TINJAUAN PUSTAKA
Otitis media akut adalah infeksi pada telinga tengah yang onsetnya bersifat
akut, terdapat tanda efusi pada telinga tengah dan inflamasi telinga tengah. Otitis
media adalah istilah umum untuk inflamasi pada telinga bagian tengah, dan otitis
media diklasifikasikan secara klinis menjadi otitis media akut dan otitis media dengan
efusi, otitis media dengan efusi kronis, otitis media mukoid, dan otitis media supuratif
kronis. Otitis media dapat terjadi akibat terganggunya tuba eusthacius, dimana paling
sering disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan atas dan diperparah oleh
infeksi sekunder oleh bakteri (Shaikh dan Hoberman, 2010; Cunningham dkk., 2012).
Otitis media akut adalah salah satu penyakit tersering pada anak-anak,
terhitung sekitar satu dari empat dari semua peresepan obat untuk anak-anak di
bawah 10 tahun di US. Meski otitis media akut sering sembuh dengan sendirinya
dalam 4-7 hari tanpa memakai antibiotik (self limiting), tapi kondisi ini dapat
berlangsung cepat seperti tanda-tanda dari efusi telinga tengah dan tanda inflamasi
pada telinga tengah. Otalgia dan demam adalah tanda paling klasik dari otitis media
akut yang telah terjadi pernanahan. Penemuan spesifik dari pemeriksaan otoskop
7
adalah hilangnya reflek cahaya, hilangnya bentuk normal membran timpani, dan
2.2.1 Virus
awal tahun kehidupan. Prevalensi virus saluran pernafasan pada cairan pada telinga
tengah dari 456 anak berumur tujuh bulan sampai tujuh tahun dengan otitis media
akut adalah 41%. RSV adalah yang paling sering ditemukan, diikuti dengan
dengan penelitian lain dan ditambahkan beberapa virus ke dalam daftar seperti
2.2.2 Bakteria
Sekitar 70% pasien dengan otitis media akut, bakteri ditemukan pada kultur
pada telinga tengah. Spesies yang paling sering adalah haemophilus influenzae dan
berguna dalam keterlibatan bakteri pada otitis media akut. Heikkinen dkk
didemostrasikan bahwa kekambuhan dari otitis media akut memiliki hubungan positif
dengan hasil kultur bakteri yang positif pada nasofaring (Corbeel, 2007).
2.3. Faktor Risiko OMA
Faktor risiko dari otitis media pada populasi anak-anak (pediatric) tergantung
pada banyak faktor seperti faktor inang dan faktor lingkungan. Faktor risiko ini
adalah usia, kolonisasi bakteri, menyusui, dan merokok pasif (Bardy dkk., 2014).
2.3.1 Usia
Puncak insiden dari otitis media akut adalah pada dua tahun pertama kehidupan,
khususnya pada 6-12 bulan. Peningkatan kerentanan terhadap otitis media akut dapat
dikaitkan dengan keadaan anatomi, dimana tuba Eusthacius lebih pendek dan lebih
horizontal dibandingkan dengan dewasa dan juga karena faktor imunitas. Otitis
media akut adalah penyakit musiman, dominan terjadi pada musim salju tapi juga
frekuensi dari otitis media pada semua anak-anak. Penelitian pada kelompok pribumi
menunjukan bahwa kolonisasi otopathogen ini lebih sering pada usia muda dan
dengan jumlah bakteri yang terkandung lebih tinggi (Bardy dkk., 2014).
Risiko terkena otitis media meningkat dengan adanya kontak dengan anak
lain, rumah dengan jumlah anggota keluarga yang melebihi seharusnya, kumuh, dan
interaksi dengan individual dengan otitis media akut. Beberapa studi meneliti antara
kondisi lingkungan yang tidak baik dengan risiko otitis media pada komunitas
pribumi. Lingkungan yang padat sudah dipastikan sebagai masalah utama pada
bulan pertama kehidupan meningkatkan risiko otitis media akut pada bayi di bawah
satu tahun, tetapi pada penilitan 280 anak - anak pribumi menunjukan bahwa
kurangnya ASI ekslusif tidak meningkatkan risiko otitis media pada enam bulan awal
2.3.5 Merokok
Merokok pasif merupakan resiko yang penting terjadinya otitis media pada
Gejala otitis media akut yang paling sering adalah kemerahan pada membran
timpani sebanyak 52,8% episode dan sakit pada telinga dilaporkan sebanyak 48,4%
episode. Keluarnya cairan dari telinga dilaporkan sebanyak 14,4% episode, tidak
ditemukan perbedaan gejala otitis media akut pada kelompok usia tertentu (Liese dkk,
2013).
