pembesaran tiroid, telah dikenal sejak 2700 SM meskipun kelenjar tiroid tidak
tiroid. Pada tahun 1776, tiroid diklasifikasikan sebagai kelenjar oleh Albrecht von Haller
dan dianggap memiliki berbagai fungsi mulai dari lumbrikasi laring, bertindak sebagai
Perkiraan pertama pembedahan tiroid sebagai terapi goiter dilakukan oleh Roger
Frugardi pada tahun 1170. Setelah kegagalan dalam terapi medikal, dua seton
dimasukkan pada sudut kanan tiroid dan diperketat dua kali sehari sampai dipisahkan.
Luka terbuka diobati dengan bubuk kaustik. Namun operasi tiroid masih tetap dianggap
bahaya dengan tingkat kematian yang tinggi (> 40%) sampai pertengahan abad
bedah untuk melakukan operasi tiroid yang dengan signifikan mengurangi angka
mortalitas dan morbiditas. Para ahli bedah tiroid yang paling terkenal adalah Emil
Theodor Kocher (1841-1917) dan C.A. Theodor Billroth (t829-I594), yang melakukan
ribuan operasi dengan hasil yang baik. Walaupun banyak pasien yang selamat setelah
operasi tiroid, masalah baru timbul. Setelah total tiroidektomi, pasien (terutama anak-
anak) menjadi mixedematous. Mixedema pertama kali efektif diobati pada tahun 1891
oleh George Murray menggunakan injeksi ekstrak tiroid domba secara subkutans dan
kemudian, Edward Fox menunjukkan bahwa terapi oral sama efektifnya. Pada tahun
1
1909, Kocher dianugerahi Hadiah Nobel bidang esehatan sebagai pengakuan " karya-
Embriologi
Kelenjar tiroid muncul dari foregut primitif sekitar minggu ketiga gestasi. Berasal
dari dasar lidah di foramen sekum. Sel endoderm di dasar faring menebal membentuk
bagian medial tiroid (Gambar. 38-1) yang turun di anterior struktur leher membentuk
tulang hyoid dan laring. Dalam perjalanannya tiroid terhubung ke foramen sekum
melalui tabung epitel berlapis yang disebut ductus thyroglossus. Sel epitel yang
membentul sel folikel tiroid. Lobus lateral berasal dari neuroektodermal dan
merangsang pembentukan Calcitonin dari sel C atau Parafolikular. Folikel tiroid dan
2
Kelainan Perkembangan
Kista duktus tiroglossus paling sering disebabkan oleh anomali kongenital dari
cervikal. Selama minggu kelima kehamilan lumen duktus tiroglossus mulai mengalami
obliterasi dan menghilang pada minggu kedelapan kehamilan. Jarang duktus tiroglosus
yang bertahan seluruhnya atau sebagian. Kista duktus tiroglossus dapat terjadi disetiap
tempat migrasi tiroid, meskipun 80% ditemukan pada posisi tulang hioid. Biasanya
asimptomatik tetapi kadang kadang dapat diinfeksi oleh bakteri rongga mulut, yang
mendorong pasien untuk berobat. Secara Histologi, Ductus tiroglossus dibentuk oleh
epitel kolumner berlapis semu bersilia dan epitel gepeng, dengan 20% kasus jaringan
tiroid heterotopik
yang bergerak ke atas dengan penonjolan lidah. Pencitraan thyroid rutin tidak
"operasi Sistrunk," yang terdiri dari en bloc kistektomi dan eksisi bagian tengah tulang
ditemukan mengandung kanker, yang biasanya papiler (85%). Peran total tiroidektomi
dalam kasus ini masih kontroversial, tapi disarankan untuk pasien usia tua dengan
tumor besar, terutama jika ada nodul tiroid tambahan dan bukti invasi dinding kista atau
metastasis kelenjar getah bening. skuamosa, sel Hurthle, dan anaplastik juga telah
3
dilaporkan tapi jarang. Kanker tiroid meduler (MTC), tidak ditemukan dalam kista duktus
tiroglosus.
Tiroid Lingual
Tiroid lingual menunjukkan kegagalan tiroid bagian medial untuk turun secara
normal, Intervensi menjadi diperlukan saat terjadi gejala obstruktif seperti tersedak,
dan ablasi iodium radioaktif (RAI) diikuti oleh penggantian hormon. Eksisi bedah jarang
diperlukan tetapi jika dilakukan, harus didahului dengan evaluasi jaringan tiroid normal
Tiroid Ektopik
Jaringan tiroid normal dapat ditemukan di mana saja pada bagian tengah leher,
dengan arcus aorta diatas pericardium, atau dalam septum interventrikular. Jaringan
tiroid yang terletak lateral dari selubung karotis dan vena jugularis, sebelumnya disebut
thyroid abberan lateral hampir selalu merupakan kanker tiroid metastatik pada kelenjar
getah bening, seperti yang dijelaskan oleh Crile. Bahkan jika tidak nampak pada
pemeriksaan fisik atau USG, lobus tiroid ipsilateral berisi fokus kanker tiroid papiler
4
Lobus Piramidalis
seperti serat. Pada sekitar 50% dari individu, ujung distal yang menghubungkan ke
tiroid berlanjut menjadi lobus piramidal yang menjadi proyeksi dari ismus, melebar kekiri
ke kiri kanan garis tengah leher. dalam individu normal, lobus piramida tidak teraba,
tetapi dalam kelainan yang menghasilkan hipertrofi tiroid (misalnya, penyakit Grave,
diffuse nodular goiter, atau lymphocytic thyroiditis), lobus piramidal biasanya membesar
dan teraba.
Anatomi Tiroid
Gambar. 38-2. Kelenjar tiroid dewasa berwarna coklat dan konsistensi kenyal, dan
terletak posterior dari strap muscleotot. Kelenjar thiroid yang normal beratnya sekitar 20
g, tetapi berat kelenjar bervariasi dengan berat badan dan asupan iodium. Lobus tiroid
terletak berdekatan dengan tulang rawan thiroid dan dihubungkan oleh ismus yang
terletak dibawah kartilago krikoid. Sebuah lobus piramidal terdapat pada sekitar 50%
pasien. Lobus tiroid meluas ke tulang rawan mid tiroid superior berdekatan dengan
(sternohyoid, sternothyroid, dan superior belly omohyoid) yang terletak anterior dan
dipersarafi oleh ansa cervicalis (ansa hlpoglossus). Kelenjar tiroid diselimuti oleh
jaringan ikat longgar yang dibentuk dari partisi fasia servikalis profunda menjadi bagian
anterior dan posterior. Kapsul tiroid pada dasarnya tipis, mempunyai lapisan berserat
5
tiroid. Kapsul tiroid terkondensasi ke ligamen suspensorium Berry posterior dekat
Suplai Darah
Arteri tiroid superior muncul dari arteri karotis ipsilateral eksternal dan dibagi
menjadi cabang anterior dan posterior di apeks lobus thiroid. Arteri tiroidea inferior
muncul dari trunkus tiroservikalis berasal dari arteri subklavia. Arteri tiroidea inferior
berjalan ke atas melalui posterior selubung karotis leher dan masuk lobus tiroid pada
titik tengah. Arteri thiroidea ima muncul langsung dari aorta atau pada 1-4% individu
6
masuk ke pusat dari ismus atau mengganti arteri tiroidalis inferior yang hilang. Arteri
tiroidalis inferior melintasi nervus laringeus recurent (RLN), yang diperlukan untuk
mengidentifikasikan RLN sebelum cabang-cabang arteri dapat diikat. Aliran vena dari
kelenjar tiroid terjadi melalui beberapa vena permukaan, yang bergabung membentuk
tiga bagian vena-meliputi vena tiroidalis superior, media, dan inferior. Vena tiroidalis
superior berjalan bersama dengan arteri tiroidalis superior bilateral. Bagian tengah vena
adalah yang paling konsisten. Vena superior dan menengah mengalir langsung ke vena
jugularis interna. Pembuluh darah inferior sering membentuk pleksus, yang mengalirkan
Nervus
RLN kiri muncul dari nervus vagus di mana melintasi arcus aorta, memutar
grove. RLN kanan muncul dari vagus di persimpangan dengan arteri subklavia kanan.
Nervus biasanya melewati posterior arteri sebelum naik di leher, jalurnya menjadi lebih
miring daripada kiri RLN. Setelah mencapai leher, RLN terbagi menjadi cabang anterior,
(Gambar. 38-3). Non rekuren RLN kanan terjadi pada 0,5 sampai 1% individu dan
sering dikaitkan dengan anomaly vaskular. Non rekuren RLN kiri jarang terjadi tetapi
telah dilaporkan pada pasien dengan situs inversus dan arkus aorta sisi kanan.
danposterior dari kelenjar tiroid, tuberkulum Zuckerkandl dan di tingkat kartilago krikoid.
Segmen terakhir dari saraf sering berada di bawah tuberkulum dan berdekatan dengan
7
ligamen Berry. Cabang-cabang saraf dapat melintasi ligamen pada 25% individu, dan
kadang kadang mengancam cedera pada junction. RLN berakhir dengan masuk ke
RLN menginervasi semua otot intrinsik laring, kecuali otot cricothirooid, yang
dipersarafi oleh nervus laringeus eksternal. Cedera pada satu RLN menyebabkan
kelumpuhan pita suara ipsilateral, membentuk pita suara posisi paramedian atau posisi
abduksi. Hasil posisi paramedian biasanya fungsinya normal, tetapi suara lemah,
sedangkan posisi abduksi mengarah ke suara serak dan batuk yang tidak efektif.
Cedera RLN Bilateral dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas, sehingga perlu
8
trakeostomi darurat, atau kehilangan suara. Jika kedua pita suara berada posisi
abduksi, pergerakan udara masih dapat terjadi, namun pasien memiliki reflek batuk
yang tidak efektif dan terjadi peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan berulang
dari aspirasi. Nervus larringeal superior muncul dari nervus vagus. Setelah berasal
dasar tengkorak, saraf ini berjalan di sepanjang arteri karotis internal dan terbagi
menjadi dua cabang di tingkat tulang hyoid. Cabang internal nervus laringeus superior
mengantarkan sensorik ke supraglottik laring. Cedera saraf ini jarang terjadi pada
eksternal dari saraf laringeal superior terletak pada inferior otot konstriktor faring dan
turun bersama vena tiroidalis superior sebelum menginervasi otot cricothiroid. Cernea
pembuluh tiroid superior (Gambar. 38-4). Tipe variant 2A, di mana saraf melintasi
bagian bawah ujung tiroidalis superior, terjadi sampai 20% individu dan merupakan
tempat-tempat saraf yang risiko lebih besar terjadi cedera. Oleh karena itu, pole
superior tidak boleh diikat secara massal, tetapi harus dipisahkan secara individual,
kemudian kelenjar tiroid didiseksi di lateral otot krikotiroid. Cedera saraf ini
Persarafan simpatis kelenjar tiroid disediakan oleh serat dari ganglia simpatetik
servikal superior dan menengah. Serabut parasimpatis berasal dari saraf vagus dan
Kelenjar Paratiroid
9
Embriologi dan anatomi kelenjar paratiroid dibahas secara rinci di bagian Bab
Kelenjar Paratiroid. Sekitar 85% dari individu memiliki empat kelenjar paratiroid yang
dapat ditemukan 1 cm dari persimpangan arteri tiroid inferior dan RLN. Kelenjar
Sistem Limfatik
intraglandular menghubungkan kedua lobus tiroid melalui ismus dan juga mengalir ke
struktur peritiroid dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening regional termasuk
10
pretrakeal, paratrakeal, peritioidal, RLN, mediastinum superior, retrofaringeal, esofagus,
dan bagian superior, tengah, dan inferior rantai nodus jugularis. Kelenjar getah bening
ini dapat diklasifikasikan menjadi tujuh tingkat seperti digambarkan dalam Gambar. 38-
6. Kompartemen central termasuk nodus terletak di daerah antara dua selubung karotis,
sedangkan node lateral berada dalam kompartemen lateral. Kanker tiroid dapat
(Level I): jarang (<1%). Kadang dapat juga terjadi “skip" metastasis ke kelenjar di leher
ipsilateral.
Histologi Tiroid
Secara mikroskopis, tiroid dibagi menjadi lobules yang berisi 20-40 folikel (Gambar. 38-
7). Ada sekitar 3 x 106 folikel dalam kelenjar tiroid laki-laki dewasa. Folikel berbentuk
sperical dan rata-rata berdiameter 30m. Setiap folikel dilapisi oleh sel epitel kuboid dan
11
berisi pusat penyimpanan koloid yang disekresikan darisel epiteldi bawah pengaruh
hormon hipofisis TSH. Kelompok sel sekretori tiroid yang kedua adalah sel C atau sel
Fisiologi Tiroid
Metabolisme lodium
Rata-rata kebutuhan iodium harian adalah 0,1 mg, yang dapat berasal dari
makanan seperti ikan, susu, dan telur atau sebagai aditif dalam roti atau garam.
Dilambung dan jejunum, iodium cepat dikonversi ke iodida dan diserap ke dalam aliran
darah, dan didistribusikan secara merata di seluruh ruang ekstraseluler'. Iodida secara
aktif diangkut ke dalam sel folikel tiroid oleh adenosin triphosphate (ATP)-dependent
process. Tiroid adalah tempat penyimpanan >90% dari kandungan iodium tubuh dan
kira – kira sepertiga iodium plasma hilang. Iodium plasma dibuang melalui ekskresi
ginjal.
12
Sintesis Hormon Tiroid, Sekresi, dan Transportasi
Sintesis hormon tiroid terdiri dari beberapa langkah (Gambar. 35-8). Yang
melintas membran basal tiroid melalui sebuah protein membran intrinsik, natrium/iodium
(Na +/I-) simporter. Thyroglobulin (Tg) adalah molekul glikoprotein besar (660 kDa),
yang ada di folikel tiroid dan memiliki empat residu Tyrosyl. Langkah kedua sintesis
hormon tiroid melibatkan oksidasi iodida menjadi iodin dan iodinasi residu tyrosine di
Tg, untuk membentuk monoiodotyrosines (MIT) dan diiodotposines (DIT). Kedua proses
dikatalisis oleh Tiroid peroksidase (TPO). Sebuah protein baru-baru ini diidentifikasi,
atau thyroxine (T4), dan satu DIT molekul dengan satu molekul MIT untuk membentuk
mengelilingi bagian membran sel yang berisi Tg, yang berfusi dengan enzime yang
iodothyronines (T3 danT4) dan mono dan diiodotyrosines. Yang terakhir langkah
kelima, deiodinasi hasil iodida, yang digunakan kembali dalam thyrocite tersebut.
