Anda di halaman 1dari 10

KERACUNAN JENGKOL

I. PENDAHULUAN

Buah jengkol (pithecobium lobatum) sangat digemari oleh


golongan tertentu penduduk di Indonesia, terutama pulau Jawa dan
Sumatera. Buah jengkol kadang-kadang dapat menyebabkan keracunan
pada orang yang memakannya, meskipun demikian penggemarnya
tetap menyukainya sebagai salah satu makanan sehari-hari.

Banyak penduduk mengkomsumsi jengkol tanpa tau efek


jika dikomsumsi dalam porsi yang tidak wajar, sehingga tidak heran
penderita keracunan jengkol sadar bahwa sakit yang dideritanya akibat
komsumsi jengkol yang berlebihan.

Di dalam biji jengkol terdapat ikatan organic yang disebut asam jengkol
(jengcolic acid). Asam jengkol ini diisolasi oleh Von Veenand Hyman
pada tahun 1993. Dimana asam jengkol mempunyai sifat amfoter yang
dapat mempermudah asam sekitarnya mengendap, berbentuk Kristal
berupa jarum-jarum, kadang-kadang berbentuk roset, tidak berbau dan
tidak mudah terbakar.
II. PREVALENSI

Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Sadatan dan


Suharyono, perbandingan antara penderita anak laki-laki dan
perempuan adalah 9 : 1, sedangkan angka kejadian tertinggi di
dapat antara umur 4-7 tahun. Umumnya kasus keracunan
jengkol ditemukan pada saat musim berbuah.
Pada penyelidikan yang dilakukan oleh Moenadjat
Wiratmadja dkk, di sub bagian Bedah Urologi RSCM Jakarta,
ternyata tidak semua pemakan jengkol akan mengalami
keracunan. Timbulnya keracunan tidak tergantung dari jumlah
biji jengkol yang dimakan dan apa jengkol itu dimakan mentah
atau dimasak terlebih dahulu. Demikian juga dari Hyman
berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan tergantung
dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.

III. PATOGENESIS

Patogenesis yang pasti tentang kejadian keracunan jengkol


masih jelas seluruhnya. Sehingga saat ini para peneliti
menganggap bahwa gejala keracunan jengkol disebabkan oleh
pengendapan asam jengkol yang menyumbat saluran kemih.
Buah jengkol mengandung asam jengkol, suatu asam amino
berunsur belerang bersifat amfoter yaitu larut dalam
lingkungan asam sebagai basa dan dapat pula larut dalam
lingkungan basa sebagai asam.
Daya larut dalam air sangat kecil yaitu 1,02 gram/I air pada
suhu 30 C pada PH iso elektrik 5,5 dapat terjadi pengendapan
Kristal asam jengkol.
Asam jengkol terdapat didalam buah jengkol dalam bentuk
bebas dan ikut termakan saat memakan buah jengkol. Sebagian
dari asam amino itu terurai oleh bakteri usus dan menghasilkan
bau jengkol yang khas pada eksrerta sedangkan asam jengkol
yang diserap oleh usus dieksresikan oleh ginjal.
Asam jengkol terdapat dalam keadaan stabil didalam plasma
darah karena terikat dengan albumin dan dapat filtrasi
glomerulus. Pada saat filtrate tersebut sampai tubulus, terjadi
proses pemekatan dan penurunan PH. Bila pada saat PH,
mencapai titik iso elektrik 5,5 maka dapat terjadi pembentukan
Kristal asam jengkol. Pembentukan Kristal asam jengkol erat
hubungannya dengan kepekatan urin serta konsentrasi asam
jengkol yang dikandungnya dan derajat keasaman urin apakah
mencapai titik iso elektrik asam jengkokl apa tidak.
Asam jengkol yang bersifat Amfoter oleh karena sifat
keasamannya yang rendah.
Dengan sifat amfoter maka pada suasana asam, asam
jengkol ini dapat berubah menjadi basa lemah, sehingga terjadi
reaksi asam dan basa dan terjadi garam yang mengendap
bewrupa Kristal. Endapan kristakl ini terjadi pada tubulus
sehingga dapat menyumbat tubulus. Kristal ini sangat tajam
sehingga dapat menyebabkan nyeri yang amat sangat. Nyeri
yang terjadi terdapat pada hampir seluruh saluran kemih mulai
dari ginjal, tapi nyeri yang amat sangat terjadi pada ginjal dan
kandung kemih.
Nyeri pada ginjal disebabkan terutama oleh karena
terjadinya sumbatan tubulus secara serentak sehinbgga terjadi
oliguria yang hebat sampai dengan anuria. Akibatnya ginjal
menjadi membengkak sehingga terjadi peregangan kapsula
ginjal dimana hal ini menyebabkan nyeri yang hebat.
Nyeri ginjal juga disebabkan tusukan Kristal pada Pyelum
yang peka terhadap nyeri, sehingga terjadi kolik.
Nyeri pada kandung kemih disebabkan oleh tusukan/iritasi
Kristal-kristal yang tajam sehingga menyebabkan rasa sakit
yang hebat. Dinding vesica urinaria menjadi bengkak sehingga
menyebabkan rasa penuh pada kandung kemih, sehingga
pasien merasa mau kencing terus tetapoi jika berkemih juga
rasanya tidak puas dan sakit.
Akibat dari penyumbatan yang luas maka fungsi ginjal
mendadak menurun sehingga sering terjadi GGA. Jika hal ini
dibiarkan berlama-lama maka akan terjadi kerusakan ginjal
yang permanen menuju pada GGK.
Tusukan Kristal pada sepanjang saluran kemih akan sering
menyebabkan pasien menderita Hematuria, biasanya
hematuria yang terjadi hanya sedikit.