Orang dewasa dengan otitis media akut biasanya terdapat sakit telinga yang
mendadak, tetapi pada anak-anak yang belum bisa bicara biasanya ditandai dengan
memegang telinga, menangis berlebih, demam, perubahan kebiasaan dan pola tidur
(Anonim, 2014).
otoskop pada otitis media akut dan timpanosintesis. Peneliti mengkorelasi warna
membran timpani, mobilitas, dan posisi dengan tanda cairan telinga tengah. Otitis
media akut didiagnosis jika ditemukan cairan pada telinga tengah dan anak
sistem pernafasan akut. Kombinasi dari membran timpani keruh dan mengembung
dengan gangguan motilitas adalah pertanda adanya otitis media akut dengan
tertinggi (95% and 85%). Selanjutnya adalah kekeruhan membran timpani sebagai
pertanda terbaik dengan sensitivitas tinggi (74%) dan spesifitas tinggi (93%),
sensitivitas (51%). Membran timpani yang hemoragik, sangat merah, atau merah
sedang juga berkorelasi dengan otitis media akut, dan membran timpani yang sedikit
merah pada membran timpani tidak membantu dalam mendiagnosis (Anonim, 2014).
Terdapat 3 bakteri patogen yang paling sering pada otitis media akut
berkolonisasi pada nasofaring mulai dari saat masa bayi dan dianggap sebagai flora
normal pada tubuh manusia. Bakteri patogen ini tidak menimbulkan gejala atau
keluhan sampai terjadi perubahan pada lingkungan pada nasofaring. Virus pada
infeksi saluran pernafasan atas (upper tract infection) memiliki peran penting pada
patogenesis dari otitis media akut ini dimana virus ini menyebabkan inflamasi pada
kolonisasi, dan gangguan fungsi dari tuba Eusthacius. Tuba Eusthacius adalah
pelindung alami yang mencegah kolonisasi dari nasofaring ke telinga tengah. Anak-
anak biasanya rentan terhadap otitis media akut karena imunitas sistemik yang tidak
matang dan imunitas anatomi yang tidak matang (Marom dkk., 2012).
Virus pada infeksi saluran pernafasan atas membuat inflamasi pada nasofaring
dan tuba Eusthacius yang merangsang peningkatan kolonisasi dari bakteri. Virus
influenza A, Corona virus NL63, dan respiratory syntical virus (RSV) meningkatkan
sifat kepatuhan bakteri pada sel epitel. Virus influenza A juga memacu kolonisasi S.
mengganggu aktivitas antibiotik. Virus juga merubah propertis dari jaringan mukus
dan menghilangkan pembersihan pada mukosiliar yang melapisi sel epitel dengan
cara mengurangi produksi dari zat anti bakteri pada nasofaring, tuba Eusthaius, dan
terjadi tekanan negatif pada telinga tengah, dimana tekanan negatif ini terjadi lebih
parah pada anak-anak. Tekanan negatif ini memfasilitasi masuknya bakteri dan virus
akumulasi cairan telinga tengah, dan gejala otitis media akut (Marom dkk., 2012).
Diagnosis pasti dari otitis media akut sering susah dilakukan pada anak-anak.
Gejala sering tumpang tindih dengan gejala gangguan saluran pernafasan atas. Sakit
pada telinga yang merupakan gejala paling spesifik sering tidak didapatkan pada
of Pediatric terdapat beberapa kriteria untuk mendiagnosis otitis media akut, yaitu:
2. Tanda dari efusi pada telinga bagian tengah, seperti menggembungnya membran
timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani,
terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang
3. Tanda inflamasi pada telinga bagian tengah, seperti kemerahan atau erythema
Gejala dengan nilai prediktif paling tinggi untuk mendiagnosis efusi telinga
tengah pada otitis media akut adalah mengembungnya membran timpani (bulging).
Nilai prediktif dari bulging ini bisa meningkat jika berkombinasi dengan gangguan
motilitas dan warna yang berubah pada membran timpani (Toll dan Nunez, 2012).
miringitis dan otitis media akut, terdapat perbedaan yang paling dasar adalah
timpani merupakan komponen utama untuk mendiagnosis otitis media akut. Otalgia
dan demam adalah tanda paling khas dari otitis media supuratif. Penemuan spesifik
normal dan mengembung (bulging) dari membran timpani (Toll dan Nunez, 2012).
komplikasi, biaya kesehatan, serta waktu yang dihabiskan di tempat kerja dan
memiliki peran untuk pencegahan kejadian otitis media akut (Cunningham dkk.,
2012).
Dokter harus mampu mengedukasi orang tua pasien tentang cara mengurangi
eksposur untuk mencegah kejadian otitis media. Beberapa faktor risiko yang perlu
1. ASI minimal tiga bulan dapat proteksi melawan otitis media akut untuk tahun
pertama kehidupan.
2. Day care adalah program, organisasi, atau tempat yang merawat anak – anak
atau manula pada siang hari, biasanya disaat anggota keluarga lain sedang
bekerja. Day care memiliki korelasi yang tinggi dengan kejadian infeksi saluran
pernafasan atas dan kambuhnya otitis media akut. Day care yang baik dan
3. Keluarga harus diberi tahu akan bahaya merokok yang hubungannya dengan
Pencegahan dari otitis media akut dapat dilakukan dengan pencegahan pada
infeksi saluran pernafasan atas, pencegahan atau eliminasi dari kolonisasi bakteri
patogen pada nasofaring, dan pengobatan awal untuk infeksi saluran pernafasan atas.
