2021/2022
SEMESTER
III
MUSKULOSKELETAL
KPD 207
Visi
Menghasilkan dokter yang beretika dan kompetitif di tingkat nasional dan
internasional, serta menjadi pusat penelitian kedokteran terkemuka di Kalimantan
pada tahun 2025.
Misi
1. Menghasilkan dokter yang profesional, dan mempunyai orientasi ke depan
2. Berperan aktif dalam pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
3. Mendarmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu kedokteran untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kalimantan Barat.
4. Memperluas kerjasama regional, nasional, dan internasional dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran di Fakultas
Kedokteran UNTAN
Jika kau tak sanggup
menahan lelahnya belajar,
maka kau harus sanggup
menahan perihnya
kebodohan
(Imam Syafi'i)
Pendahuluan
Modul Muskuloskeletal merupakan salah satu modul Fase II (Medical Sciences) pada Program
Studi Kedokteran FK Untan. Modul ini akan dilaksanakan pada semester III selama 6 minggu
dengan beban 6 SKS. Pada modul ini diharapkan mahasiswa akan memiliki landasan ilmu
kedokteran dasar dan ilmu medis dalam bidang muskuloskeletal.
1. Apabila diberi data sekunder tentang kelainan sistem muskuloskeletal, mahasiswa mampu
a. merumuskan masalah kesehatan pasien
b. menjelaskan struktur makroskopik dan mikroskopik serta faal organ dan jaringan sistem
muskuloskeletal
c. menjelaskan hubungan fungsi muskuloskeletal dengan kinerja fisik
d. menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan patologik dalam
sistem muskuloskeletal
e. menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding penyakit muskuloskeletal
f. menjelaskan dampak latihan fisik terhadap kinerja sistem muskuloskeletal
g. menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan sistem
muskuloskeletal (farmakodinamik dan farmakokinetik)
h. menyusun rencana tata laksana kelainan atau gangguan sistem muskuloskeletal.
i. menjelaskan prognosis suatu penyakit sistem muskuloskeletal beserta alasan yang
mendasarinya.
j. mencari informasi tentang lingkup dan materi sistem muskuloskeletal melalui sistem
teknologi informasi (IT system).
k. melakukan penilaian kritis (critical appraisal) tulisan dan makalah tentang sistem
muskuloskeletal.
l. Melakukan analisis etik tentang prosedur, tindakan dan sikap perilaku terhadap pasien,
keluarga, sejawat dan masyarakat dalam lingkup gangguan sistem muskuloskeletal.
m. menjelaskan komplikasi pada kelainan sistem muskuloskeletal serta rencana
penanggulangannya.
n. menjelaskan kegawat daruratan dalam penyakit muskuloskeletal serta rencana
penanggulangannya.
2. Diskusi Kelompok
Penerapan PBL menggunakan 4 pemicu yang masing-masing dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan (@ 100 menit).
3. Belajar Mandiri
Proses pembelajaran secara mandiri dilakukan oleh mahasiswa untuk memperoleh
imformasi lebih banyak mengenai sistem muskuloskeletal.
4. Pleno
Hasil diskusi kelompok dipresentasikan dalam sebuah pleno, dengan menghadirkan
narasumber yang sesuai dengan permasalahan yang didiskusikan.
5. Praktikum
Praktikum untuk memperdalam dan membantu pemahaman mahasiswa mengenai ilmu
yang harus dikuasai.
Jumlah mahasiswa yang mengikuti Modul Muskuloskeletal adalah sebanyak 105 mahasiswa
dengan pembagian sebagai berikut:
Untuk dapat mengikuti ujian sumatif II, mahasiswa harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Mengikuti seluruh kegiatan praktikum, KKD, dan Pleno (kehadiran 100%)
2. Mengikuti minimal 75% kegiatan Diskusi Kelompok
3. Mengikuti minimal 75% kuliah
Bobot penilaian:
1. Kehadiran : 10 %
2. Tugas : 20 %
3. UTS (Sumatif I, Ujian Praktikum) : 30 %
4. UAS (Sumatif II, Ujian KKD) : 40%
Hasil Penilaian
No Nilai Bobot Kisaran Nilai
1 A 4.0 80-100
2 B+ 3.5 75 – 79.9
3 B 3.0 70-74.5
4 C+ 2.5 65 – 69.9
5 C 2.0 60-64.5
6 D+ 1.5 55-59.0
7 D 1.0 50 – 54.9
8 E 0 <50
Batas Lulus = C+
TUGAS FASILITATOR:
Keterampilan klinik yang harus dikuasai oleh mahasiswa pada Modul Muskuloskeletal adalah
keterampilan pemeriksaan fisik muskuloskeletal yang meliputi:
TUGAS TUTOR:
1. Memberikan umpan balik terhadap pemeriksaan yang telah dilakukan mahasiswa paling
lambat 3 hari sebelum jadwal ujian KKD
2. Menilai keterampilan pemeriksaan yang dilakukan mahasiswa secara daring melalui form
yang telah disediakan. Penilaian diberikan pada pemeriksaan yang dilakukan oleh
mahasiswa, bukan pada keterangan tambahan yang dituliskan di dalam video, dan paling
lambat diberikan 4 hari setelah modul berakhir.
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui
cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut,
selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A
Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi
yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi,
penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada
clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian
tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik
dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau
standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of
Technical Skills (OSATS).
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi adalah 4A.