Anda di halaman 1dari 9

RESOURCE PERSON SESSION(RPS)

ASPEK MEDIKOLEGAL PEMBUATAN SURAT KEMATIAN


DAN PENGIRIMAN JENAZAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)


SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman

Presentan :

Faridah Qonitta N 12100118599


Raisha Fasmilisa N 12100118635

Preseptor:

Fahmi Arief Hakim, dr., Sp.F.

SMF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas kesimpulan Resource Person Session (RPS) mengenai
Aspek Medikolegal Pembuatan Surat Kematian dan Pengiriman Jenazah.
Kesimpulan Resource Person Session (RPS) ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas
Kedokteran UNISBA di rumah sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.
Dengan tersusunnya kesimpulan Resource Person Session (RPS) ini, penulis tak lupa
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
penyusunan kesimpulan Resource Person Session (RPS) ini hingga selesai. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada yang terhormat FahmiArief Hakim, dr., Sp.F sebagai preseptor .
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan kesimpulan
Resource Person Session (RPS) ini untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran dalam
perbaikan kesimpulan Resource Person Session (RPS) ini. Besar harapan penulis agar
kesimpulan Resource Person Session (RPS) ini dapat diterima dan memiliki nilai manfaat bagi
banyak pihak, khususnya pihak-pihak yang terkait dan berhubungan dengan kesimpulan
Resource Person Session (RPS) ini.
Tiada kata lain yang pantas diucapkan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal. Amin

Bandung, 29 April 2019

Penulis
Definisi Kematian

• SK PB IDI No.336/PB/A.4/88:

Mati batang otak irreversible: fungsi spontan nafas, fungsi sirkulasi dan fungsi luhur
(saraf)

• Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1981, Pasal 1 ayat g:

Meninggal adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan jantung seseorang terhenti

• Fatwa IDI No. 231/PB/A.4/1990:

Seseorang dinyatakan mati manakala fungsi spontan nafas dan sirkulasi berhenti
irreversibel atau terjadi kematian otak.

• Ordonansi Pemeriksaan Kematian No. 612 tahun 1916

Menyatakan bahwa jenazah tidak boleh dikubur sebelum diperiksa dan diberi surat
keterangan pemeriksaan kematian.

Kematian dapat diklasifikasikan berdasarkan:

 Mati Batang Otak


Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk
fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak
adalah koma, hilangnya seluruh reflex batang otak, dan apnea.
 Mati seluler

Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Ayatahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga

terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan


 Mati klinis

Korban dinyatakan Mati klinis bila pada saat melakukan pemeriksaan korban, penolong
tidak menemukan adanya pernafasan dan denyut nadi yang berarti system pernafasan dan
system sirkulasi darah terhenti. Pada beberapa keadaan penanganan yang baik masih
memberikan kesempatan kedua bagi system tersebut untuk berfungsi kembali.

 Mati otak
Mati otak mengacu kepada kondisi tidak adanya distribusi darah dan oksigen ke otak
yang menyebabkan seluruh system otak termasuk batang otak, saraf, dan bagian-bagian
otak lain yang mengatur aktifitas-aktifitas seperti pernapasan dan denyut jantung tidak
lagi bekerja dengan sempurna secara keseluruhan. Kehilangan fungsi otak ini umumnya
tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian otak.

Penerbitan Surat Kematian


Surat kematian menurut Stedman’s didefinisikan sebagai dokumen yang resmi, legal dan
rekaman penting, ditandatangani oleh dokter atau pihak yang berwenang, yang meliputi sebab
kematian, nama jenazah, usia, jenis kelamin, alamat, tanggal kematian, dan informasi lainnya
seperti tanggal lahir, tempat lahir, pekerjaan. Penyebab kematian utama dituliskan di baris
pertama surat kematian, diikuti dengan penyebab penyerta. Setelah dilakukan pemerikasaan,
maka dokter pemeriksa dapat menerbitkan surat kematian jenazah tersebut.

Ada 6 formulir surat kematian :


