Disusun oleh:
Andi Siti Hardiyanti 112015098 Randilutfi Santoso 1610221025
Ivanalia Soli Deo 112015170 Dhea Andhira 1610221132
Tesa Iswa Rahman 112015141 Salfarina Azira 112015200
Natalia Yobeanto 112015146 Albert Chandra Wijaya 112016215
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UKRIDA & UPNVJ
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 11 SEPTEMBER 2017 07 OKTOBER 2017
DAFTAR ISI
Judul Hal
1
2.3.4 Peraturan Menteri Kesehatan No 37 tahun 2014 ................................. 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang transplantasi organ dan berbagai aspek yang terlibat secara umum di
dunia dan khususnya di Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Mengetahui tentang transplantasi organ
2 Mengetahui aspek etika transplantasi organ
3 Mengetahui aspek hukum dan medikolegal transplantasi organ
4 Mengetahui aspek agama transplantasi organ
4
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
Untuk penulis:
1. Untuk memenuhi syarat mengikuti ujian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal di RSUP Dr. Kariadi Semarang
2. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai transplantasi organ dan berbagai aspek
yang terlibat
Untuk komunitas medis
Agar komunitas medis dapat lebih memahami tentang transplantasi organ dan proses
yang terlibat di dalamnya serta berbagai aspek yang terlibat
Untuk pemerintah
Untuk memberikan gambaran perbandingan tentang bagaimana transplantasi organ
diatur di Indonesia dan di Negara lain supaya transplantasi organ di Indonesia dapat
diatur dengan lebih baik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dapat berhasil dilakukan. Saat ini lebih dari 2400 transplantasi mata dilakukan
setiap tahunnya. Transplantasi mata merupakan hal yang unik karena tidak
membutuhkan suplai pembuluh darah untuk tetap hidup (survive) dan kornea
mata dapat didonasikan hingga 24 jam setelah kematian dan dapat dilakukan
semua orang dengan berbagai umur.
1918 Selama Perang Dunia I, transfusi darah menjadi semakin dikuatkan telah
menyelamatkan banyak nyawa operasi menjadi mungkin untuk pertama kalinya.
Ada banyak usaha transfusi darah yang tidak berhasil dalam ratusan tahun tetapi
mereka selalu gagal karena ilmu pengetahuan dibelakang darah tidak terlalu
dimengerti. Dengan golongan darah dan pengembangan anti pembekuan, darah
dapat disimpan untuk tranfusi dengan hasil yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Selama perang Dunia pertama, tentara Inggris menggunakan teknologi ini untuk
membuat Depot Darahsebagai tempat penyimpanan, ini merupakan bentuk awal
dari bank darah.
1954 Keberhasilan sesungguhnya pertamakalinya dalam transplantasi ginjal dilakukan
oleh Dr. Joseph Murray dan Dr. David Hume, Brigham Hospital, Boston,
Massachussetts. Tehnik kedokteran yang terus berlanjut ini telah berhasil
menyelamatkan lebih dari 400,000 nyawa diseluruh dunia. Dr Joseph Murray dan
teamnya mentransplantasikan ginjal dari Ronald Herrick kepada saudara
kembarnya yang sekarat Richard. Operasi tersebut menyelamatkan nyawa saudara
kembarnya. Ginjal biasanya didonorkan pada saat pendonor meninggal (in
articulo mortis), akan tetapi 1/3 biasanya pada saat pendonor hidup, dan pendonor
ini dapat melanjutkan kehidupannya hanya dengan satu ginjal. Sekarang ginjal
merupakan organ yang paling banyak ditransplantasikan.
1962 Keberhasilan pertama transplantasi ginjal dari mayat (kadaver) Oleh Dr. Joseph
Murray and Dr. David Hume, Brigham Hospital, Boston 1963 Keberhasilan
pertama transplantasi paru-paru oleh Dr. James Hardy, University of Mississippi
Medical Center, Jackson, MS
1967 Keberhasilan pertama transplantasi hati oleh Dr. Thomas Starzl, University of
Colorado, Denver, CO. Keberhasilan pertama transplantasi Jantung oleh Dr.
Christiaan Barnard, Groote Schuur Hospital, South Africa
1983 FDA menyetujui Cyclosporine, yang merupakan zat anti penolakan yang paling
berhasil.