Dalam keadaan eutiroid, T4 diproduksi dan dirilis sepenuhnya oleh kelenjar tiroid,
sedangkan 20% dari total T3, diproduksioleh tiroid. Sebagian besar T3 diproduksi oleh
deiodinasi perifer (pengangkatan 5'-yodium dari lingkar luar) dari T4 dihati, otot, ginjal,
Dalam kondisi seperti penyakit Grave, gondok multi nodular toksik, proporsi T3
yang dibebaskan dari tiroid dapat secara dramatis meningkat. Hormon tiroid yang
diangkut dalam serum terikat dengan protein pembawa seperti T4-binding globulin, T4 -
mengikat prealbumin, dan albumin. Hanya sebagian kecil (0.02%) hormon tiroid (T3 dan
T4) adalah dalam bentuk bebas (tidak terikat) dan merupakan komponen aktif secara
fisiologis. T3 adalah hormon tiroid yang terkuat, meskipun yang beredar di tiingkat
plasma jauh lebih rendah dibandingkan dengan T4. T3 kurang terikat erat ke protein
dalam plasma dari T4, dan begitu memasuki jaringan lebih mudah. T3
adalah tiga sampai empat kali lebih aktif daripada T4 persatuan berat, dengan waktu
paruh hidup sekitar satu hari, dibandingkan dengan sekitar 7 hari untuk T4.
14
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh aksis hipothalamic-pituitary – thyroid
yang merangsang hipofisis untuk melepaskan TSH atau thyrotropin. TRH mencapai
hipofisis melalui sirkulasi porto venous. TSH, sebuah glycopeptide 28-kDa, mediasi
iodide trapping, sekresi, dan pelepasan hormon tiroid, selain meningkatkan selularitas
dan vaskularisasi dari kelenjar tiroid. Reseptor TSH (TSH-R) milik keluarga reseptor G-
adenosin monofosfat siklik dalam sinyal-jalur transduksi. TSH disekresi oleh hipofisis
anterior dan juga diatur melalui umpan balik negatif oleh T3 dan T4. Karena hipofisis
memiliki kemampuan untuk mengkonversi T4 menjadi T3. Yang terakhir ini diperkirakan
menjadi lebih penting dalam kontrol umpan balik ini. T3 juga menghambat pelepasan
TRH.
15
Kelenjar tiroid juga mampu untuk autoregulasi, yang memungkinkan untuk
yang rendah, kelenjar istimewa ini mensintesis T3 lebih banyak dari T4, sehingga
iodida, generasi peroksida, dan sintesis dan sekresi dari hormon tiroid terhambat.
Terlalu besar dosis iodida dapat menyebabkan peningkatan organifikasi lebih awal,
16
Hormon human chorionic gonadotropin dan epinefrin merangsang produksi hormon
tiroid. Dengan demikian, peningkatan level hormon tiroid ditemukan pada kehamilan
menghambat produksi hormon tiroidi. Pada pasien sakit berat, hormon tiroid perifer
Hormon tiroid bebas masuk ke dalam membran sel melalui cara difusi atau
melalui carrier spesifik dan dibawa menuju inti membran oleh spesific protein binding.
T4 dideiodinasi menjadi T3 dan masuk ke nukleus melalui transport aktif, dimana hal ini
dipecah oleh reseptor hormon tiroid. Reseptor T 3 sama dengan reseptor nukleus untuk
dua tipe reseptor gen T3 (α dan β) berlokasi pada kromosom 3 dan 17. Ekspresi Tiroid
reseptor tergantung pada konsentrasi hormon tiroid diperifer dan jaringan spesifik – α
dibentuk pada sistem saraf pusat, sedangkan β dominan di hati. Setiap gen
menghasilkan ligan independen, amino terminal, ligand terikat, carboxy terminal dan
lokasinya dipusatkan pada DNA –binding region. Homon tiroid yang terikat mengalami
untuk pertumbuhan otak janin, dan maturasi tulang. T 3 meningkatkan konsumsi oksigen,
metabolisme basal dan produksi panas melalui stimulatisasi Na +/K+ ATPase pada
17
berbagai jaringan. Juga memberikan efek inotropik positif dan chronotopik pada jantung
Miocardial Alpha menurunkan dan mempengaruhi aksi katekolamin. Hormon Tiroid juga
berperan untuk pengaturan tingkat hipoksia dan hiperkapnia yang normal pada pusat
pernafasan di otak. Tiroid juga meningkatkan motilitas usus, menyebabkan diare pada
hipertiroid dan konstipasi pada hipotiroid. Hormon tiroid juga meningkatkan pertukaran
protein dan tulang dan kecepatan kontraksi otot dan relaksasi otot. Selain itu juga
Berbagai tes dapat dilakukan untuk menilai fungsi tiroid. Tidak ada tes tunggal
untuk memeriksa fungsi tiroid pada semua situasi dan hasil harus menggambarkan
kondisi klinis pasien. TSH, satu satunya tes yang dibutuhkan pada setiap pasien
Tes untuk TSH serum berdasarkan pada prinsip berikut, antibodi monoklonal
TSH diikatkan ke suatu matriks solid dan mengikat TSH serum. Antibodi monoklonal
kedua mengikat epitop terpisah dari TSH dan dilabel dengan radioisotope, enzim, dan
fluorescent tag. Oleh karena itu, jumlah TSH serum sebanding dengan jumlah antibody
terbalik antara kadar T4 bebas dengan logaritma konsentrasi TSH - perubahan kecil
kadar T4 bebas menyebabkan perubahan besar kadar TSH. Ultra sensitive TSH Assay
menjadi uji yang paling sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis hiper- dan
komponen hormon. Level T4 Total merefleksikan output dari kelenjar tiroid, sedangkan
pada pasien hipertiroid tapi juga secara sekunder meningkatkan kadar Tg pada
turun pada hipotiroidisme dan pada pasien dengan penurunan kadar Tg seperti
Pemeriksaan T3 total penting pada pasien yang secara klinis menunjukkan hipertiroid
kasus hipertiroid dini dimana kadar T4 total bisa normal, tetapi free T4 bisa meningkat.
normal. Free T3 umumnya digunakan untuk konfirmasi diagnosis hipertiroid dini dimana
Thyrotropin-Releasing hormone
19
Tes ini digunakan untuk evaluasi fungsi sekresi hipofisiis TSH dan dilakukan
dengan memasukkan 500ɥg TRH intravena dan mengamati level TSH setelah 30 dan
60 menit. Pada individu yang normal, TSH seharusnya meningkat sedikitnya 6ɥIU/ml
dari batas dasar. Tes ini sebelumnya digunakan untuk memeriksa pasien dengan
Antibodi Tiroid
fungsi tiroid, tetapi mengindikasikan adanya gangguan lain terutama pada tiroiditis
autoimun. Sekitar 80% pasien dengan tiroiditis Hashimoto akan nmeningkatkan level
antibody throid, meskipun level juga meningkat pada Grave’s disease, multinodular
Serum Tiroglobulin
Tiroglobulin hanya dibentuk oleh jaringan tiroid normal atau abnormal. Secara
normal Tg tidak dilepaskan kedalam sirkulasi dalam jumlah yang besar, tetapi nilainya
akan meningkat dramatis pada proses dekstruksi kelenjat tiroid seperti tiroiditis, atau
keadaan overaktif seperti Grave’s disease dan toxic multinodular goiter. Yang paling
penting dari penggunaan serum Tg adalah untuk monitoring pasien dengan rekurensi
kanker tiroid differentiated, terutama setelah dilakukan total tiroidektomi dan RAI ablasi.
20
32-asam amino polipeptida disekresikan oleh sel C dan berfungsi untuk
menurunkan kadar kalsium serum, meskipun pada manusia, hal ini hanya efek fisiologis
Thyroid Imaging
Radionuklear Imaging
Radiasi dosis rendah mempunyai waktu paruh 12-14 jam dan digunakan untuk
menggambarkan tiroid lingualis atau goiter. Pada kontras I 131 mempunyai waktu paruh
8-10 hari dan menghasilkan radiasi dosis tinggi. Jadi, isotop ini digunakan untuk
Gambaran yang didapatkan memberikan informasi, tidak hanya ukuran dan bentuk
kelenjar tapi juga untuk melihat aktifitas distribusi fungsional. Area dimana didapatkan
kadar radioaktif yang rendah disebut cold nodul, sedangkan daerah yang menunjukan
peningkatan aktifitas disebut hot nodul. Resiko terjadi keganasan lebih tinggi pada lesi
“cold” (20%) dibanding dengan lesi “hot” atau lesi “warm (<5%). Technetium Tc99m
(99mTc) diserap oleh kelenjar tiroid dan digunakan untuk evaluasi kelenjar tiroid. 18
F-
screening metastasis kelenjar tiroid dimana pada pemeriksaan imaging lainnya negatif.
PET Scan tidak secara rutin digunakan untuk evaluasi nodul tiroid, kecuali ditemukan
lesi tiroid secara klinis. Beberapa laporan menunjukan tingkat keganasan berkisar 14-
21
Ultrasound
Ultrasound adalah alat yang non invasif untuk menilai kelenjar tiroid dan
mempunyai keuntungan lebih karena tidak ada penyebaran radiasi. Ini membantu untuk
evaluasi tiroid nodul yang solid atu kistik, memberikan informasi mengenai ukuran dan
multisentriknya. USG juga dapat digunakan untuk menilai limfadenopati leher dan
22
Computed Tomography / Magnetic Resonance Imaging Scan
CT dan MRI adalah alat untuk mengambarkan kelenjar tiroid termasuk nodul dan
kadang digunakan untuk menilai perluasan dari pembesaran kelenjar, substernal goiter,
dan hubungan kelenjar dengan jalan nafas dan struktur vaskuler. Kombinasi PET- CT
scan digunakan pada tumor dengan Tg positif dan iodium radioaktif negatif.
Hipertiroid
Manifestasi klinik dari hipertiroid merupakan akibat dari sirkulasi hormon tiroid.
23
Hipertiroid bisa disebabkan berbagai kondisi seperti pada tabel 38-1. Penting untuk
menilai kelainan seperti Grave’s disease dan toxic nodular goiter yang disebabkan
(tiroiditis) atau kondisi diluar tiroid. Grave’s disease, toxic multinodular goiter dan nodul
Graves' disease dikenalkan oleh seoerang ahli Irlandia bernama Robert Graves,
pada tahun 1885 pada 3 pasien. Di Amerika utara tercatata 60-80% kasus. Penyakit ini
termasuk autoimun dengan predisposisi keluarga. Pada wanita terbanyak (5:1) dan
puncak insiden pada umur 40-60. Graves' disease dengan karakteristik adanya,
tirotoksikosis, goiter yang difus, dan kondisi ektra tiroid seperti ophthalmopathy,
lain.
24
Etiologi, Pathogenesis, dan Patologi
Etiologi yang tepat dari proses autoimun penyakit Grave tidak diketahui. Namun,
kondisi seperti postpartum, iodium berlebih, terapi litium, dan bakteri dan infeksi virus
mungkin sebagai pemicu. Faktor genetik juga berperan, seperti Studi haplotlpirig
(HLA) tertentu, haplotipes-HLA-B8 dan HLA-DR3 dan HLADQAI * O5OI pada pasien
Kaukasia sedangkan HLA-DRBI * 0701 adalah sebagai proteksi terhadap hal itu.
Polimorfisme dari citotoxic Timphocite antigen 4 (CTLA-4) gen juga terkait dengan
B untuk menghasilkan antibodi yang ditujukan terhadap reseptor hormone thyroid. TSIs
dan mensintesa kelebihan hormon tiroid, sebagai ciri penyakit Grave. Penyakit Grave
juga terkait dengan kondisi autoimun lain seperti diabetes mellitus tipe I, penyakit
hiperplastik, dengan epitel columnar dengan sedikit koloid. Mungkin ada agregat
Gambaran Klinis
Manifestasi klinis dari penyakit Grave dibagi menjadi gejala yang berhubungan
25
dengan hipertiroidism dan yang spesifik untuk penyakit Grave. Gejala hipertiroid
termasuk intoleransi panas, peningkatan keringat dan rasa haus, dan penurunan berat
termasuk palpitasi, gugup, kelelahan, emosi labil, hlperkinesis, dan tremor. Gejala GI
yang paling umum meliputi peningkatan frekuensi buang air besar dan diare. Pasien
pasien yang lebih tua dapat dengan komplikasi kardiovaskular komplikasi seperti atrial
fibrilasi dan gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan fisik, penurunan berat badan
dan kemerahan pada wajah lebih jelas. Kulit pasien Amerika yang hangat dan lembab
dan Afrika sering menambah penggelapan kulit mereka. Takikardi atau fibrilasi atrium
disertai vasodilatasi kulit yang mengarah ke peningkatan tekanan nadi. gejala tremor
halus, atrofi otot, dan kelemahan otot proksimal dengan hiperaktif refleks tendon.
Rata-rata 50% dari pasien dengan penyakit Grave juga terbukti secara klinis
mengalami ophthalmopathy, dan dermopathy yang terjadi 2% pasien. Hal ini ditandai
dorsum pedis (Gambar. 38-12). Gejala pada mata termasuk tutup kelopak mata (tanda
von Graefe), kejang pada kelopak mata (tanda Dalryrnple, karena katekolamin
pandangan lateral dan atas (karen keterlibatan otot rektus media dan inferior), keratitis,
dilepaskan dari T lymphocltes dan antibodi sitotoksik. Ginecomastia umum pada pria
bengkak di yang metacarpals (acropachy tiroid). Onycholysis, atau pemisahan kuku dari
nail bed, adalah kelainan yang- lebih sering diamati. Pada pemeriksaan fisik, tiroid
biasanya difus dan membesar simetris, dibuktikan oleh pelebaran lobus piramidal.