IV. GEJALA KLINIS

Secara klinis keracunan jengkol dapat dibagi dalam tiga


tingkatan sebagai berikut :
1. Ringan, bila terdapat keluhan ringan seperti sakit
pinggang, kencing berwarna merah.
2. Berat, bila disertai oliguria.
3. Sangat berat, bila terjadi anuria atau tanda-tanda ginjal
akut yang nyata. Pada umumnya gejala dimulai dari sakit
perut, muntah-muntah, sakit pinggang atau sakit waktu
kencing. Mulut, nafas serta urin berbau jengkol
merupakan gejala yang khas pada keracunan jengkol.
Gejala lainnya berupa hematuria, keluar Kristal, hablur
berwarna putih dan kasus yang berat dapat terjadi
oliguria maupun anuria serta peningkatan kadar ureum
dan kreatinin darah.
Pada pemeriksaan fisik kadang teraba buli-buli yang
terasa penuh., pembesaran ginjal dan asites, serta dapat
pula ditemukan infiltrate urin pada scrotum, batang
penis, perineum dan jaringan sekitarnya.

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Untuk menentukan Kristal asam jengkol diperlukan urin


segar karena Kristal tersebut mudah larut bila urin menjadi
alkalis. Kristal urin hanya dapat terjadi pada titik iso elektrik
pada PH 5,5 oleh sebab itu Kristal tersebut tidak selalu
ditemukan pada pemeriksaan urin. Kristral asam jengkol
berbentuk jarum runcing dan kadang-kadang bergumpal
menjadi ikatan-ikatan atau Rozets hematuria ditemukan
pada 72% kasus. Uremia yang ringan (40-60%) juga sering
ditemukan pada kasus yang berat dengan manifestasi klinis
pada GGA. Kadar ureum darah dapat mencapai diatas 30 mg%
asidosis metabolic ditemukan sesuai dengan beratnya gagal
ginjal yang menyertainya.
VI. DIAGNOSA

Diagnosa keracunan jengkol tidak sulit bahkan sering


penderita sendiri atau anggota keluarga dapat mengetahui
bahwa dirinya mengalami keracunan jengkol. Ada riwayat
makan jengkol, keluhan sakit perut, muntah, udara pernafasan
dan urin berbau jengkol yang khas, hematuria, disuria atau
anuria serta ditemukannya Kristal asam jengkol dalam urin
merupakan kriteria diagnostik yang cukup spesifik, juga pada
hari pertama keracunan jengkol nafas penderita berbau
jengkol.

Sensivitas seseorang terhadap terjadinya serangan


keracunan jengkol ini berbeda-beda, ada yang menderita
keracunan setelah mengkomsumsi jengkol untuk pertama
sekali dalam jumlah sedikit. Tetapi ada pula yang memerlukan
komsumsi berkali-kali dalm dosis besar, baru menderita
serangan keracunan jengkol tersebut, tetapi ada pula yang
sanggup mengkomsumsi jengkol itu dalam jumlah besar tetapi
tetap bertahan tidak menderita keracunan jengkol, mungkin
karena keadaan reaksi urinenya yang menentukan terjadinya
endapan Kristal jengkol yang memberikan gejala tersebut.