7
1988 FDA menyetujui Viaspan yang merupakan media pengawet organ yang
didonorkan. Keberhasilan pertama transplantasi usus kecil.
1989 Keberhasilan pertama transplantasi hati donor hidup sedarah.
1990 Keberhasilan pertama transplantasi paru donor hidup sedarah.
1992 Hati baboon ditransplantasikan ke manusia yang sekarat karena kegagalan hati
8
dipindahkan pada bagian kulit yang rusak akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam
operasi bypass karena penyakit jantung koroner.
b. Isograft
Termasuk dalam autograft adalah "syngraft" atau isograft yang merupakan prosedur
transplatasi yang dilakukan antara dua orang yang secara genetik identik. Transplantasi
model seperti ini juga selalu berhasil, kecuali jika ada permasalahan teknis selama operasi.
Operasi pertama ginjal yang dilakukan pada tahun 1954 merupakan operasi transplantasi
syngraft pertama antara kembar identik.
c. Allograft
Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh
orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang yang telah dinyatakan meninggal
pada orang lain yang masih hidup. Kebanyakan sel dan organ manusia adalah Allografts.
d. Xenotransplantation
Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari species bukan
manusia kepada tubuh manusia. Contohnya pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia
untuk mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.
e. Transplantasi Domino (Domino Transplantation)
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987. Donor
memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor, dan penerima donor ini
memberikan jantungnya kepada penerima donor yang lain. Biasanya dilakukan pada
penderita "cystic fibrosis" (hereditary disease) dimana kedua parunya perlu diganti dan
secara teknis lebih mudah untuk mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan.
Biasanya jantung dari penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan
kepada orang lain yang membutuhkan.
f. Transplantasi Dibagi (Transplantation Split)
Kadangkala donor mati khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk dua
penerima, khususnya dewasa dan anak, akan tetapi transplatasi ini tidak dipilih karena
transplantasi keseluruhan organ lebih baik.
2.1.3.3 Dari Sel Induk (Stem Cell)
Transplantasi sel induk dilakukan apabila sumsum tulang berhenti memproduksi sel
induk yang sehat. Sama dengan transplantasi lainnya jenis transplantasi induk ada yang
sifatnya Autograft yaitu tubuh sendiri yang menghasilkan kemudian ditransplantasi kedalam
tubuh sendiri. Allograft apabila berasal dari donor orang lain asalkan cocok, biasanya yang
9
masih ada hubungan darah, akan tetapi saat ini bisa juga didapatkan dari donor orang lain.
Perlakuan ini biasanya dilakukan untuk leukemias, lymphomas,dan kelainan lain dari
sumsum tulang. Yang terakhir adalah tandem transplant merupakan Transplantasi dobel
autograft, sel induk dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dilakukan dosis tinggi chemo,
kemudian ditransplantasikan 2 kali ke pasien itu sendiri biasanya dengan jarak 6 bulan. Cara
ini digunakan untuk penyakit cancer jenis tertentu, termasuk multiple myeloma, Hodgkin
disease, and non-Hodgkin lymphoma.
a. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti
tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang
merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.
b. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang
terkandung tidak sebanyak pd sumsum tulang untuk jumlah sel induk mencukupi suatu
transplantasi.biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-
CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.
c. Transplantasi sel induk darah tali pusat (Stem cord)
Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan memiliki
keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi
pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan
sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk merupakan infusi dari sel induk yang sehat kepada tubuh pasien itu
sendiri.
11
Test darah lengkap, hitung darah, kimia darah dan skrinning terhadap virus seperti
hepatitis B, CMV dan HIV
Human Leukocyte Antigen (HLA)
b. Pencarian donor yang sesuai
Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi donor utama setelah melalui proses
pencocokan donor. Pencarian donor yang cocok berguna untuk mengurangi beratnya
penolakan dari tubuh resipien terhadap organ yang didonorkan, maka sebaiknya jaringan
donor dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang semaksimal mungkin. ABO dan
HLAnya.
2.1.5.2 Saat Operasi Transplantasi
Dalam pencangkokan organ, jaringan maupun sel merupakan suatu proses yang rumit.