Mungkin juga ada bruit atau sensasi redup vena di ruang supraklavikula.
Uji Diagnostik
Diagnosis hipertiroidisme dibuat dengan adanya tanda supresi TSH dengan atau
tanpa peningkatan level T3 &T4 bebas. Jika tanda pada mata tampak, tes yang lain
secara umum tidak dibutuhkan, Jika tanpa gejala mata dapat dilakukan pemeriksaan
uptake I123 atau scan. Jika ada peningkatan uptake disertai pembesaran kelenjar
menunjukkan diagnosis Grave’s disease dan harus dibedakan dengan kasus hipertiroid
lainnya. Jika level Free T4 normal, Free T3 harus diperiksa dan biasanya ada
peningkatan pada keadaan Grave’s atau Plummer’s disease dini (tirotoksikosis). Anti Tg
dan antibodi anti TPO meningkat pada 75% pasien, tapi tidak spesifik. Peningkatan
TSH-R atau Thyroid Stimulatin antibodies (TSAb) menunjukkan diagnosis Grave, dan
meningkat pada 90% pasien. Scan MRI orbita digunakan untuk Grave’s opthalmophaty.
Penanganan
paruh panjang dan bisa diberikan 1x sehari, sebagai tambahan PTU juga menghambat
konversi T4 menjadi T3 diperifer. Kedua obat dapat melewati plasenta. Efek samping
Pasien harus dimonitor komplikasinya, dah harus dihentikan segera bila terdapat gejala.
ini, membantu prosedur bedah, dan mengurangi resiko, mengurangi biaya pengobatan.
Obat anti tiroid digunakan sampai pasien dalam keadaan eutiroid dan dilanjutkan
dengan dosis maksimal dari obat. Dosis I131 dihitung setelah scan awal dan biasanya
berkisar 8-12 mCi yang diberikan secara oral. Setelah standar pengobatan thyroid
dengan RAI, sebagian besar pasien menjadi eutiroid dalam 2 bulan. Meskipun hanya
50% pasien yang diterapi dengan RAI menjadi eutiroid dalam 6 bulan dan tetap menjadi
hypertiroid atau menjadi hypothyroid setelah 1 tahun. RAI juga untuk memonitor
progresifitas dari Grave’s Opthalmophaty (33% setelah RAI dibandingkan 16% setelah
RAI therapy sering digunakan pada pasien usia tua dengan ukuran goiter kecil
dan moderate. Dan mempunyai kemungkinan relaps setelah pengobatan atau terapi
pembedahan. Kontra indikasi absolut dari RAI adalah kehamilan atau menyusui,
28
kontraidikasi relatif pada pasien muda (terutama anak anak dan remaja) dengan nodul
Terapi Pembedahan
kontraindikasi RAI yaitu pada pasien (a) dikonfirmasi kanker atau suspek nodul tiroid,
(b) usia muda,(c) hamil, (d) reaksi berat dari obat antitiroid (e) goiter yang besar dengan
gejala kompresi dan (f) menolak tindakan RAI. Indikasi relatif thyroidektomi pada pasien
perokok, grave opthalmopathy moderat atau berat. Tujuan tiroidektomi pada Grave’s
disease harus dengan kontrol permanen pada pasien dan morbiditas yang minimal.
Pasien harus berada dalam keadaan eutiroid sebelum operasi dengan pemberian obat
antitiroid sampai pada masa operasi. cairan Lugol atau potasium iodida secara umum
diberikan mulai dari hari ke7-10 preoperasi untuk mengurangi vaskularisasi kelenjar dan
menurunkan resiko terjadinya thyroid storm. Aksi utama dari Iodiada pada situasi ini
atau berat. Tujuan tiroidektomi pada Grave’s disease harus dengan kontrol permanen
pada pasien dan morbiditas yang minimal, pasien harus berada dalam keadaan
Euthyroid sebelum operasi dengan pemberian obat antithyroid sampai pada masa
operasi. cairan Lugol atau potasium iodida secara umum diberikan mulai dari hari ke7-
29
terjadinya thyroid storm. Aksi utama dari Iodida pada situasi ini untuk menghambat
didapatkan (resiko rekurensi dan eutirodisme) dan pengalaman ahli bedah. Pasien
dengan cancer thyroid dan yang putus dari terapi RAI atau mempunyai gejala
ophalmopathy mata atau yang mengalami reaksi stelah pemakaian obat antithyroid
jangka lama (seperti vaskulitis, agranulositosi dan gagal hati) seharusnya dilakukan
pasien yang telah menjalani total thyroidektomi, diduga karena lepasnya stimulus
antigenik.
direkomendasikan pada setiap pasien. Sisa < 3gr direkomendasikan untuk anak -anak,
sisa 4gr dihubungkan dengan 2-10% angka rekurensi tetapi yang tertinggi (>40%)
pada tiap sisi (bilateral subtotal tiroidektomi) atau total lobektomi dapat dilakukan pada
satu sisi dengan sisi yang lain dilakukan subtotal tiroidektomi (Hartley-Dunhill
procedure). Hasil yang didapatkan hampir sama tapi pada prosedur yang terakhir
Banyak studi menunjukkan tidak ada perbedaaan komplikasi pada setiap pilihan
30
jangka lama harus dilakukan pada semua pasien yang menjalani subtotal tiroidektomi
dengan mengamati secara klinis dan pemeriksaan TSH per tahun untuk mendeteksi
Toxic multinodular goiters selalu terjadi pada orang tua, yang sebelumnya
memiliki riwayat nontoxic multinodular goiter. Selang beberapa tahun, beberapa nodul
mendadak dimana hipertiroidisme hanya tampak ketika pasien diberikan hormon tiroid
dosis rendah untuk supresi goiter. Beberapa pasien memiliki toksikosis T3, sementara
yang lain dengan fibrilasi atrium atau gagal jantung kongestif. Hipertiroidisme juga
dapat dicetuskan oleh obat – obatan yang mengandung iodide seperti zat kontras dan
obat anti anti aritmia amiodarone (jodbasedow hyperthyiroidism). Gejala dan tanda
hipertiroidisme sama seperti penyakit Grave, tapi tanpa manifestasi ekstra tiroid.
Penunjang Diagnostik
Tes darah sama seperti penyakit Grave dengan supresi kadar TSH dan
peningkatan kadar T4 atau T3 bebas. Juga terdapat peningkatan ambilan RAI, yang
menunjukkan nodul multipel dengan peningkatan uptake dan supresi kelenjar tiroid
yang tersisa.
Terapi
31
Hipertiroidisme harus dikontrol secara adekuat. Reseksi bedah merupakan terapi
yang lebih disukai pada pasien goiter toksik multinoduler dengan tiroidektomi subtotal
sebagai standar terapi. Ukuran kelenjar yang tersisa tidak penting karena pasien –
pasien ini memerlukan hormon tiroid dosis supresi untuk mencegah rekurensi. Prosedur
RLN, yang ditemukan pada sisi lateral tiroid (daripada di posterior) atau teregang di
anterior tepat di atas nodul. kadangkala diperlukan tiroidektomi total jika tidak terdapat
lagi jaringan tiroid yang normal. Terapi RAI dilakukan pasien tua dengan resiko operasi
yang sangat jelek, tidak ada penekanan jalan napas oleh goiter, dan tidak memikirkan
ke arah kanker tiroid. Namun karena uptake nya kurang dibandingkan penyakit Grave,
sering diperlukan RAI dengan dosis yang lebih besar untuk terapi hipertiroisme.
Selanjutnya, tiroiditis yang dipicu oleh RAI dapat menyebabkan pembengkakan dan
gangguan jalan napas akut, dan meninggalkan goiter yang intak, dengan kemungkinan
rekurensi hipertiroidisme.
pada pasien muda. Adenoma toksik ditandai dengan adanya mutasi somatik gen TSH-
R, meskipun mutasi G-Protein Stmulating Gene (GSP) juga bisa terjadi. Hiperfungsi
atau tiroid nodul autonom terjadi minimal ukuran 3 cm sebelum terjadinya hipertiroid.
Dari pemeriksaan fisik kadang teraba nodul tiroid solid walaupun tak teraba jaringan
32
tiroid disisi kontra lateral. RAI Scan menunjukkan adanya hot nodul dengan supresi
kelenjar tiroid. Nodul kadang menjadi ganas. Nodul yang lebih kecil ditangani dengan
obat obatan anti tiroid dan RAI. Pembedahan (lobektomi dan istmusektomi) dilakukan
pada penanganan pada pasien usia muda dengan ukuran nodul yang besar.
Thyroid Storm
agitasi atau depresi sistem saraf pusat, disfungsi kardiovaskuler yang bisa dicetuskan
oleh infeksi, pembedahan atau trauma. Kadang – kadang, keadaan thyroid storm juga
tingginya angka mortalitas akan tetapi bisa ditangani dengan perawatan di Unit Intensif
(ICU). Beta blocker diberikan untuk mengurangi T4 di perifer dengan merubah menjadi
harus diberikan. Obat – obatan non-aspirin dapat digunakan untuk terapi demam dan
Lugol’s iodine serta sodium Ipodate (intravena) harus diberikan untuk mengurangi
iodine uptake dan sekresi hormon tiroid. Terapi PTU menghambat pembentukan
diperlukan untuk mencegah kelelahan adrenal dan menghambat konversi hormon tiroid
di hati.
Hipotiroid
pada neonatus ditandai dengan kretinisme dimana terdapat gangguan neurologik dan
mental retardasi. Hipotiroid juga terjadi pada sindrom Pendred (berhubungan dengan
ketulian) dan sindrom Turner. Kondisi yang menyebabkan hipotroid seperti tabel 38-2.
33
Gambaran Klinik
anak dengan sindrom Down dan dwarfism. Sering terjadi gagal tumbuh kembang dan
retardasi mental yang berat. Pemeriksaan segera dan penanganan dengan hormon
tiroid pada saat lahir dapat mengurangi defisit neurologik dan intelektual. Hipotiroidisme
yang terjadi pada usia anak anak dan dewasa mengakibatkan keterlambatan
perkembangan dan juga menyebabkan distensi abdominal, hernia umbilikal dan prolap
rekti. Pada dewasa, secara umum gejala tidak spesifik seperti kelelahan, penurunan
berat badan, intoleransi terhadap dingin, konstipasi dan menorrhagia. Pasien dengan
hipotiroid berat atau mixedema membentuk karakteristik wajah yang khas karena
dan periorbita menonjol. Kulit menjadi kering dan kadang berwaran kekuningan karena
berkurangnya konversi karoten menjadi vitamin A. Rambut mejadi kering dam kusam,
dan kerontokan. Karakteristik lain adanya kehilangan 2/3 bagian alis mata. Pasien juga
mengalami keluahn nyeri abdomen yang non spesifik meliputi distensi atau konstipasi.
34
Libido dan infertilitas berpengaruh pada kedua jenis kelamin. Perubahan kardiovaskular
output dan efusi paru. Ketika hipotiroid yang terjadi akibat gangguan hipofisis, maka
dapat terjadi gambaran klinis hipotiroid lainnya seperti kulit yang pucat dan seperti
Laboratorium
Peningkatan kadar TSH ditemukan pada kegagalan tiroid primer. Sedangkan hipotiroid
sekunder ditandai dengan rendahnya kadar TSH yang tidak ikut meningkat seiring
adanya stimulasi TRH. Autoantibodi tiroid lebih tinggi pada pasien dengan penyakit
autoimun (Hashimoto thyroiditis, Grave’s disease) dan juga dapat meningkat pada
Terapi
T4 merupakan terapi pilihan yang diberikan dengan dosis beragam antara 50-
200 ɥg perhari tergantung kondisi dan ukuran pasien. Pemberian T4 yang dimulai
dengan dosis 100 ɥg tiap hari masih bisa ditoleransi dengan baik, sedangkan pada
pasien tua atau memiliki penyakit jantung, hipotiroidisme berat harus dimulai dengan
dan aterosklerosis. Dosis dapat ditingkatkan tiap minggu atau bulan secara perlahan
dengan hipotiroid subklinis dan peningkatan kadar antibodi antitiroid harus diterapi
karena dapat berkembang menjadi hipotiroid. Pasien dengan koma mixedema mungkin
memerlukan penanganan darurat awal dengan T4 intravena dosis besar (300-400 ɥg)
TIROIDITIS
Kelenjar tiroid biasanya resisten terhadap infeksi karana adanya suplai darah
dan limfe yang banyak, kandungan iodida yang tinggi dan jaringan fibrous kapsul.
Meskipun sumber infeksi dapat ditemukan; (a) secara hematogen atau limfatik (b)
penyebaran langsung dari fistula sinus pyriformis atau kisti duktus tiroglossus. (c) atau
sebagai trauma tembus pada kelenjar tiroid, atau (d) adanya imunosupresi. Kuman
streptococus dan anaerob terjadi pada 70%kasus. Tiroiditis supurativa akut umumnya
pada anak-anak dan kadang akibat infeksi traktus respirasi atas dan otitis media.
Dengan gejala khas nyeri leher hebat dengan penjalaran ke rahang dan telinga,
esofagus, trombosis vena jugular, kondritis laring dan perikondritis. atau paralisis
trunkus simpatik.
36
Diagnosis ditegakkan dengan adanya leukositosis pada darah, FNAB untuk
pewarnanan Gram, kultur dan sitologi. CT scan dapat membantu untuk menilai luasnya
infeksi. Fistula sinus piriformis yang persisten harus selalui dicurigai pada anak – anak
dengan tiroiditis akut yang rekuren. Barium swallow menunjukkan kelainan pada traktus
drainase abses. Pasien dengan fistula sinus piriformis memerlukan reseksi komplit dari
saluran sinus, termasuk area tiroid dimana saluran sinus berakhir untuk mencegah
rekurensi.
