampak berwarna hitam. Reflek hitam
ini diindikasikan bahwa daerah tersebut tidak ada lapisan air mata
yang mengandung fluorescein berarti pada tempat lensa kontak
menempel langsung pada kornea. Sebaliknya tempat lensa kontak
tidak menempel pada kornea ruang ini akan teisi oleh flourescein.
Pola flourescein yang ideal cendrung untuk sejajar dimana kurva
posterior lensa paralel dengan kurvatura kornea.19,20
• Pergerakan
Pergerakan lensa penting pada uji pasang kontak lensa lunak
karena memfasilitasi perubahan air mata, mengangkat debris di
bawah lensa, dan pertukaran oksigen selama berkedip. Posisi ideal
saat bergerak adalah 0.2 – 0.4 mm saat berkedip. Pergerakan yang
halus menandakan posisi yang bagus. Lensa posisi ketat akan
bergerak sedikit, menyebabkan stagnasi debris di bawah lensa dan
mata merah. Lensa yang bergerak berlebihan berada pada posisi
longgar dan menyebabkan ketidaknyamanan pemakai. 19,20
• Sentrasi
Lensa pada posisi sentral berada pada kornea pada semua
posisi gerakan. Zona optik menutupi aksis visual atau seluruh
bagian pupil. Lensa yang tidak sentral akan menyentuh konjungtiva
dan menyebabkan rasa tidak nyaman.19
3.3.4 Kontra Indikasi
1. Inflamasi Segmen Anterior yang Aktif
Inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea atau traktus
uvea anterior.
• Kondisi kelopak mata seperti skuomosa atau blefaritis
rosasea, kalazion dan penyakit ini harus diatasi dulu
sebelum pemberian lensa kontak
• Konjungtiva bulbi seperti adanya folikel atau papil pada
konjungtiva tarsal. Adanya pterigium, namun untuk
ptrerigium yang kecil tidak melewati limbus dapat
dipertimbangkan untuk pemakaian lensa kontak.
2. Riwayat Baru atau Terjadinya Erosi Kornea atau Rekuren
• Parut dari trakoma kornea, keratitis intersisial lama
3. Distrofi Membran Dasar Anterior
4. Dry Eye
• Sekresi air mata yang kurang pada keratokonjungtifitis sicca
dapat menyebabkan BUT yang cepat
5. Bleb Setelah Operasi Glaukoma.
• Gerakan lensa kontak dapat terjadi saat pasien mengedip
sehingga dapat megenai blep sehingga blep dapat pecah.
Glaukoma sendiri bukan bukan suatu pertimbangan yang
penting untuk pemakaian lensa kontak teknik khusus dapat
diambil apabila adanya drainase blep.21
BAB IV
DISKUSI
Pemeriksaan keratometri
OD OS
K1 : 7,58 D : 44.50 K1 : 7.66 D : 45.25
K2 : 7.35 D : 46.00 K2 : 7.37 D : 46.00
AVG : 7.46 D : 45.25 AVG : 7.46 D : 45.25