Keadaan normal, sistem kekebalan tubuh akan menyerang dan menghancurkan jika terdapat
jaringan asing dalam tubuh (keadaan ini dikenal sebagai penolakan transplantasi). Antigen
adalah suatu zat yang dapat merangsang terjadinya reaksi kekebalan, yang ditemukan pada
permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang menerima jaringan dari donor, maka
antigen pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh
resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing. Selain kesamaan golongan darah
yang hal lain yang penting adalah human leukocyte antigen (HLA) merupakan antigen yang
paling penting pada pencangkokan jaringan. Semakin sesuai antigen HLAnya, maka
kemungkinan besar pencangkokan akan berhasil. Pemakaian obat-obatan immunosupresan
merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menekan reaksi penolakan dalam
pencangkokan.
2.1.5.3 Pasca Operasi
Dalam transplantasi organ kemungkinan untuk terjadinya penolakan oleh tubuh
resipien mungkin saja terjadi secara hiperakut, akut ataupun kronis. Meskipun jenis HLA
sesuai, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak dikendalikan, maka organ yang
dicangkokkan biasanya ditolak. Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ
dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan
kemudian. Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya
berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat
merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan gejala
sistemik seperti demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi
secara tiba- tiba.
12
Semakin majunya teknologi dalam dunia medis, penemuan obat-obatan yang dapat
menekan sistem kekebalan telah meningkatkan angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi
obat tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap
organ yang dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran
benda asing lainnya oleh sistem kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang intensif
biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan atau
jika terlihat tanda-tanda penolakan. Berbagai jenis obat immunosupresan yang sering
digunakan adalah :
Cyclosporins (Neoral, Sandimmune, SangCya). Obat ini bekerja dengan cara
menghambat aktivasi T-cell, sehingga mencegah T-cells dari serangan organ yang
ditransplantasikan.
Azathioprines (Imuran). Obat ini mengganggu sinstesis dari DNA dan RNA
termasuk juga dari pembagian cell.
Monoclonal antibodies, termasuk basiliximab (Simulect), daclizumab (Zenpax),
dan muromonab (Orthoclone OKT3). Obat ini bekerja dengan cara menghambat
penyatuan interleukin-2, yang akan melambatkan produksi T-cells dalam pasien
imune sistem.
Disamping itu ada beberapa efek samping akibat dari obat immunosupresan tersebut,
diantaranya dapat menimbulkan infeksi dan sepsis, kemudian kelainan Post-transplant
lymphoproliferative (bentuk dari lymphoma akibat dari immunesuppressants), juga terjadi
ketidak seimbangan elektrolit termasuk kalsium and fosfate yang dapat menimbulkan
masalah diantaranya pada tulang. Juga mungkin terjadi efek lainnya seperti gangguan
pencernaan, hirsutism (pertumbuhan rambut tidak terkendali pada pria), rambut rontok,
kegemukan, jerawatan, diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterolemia, dan lainnya. Akibat
penekanan anti penolakan maka menyebakan penurunan kekebalan tubuh yang berakibat
dapat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan dapat menimbulkan
komplikasi hingga berakibat kematian.
Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah
mencakup aspek etik, terutama mengenai dilarangnya memperjual belikan alat dan jaringan
tubuh untuk tujuan transplantasi ataupun meminta kompensasi material lainnya.
Transplantasi organ dipandang dari sudut etika harus dipertimbangkan dari empat sudut
prinsip Biomedikal Etik yaitu:
1. Hormat pada Otonomi (Respect for Autonomy)
14
Mendonorkan organ merupakann perbuatan yang mulia. keputusan untuk
mendonorkan organ merupakan keputusan (otonomi pendonor) yang diputuskan
sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
2. Tidak berbuat jahat atau membahayakan (Non Malefincence)
Setiap operasi transplantasi yang dijalankan selalu mengandung resiko. Pendonor dan
penerima donor harus diberi penjelasan mengenai resiko yang akan timbul dalam
proses transplantasi. Mempersiapkan tim dokter yang disertai dengan teknologi yang
memadai dapat meminimalkan resiko kegagalan operasi.
3. Berbuat kebaikan (Beneficence)
Prinsip berbuat kebaikan mendikte kita untuk berbuat baik kepada orang lain,
terutama apabila tidak terkandung resiko bagi si pemberi kebaikan. Dalam hal
transplantasi organ tujuan kebaikan tersebut dapat hilang apabila lebih tinggi
resikonya.
4. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dalam donasi dan transplantasi organ lebih relevan terhadap alokasi
organ, yang menyangkut kepada keperluan yang adil, sama dan sesuai dengan
kebutuhan pasien yang tidak terpengaruh faktor lain.
18
Pasal 5
1. Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang
memberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan.
2. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberikan persetujuan.
3. Segala akibat yang akan timbuk dari pembatakan persetujuan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab yang
membatalkan persetujuan.
Pada pasal 5 dijelaskan bahwa persetujuan tindakan dapat dibatalkan sebelum tindakan
kedokteran diberikan dan segala akibat yang ditimbulkan nantinya merupakan tanggung
jawab dari pasien.
Berdasarkan apa yang dirumuskan dalam Permenkes No.290 Tahun 2008 tersebut,
pengertian persetujuan tindakan kedokteran dapat dilihat dalam dua sudut, yaitu pengertian
umum dan pengertian khusus. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang
diperoleh dokter sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan kedokteran
apapun yang akan dilakukan. Sedangkan dalam pengertian khusus, persetujuan tindakan
kedokteran mengacu pada persetujuan yang dikaitkan dengan izin tertulis dari pasien atau
keluarga pada tindakan operatif atau invasive lain yang beresiko.
Menurut Appelbam, informed consent bukan sekedar formulir persetujuan yang didapat
dari pasien, tetapi merupakan suau proses komunikasi. Formulir persetujuan adalah
pengukuhan atau pendokumentasian apa yang disepakati.8 Persetujuan dalam pelayanan
medis tesebut menimbulkan suatu perikatan, yang ditandai dengan adanya perjanjian medis
atau kontrak medis, yang merujuk pada hubunngan antara dokter dengan pasiennya terkait
hal-hal medis. Perjanjian yang dikenal dalam bidang kesehatan adalah perjanjian tarapeutik.
Perjanjian tersebut melahirkan sebuah hubungan hukum yang kerap disebut sebagai transaksi
tarapeutik. Berikut adalah berbagai rumusan mengenai apa yang dimaksud sebagai transaksi
tarapeutik, yaitu:9
1. Hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis secara
professional, didasarkan kompetensi yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan
tertentu di bidang kedokteran.
2. Suatu perjanjian antara dokter dengan pasien untuk melakukan tindakan tarapeutik
atau pengobatan, atau transaksi untuk mencari dan menerapkan terapi yang paling
tepat untuk menyebuhkan penyakit pasien.
19
3. Hubungan antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam suasana saling
percaya, serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan , dan kekhawatiran
makhluk insani.
4. Kontrak yang dibuat antara pasien dengan tenaga kesehatan dan/atau dokter gigi, di
mana tenaga kesehatan dan/atau dokter atau dokter gigi berusaha melakukan upaya
maksimal untuk melakukan penyembuhan terhadap pasien sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat antara keduanya dan pasiwn berkewajiban membayar
biaya penyembuhannya.
Sesungguhnya Indonesia telah mengenal konsep informed consent sebelum adanya
rumusan yang disahkan dalam World Medical Assembly tersebut. Namun, baru di tahun
1988, Indonesia membuat suatu fatwa PB.IDI No. 319/PB/A.4./88 tentang informed consent.
Fatwa ini kemudian dirubah menjadi Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik.Kini, Peraturan Menteri Kesehatan nomer 585 Tahun
1989 tentang persetujuan Tindakan Medik itu pun telah dicabut, dan digantikan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
Pada hakikatnya informed consent berasal dari dua buah kata, yaitu informed dan
consent. Informed berarti telah mendapatkan penjelasan atau keterangan atau informasi, dan
consent adalah memberi persetujuan atau mengizinkan. Untuk itu, informed consent
dipahami sebagai persetujuan yang duberikan setelah mendaoat informasi. Hingga sekarang,
belum terdapat kesepahaman mengenai istilah yang tepat untuk digunakan sebagai
terjemahan dari istilah informed consent. Adanya peraturan perundang-undangan yang
menyebutkan informed consent sebagai Persetujuan Tindakan Medik, adapula yang
mengatakan bahwa informed consent adalah Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Pada awal kemunculannya, berdasarkan Permenkes No.585 Tahun 1989, informed
consent diterjemahkan sebagai Persetujuan Tindakan Medik.Namun, dengan Permenkes
No.290 Tahun 2008, dimana informed consent bukan lagi Persetujuan Tindakan Medik,
melainkan Persetujuan Tindakan Kedokteran. Pada dasarnya, kedua peraturan tersebut
mempunyai rumusan yang hampir sama mengenai apa yang dimaksud dengan informed
consent.yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.