Tiroiditis Subakut
Tiroiditis subakut dapat terjadi dalam bentuk yang sangat nyeri atau tidak nyeri.
Walaupun etiologi pasti belum diketahui, tiroiditis yang sangat nyeri diduga berasal dari
virus atau akibat respon inflamasi postviral. Predisposisi genetik juga berperan, dengan
patogenesis dimana virus atau agen tiroid ditampilkan oleh makrofag didalam HLAB35,
Tiroiditis yang sangat nyeri biasanya ditemukan pada wanita usia 30-40 tahun,
dengan ciri adanya nyeri tiba tiba atau mendadak pada leher yang menjalar ke rahang
dan telinga. Kelenjar biasanya membesar, dan nyeri tekan. Kerusakan secara
progresifnya dibagi atas 4 fase. Fase awal disebut fase hipertiroid, fase kedua: eutiroid
fase. Fase ketiga, hipotiroid terjadi pada 20-30% pasien , diikuti oleh fase resolusi dan
37
Pada tingkat awal, TSH menurun dan Tg, T4 dan T3 meningkat sebagai akibat
dihasilkan oleh hormon tiroid yang bersal dari folikel yang rusak. Angka sedimentasi
eritrosit >100mm/h. RAIU juga menururn (<20% dalam 24 jam) pada pasien eutiroid.
Tiroiditis yang nyeri biasanya sembuh sendiri dan pengobatan hanya untuk
simptomatik. Aspirin atau NSAIDs lainnya digunakan untuk mengurangi nyeri, tapi
streroid diindikasikan pada kasus yang berat. Tiroidektomi dilakukan pada pasien yang
Tiroiditis tanpa disertai nyeri biasanya berasal dari autoimun dan terjadi secara
sporadis atau pasa periode postpartum. Tiroiditis tanpa nyeri umumnya terjadi pada
wanita antara 30-60 tahun. Pemeriksaan fisik menunjukkan ukuran yang normal atau
minimal pembesaran, tak ada nyeri tekan. Hasil lab dan RAIU sama dengan painful
tiroiditis kecuali adanya angka sedimentasi eritrosit yang normal. Gejala klinis juga
sama dengan painful tiroiditis. Pasien dengan gejala tersebut mendapatkan betabloker
dan penggantian hormon tiroid. Tiroidektomi dan ablasi RAI hanya diindikasikan untuk
Tiroiditis limfositik pertama kali ditemukan oleh Hashimoto pada tahun 1912
disebut dengan struma limfomatosa, perubahan jaringan tiroid menjadi jaringan limfoid.
Ini merupakan inflamasi pada tiroid yang umum dan penyebab utama terjadinya
hipotiroid.
38
Etiologi, Patogenesis, and Patologi
Tiroiditis Hashimoto adalah proses autoimun yang diinisiasi oleh aktifasi dari
CD4+ T (Helper) yang mempunyai spesifitas antigen tiroid. Setelah diaktifasi, sel T
menarik cytotoxic CD8+ T ke tiroid. Terjadinya hipotiroid tidak hanya karena destruksi
tirosit oleh sel T sitotoksik tetapi juga adanya autoantibodi yang menyebabkan
komplemen fiksasi dan penghancuran oleh natural killer cell atau menghambat TSH-R.
Antibodi berikatan dengan 3 antigen utama-Tg (605), TPO (95%) , TSH- R (60%) dan
sedikit sodium/ iodida simporter (25%). Apoptosis dapat diimplikasikan pada patogenesi
Peningkatan insiden autoantibodi tiroid relatif pada derajat pertama pasien dengan
abnormalitas kromosom seperti sindrom Turner dan sindrom Down. Hubungan dengan
HLA-BB, DR3, dan DR5 Haplotipes pada histocompatibility komplex harus dijelaskan.
dan padat. Pada pemeriksaan mikroskopis, tiroid diinfiltrasi secara difus oleh limfosit
kecil dan sel plasma, dan kadang ditemukan germinal senter. Folikel tiroid lebih kecil
dari normal dengan berkurangnya bagian koloid dan meningkatnya jaringan intersisial.
Folikel dikelilingi oleh sel Hurthle atau sel Askanazy yang ditandai dengan sitoplasma
Gejala Klinis
39
Tiroiditis Hashimoto umumnya pada wanita (ratio laki-laki : perempuan = 1 :10
-20) dengan usia antara 30-50 tahun. Gambaran umumnya adalah pembesaran tiroid
yang minimal sampai moderat yang ditemui pada pemeriksaan rutin atau adanya
masaa dianterior leher yang tidak nyeri. 20% pasien dengan hipotiroid dan 55 pasien
Diagnosis
pada pasien nodul yang diduga solid. Tiroid limfoma biasanya jarang, merupakan
populasi dibanding populasi kontrol yang tanpa tiroiditis. Studi tentang klon bisa
diindikasikan pada limfoma yang secara jelas dipengaruhi oleh tiroiditis Hashimoto.
Penanganan
tujuan mengatur kadar TSH tetap normal. Manajemen pasien dengan hipotiroidisme
disarankan pada pasien usia pertengahan, dengan faktor resiko kardiovaskular seperti
hiperlipidemia atau hipertensi dan pada pasien hamil. Terapi juga diindikasikan pada
pasien eutiroid dengan goiter yang besar, pembedahan dilakukan untuk yang curiga
40
Tiroiditis Riedle
Tiroiditis Riedle merupakan varian yang jarang dari tiroiditis. Juga dikenal
sebagai struma Riedle atau invasive fibrous tiroiditis. Yang ditandai adanya pergantian
seluruh atau sebagian paremkim tiroid oleh jaringan fibrotik. Etiologi dari kelainan ini
masih kontrovesial dan dilaporkan terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun. Hal
ini dihubungkan dengan adanya infiltrasi limfoid dan respon terhadap terapi steroid.
Tiroiditis Riedle juga berhubungan dengan sindroma sklerosing fokal lainnya termasuk
sklerosing. Yang menguatkan hal ini merupakan kelainan fibrotik primer. Penyakit ini
dominan pada wanita antara 30-60 tahun. Secara klinis dengan nyeri yang kurang,
masa keras dileher depan dimana dapat tumbuh progresifdari minggu sampai tahunan
bisa timbul gejala hipotiroid atau hipoparatiroid karena kelnjar diganti oleh jaringan
fibrotik. Pemeriksaan fisik, kelenjar tiroid terasa keras seperti papan dan terfiksasi
kejaringan sekitar. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan biopsi throid terbuka, karena
dekompresi dari trakea dengan melakukan eksisi luas dari isthmus tyroid dan untuk
diagnosis jaringan. Reseksi yang terlalu berlebihan tidak diajurkan sepanjang proses
GOITER
41
Setiap pembesaran kelenjar tiroid disebut dengan goiter. Penyebab goiter non
toksik tercantum dalam tabel 38-3. Goiter dapat difus, uninodular atau multinodular.
Sebagian besar goiter non toksik diperkirakan akibat stimulasi sekunder TSH terhadap
sintesis hormone tiroid yang inadekuat serta faktor pertumbuhan parakrin lainnya.
Peningkatan kadar TSH menginduksi hyperplasia difus tiroid, diikuti oleh hyperplasia
mengkonsentrasikan iodine, nodul koloid atau nodul mikrofolikular. Nodul – nodul yang
bergantung pada TSH berkembang menjadi autonom. Goiter familial yang diakibatkan
karena defisiensi turunan pada enzim yang diperlukan untuk sintesis hormone tiroid
bisa lengkap atau sebagian. Istilah goiter endemik bermakna kejadian goiter pada
sekelompok individu yang bermakna dalam suatu regio geografik tertentu. Di masa lalu,
defisiensi diet iodine merupakan penyebab tersering goiter endemik. Kondisi ini secara
luas tidak dijumpai lagi di Amerika utara karena penggunaan rutin garam beriodium dan
iodinasi pupuk, pakan ternak serta bahan pengawet. Namun pada beberapa area
defisiensi iodine seperti Asia tengah, Amerika selatan dan Indonesia hingga 90%
populasi memiliki goiter. Beberapa diet goitrogen lainnya yang menyebabkan terjadinya
goiter endemik seperti kelp (rumput laut cokelat besar), singkong dan kubis. Sebagian
besar goiter sporadik, tidak ada penyebab jelas yang dapat diidentifikasi.
cabbage)
Medications Iodide, amiodarone, lithium
Thyroiditis Subacute, chronic (Hashimoto's)
Familial Impaired hormone synthesis from enzyme defects
42
Classification Specific Etiology
Neoplasm Adenoma, carcinoma
Resistance to thyroid —
hormone
Gambaran Klinis
Sebagian besar pasien dengan goiter non toksik asimptomatik, meskipun pasien
sering mengeluhkan adanya sensasi penekanan di daerah leher. Karena goiter menjadi
semakin besar, kemudian terjadi gejala penekanan seperti dyspnea dan dysphagia.
Pasien juga menjelaskan bahwa harus sering kali membersihkan tenggorok (catarrh).
Dysphonia karena cedera RLN jarang kecuali terdapat keganasan. Obstruksi aliran
vena pada thoracic inlet akibat goiter substernal menyebabkan tanda Pemberton yang
positif – wajah kemerahan (facial flushing) dan dilatasi vena servikal setelah
mengangkat lengan di atas kepala (Gambar 38-13A). Pembesaran nodul atau kista
pemeriksaan fisik dapat ditemui pembesaran kelenjar difus (simple goiter), lunak atau
nodul – nodul dengan berbagai ukura dan konsistensi pada kasus goiter multinodular.
Gambar 38-13
43
44
Uji Diagnostik
Pasien biasanya eutiroid dengan kadar TSH normal dan T4 bebas normal rendah
(low – normal) atau normal. Jika beberapa nodul menjadi autonom, pasien memiliki
kadar TSH yang tertekan (supresi) atau menjadi hipertiroid. Ambilan RAI sering
menunjukkan patchy uptake dengan area hot dan cold nodul. FNAB direkomendasikan
pada pasien dengan satu nodul yang dominan, nodul yang nyeri atau mengalami
scan sangat membantu untuk menilai perluasan ke retrosternal dan penekanan jalan
Terapi
Sebagian besar pasien dengan goiter difus yang kecil tidak memerlukan terapi.
Beberapa dokter memberikan hormone tiroid eksogen pada pasien – pasien dengan
goiter yang besar untuk mengurangi rangsangan TSH terhadap pertumbuhan kelenjar,
terapi ini menyebabkan berkurangnya dan atau stabilisasi ukuran goiter dan sebagian
besar efektif untuk goiter difus yang kecil. Goiter endemik diobati dengan pemberian
iodine. Reseksi bedah dilakukan untuk goiter yang (a) lanjut membesar meskipun
supresi T4, (b) menimbulkan gejala obstruksi, (c) perluasan ke substernal, (d) dicurigai
ganas atau dibuktikan dengan FNAB, dan (e) alasan kosmetik yang tidak dapat
diterima. Subtotal tiroidektomi merupakan terapi pilihan dan pasien memerlukan terapi
dimana kanker tiroid memiliki insiden yang lebih rendah yaitu 40 kasus baru tiap 1 juta
penduduk. Namun sangat penting untuk menentukan pasien – pasien mana saja
dengan nodul tunggal tiroid yang akan mendapatkan manfaat dari pembedahan.
Riwayat Penyakit
Hal detil mengenai nodul, seperti onset waktu, perubahan ukuran, dan gejala
yang berkaitan seperti nyeri, disfagia, dispneu atau tercekik harus dikumpulkan. Nyeri
merupakan gejala yang jarang namun ketika terjadi, harus lebih curiga kepada
perdarahan intratiroid dalam suatu nodul jinak, tiroiditis atau keganasan. Pasien dengan
MTC mungkin mengeluhkan sensasi nyeri yang tumpul. Riwayat suara serak lebih
Sangat penting sekali untuk menanyakan kepada pasien mengenai faktor resiko
keganasan, misalnya adanya paparan radiasi ionisasi dan riwayat keluarga dengan
kanker tiroid dan keganasan lainnya yang berkaitan dengan kanker tiroid.
keadaan seperti tinea capitis (6,5 cGy), pembesaran timus (100 – 4 cGy), pembesaran
adenoid dan tonsil (750 cGy) dan kondisi lainnya seperti hemangioma dan scrofula.
Radiasi (±4000 cGy) juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam penanganan
pasien dengan penyakit Hodgkin. Sekarang diketahui bahwa riwayat terpapar radiasi
ionisasi dosis rendah terhadap kelenjar tiroid menempatkan pasien pada peningkatan
resiko untuk berkembang menjadi kanker tiroid. Resiko meningkat secara linear dari 6,5
46
hingga 2000 cGy, melebihi dosis ini insiden menurun karena radiasi menyebabkan
jaringan tiroid hancur. Resiko maksimum setelah 20 hingga 30 tahun terpapar, namun
pasien – pasien ini memerlukan monitoring jangka panjang. Selama penyebaran nuklir
dari Chernobyl tahun 1986, Pelepasan I 131 dikaitkan dengan peningkatan yang nyata
dari insiden lesi tiroid jinak dan ganas selama 4 tahun paparan terutama pada anak –
anak. Sebagian besar kanker tiroid karena paparan radiasi adalah papillary, dan
beberapa dari kanker ini dengan histologi jenis solid dan adanya translokasi RET/PTC
tampaknya menjadi lebih agresif. Terdapat kemungkinan 40% pasien dengan nodul
tiroid dan riwayat radiasi memiliki kanker tiroid. Pasien kanker tiroid ini, 60% pasien
kanker terdapat pada nodul yang dominan, sisanya 40% terdapat pada nodul lain di
tiroid.