Pada saat ini, pencegahan efektif dan pengobatan untuk virus pernafasan yang
tersedia hanya untuk virus influenza. Menurut studi, Trivalent Inactived Influenza
Vaccine (TIV) dan Live Atttenuated Influenza Vaccine (LAIV) menunjukan efektif
sekarang ditetapkan untuk anak-anak di atas dua tahun (Marom dkk., 2012).
untuk pemakaian rutin pada anak-anak di Amerika Serikat pada tahun 2000. Vaksin
ini ditujukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh tujuh yang paling
umum pada lebih dari 90 serotype dari S. Pneumoniae. PCV-7 secara dramatis
mengurangi insiden dari penyakit invasif dari pneumococcal (Marom dkk., 2012).
Komplikasi dari otitis media akut bervariasi dari ringan sampai berat. Efusi
pada telinga tengah yang berhubungan dengan otitis media akut atau otitis media
atau permanen. Kehilangan pendengaran lebih sering tipe konduktif tapi bisa juga
tipe sensorineural pada kasus langka. Pada anak-anak dengan efusi yg menetap
memiliki nilai pada tes kemampuan berbicara, bahasa, dan kognitif yang lebih rendah
Perforasi dari membran timpani dapat terjadi pada otitis media akut. Kondisi
ini disebabkan oleh tekanan dari efusi telinga tengah yang menyebabkan iskemia
abcess, brain abcess, lateral sinus thrombosis, cavernous sinus thrombosis, subdural
Berdasarkan AAP dan AAFP clinical practice guideline pada otitis media
akut, apakah pasien harus diobservasi atau diberi terapi antibakteri pada otitis media
1. Anak-anak kurang dari enam bulan harus menerima terapi antibakteri, tanpa
2. Terapi antibakteri untuk anak-anak umur enam bulan sampai dua tahun
direkomendasikan saat diagnosis otitis media akut sudah pasti, atau saat
penyakitnya parah meski diagnosis belum pasti. Penyakit parah jika terjadi
otalgia sedang sampai berat atau suhu tubuh > 39°C dalam 24 jam terakhir.
Observasi adalah pilihan pada grup usia ini saat diagnosis belum pasti dan
3. Terapi antibakteri untuk anak-anak lebih dari dua tahun direkomendasikan saat
diagnosis dari otitis media akut sudah pasti dan penyakitnya parah. Observasi
adalah pilihan saat diagnosis pasti atau tidak pasti tapi penyakitnya ringan.
4. Observasi hanya dianggap sebagai pilihan yang cocok saat pasien dapat
Pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan otitis media akut sangat
penting untuk pemberantasan bakteri pada telinga tengah. Kegagalan dan kesuksesan
media akut yang menetap dan berulang (Cunningham dkk., 2012). Beberapa
S. Pneumoniae yang rentan, setengah resisten, dan beberapa yang sangat resisten.
Harga yang murah dan efek samping yang rendah membuat amoksisilin menjadi
pilihan yang menarik sebagai terapi garis pertama pada anak-anak dengan otitis
media akut. Amoksisilin sebaiknya tidak menjadi pilihan terapi pada anak-anak
yang baru saja mendapat antibiotik beta laktam. Kegagalan pengobatan dengan
amoksisilin dosis tinggi paling sering disebabkan oleh organisme beta laktamase
positif dan S. Pneumoniae yang tidak rentan penisilin dengan menggangu protein
2. Makrolida (Azitromisin dan Klaritromisin) adalah pilihan untuk terapi awal untuk
pasien dengan penyakit ringan dan riwayat alergi penisilin. Obat ini tidak
direkomendasikan untuk pasien yang sensitif pada penisilin atau pasien yang
pengobatan oral garis pertama pada pasien dengan alergi penisilin yang bukan
tipe satu dan penyakit yang ringan. Karena tingginya kemungkinan untuk resisten,
efektivitas yang rendah, rasa yang tidak enak. Cephalosprin yang diminum secara
oral sebaiknya tidak dijadikan garis pertama untuk otitis media akut, kecuali
pasien memiliki gejala yang ringan dengan riwayat alergi penisilin yang bukan
4. Cefriaxone secara intramuskular dosis tunggal adalah pilihan terapi pada pasien
dengan gejala yang berat dengan alergi penisilin, dan pada pasien yang
menunjukan kegagalan terapi dengan antibiotik lain. Jika gejala tidak membaik,
akut dengan alergi penisilin dan gejala yang ringan. Clindamycin hanya efektif
2012).
medikasi nyeri yang cukup. Medikasi nyeri yang umum untuk otitis media akut pada
keuntungan tambahan pada pengobatan otitis media akut. Dua obat tersebut tidak
meningkatkan penyembuhan atau mencegah operasi atau komplikasi dari otitis media
akut. Dua obat tersebut hanya menunjukan peningkatan efek samping pengobatan dan
dapat memperpanjang durasi dari efusi telinga tengah (Cunningham dkk., 2012).