20
Selain hak meberikan persetujan, pasien juga memiliki hak untuk memberikann yang
penolakan terhadap usul dokter padanya, ,emmgemai tindakan kedokteran yang akan
dilaksanakan. Penolakan tersebut disebut informed refusal, Dokter harus menghormati
keputusan pasien yang melakukan penolakan tersebut. Namun, pasien tersebut mempunyai
tanggung jawab atas keputusannya tersebut, dan penolakan tersebut harus dilakukan seara
tertulis.
21
3. Persetujuan dari penyidik Kepolisian setempat sebagaimana dimaksut pada ayat
(2) diberikan dalam hal tidak diketahui adanya persetujuan tertulis orang tersebut
selama hidupnya/persetujuan tertulis keluarganya tidak dimungkinkan.
4. Dalam hal mayat tersebut berhubungan dengan perkara pidana, pemanfaatan organ
dari mayat hanya dapat dilakukan setelah proses pemeriksaan mayat yang
berkaitan dengan perkara selesai.
5. Pemanfaatan organ dari mayat harus dilakukan pencacatan dan pelaporan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 19
1. Pengambilan organ dari donor cadaver hanya dilakukan segera setelah calon donor
cadaver dinyatakan mati batang otak.
2. Sebelum pengambilan organ dari donor cadaver sebagaimana dimaksut pada ayat
(1), wajib memperoleh persetujuan dari keluarga terdekat donor lebih dahulu.
2.3.5 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan
Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia11
Pengaturan mengenai transplantasu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1981 dibuat untuk menjamin bahwa pengambilan alat dan/atau jaringan tubuh manusia yang
akan dipindahkan, tidak menyimpang dari maksut pengobatan untuk menolong penderita.
Selain untuk tujuan jaminan tesebut, peraturan perundang-undangan ini juga berfungsi
sebagai bentuk perlindungan hukum bagi para pelaksana tindakan bedah mayat dan
transplantasi. Adapun ketentuan yang khusus terkait dengan transplantasi tersebar dalam
pasal, seperti :
Pasal 1
- Huruf c : alat tubuh manusai adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang
dbentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta fungsi tertentu
untuk tubuh tersebut.
- Huruf d : jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama dan tertentu
- Huruf e : transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk
pemindahan alat/atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang
22
lain dalam rangka pengobatan untu menghentikan alat dan/atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik.
- Huruf f : donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan/atau jaringan
tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan
Pasal 10
Ayat 1:
transplantasi alat dana atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam 2 huruf a
dan huruf b, yaitu bedah mayart boleg dilakukan dalam keadaan dengan
persetujuan tertulis penderita dan/atau keluarganya terdekat setelah penderita
meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan
pasti, atau tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat,
apabila diduga penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan
orang atau masyarakat sekitarnya.
Ayat 2 :
Tata cara transplantasi alat dan/atau jaringan tubuh manusia diatur oleh
menteri kesehatan.
Pasal 11
Ayat 1
Transplantasi alat dan/atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan
doter yang bekerja pada sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan.