Riwayat Keluarga
berkembang menjadi kanker tiroid medular maupun nonmedular. MTC familial dapat
terjadi terpisah atau berkaitan dengan tumor lain sebagai bagian sindrom multiple
endocrine neoplasia type 2 (MEN2). Kanker tiroid nonmedular bisa terjadi sehubungan
dengan sindrom kanker familial lainnya seperti sindrom Cowden, Werner (adult
nonmedular ini juga dapat terjadi secara independen tanpa disertai sindrom – sindrom
ini. Beberapa kandidat tempat yang merupakan predisposisi tumor – tumor ini telah
47
Pemeriksaan Fisik
Kelenjar tiroid sangat baik dipalpasi dari belakang pasien dan leher dalam
ekstensi ringan. Kartilago krikoid merupakan landmark yang sangat penting, karena
ismus terletak tepat di bawahnya. Nodul yang keras, berpasir, atau lengket ke struktur
disekitarnya seperti trakea atau strap muscles sangat mungkin adalah suatu
keganasan. Kelenjar getah bening rantai cervical harus dinilai begitu juga kelenjar getah
Investigasi Diagnostik
Algoritma untuk work-up nodul tunggal tiroid ditunjukkan pada gambar 38 – 14.
48
Fine-Needle Aspiration Biopsy
FNAB telah menjadi satu – satunya pemeriksaan yang sangat penting dalam
mengevaluasi massa tiroid dan dapat dilakukan dengan atau tanpa tuntunan
ultrasound. Tuntunan ultrasound direkomendasikan untuk nodul yang sukar diraba dan
nodul kistik atau nodul solid – kistik yang berulang setelah aspirasi awal. Jarum 23-
gauge dimasukkan ke dalam massa tiroid, dan dilakukan beberapa kali sambil
mengaspirasi jarum suntik. Setelah melepaskan hisapan jarum suntik, jarum dilepaskan
dan sel segera diletakkan pada slide kaca kering yang belum dilabel, beberapa
dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% sambil yang lainnya dikeringkan. Sampel dari
aspirasi juga ditempatkan dalam larutan alkohol 90% untuk cytospin atau cell pellet.
Slide diwarnai dengan pewarnaan Papanicolau atau Wright dan diperiksa di bawah
49
mikroskop. Jika didapatkan aspirasi darah, pasien harus di posisi ulang dengan posisi
lebih tegak dan biopsy diulang dengan jarum yang halus (25 hingga 30 gauge).
(65%), dicurigai (20%), ganas (5%), dan non diagnostik (10%). Insiden positif palsu
sekitar 1% dan negatif palsu kira – kira ditemukan pada 3% pasien. Jika hasil biopsy
dilaporkan non diagnostik, secara umum harus diulang. Lesi jinak termasuk kista dan
nodul koloid. Resiko keganasan pada keadaan ini <3%. Resiko keganasan pada
keadaan sitologi dicurigai sekitar 20%. Sebagian besar dari lesi ini adalah folikular atau
neoplasma sel Hürtle. Dalam keadaan ini, diagnosis keganasan bergantung pada
adanya invasi kapsular atau vascular, gambaran yang tidak dapat ditentukan dengan
FNAB. FNAB juga kurang dapat dipercaya pada pasien dengan riwayat iradiasi di
kepala dan leher atau riwayat keluarga dengan kanker, karena tingginya kemungkinan
Penilaian Laboratorium
Sebagian besar pasien dengan nodul tiroid adalah eutiroid. Menentukan kadar
TSH darah sangat membantu. Jika pasien dengan nodul terdapat hipertiroid, resiko
keganasan sekitar 1%. Kadar Tg serum tidak dapat membedakan nodul tiroid jinak dari
yang ganas kecuali kadarnya sangat tinggi, dimana harus dicurigai adanya metastasis
kanker tiroid. Namun kadar Tg, berguna untuk mengikuti pasien yang menjalani total
tiroidektomi pada kanker tiroid dan untuk evaluasi serial pada pasien – pasien dengan
nodul tiroid yang menjalani terapi nonoperatif. Kadar kalsitonin serum harus diperiksa
pada pasien dengan MTC atau riwayat keluarga dengan MTC atau MEN2. Semua
50
pasien dengan MTC harus diperiksa adanya mutasi onkogen RET dan pengumpulan
MTC familial dan MEN2A memiliki mutasi RET de novo sehingga anak – anak mereka
Imaging
membedakan nodul solid dari kistik, dan identifikasi linfadenopati. Evaluasi ultrasound
seperti bintik – bintik halus kalsifikasi dan pembesaran kelenjar getah bening regional
juga merupakan metode yang nonivasif dan murah untuk mengikuti ukuran nodul yang
dicurigai jinak melalui diagnosa FNAB dan untuk identifikasi pembesaran kelenjar getah
bening. CT dan MRI tidak diperlukan dalam evaluasi rutin tumor tiroid kecuali untuk lesi
yang besar, terfiksasi dan terletak substernal. Scanning tiroid dengan I 123 atau 99m
Tc
jarang diperlukan dan saat ini scanning tiroid direkomendasikan untuk menilai nodul
tiroid hanya pada pasien dengan nodul folikular tiroid pada FNAB dan supresi TSH.
Seperti indikasi sebelumnya pada imaging tiroid, PET scanning tidak memegang
Tatalaksana
51
Tumor ganas diterapi dengan tiroidektomi, sebagaimana didiskusikan nanti pada
bab terapi pembedahan pada keganasan tiroid. Kista tiroid simple menghilang dengan
aspirasi pada sekitar 75% kasus, meskipun memerlukan dua atau tiga kali aspirasi. Jika
unilateral. Labektomi juga direkomendasikan untuk kista dengan diameter >4 cm atau
kista kompleks dengan komponen solid dan kistik, kista kompleks memiliki insiden
tinggi untuk keganasan (15%). Ketika FNAB digunakan pada kompleks nodul, harus
didapatkan sampel pada bagian yang solid. Jika nodul koloid didiagnosa dengan FNAB,
pasien masih harus diobservasi dengan ultrasound serial dan pengukuran Tg. Jika
thyroxine dengan dosis antara 0,1 dan 1,0 μU/mL juga diberikan untuk
sebagai respon terhadap supresi TSH pada regimen ini dan sebagian lainnya terus
berkembang, tetapi sebagian besar efektif untuk nodul <3 cm. Tiroidektomi harus
dilakukan jika nodul membesar setelah supresi TSH, menyebabkan gejala penekanan,
atau alasan kosmetik. Pengecualian pada aturan umum ini yaitu pasien – pasien
dengan riwayat iradiasi sebelumnya atau riwayat keluarga dengan kanker tiroid. Pada
karena tingginya insiden kanker tiroid dan rendahnya tingkat kepercayaan pemeriksaan
FNAB.
Keganasan Tiroid
52
Di Amerika Serikat, kanker tiroid diperkirakan <1% dari seluruh keganasan (2%
pada wanita dan 0,5% pada laki – laki) dan merupakan kanker yang paling cepat
meningkat pada wanita. Kanker tiroid bertanggungjawab terhadap 6 kematian per 1 juta
orang tiap tahunnya. Sebagian besar pasien datang dengan bengkak yang teraba di
Beberapa onkogen dan tumor suppressor genes terlibat dalam terjadinya tumor
tiroid sebagaimana yang digambarkan pada tabel 38-5. Proto-onkogen RET memegang
peranan penting dalam patogenesis tumor tiroid. Proto-onkogen RET ini terletak pada
kromosom 10 dan menyandi reseptor tirosin kinase, yang mengikat beberapa faktor
diekspresikan pada jaringan yang berasal dari sistem eksresi dan saraf embrionik. Oleh
karena itu, gangguan pada RET dapat menyebabkan gangguan perkembangan pada
organ – organ yang berasal dari sistem ini seperti sistem saraf enterik (Hirschprung’s
disease) dan ginjal. Mutasi sel benih pada proto-onkogen RET diketahui sebagai
predisposisi MEN2A, MEN2B dan MTC familial dan mutasi somatik tampak pada tumor
yang berasal dari neural crest seperti MTC (30%) dan feokromasitoma. Domain tirosin
kinase dari RET dapat bergabung dengan gen – gen lain melalui penyusunan ulang
(rearrangement). Produk penggabungan ini juga berfungsi sebagai onkogen dan terlibat
dan tampak pada awal terbentuknya tumor. Hingga 70% kanker papiler pada anak –
anak yang terpapar dengan penyebaran radiasi pada bencana Chernobyl tahun 1986
53
Rearrangement ini penyebab utama aktivasi reseptor tirosin kinase. RET/PTC3
dihubungkan dengan PTC tipe solid yang muncul pada stadium lebih tinggi dan lebig
agresif. Sekarang telah dibuktikan bahwa sinyal RET/PTC melibatkan jalur Mitogen-
Activated Protein Kinase (MAPK) melalui molekul pemberi sinyal lain seperti Ras, Raf,
dan MEK. Pada sel normal, aktivasi fisiologis Raf kinase melalui interaksi langsung
mengikat protein G kecil. Aktifasi Raf, sebuah serine-threonine kinase pada gilirannya
fosforilasi ERK/MAPK, yang mem-fosforilasi molekul pengatur dalam inti sel, sehingga
tumor (tumorigenesis). Di samping perubahan RET/PTC, mutasi gen Ras juga dapat
mengaktifasi jalur MAPK. Mutasi onkogen Ras telah diidentifikasi hingga 20-40% pada
folikular adenoma dan karsinoma, goiter multinoduler, dan karsinoma papiler serta
anaplastik. Terdapat 3 jenis Raf kinase yaitu A-Raf, B-Raf (BRAF), dan C-Raf. Mutasi
BRAF juga terlibat dalam aktifasi jalur MAPK yang aberrant dan tumorigenesis. Dari
berbagai jenis mutasi BRAF yang telah diidentifikasi, T1799A (V600E amino
substitution) yang paling banyak dan sering terjadi pada kanker tiroid. Menariknya
adalah mutasi BRAF terjadi pada tumor papiler dan anaplastik (prevalensi rata – rata
44% dan 22%), namun tidak pada kanker tiroid folikuler, sehingga menunjukkan
mutasi BRAF berhubungan dengan tampilan klinikopatologis yang lebih agresif, meliputi
ukuran tumor yang lebih besar, invasi, dan limfadenopati, dan memegang peranan
54
Gen p53 merupakan suatu tumor suppressor gene yang mengkode pengaturan
transkripsi yang menyebabkan siklus sel berhenti untuk memperbaiki DNA yang rusak,
55
sehingga membantu integritas genomik. Mutasi p53 jarang pada PTC, tetapi sering
pada kanker tiroid tidak berdiferensiasi dan jalur sel kanker tiroid. Pengatur siklus sel
dan tumor suppressor lainnya seperti p16 dan p16 bermutasi lebih banyak pada jalur
sel kanker tiroid daripada di tumor primer. Onkogen dihasilkan dari gabungan DNA yang
berikatan dengan domain gen PAX8 faktor traskripsi tiroid dengan peroxisome
Karsinoma Papiler
Karsinoma papiler diperkirakan 80% dari seluruh keganasan tiroid pada daerah –
daerah dengan insufisiensi iodium dan jenis kanker tiroid yang dominan pada anak –
anak serta pada individu yang terpapar dengan radiasi eksterna. Kanker papiler lebih
sering terjadi pada wanita, dengan rasio perempuan : laki – laki 2:1, usia rata – rata 30-
40 tahun. Sebagian besar eutiroid dan memiliki massa di leher yang pertumbuhannya
lambat dan tidak nyeri. Disfagia, dyspnea, disfonia selalu berhubungan dengan tumor
local lanjut yang invasif. Metastasis kelenjar getah bening sering terjadi, terutama pada
anak – anak dan dewasa muda dan menjadi keluhan yang disampaikan. Tiroid aberrant
lateral hampir selalu menunjukkan kelenjar getah bening leher yang telah diinvasi oleh
metastasis tumor. Kecurigaan kanker tiroid sering didapat dari pemeriksaan fisik dan
anamnesa yang cermat. Diagnosis ditegakkan melalui FNAB dari massa tiroid dan
kelenjar getah bening. Sekali kanker tiroid didiagnosa dengan FNAB, USG leher yang
56
metastasis kelenjar getah bening pada kompartemen leher sentral dan lateral.
Metastasis jauh jarang pada awal penyakit, namun dapat terjadi pada 20% pasien.
Tempat metastasis terbanyak yaitu paru diikuti tulang, hati, dan otak.
Patologi
Pada pemeriksaan dengan mata telanjang, PTC secara umum keras dan
berwarna keputihan dan tetap mendatar ketika dibelah dengan pisau, berlawanan
dengan jaringan normal atau lesi noduler yang jinak cenderung menonjol. Dapat
pola campuran struktur papiler dan folikuler, atau murni pola folikuler (varian folikuler).
Diagnosis ditegakkan melalui gambaran karakteristik inti sel. Sel berbentuk kuboid,
pucat, sitoplasma yang banyak, inti yang padat dengan celah, dan inklusi sitoplasma
merupakan deposit kalsium pada sekumpulan sel mati juga dapat ditemukan. Tumor
papiler. Multifokalitas sering pada karsinoma papiler dan terdapat hingga 85% kasus
metastasis kelenjar getah bening leher dan tumor ii jarang menginvasi struktur
disekitarnya seperti trakea, esophagus dan RLN. Yang termasuk varian lain dari
karsinoma papiler seperti tall cell, insular, columnar, diffuse sclerosing, clear cell,
57
trabecular, dan poorly differentiated type. Varian ini terjadi pada 1% karsinoma papiler
terbukti adanya invasi lokal kapsul tiroid atau angioinvasi, serta tidak berhubungan
58
dengan metastasis kelenjar getah bening. Karsinoma ini tidak teraba dan selalu
ditemukan secara incidental pada saat operasi, histologi, atau otopsi. Penelitian
menunjukkan occult PTC terdapat pada 2-36% kelenjar tiroid yang diangkat saat otopsi.
Tumor occult ini berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan tumor yang
berukuran besar, namun dapat menjadi lebih agresif dari yang diperkirakan
sebelumnya.