1. Formulir A
a. Surat keterangan pemeriksaan kematian
b. Diberikan kepada keluarga jenazah
c. Dipakai sebagai izin pemakaman bagi penduduk asli di Indonesia
d. Dibuat oleh dokter dengan mengingat sumpah atau janji waktu menerima jabatan
dan dibuat berdasarkan ordonansi surat kematian yang tercantum dalam staad blad
van nederlands Indie th. 1916
e. Berisi identitas jenazah, tanggal dan tempat jenazah diperiksa, identitas dokter
yang memeriksa yang disertai tanda tangan dokter
2. Formulir B
a. Dikirm ke DKK setempat
b. Dibuat oleh dokter dengan mengingat sumpah waktu menerima jabatan dan dibuat
atas dasar pasal 1 ordonansi pemeriksaan kematian (Stb. 1916 no. 612)
c. Berisi: identitas jenazah, jam dan tanggal pelaporan kematian, tempat
pemeriksaan jenazah, persangka sebab kematian, tanggal dan jam pemeriksaan
kematian, identitas dokter pemeriksa dan tanda tangan
3. Formulir M
a. Merupakan surat kematian karena penyakit menular atau tidak
b. Formulir ini dibuat dan diberikan kepada keluarga korban, terutama bila
jenazahnya akan dikubur keluar kota atau keluar negeri
c. Berisi: identitas jenazah, keterangan meninggal karena penyakit menular atau
tidak karena penyakit menular, identitas dokter dan tanda tangan dokter.
4. Formulir I
a. Merupakan formulir kematian Internasional
b. Formulir ini dipakai oleh dunia Internasioanl setelah disahkan oleh WHO pada
tahun 1948
c. Hanya dibuat atau diisi pada peristiwa kematian yang ada dalam rumah sakit saja
d. Dalam formulir ini harus dinyatakan dengan jelas tentang rangkaian peristiwa-
peristiwa sakit serta penyakit yang menjadi pokok pangkal rangkaian peristiwa-
peristiwa tersebut tadi.
e. Diisi dan ditanda tangani oleh dokter, kemudian dikirim ke Kan-Wil Dep-Kes,
kemudian selanjutnya diteruskan ke Dep-Kes.
5. Formulir CS
a. Formulir pelaporan kematian untuk Catatan Sipil (Formulir CS)
b. Dibuat berdasarkan reglemen catatan sipil pasal 71 bagi golongan Eropa dan pasal
79 bagi golongan Cina dan pasal 66 bagi golongan Kristen dan pasal 47 bagi
golongan asli Indonesia yang terkena reglemen catatan sipil
c. Berisi: identitas jenazah (nama, jenis kelamin, dan umur), alamat serta pekerjaan
jenazah, identitas suami/istri, alamat dan pekerjaan suami/istri, nama, alamat,
pekerjaan ayah dan ibu, nama dan tanda tangan dokter yang merawat, nama dan
tanda tangan direktur rumah sakit.
6. Formulir KIP
a. Formulir izin pemakaman
b. Formulir ini dibuat atas dasar reglemen catatan sipil, dan berlaku untuk golongan
Eropa dan Cina
c. Formulir ini hanya dibuat oleh RS Pemerintah dan kantor catatan sipil

Fungsi Surat Kematian


 Bukti orang tersebut sudah benar-benar meninggal
 Untuk statistic penyebab kematian
 Kewajiban pengisisan surat kematian untuk kasus-kasus kematian yang tidak wajar
 Mengurus izin pemakaman
 Perkawinan
 Kremasi
 Pengiriman
 Asuransi
 Pensiun
 Warisan
 Transplantasi
 Embalming
 Pemindahan hak lainnya

Syarat Surat Kematian:


• Ditandatangani dokter yang merawat atau dokter yang melihat kematiannya
• Kematian yang wajar
• Kematian yang diduga tidak wajar tapi sudah dilakukan pemeriksaan kematian
• WNA wajib otopsi jika:
– Sebab kematian tidak jelas
– Mati di meja operasi/kondisi anestesi
– Mati di tahanan
Alur Jenazah dan Surat Kematian
• Setiap jenazah mati wajar dari RS diterima di kamar jenazah
harus dilengkapi Surat Kematian dari Bangsal
diberitahu sebelumnya, berikut pelayanan yang diinginkan
• Setiap jenazah mati tidak wajar dan yang datang/dikirim dari luar RS tanpa SKK harus
diketahui polisi.
• Jenazah dari luar RS yang ingin mendapatkan pelayanan di kamar jenazah harus
dilengkapi Surat Kematian
• Dokter yang membuat Surat Kematian, tidak boleh memberikan jasa pelayanan jenazah
ybs. (skema alur jenazah terlampir)

Death on Arrival (DOA)

Memastikan kematian

Adakah tanda2
mati tidak wajar?
Sebab kematian
tidak diketahui? Tidak

Ya
Surat
Konsul kepada Sp.F. Kematian
atau
Lapor polisi
Isi Surat Kematian
• Nomor
• Tanggal
• Nama, Umur, JenisKelamin, Alamat
• Waktu kematian
• Sebab kematian
• Nama dokter, No. SIP, alamat, tanda tangan
Keterangan Tambahan:
• Dalam Surat Kematian sebaiknya disebutkan:
– Manner of Death (Cara Kematian), e.g. Alami, Kecelakaan, Bunuh Diri,
Pembunuhan
– Immediate Cause of Death
– Underlying Cause of Death
Contoh:
Cara: Alami. Sebab: Fibrilasi Ventrikel, karena Myokardia Infark Akut, karena Trombosis
Arterikoronaria, sebagai konsekuensi dari penyakit atherosklerotik arterikoronaria

Pengiriman Jenazah
• Harus ada surat kematian (certificate of death)
• Harus sudah di awetkan (formalin)
– Berita acara pengawetan
• Pemetian
– Dilapisi seng, ditutup rapat kedap udara (patri)
– Diberi absorben (kapurbarus, kopi)
– Peti dimasukan ke dalam box berjendela
– Disegel
– Jauh dari makanan
– Berita acara pemetian
Surat-Surat:
• Keterangan dari dinas kesehatan tentang pengangkutan jenazah
• Pasport asli
– Untuk surat keterangan dari imigrasi harus menggunakan passport asli
• Berita acara pengawetan dan pemetian dari polisi (bila tidak wajar)

Surat Keterangan Kematian

Anda mungkin juga menyukai