Ayat 2
Transplantasi alat/atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
doter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12
Dalam rangka transplantasi penentuan saat mati ditentukan oleh dua dokter yang tidak
ada sangkut paut medis dengan dokter yang melakukan transplantasi
Penjelasan :
Saat meninggal dunia seseorang di rumah sakit yang modern telah menggunakan alat yang
disebut elektro-encepalograf, yaitu alat yang mendeteksi kematian seseorang berdasarkan
aktivitas otaknya, tidak lagi didasarkan pada peredaran darah dan pernafasan
23
Pasal 13
Persetujuan tertulis untuk bedah mayat yang dilakukan oleh penderita dan/atau keluarganya
terdekat setelah penderita meninggal dunia, untuk pengambilan alat dan/atau jaringan tubuh
manusia untuk keperluan transplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan yang
meninggal dunia yang dilakukan oleh keluarga yang terdekat, dan untuk mentransplantasikan
alat dan/atau jaringan tubuh manusia yang diberikan oleh calon donor hidup, dibuat di atas
kertas bermaterai dengan dua orang saksi
Pasal 14
Pengambilan alat dan/atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau Bank
Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis
keluarga yang terdekat
Penjelasan :
Dalam keadaan pasien gawat dan tidak sadar sehingga tidak dapat diajak berbicara,
persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat, yang diberitahukan dalam waktu maksimal
2x24 jam sejak korban kecelakaan terkait meninggal dunia. Apabila tidak ada keluarga yang
datang dalam waktu tersebut, pengambilan alat dan/atau jaringan tubuh boleh dilakukan
Pasal 15
Ayat 1:
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan/atau jaringan tubuh
manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan
terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter
konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi.
Ayat 2:
Dokter sebagaimana dimaksut dalam ayat 1 harus yakin benar, bahwa calon
donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tersebut
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meinggal dunia tidak berhak atas sesuatu kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang mengirim dan menerima alat dan/atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk
ke dan dari luar negeri.
24
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan/atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk
keadaan dari luar negeri
Penjelasan :
Ketentuan ini memiliki dikecualikan dari pengiriman alat dan/atau jaringan tubuh dalam
rangka penelitian ilmiah, kerja sama, dan saling menolong dalam keadaan tertentu.
26
2.4.3 Transplantasi organ dari segi agama Katolik13
Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung kita,
tetapi sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medis
yaitu otak kita yang mati, seperti koma vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentu
kalau kita dalam keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain
yang mebutuhkan dengan mennjadi donor.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor darah, sum-
sum,ginnjal, kulit, mata, tulang maka kita dianjurkan untuk melakukannya. Sedangkan
menjadi donor mati seperti donor jantung atau bagian tubuh lainnya dimana donor tidak bisa
hidup tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat Katolik wajib untuk dinyatakan
mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati sepenuhnya, jadi kita
harus menunnggu sampai si donor sudah benar-benar mati untuk fipanen organ, dan ini
terbukti tidak ada halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ.
2.4.4 Transplantasi organ dari segi agama Hindu14
Menurut ajaran Hindu Donasi dan Transplantasi Organ tubuh dapat dibenarkan
dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari
penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting,
utama, mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal.
Tetapi sekali lagi, perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan
tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan
material. Alasan yang lebih bersifat logis dijumpai dalam kitab BhagawadgitaII.22
sebagai berikut: Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati naroparani, tatha
sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi Artinya: seperti layaknya
seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula Sang Roh
menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang
tiada berguna.
Kematian adalah berpisahnya Jiwatman atau roh dengan badan jasmani ini. Badan
Jasmani atau sthula sarira (badan kasar) terbentuk dari Panca Maha Bhuta (apah= unsur
cair, prethiwi= unsur padat, teja= unsur sinar, bayu= unsur udara dan akasa=unsure ether)
ibarat pakaian. Apabila badan jasmani (pakaian) sudah lama dan rusak, kita akan
membuangnya dan menggantikannya dengan pakaian yang baru. Dari pemaparan diatas
dapatlah disimpulkan tiada satu agamapun yang melarang umatnya untuk mendonasikan
27
organnya untuk keperluan transplantasi. Ajaran universal dari kelima agama tersebut
diatas adalah kemanusiaan, untuk menolong sesama.