Indikator Prognosis
Secara umum, pasien dengan PTC memiliki prognosis yang sangat baik dengan
10-year survival rate >95%. Beberapa indicator prognostik telah dimasukkan dalam
Pada tahun 1987, Hay dkk dari klinik Mayo mengajukan sistem skor AGES, yang
serta tumor Size untuk memprediksi kematian akibat kanker papiler. Pasien dengan
resiko rendah yaitu muda dengan well-differentiated tumor, tidak ada metastasis, dan
lesi primer yang kecil. Skala MACIS merupakan penilaian pasca operasi yang
dimodifikasi dari skala AGES. Skala ini terdiri dari Metastases, Age at presentation (<40
Invasion, Size of origin lesion (dalam cm) dan mengelompokkan pasien dalam empat
tumor tiroid resiko rendah dan tinggi dengan menggunakan Age (laki – laki <40 tahun,
59
wanita <50 tahun), Metastases, Extrathyroidal spread, dan Size of tumors (< atau >
5cm). Sistem klasifikasi lain yaitu sistem TNM (Tumor, Nodal status, Metastases, tabel
38-6) yang sebagian besar digunakan pada pusat – pusat kesehatan di Amerika Utara.
Sebuah sistem yang sederhana oleh DeGroot dkk menggunakan empat kelompok- klas
60
Beberapa penanda genetik dan molekuler seperti aneuploidi DNA tumor,
epidermal growth factor binding, adanya mutasi N-ras dan gsp, overekspresi c-myc, dan
adanya mutasi p53 juga berhubungan dengan prognosis yang jelek. Adanya mutasi
bening dan stadium tumor papiler yang lebih tinggi (III dan IV).
Terapi Pembedahan
(berdasarkan berbagai sistem kalsifikasi yang telah didiskusikan di atas pada Indikator
Prognosis) atau tumor bilateral harus dilakukan near-total tyhroidectomy. Ketika pasien
ditemukan dengan karsinoma tiroid papiler yang minimal pada specimen tiroid yang
61
diangkat untuk suatu lasan lainnya, lobektomi tiroid unilateral dan ismusektomi selalu
dipertimbangkan sebagai terapi yang adekuat, kecuali terdapat bukti adanya invasi
pembuluh darah, multifokal, atau pinggir yang positif. Pilihan terapi pembedahan yang
optimal pada pasien dengan kanker yang low-risk (kecil, unilateral) masih controversial.
Yang menjadi fojus perdebatan yaitu berkisar tentang data outcome dan resiko yang
mengefektifkan penggunaan RAI dalam mendeteksi dan terapi jaringan tiroid yang
tersisa atau metastasis, (b) membuat level Tg serum menjadi marker yang lebih sensitif
terhadap penyakit yang rekuren atau menetap, (c) mengeliminasi kanker occult
kontralateral sebagai tempat rekurensi (karena hingga 85% tumor bilateral), (d)
mengurangi resiko rekurensi dan memperbaiki survival (e) mengurangi 1% resiko tumor
menjadi kanker tiroid yang undifferentiated atau anaplastik, (f) mengurangi keperluan
untuk reoperasi karena resikonya yang meningkatkan nilai rata – rata komplikasi.
berhubungan dengan rata – rata komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan lobektomi,
(b) rekurensi pada jaringan tiroid yang tersisa jarang terjadi (5%) dan sebagian besar
dapat diterapi dengan pembedahan, (c) tumor multisentrik memiliki makna prognostik
yang kecil, (d) pasien yang menjalani tindakan yang kecil seperti lobektomi masih
Meskipun demikian, telah diketahui proporsi signifikan (33-50%) dari pasien yang
meninggal karena rekurensi kanker tiroid dan walaupun data tersebut merupakan data
62
retrospektif, long-term, penelitian follow-up menyatakan bahwa rata – rata rekurensi
lebih rendah dan survival membaik pada pasien yang menjalani near-total atau
dikemukakan pada pasien – pasien yang low-risk (rata – rata mortalitas 5% dalam 10 –
sebelum operasi. Sebagaimana dikatakan di atas, meskipun pasien dengan tumor yang
Jadi, ketika PTC didiagnosa melalui FNAB, operasi definitif dapat dilakukan
tanpa konfirmasi diagnosis dengan frozen section selama operasi. Pasein dengan nodul
63
ismusektomi, dan pengangkatan lobus piramidalis atau kelenjar getah bening
menyelesaikan total atau near-total tiroidektomi. Jika diagnosis definitif tidak dapat
ditegakkan atau ahli bedah difokuskan pada viabilitas kelenjar paratiroid atau status
tiroidektomi selalu dilakukan. Untuk pasien dengan PTC minimal (<1cm) yang terbatas
pada kelenjar tiroid, tanpa adanya angioinvasi, tidak ada tindakan pembedahan lanjutan
yang direkomendasikan.
dilakukannya diseksi sentral bilateral kelenjar getah bening leher karena tingginya
insiden metastasis mikroskopik dan data yang ada menunjukkan perbaikan rata – rata
rekurensi dan survival (dibandingkan riwayat kontrol). Namun, resiko ini perlu
getah bening sentral leher. Metastasis kelenjar getah bening yang terbukti dengan
biopsy dan terdeteksi secara klinis atau melalui imaging pada lateral leher pasien –
pasien dengan karsinoma papiler ditatalaksana dengan diseksi leher radikal modifikasi
atau fungsional sebagaimana yang digambarkan pada bab pembedahan tiroid. Diseksi
metastasis pada level 2, 3, 4. Diseksi kelenjar getah bening leher lateral profilaktik tidak
diperlukan pada pasien dengan PTC, karena kanker ini tidak bermetastasis secara
64
sistemik melalui kelenjar getah bening, dan mikrometastasis sering dapat diablasi
Karsinoma Folikuler
Karsinoma folikuler sekitar 10% dari kanker tiroid dan lebih sering terjadi pada
daerah dengan defisiensi iodine. Insiden keseluruhan tumor ini menurun di Amerika
histologi. Wanita memiliki insiden yang lebih tinggi untuk menderita kanker folikuler,
dengan rasio wanita terhadap pria yaitu 3:1, dan usia rata – rata saat diagnosa 50
tahun. Kanker folikuler selalu berupa nodul tiroid yang soliter, kadangkala dengan
riwayat peningkatan ukuran yang cepat, dan pembesaran tiroid yang lama. Nyeri jarang
dirasakan, kecuali terjadi perdarahan ke dalam nodul. Tidak seperti karsinoma papiler,
limfadenopati leher jarang pada perjalanan awal penyakit (sekitar 5%), meskipun
kemungkinan terdapat metastasis jauh. Pada <1% kasus, kanker folikuler dapat
hiperfungsi, yang menyebabkan pasien memiliki gejala dan tanda tirotoksikosis. FNAB
tidak dapat membedakan lesi folikuler jinak dengan karsinoma folikuler. Karena itu,
diagnosa klinis kanker ini sebelum operasi sukar ditegakkan kecuali terdapat metastasis
jauh. Tumor folikuler yang besar (>4 cm) pada laki – laki usia tua sangat
perhatian pada identifikasi penanda molekuler untuk membedakan lesi folikuler jinak
normal dan tumor pada lokus kromosom tertentu untuk menentukan adanya kehilangan
65
satu copy pada pasangan gen. LOH yang berdekatan dengan lokus von Hippel-Lindau
pada kromosom 3p25-26 telah dilaporkan telah menjadi pemisah kuat antara lesi
folikuler jinak dan ganas. Penelitian lainnya telah menggunakan complementaru DNA
ekspresi gen dan telah menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan untuk selanjutnya
kombinasi tiga hingga enam gen yang tampaknya berguna dalam membedakan lesi
folikuler jinak dan ganas. Susunan ekspresi juga telah digunakan untuk menyelidiki
peranan mikroRNA, yang merupakan sebuah kelas kecil terbaru, RNA noncoding yang
mengalami upregulation pada kanker tiroid folikuler. Beberapa perubahan genetic ini
dapat diidentifikasi dengan menggunakan jaringan yang didapatkan melalui FNAB dan
Patologi
Karsinoma folikuler selalu lesi yang soliter, dan sebagian besar dikelilingi oelh
kapsul. Secara histology, terdapat folikel, tetapi lumenya tanpa koloid. Pola
diartikan dengan adanya invasi kapsuler atau vaskuler (Gambar 38-18). Pada
umumnya, tumor yang minimal invasif secara kasar masih terbungkus kapsul dan
terdapat invasi mikroskopik melalui kapsul tumor tanpa perluasan ke parenkim dan atau
invasi ke pembuluh darah kecil hingga sedang (kaliber vena) di dalam atau tepat pada
sisi luar kapsul, namun tidak di dalam tumor. Dilain hal, invasi tumor yang luas
menunjukkan bukti adanya invasi pembuluh darah besar dan atau area yang luas dari
66
invasi tumor melalui kapsul. Dalam hal ini nyatanya tumor tersebut tidak terbungkus
kapsul. Penting diketahui bahwa terdapat beragam pendapat di antara klinisi dan ahli
patologi mengenai definisi di atas. Infiltrasi dan invasi tumor, seperti trombus tumor
dalam vena jugularis atau vena media tiroid, dapat ditemukan pada saat operasi.
Pasien yang didiagnosa dengan FNAB memiliki lesi folikuler harus menjalani
lobektomi tiroid karena sekurang - kurang 80% dari pasien ini akan memiliki adenoma
yang jinak. Beberapa ahli bedah menganjurkan tiroidektomi total pada pasien usia tua
dengan lesi folikuler >4 cm karena tingginya resiko kanker pada keadaan ini (50%).
dilakukan jika terdapat bukti adanya invasi kapsul atau vaskuler, atau ketika terdapat
tiroid ditegakkan. Terdapat perdebatan diantara para ahli mengenai apakah pasien
dengan kanker folikuler minimal invasif harus menjalani tiroidektomi lengkap karena
67
prognosisnya baik pada pasien ini. Diagnosa karsinoma invasif yang sesungguhnya
atau karsinoma folikuler dengan invasi vaskuler, dengan atau tanpa invasi kapsuler,
131
harus dilakukan total tiroidektomi agar I dapat digunakan untuk mendeteksi dan ablasi
keterlibatan kelenjar getah bening jarang terjadi, tetapi pada pasien tertentu dengan
kumulatif dari kanker tiroid folikuler kira – kira 15% pada 10 tahun dan 30% pada 20
tahun. Prediksi prognosis jangka panjang yang jelek yaitu usia > 50 tahun saat
diagnosis, ukuran tumor >4 cm, adanya invasi vaskuler, invasi ekstratiroid, dan
Karsinoma sel Hürtle diperkirakan 3% dari seluruh keganasan tiroid, dan dalam
klasifikasi WHO, dianggap sebagai subtipe kanker folikuler. Karsinoma sel Hürtle juga
ditandai dengan adanya invasi vaskuler atau kapsul dan tidak dapat didiagnosa dengan
FNAB. Tumor terdiri dari lapisan sel eosinofilik yang padat dalam mitokondria, yang
berasal dari sel oxyphillic kelenjar tiroid. Karsinoma sel Hürtle berbeda dengan
karsinoma folikuler karena tumor ini lebih sering multifokal dan bilateral (sekitar 30%),
selalu tidak mengambil RAI (sekitar 5%), lebih sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening lokal (25%) dan jauh, serta berhubungan dengan rata – rata mortalitas yang
lebih tinggi (sekitar 20% pada 10 tahun). Jadi, tumor ini dianggap sebagai kelas
68
Tatalaksananya sama dengan karsinoma folikuler, lobektomi dan ismusektomi
dianggap cukup sebagai terapi pembedahan pada adenoma sel Hürtle unilateral. Ketika
ditemukan neoplasma sel Hürtle yang invasif pada pemeriksaan histologi potongan
paraffin, harus dilakukan tiroidektomi total. Pasien ini juga harus menjalani
pengangkatan rutin kelenjar getah bening sentral leher, sama dengan pasien MTC, dan
modifikasi diseksi leher radikal jika teraba kelenjar getah bening lateral leher. Meskipun
scanning RAI dan ablasi selalunya tidak efektif, namun dianggap mampu mengablasi
sisa jaringan tiroid normal dan kadangkala mengablasi tumor karena dalam hal ini tidak
ada terapi yang baik. Terapi redifferentiating seperti asam retinoic, agonis PPARγ telah
menunjukkan manfaat dalam terapi tumor ini secara in vitro, namun pada penelitian
klinis fase II hasilnya campuran. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi
terapi ini.
Terapi Radioiodine
Masalah apakah terapi RAI memberikan manfaat pada pasien dengan kanker
prospektif, randomized controlled. Studi cohort jangka panjang oleh Mazzaferri, dkk
serta DeGroot, dkk menunjukkan bahwa terapi RAI pasca operasi mengurangi
rekurensi (Gambar 38-19) dan sedikit perbaikan pada survival, bahkan pada pasien
low-risk. Skrining dengan menggunakan RAI lebih sensitif daripada x-ray thoraks atau
69
berdiferensiasi kecuali tumor sel Hürtle. Skrining dan terapi dipermudah dengan
iodine. Metastasis karsinoma tiroid yang berdiferensiasi dapat dideteksi dan terapi
dengan 131I pada 75% pasien. Banyak studi yang menunjukkan bahwa RAI efektif dalam
terapi >70% mikrometastasis paru yang terdeteksi dengan scan RAI namun normal
pada x-ray thoraks, sedangkan angka keberhasilan turun hingga <10% terhadap
prognosis. Ablasi RAI saat ini direkomendasikan untuk semua pasien dengan stadium
III atau IV, semua pasien stadium II <45 tahun, sebagian besar pasien stadium II yang
berusia 45 tahun atau lebih, dan pasien stadium I dengan tumor yang agresif secara
histology, metastasis kelenjar getah bening, tumor multifokal, dan ekstratiroid, atau
invasi vaskuler.
70
Secara umum, terapi T4 harus dihentikan lebih kurang 6 minggu sebelum
131
scanning dengan I. Pasien harus diberikan T 3 pada periode waktu ini untuk
mengurangi periode jika hipotiroidisme. T 3 memiliki waktu paruh yang lebih pendek
dibandingkan T4 (1 hari vs 1 minggu) dan perlu dihentikan selama 2 minggu agat kadar
TSH meningkat sebelum terapi. Kadar >30 mU/L dianggap optimal, berdasarkan studi
non kontrol. Disarankan diet rendah iodine selama periode 2 minggu tersebut. Protokol
123
yang biasa dilakukan meliputi pemberian I dosis skrining 1 hingga 3 mCi dan diukur
ambilannya dalam 24 jam terakhir. Setelah tiroidektomi total, nilai ini harus <1%.