2.4.5 Transplantasi organ menurut agama Budha15
Dalam agama Buddha dikenal ajaran Catur Paramitha yaitu mengenai empat budi
luhur yang meliputi maitri (memiliki cinta kasih), karuna (suka menolong), mudita (simpati)
dan upeksa (menghargai semua orang). Hal sama dikemukakan oleh Venerable Dr. K. Sri
Dhammananda Nayake Maha Thera J.S.M., Ph.D., D.Litt. yang merupakan Kepala
Pendeta Buddha Tinggi di Malaysia dan Singapura, dalam pendapatnya mengenai
donasi organ sebagaimana dikutip dari website Malaysian Society of Transplant,
menurut pendapat beliau dari sudut pandang agama Buddha, donasi organ setelah orang
meninggal untuk kepentingan perbaikan hidup manusia lain merupakan perbuatan amal
yang terbentuk berdasarkan landasan spriritual atau jalan religius dalam kehidupan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa agama Buddha sangat mendukung kemajuan teknologi
kedokteran sebagai bagian dari kemajuan akal budi manusia untuk mendonasikan organ
untuk menolong sesama, tetapi tidak untuk diperjualbelikan. Donor merupakan karma
yang baik yang dapat menghapuskan karma buruk sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dalam agama Buddha donasi organ merupakan hal luhur untuk menolong sesama.
Keputusan untuk menjadi donor diserahkan kepada masing-masing individu untuk
memutuskan, yang jelas ajaran Buddha sangat mendukung aksi kemanusiaan untuk
menolong sesama melalui donasi organ.
28
BAB III
PENUTUP
Seluruh agama yang dianut di Indonesia tidak ada yang melarang praktek donasi
organ, karena dasar dari semua agama yang dianut di Indonesia adalah demi kebaikan untuk
menolong sesama yang kesusahan.Berdasarkan praktek di negara-negara yang telah maju
maupun negara dengan mayoritas penduduk beragama muslim, transplantasi telah
menyelamatkan banyak nyawa.
Praktek donasi dan transplantasi organ sebaiknya segera dituangkan kedalam
peraturan perundang-undangan Nasional dalam bentuk undang-undang, karena menyangkut
hak-hak asasi manusia, hak dan kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan
kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; wilayah negara dan pembagian daerah;
kewarganegaraan dan kependudukan.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. BBC. Organ donation: christian teachings about the donation and transplant of human
organs. Available at:
http://www.bbc.co.uk/religion/religions/christianity/christianethics/organs.shtml.
Accessed on 23 November 2017.
2. Soetjipto P, Adisasmito WBB. Transplantasi organ manusia. Jakarta : Universitas
Indonesia. 2013.
3. Sheperd AM. Clinical Information: evidence summaries, brain death, organ
tranplantation & bone donation. Adelaide: Joanna Briggs Institute; 2009.
4. Derrer, DT. Dealing with Side effect after an organ transplant. Available at
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/life-after-transplant-dealing-side-effects. Accessed
on 21 November 2017.
5. Kode etik kedokteran indonesia. Available at http://mkekpbidi.org/kode-etik-kedokteran-
indonesia/. Accessed on 21 November 2017.
6. Undang-undang republik indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Available at
www.depkes.go.id/.../UU%20Nomor%2036%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehat
an. Accessed on 22 November 2017.
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Available
at www.idionline.org/.../PMK-No.-290-ttg-Persetujuan-Tindakan_Kedokteran/. Accessed
on 22 November 2017.
8. Berg JW, Appelbaum PS, dkk. Informed consent: legal theory and clinical practice. Ed 2.
Oxford University Press. 2001.
9. J. Guwandi. Dugaan malpraktek medik dan perjanjian terapeutik antar pasien dan dokter.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 37 tahun 2014 tentang penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor.
Available at
sinforeg.litbang.depkes.go.id/.../PMK_No._37_ttg_Penentuan_Kematian_dan_Pemanfaat
an_Organ_Donor. Accessed on 22 November 2017.
11. Peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia. Available at
30
www.idionline.org/.../PP-No.-18-Tahun-81-ttg-Bedah-Mayat. Accessed on 22 November
2017.
12. .A.Sachedina. Islamic views on organ transplantation. Available at
http://www.asu.edu/clubs/bioethics/islamic.pdf. Accessed on 23 November 2017.
13. Canadian Catholic Bioethics Institute. Organ donation: a catholic perspective. Institut
Candien Catholique de Bioethioue. Available at www.ccbi-
utoronto.ca/documents/ODB.pdf. Accessed on 23 November 2017.
14. BBC. Hinduism: organ donation. Available at
www.bbc.co.uk/religion/religions/hinduism/hinduethics/organ_donation. Accessed on 23
November 2017.
15. Keown D. Buddhism, brain death, and organ transplatation. Vol 17. J of Buddhist
Ethics;2010.
31