Adanya spot “hot” di leher setelah skrining awal menunjukkan adanya sisa jaringan
tiroid normal pada bed tiroid. Beberapa peneliti menganjurkan untuk mengabaikan dosis
scanning untuk meminimalkan “stunning” tirosit dan dilanjutkan dengan keperluan untuk
dosis terapi yang lebih tinggi. Sebagian yang lain menganjurkan scanning bila ukuran
jaringan yang tersisa tidak dapat ditentukan melalui laporan operasi atau USG, atau jika
hasilnya akan merubah keputusan untuk terapi atau dosis yang akan diberikan. Jika
131
terdapat ambilan yang bermakna, kemudian diberikan I dosis terapi yaitu 30 hingga
71
100 mCi pada pasien low-risk dan 100 hingga 200 mCi pada pasien high-risk. Jika
pasien memiliki kadar Tg yang meningkat, namun scan RAI yang negatif, beberapa
131
dokter menganjurkan terapi I dengan dosis 100 mCi dan diulang imaging 1 hingga 2
minggu berikutnya. Labih kurang sepertiga dari pasien ini menunjukkan ambilan pada
imaging pasca terapi, dan kadar Tg selalunya menurun, hal ini menunjukkan adanya
manfaat terapi. Pasien yang sebelumnya dengan scan yang positif dan pasien dengan
131
kadar Tg serum >2 ng/mL selalunya memerlukan terapi I lainnya setelah 6 hingga 12
bulan hingga didapatkan satu atau dua scan yang negatif. Scan follow-up dapat
dilakukan setelah penarikan kembali terapi hormonal atau setelah rekombinan TSH.
Rekombinan TSH lebih mahal namun disukai oleh pasien. Dosis maksimum radioiodine
yang dapat diberikan pada satu waktu tanpa melakukan dosimetri kira – kira 200 mCi
dengan dosis akumulatif 1000 hingga 1500 mCi. Dosis hingga 500 mCi dapat diberikan
dengan dosimetri sebelum terapi yang tepat. Komplikasi segera dan lanjut dari terapi
bisa direseksi, invasif lokal atau rekuren, dan metastasis tulang untuk mengurangi
resiko fraktur. Selain itu juga berharga untuk terapi dan mengontrol nyeri akibat
metastasis tulang ketika terdapat sedikit atau tidak ada RAIU. Kemoterapi tunggal
maupun multidrugs telah digunakan dengan keberhasilan yang kecil pada kanker tiroid
yang telah meluas, dan kemoterapi rutin tidak memegang peranan. Doxorubicin
(Adriamycin) dan Paclitaxel (Taxol) merupakan agen kemoterapi yang paling sering
Hormon Tiroid
T4 diperlukan tidak hanya sebagai terapi pengganti pada pasien setelah total atau
near-total tiroidektomi, tetapi memiliki efek tambahan dalam menekan TSH dan
mengurangi rangsangan pertumbuhan untuk setiap sel kanker tiroid yang tersisa.
Supresi TSH mengurangi rata – rata rekurensi tumor. T 4 harus diberikan untuk
memastikan pasien masih eutiroid, dengan kadar TSH yang bersirkulasi sekitar 0,1
μU/L pada pasien low-risk, atau <0,1 μU/L pada pasien high-risk. Resiko rekurensi
tumor harus diseimbangkan dengan efek samping yang berkenaan dengan supresi
TSH jangka panjang, misalnya osteopenia dan masalah jantung, terutama pada pasien
tua.
Pengukuran Tiroglobulin
73
Kadar Tg pada pasien telah menjalani tiroidektomi total harus <2 ng/mL ketika
pasien menggunakan T4, dan <5 ng/mL jika pasien hipotiroid. Kadar Tg >2 ng/mL
sangat berkemungkinan adanya metastasis, atau jaringan tiroid normal yang persisten,
terutama jika meningkat saat kadar TSH meningkat ketika keadaan hipotiroid selama
persiapan untuk scaning RAI atau setelah TSH rekombinan. Lebih kurang 95% pasien
dengan kanker tiroid persisten atau rekuren yang berasal dari sel folikuler memiliki
kadar Tg >2 ng/mL. Kadar Tg dan antibodi anti-Tg mulanya harus diukur dengan
interval 6 bulan kemudian tiap tahun jika pasien bebas penyakit secara klinis. Yang
terbaru saat ini, pengukuran Tg pada aspirasi FNAB telah menunjukkan manfaatnya
Imaging
Setelah scan pertama pasca terapi, pasien low-risk dengan TSH yang distimulasi
Tg dan USG leher negative tidak memerlukan diagnostik rutin scan radioiodine seluruh
tubuh. Meskipun begitu, scan diagnostik seluruh tubuh 6 hingga 12 bulan setelah terapi
ablasi bernilai dalam memfollow-up pasien dengan resiko tinggi dan intermediate dari
penyakit yang persisten. Juga direkomendasikan USG leher untuk mengevaluasi bed
tiroid dan kompartemen sentral dan lateral kelenjar getah bening leher yang dilakukan
pada 6 hingga 12 bulan pasca tiroidektomi kemudian tiap tahun selama 3 – 5 tahun,
tergantung resiko pasien untuk terjadinya rekurensi dan status Tg. Jika RAI dan scan
USG negatif tetapi kadar Tg masih tinggi, FDG PET scan dapat membantu untuk
melokalisir penyakit.
Karsinoma Meduler
74
MTC terjadi lebih kurang 5% dari keganasan tiroid dan muncul dari sel
parafolikuler atau sel C tiroid, yang berasal dari ultimobranchial bodies. Sel – sel ini
terkonsentrasi pada bagian superolateral lobus tiroid dan disinilah MTC selalu terjadi.
berfungsi menurunkan kadar kalsium serum, meskipun dampaknya kecil pada manusia.
Sebagian besar MTC terjadi secara sporadik. Namun, sekitar 25% kejadian berada
dalam rentangan beberapa sindrom yang diturunkan seperti familial MTC, MEN2A, dan
MEN2B. Semua varian ini diketahui karena mutasi germline sekunder pada proto-
onkogen RET. Sindrom ini juga ditandai dengan korelasi genotip dan fenotip, dengan
mutasi spesifik yang mengarah pada manifestasi klinis tertentu. Gambaran klinis dan
genetik yang menonjol dari sindrom ini digambarkan pada Tabel 38-8. Beberapa
75
Pasien dengan MTC sering terdapat massa di leher disertai limfadenopati leher
yang teraba (15-20%). Nyeri sering dirasakan pasien dengan tumor ini, dan invasi lokal
76
menyebabkan gejala disfagia, dyspnea, atau disfonia. Metastasis jauh melalui aliran
darah ke hati, tulang (selalunya osteoblastik), dan paru terjadi belakangan dari tumor
ini. Rasio perempuan : pria yaitu 1,5:1. Sebagian besar pasien berada antara usia 50
dan 60 tahun, sedangkan pasien dengan riwayat keluarga terjadi pada usia yang lebih
carcinoembryonic antigen (CEA), tetapi juga peptide lainnya seperti calcitonin gene-
meningkatnya motilitas saluran cerna dan terganggunya aliran air dan elektrolit saluran
cerna. Sekitar 2-4% pasien mengalami sindrom Cushing akibat produksi ektopik
Patologi
Khasnya MTC adalah unilateral (80%) pada pasien yang sporadik dan
multisentris pada pasien dengan riwayat keluarga, serta 90% tumor terjadi bilateral
pada pasien ini. Kasus familial juga berkaitan dengan hyperplasia sel, yang merupakan
lesi premaligna. Secara mikroskopis, tumor ini tumor ini terdiri dari lapisan – lapisan
infilltrasi sel neoplasia yang dipisahkan kolagen dan amiloid. Terdapat heterogenitas
yang jelas, sel kemungkinan bentuknya poligonal atau spindle. Adanya amiloid
lebih banyak digunakan sebagai penanda tumor diagnostik. Tumor ini juga positif
77
Diagnosis
kalsitonin serum, atau kadar CEA, dan FNAB dari massa tiroid. Perhatian terhadap
riwayat keluarga sangat penting karena sekitar 25% pasien MTC memiliki riwayat
penyakit keluarga. Karena tidak mungkin bisa membedakan penyakit sporadik dengan
familial saat datang pertama, semua pasien baru dengan MTC harus di skrining untuk
adanya mutasi RET, feokromasitoma, dan HPT. Skrining mutasi RET pada pasien MTC
familial secara luas telah digantikan dengan uji provokasi dengan pentagastrin atau
kadar kalsium yang distimulasi kalsitonin untuk menegakkan diagnosa. Kalsitonin dan
CEA digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan MTC persisten atau rekuren.
Kalsitonin merupakan penanda tumor yang lebih sensitif, sedagkan CEA lebih baik
Terapi
sekali. Tumor ini pada umumnya (>50%) bilateral. Total tiroidektomi merupakan terapi
pilihan pada pasien dengan MTC karena tingginya insiden multisentris, penyakit yang
lebih agresif, dan fakta bahwa terapi I 131 tidak efektif pada pasien ini. Kelenjar getah
bening pada kompartemen sentral sering terkena pada proses awal penyakit, sehingga
diseksi bilateral kelenjar getah bening sentral harus rutin dilakukan. Pada pasien
dengan kelenjar getah bening yang teraba atau mengenai kelenjar getah bening
kelenjar getah bening. Peranan diseksi kelenjar getah bening lateral kontroversial.
78
Namun, pada pasien dengan tumor >1cm, direkomendasikan untuk diseksi leher radikal
modifikasi ipsilateral profilaktik karena >60% pasien ini memiliki metastasis kelenjar
getah bening. Jika kelenjar getah bening ipsilateral positif, diseksi kelenjar getah bening
kontralateral harus dilakukan. Pada kasus rekurensi lokal, atau metastasis, dianjurkan
debulking tumor yang tidak hanya meringankan gejala flushing dan diare, tetapi juga
mengurangi resiko kematian karena penyakit yang rekuren di leher sentral atau
direkomedasikan pada tumor residu yang tidak bisa direseksi atau pada tumor rekuren.
Dalam hal ini tidak ada regimen kemoterapi yang efektif. Ada beberapa terapi target
yang telah diteliti untuk terapi MTC. Tyrosine kinase inhibitor STI571 (Imatinib)
memberikan hasil yang menjanjikan pada penelitian in vitro, namun kurang digalakkan
pada penelitian klinis fase II. Tyrosine kinase inhibitor lainnya yang bekerja melawan
reseptor 2 vascular endothelial growth factor, ZD6474 (Zactima) yang lebih efektif pada
penelitian fase II telah menunjukkan partial response pada 27% pasien, dengan
(labetuzumab) juga menunjukkan respon antitumor pada sebagian kecil pasien. Ablasi
paratiroid yang benar – benar membesar yang diangkat. Kelenjar paratiroid lainnya
harus dipertahankan dan ditandai pada pasien dengan normokalsemia, karena hanya
sekitar 20% pasien MEN2A yang berkembang menjadi HPT. Jika kelenjar paratiroid
normal yang tidak bisa dipertahankan melalui suatu pedikel vaskuler, maka harus
79
diangkat, dan dibiopsi untuk memastikan itu adalah kelenjar paratiroid, dan kemudian
diindikasikan pada pasien carrier mutasi RET jika dikonfirmasi adanya mutasi. Tindakan
ini dilakukan pada usia 6 tahun pada MEN2A dan sebelum usia 1 tahun pada pasien
MEN2B. Diseksi leher sentral dapat dicegah pada anak – anak yang RET positif dan
kalsitonin negative dengan USG normal. Jika kalsitonin meningkat atau USG
menunjukkan adanya kanker tiroid, diindikasikan untuk dilakukan diseksi leher sentral
profilaktik.
Pasien diikuti melalui pemeriksaan tahunan kadar kalsitonin dan CEA, sebagai
tambahan terhadap anamnesa dan pemeriksaan fisik. Modalitas lain yang digunakan
untuk menentukan rekurensi seperti USG, CT, MRI, dan yang terbaru yaitu FDG PET
Scan. FDG PET Scan dilaporkan lebih superior terhadap radionuclide-based dan
imaging morfologi rutin oleh beberapa peneliti. Prognosis berhubungan dengan stadium
penyakit. The 10-year survival rate sekitar 80% dan menurun 45% jika mengenai
kelenjar getah bening. Survival secara signifikan juga dipengaruhi oleh jenis penyakit.
Sangat baik jika pada pasien MTC familial non MEN difollow adanya MEN2A, baru
kemudian penyakit sporadiknya. Pasien dengan MEN2B memiliki prognosis yang lebih
jelek (survival 35% pada 10 tahun). Pembedahan profilaksis pada pasien dengan
carrier mutasi onkogen RET tidak hanya memperbaiki rata – rata harapan hidup tetapi
80
Karsinoma Anaplastik
Serikat dan insidennya mengalami penurunan. Paling banyak mengenai wanita, dan
mayoritas tumor terjadi pada usia dekade 7 dan 8. Pasiennya khas dengan massa di
leher yang sudah lama dimana cepat membesar dan sangat nyeri. Gejala penyerta
seperti disfonia, disfagia, dan dyspnea sering ditemui. Tumor berukuran besar dan
dapat terfiksasi pada jaringan sekitarnya atau bertukak dengan area yang nekrosis
(gambar 38-21). Kelenjar getah bening selalu teraba saat pemeriksaan. Bukti adanya
penyebaran metastasis juga bisa ditemukan, Biopsi insisi kadangkala diperlukan untuk
menunjukkan karakteristik dengan sel giant dan banyak inti. Biopsi insisi kadangkala
diperlukan untuk konfirmasi diagnosis, dan ismusektomi dengan atau tanpa trakeostomi
81
Patologi
Dengan inspeksi dengan mata telanjang, tumor anaplastik tampak padat dan
keputihan. Secara mikroskopis, tampak gambaran sel yang heterogen. Sel – selnya
dapat berbentuk kumparan, poligonal, atau berukuran besar dengan banyak inti. Fokus
tumor tiroid yang lebih berdiferensiasi seperti folikular atau papilar dapat tampak pada
sediaan, yang menunjukkan bahwa tumor anaplastik berasal dari tumor yang
berdiferensiasi baik. Satu hal yang harus dikonfirmasi yaitu tumor tersebut bukan MTC
Tumor ini merupakan salah satu keganasan tiroid yang paling agresif, sedikit
pasien yang bertahan 6 bulan setelah diagnosis. Semua bentuk terapi tidak
memuaskan. Jika karsinoma anaplastik ini berupa massa yang dapat direseksi,
tiroidektomi hanya memberikan sedikit perbaikan pada survival terutama pada usia
muda. Kombinasi radioterapi dan kemoterapi sebagai adjuvant pada pasien dengan
tumor yang resectable telah dikaitkan dengan survival yang memanjang, meskipun
Limfoma
Limfoma terjadi <1% dari keganasan tiroid dan sebagian besar adalah non-
Hodgkin tipe sel B. Meskipun penyakit ini dapat merupakan bagian dari limfomatous
secara umum, sebagian besar limfoma tiroid berkembang dari pasien – pasien dengan
tioriditis kronik limfositik. Adanya rangsangan antigen limfosit yang kronik telah
82
diperkirakan menjadi penyebab transformasi limfosit. Pasien selalu datang dengan
massa leher yang cepat tersebut seringnya tidak disertai nyeri. Pada pasien dapat juga
disertai dengan distress pernapasan akut. Diagnosis selalu dinyatakan dengan FNAB,
meskipun needle-core biopsy atau biopsi terbuka mungkin diperlukan untuk diagnosa
ekstratiroid.
dilakukan untuk mengurangi gejala obstruksi jalan napas pada pasien yang tidak
memberikan respon cepat terhadap regimen di atas atau pasien yang telah lengkap
regimennya sebelum diagnosis. Prognosis tergantung pada grade histologi tumor dan
apakah tumor tersebut terbatas pada tiroid atau telah menyebar. Rata – rata angka
harapan hidup (Overall 5-year survival rate), pasien yang disertai dengan penyebaran
ekstratiroidal memiliki angka rata – rata harapan hidup yang lebih rendah.
Karsinoma Metastasis
83
Kelenjar tiroid merupakan tempat yang jarang bagi metastasis kanker dari organ
lain seperti ginjal, payudara, paru dan melanoma. Pemeriksaan klinis dan riwayat
pasien yang cermat dapat memberikan petunjuk mengenai sumber metastasis dan
FNAB selalu memberikan diagnosa yang definitif. Reseksi tiroid, selalunya lobektomi,
sangat membantu pada sebagian besar pasien tergantung pada status tumor
primernya.
Pembedahan Tiroid
Tiroidektomi
dilakukan pemeriksaan pita suara terlebih dahulu dengan laringoscopy langsung atau
tidak langsung sebelum operasi. Pasien dalam posisi supine, dengan bantal diantara
scapula. Kepala ditempatkan pada bantal donut dan leher diekstensikan untuk
mendapatkan lapangan yang luas. Insisi collar Kocher, dengan panjang 4-5 cm
ditempatkan sejajar dengan garis kulit 1cm dibawah kartilago krikoid (gb 38-22A) atau
dibentuk subplatisma flap dengan batas superior sampai kartilago tyroid dan batas
inferior sampai suprasternal notch (Gb 38-22B) . Strap muscles dipisahkan digaris
tengah sejauh flap bisa dimobilisasi dan kelenjar tiroid bisa diekpose. Tindakan dimulai
pada satu sisi dulu, otot sternohyoid dipisahkan dari sternotiroid secara tumpul sampai
vena jugular interna dan ansa servikalis diidentifikasi. Strap muscles kadang kalo
dibutuhkan bisa dipisahkan untuk mendapatkan ekpose dari tiroid yang lebih luas. Jika
manuver ini dibutuhkan otot harus dipisahkan diatas diatas dari inervasi dari cabang
ansa cervikalis. Jika terdapat invasi tumor langsung sampai ke strap muscle, porsi otot
84
yang terlibat harus direseksi enbloc dengan kelenjar tiroidnya. Otot sternotiroid
dilakukan diseksi dari kelenjar tiroid dengan diseksi tumpul dan tajam. Lobus tiroid
ditarik ke medial dan anterior dan jaringan lateral didorong ke posterolateral dengan
sponge. Vena tyroidalis media diligasi dan dipisahkan (Gb 38-22C). Pada midline
ditemukan delpian node dan lobus piramidalis. Pole tiroid superior diidentifikasi dengan
menarik tiroid ke inferior dan medial pertama kali dan kemudian pole atas tiroid
dimobilisasi ke kaudal dan lateral. Diseksi tetap menutupi tiroid sebisa mungkin sampai
memisahkan dibawah kelenjar tiroid untuk menjaga cedera pada cabang ekternal dari
nervus laringeus superior. (Gb 38-22D). Setelah pembuluh darah dipisahkan jaringan
posterior dan lateral dari pole atas dapat dipisahkan dari kelenjar pada posteromedial
untuk mengurangi resiko kerusakan pembuluh darah untuk suplai paratiroid bagian
atas.
85
86
87
Nervus laringeus rekuren harus diidentifikasi. RLN kanan lebih oblik daripada
RLN kiri. Nervus dapat diidentifikasi pada level kartilago krikoid. Paratiroid harus
diidentifikasi 1 cm menyilang arteri tiroid inferior dan RLN meskipun kadang kadang ada
lokasi ektopik. Pole bawah kelenjar tiroid harus dimobilisasi secara gentle. Pembuluh
darah tiroid inferior didiseksi, skeletonisasi, ligasi dan dipisahkan sedekat mungkin ke
ekstrakapsular) atau cedera pada RLN. Saraf – saraf menyilang strukur tiroid
bersamaan cabang arteri dan vena (Gb 38-22B). Setiap perdarahan pada area ini harus
dikontrol dengan tekanan yang gentle dan hati – hati dalam mengidentifikasi dan
88
Setelah ligamen dipisahkan, tiroid dapat dipisahkan dari trakea dengan diseksi tajam.
Lobus piramidalis, jika ada harus dipisahkan kearah cepalad di atas level kartilago tiroid
atau diatas pertemuan dengan kelenjar tiroid. Jika lobektomi dilakukan, ismus
dipisahkan dari trakea dari arah kontralateral dan dijahit. Prosedur yang sama dulang
Kelenjar paratiroid yang berada di anterior dari permukaan tiroid tidak dapat
diseksi dari tiroid, konfirmasi adanya jaringna paratiroid dengan frozen section,
tiroidektomi subtotal dipilih pole atas pembuluh darah dipisahkan dan lobus tiroid
dimobilisasi ke anterior. Lobus tyroid diklem dengan klem Mayo dan ditinggalkan
sedikitnya 4 gr bagian posterior dari tiroid. Sisa tiroid diligasi, untuk menghindari cedera
pada RLN. Penempatan drain jika dibutuhkan. Setelah hemostasis yang adekuat
tercapai strap muscle ditempatkan lagi ke midline. Platisma ditempatkan pada tempat
yang sama. Kulit bisa ditutup dnegan penjahitan subkutikular atau klip.
Prosedur dengan mini insisi dimana digunakan insisi yang kecil 3 cm tanpa flap
dan minimal diseksi untuk membawa tiroid ke daerah luka dan dilakukan diseksi
visualisasi melalui insisi yang kecil. Endoskopi dapat dilakukan melalui supraclavicula,
dada bagian anterior, aksila dan payudara. Pendekatan pada axilla, dada anterior dan
payudara digunakan untuk menimalisasikan insisi pada kulit leher, tetapi lebih invasif.
89
Semua tindakan tiroidektomi endoskopik dilakukan dalam anestesi umum. Untuk
pendekatan pada axilla, 30mm insisi kulit dibuat diaksila dan dimasukkan trokar 12mm
dan 15 mm pada insisi (GB 38-22F). Sebagai tambahan dimasukkan trokar 5 mm. Pada
pendekatan pada dinding dada. 12 mm insisi kulit dibuat di dada anterior 3-5 cm
endoskopi dibawah klavikula ipsilateral dan CO2 dimasukkna dengan tekanan 4mmhg
dipisahkan dari otot sternohyoid untuk mencapai otot sternothyroid. Kelenjar tiroid
Berry diekpose dan diinsisi dgn klip 5 mm atau koagulasi laparaskopik. Pole atas tiroid
dipisahkan dari otot krikotiroid dan cabang eksternal nervus laringeus superior dapat
diindentifikasi pada manuver ini. Bagian pole atas didiseksi sampai bebas.
Goiter mediastinal adalah jika terdapat lebih dari 50% tiroid yang berada
intrathorakal. Goiter mediastinal biasa primer atau sekunder. Goiter mediastinal primer
kuranglebih 15 dari semua goiter mediastinal dan berasal dari jaringan tiroid accesoris
(ektopik) yang berada di dada. Goiter ini disuplai dari pembuluh darah intrathorakal dan
tidak ada hubungan dengan jaringan tiroid dileher. Mayoritas terbanyak pada goiter
mediastinal adalah goiter mediastinal sekunder yang berasal dari ektensi dari jaringan
tiroid cervikal disertai suplai darah dari arteri tiroidalis superior dan inferior. Pada
kenyataannya, semua goiter intrathorakal dapat diangkat melalui insisi cervikal. Pasien
dengan (a) kanker tiroid invasif, (b). Pernah menjalani operasi tiroid sebelumnya, atau
90
(c) goiter mediastinal primer tanpa jaringan tiroid dileher dapat dilakukan median
sternotomi. Dada harus disiapkan pada setiap kasus yang membutuhkan median
secara lengkap. Penempatan jahitan benang 1-0 dan 2-0 kedalam goiter bila
dipisahkan setinggi ruang intercostal tiga dan kesisi lateral pada ruang antara iga tiga
Diseksi Leher Sentral dan Lateral pada Metastasis Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening pada kompartemen sentral (medial dari carotis sheath)
seringkali terkena pada pasien dengan karsinoma papiler, meduler, dan sel Hürtle serta
harus diangkat saat tiroidektomi, dengan mempertahankan RLN dan kelenjar paratiroid.
Diseksi leher sentral sangat penting pada pasien dengan karsinoma meduler dan sel
Hürtle karena tingginya frekuensi penyebaran mikroskopik tumor dan tumor – tumor
131
tersebut tidak dapat diablasi dengan I. Modifikasi diseksi leher radikal unilateral
91
diindikasikan jika ada kelenjar getah bening leher yang teraba atau profilaksis pada
Modifikasi diseksi leher radikal (fungsional) dapat dilakukan melalui insisi leher
untuk tiroidektomi, yang dapat diperluas ke lateral (Gambar 38-24A) hingga pinggir
seluruh jaringan ikat-lemak di sepanjang vena jugularis interna (level II, III, dan IV) serta
posterior triangle (level V). Berbeda dengan diseksi leher radikal, vena jugularis interna,
dipertahankan kecuali jika melekat atau diinvasi oleh tumor. Prosedurnya dimulai
dengan membuka bidang yang terletak antara strap muscles di medial dengan otot
diseksi dilakukan ke posterior hingga mencapai carotis sheath. Vena jugularis interna
diretraksi ke medial dengan retraktor vena dan jaringan ikat-lemak serta kelenjar getah
bening didiseksi dengan kombinasi diseksi secara tajam dan tumpul. Diseksi lateral
jaringan di posterior triangle. Batas diseksi terdalam yaitu otot scalenus anterior, saraf
prenikus, pleksus brachial, dan otot scalenus medial. Saraf prenikus dipertahankan
pada otot scalenus anterior, karena saraf ini merupakan saraf sensorik leher pada
sebagina besar pasien (Gambar 38-24B). Diseksi di sepanjang saraf spinal asesorius
ke arah atas sangat penting dilakukan karena ini merupakan lokasi yang paling sering
dari metastasis.
92
93
Komplikasi Pembedahan Tiroid
tiroidektomi. Cedera RLN dapat terjadi pada saat memotong, mengikat, atau menarik,
namun terjadi <1% pada pasien yang menjalani tiroidektomi oleh ahli bedah yang
berpengalaman. RLN paling rentan terhadap cedera pada 2 hingga 3 cm dari ujungnya,
namun dapat juga cedera jika ahli bedah tidak waspada terhadap adanya kemungkinan
percabangan dari saraf tersebut dan adanya saraf yang nonrecurrent terutama pada
sisi kanan. Jika cedera terjadi saat intraoperasi, sebagian besar ahli bedah
kurang 20% pasien beresiko mengalami cedera pada cabang eksterna nervus
laryngeus superior, terutama jika pembuluh darah pada pole superior diligasi secara en
masse. Teknik monitoring terhadap saraf laryngeus superior dan RLN saat intraoperasi
telah digunakan secara luas dalam operasi tiroid dan paratiroid. Gunakan monitoring
monitoring berkala (intermitten) dengan stimulasi periodik dan palpasi laring. Belum ada
penelitian berskala besar yang menunjukkan bahwa monitoring saraf dengan keragu-
raguan mengurangi cedera pada saraf, meskipun pada ahli bedah berpengalaman.
Trunkus simpatis leher beresiko cedera pada kanker tiroid yang invasif dan goiter
yang disengaja) telah dilaporkan pada 50% kasus, namun hipoparatiroidism menetap
terjadi <2% kasus. Hipokalsemia pasca operasi lebih berkemungkinan terjadi pada
pasien yang menjalani tiroidektomi disertai diseksi leher sentral serta lateral saat
94
bersamaan. Hematom pasca pembedahan dan perdarahan juga merupakan komplikasi
hematom. Gangguan fungsi pita suara bilateral disertai ganggaun jalan napas
memerlukan intubasi ulang dan trakeostomi. Seroma dapat diaspirasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien. Selulitis dan infeksi luka, cedera pada struktur di sekitarnya
Daftar Pustaka
95
Lal G. Thyroid, Parathyroid, and Adrenal chapter 38 in Schwartz’s Principle of Surgery
96