Ada tanda-tanda bahwa terjadinya sensitivasi terhadap


serangan keracunan jengkol pada orang tertentu, setelah
berulang kali mengkomsumsi jengkol tersebut. Dia akan
semakin mudah menderita serangan. Serangan penyakit ini
terjadi karena sifat kumulatif asam jengkol didalam tubuh.
Tetapi sering kali urine bahkan tidak menunjukkan adanya
kristal-kristal ini pada pemeriksaan mikroskopik. Mungkin dosis
PH urine menentukan ada tidaknya Kristal asam jengkol disini.

VII. THERAPY

Dalam penanganan maka dilakukan Alkalinisasi urine


sehingga Kristal yang terjadi menjadi larut seluruhnya.
Pelarutan Kristal ini demikian hebat ibarat bunga es/Kristal es
yang disiram dengan air panas. Jika belum terjadi kerusakan
nefron maka seluruh sumbatan akan lenyap dan terjadi
Recovery fungsi ginjal, jika belum lama fungsi ginjal akan pulih
sepenuhnya.
Untuk suksesnya alkalinisasi yang dilakukan dengan Forced
diuresius dengan Furosemide sehingga absorbs air pada ansa
henle menjadi berkurang sehingga flow urine menjadi lancer.
Alkalinisasi dilakukan dengan bicarbonas.
Penanganan penderita disesuaikan dengan berat ringannya
gejala yang ditemukan. Tujuan pengobatan ini adalah untuk
melarutkan Kristal asam jengkol yang menyumbat saluran
kemih. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah menaikkan
volume urine dan membuatnya menjadi alkalis.

Pada kasus ringan cukup diberikan minuman yang banyak


dengan penambahan air soda atau tablet sodium
bikarbonat kira-kira 1 mg/kg BB/h atau sebanyak 1-2
gr/hr.
Pada kasus berat ditandai dengan oiliguria/anuria atau
komplikasi lainnya, penderita harus dirawat dan ditangani
sebagai kasus GGA, bila terjadi retensi urine segera
cateterisasi urine, buli-buli dibilas dengan larutan sodium
bikarbonat 1,5%, segera diberikan sebelum atau
bersamaan dengan pemberian infuse cairan. Pada
penderita oliguria diberi campuran larutan glukosa 5%
dengan garam fisiologis (NaCl 0,9% dengan perbandingan
3:12) tetapi ada kasus anuri sebaiknya diberikan larutan
glukosa 5-10% dengan jumlah cairan seperti pada
penderita GGA. Pada GGA yang berat kadang diperlukan
tindakan hemodialisis.
Sodium bikarbonat diberi 2-5 mEQ/kgBB dan disesuaikan
dengan analisa gas darah. Sodium bikarbonat diberikan
secara infuse selama 4-8 jam. Diuretic dapat diberikan
misalnya : dengan furosemide 1-2 mg/kgBB/hari.
Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi sekunder.

VIII. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosis baik, walaupun ada juga penderita


yang meninggal dunia akibat gagal ginjal akut. Prognosis
tergantung dari lamanya dilakukan alkalinisasi urine disamping
factor-faktor lain.

IX. PENCEGAHAN

Mencegah terjadinya keracunan jengkol dengan melarang


para penggemarnya memakan buah jengkol sangat sulit
bahkan mustahil dapat terjadi, tidak mudah mengubah
kebiasaan makan seseorang, jika buah jengkol dimasak maka
konsentrasi asam jengkol menjadi sangat menurun, sehingga
jarang terjadi keracunan. Jengkol yang dikecambahkan ternyata
mengandung asam jengkol yang lebih tinggi. Sebaiknya
dianjurkan kepada penggemar jengkol agar minum banyak atau
minum air soda/tablet soda/tablet sodium bikarbonat sehabis
makan jengkol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas Husein, Acute Failure Due to Jengkol Intoxication in


children, : Paediatrica Indonesian, BP FGK UI, Jakarta
1994, hal. 164.
2. Pudjiaji Silihin, Keracunan Jengkol : Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak, Edisi IV, BP FK UI, Jakarta, 2000, hal. 248.
3. Straf pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak, Bagian IIlmu Kesehatan Anaj FK _ UI, Jakarta, 1997,
hal 967 968.
4. H
5. http://www.Medicine Net.com.
6. Djaeni Achmad, Keracunan Jengkol, Dalam Ilmu gizi, Jilid
II, BP.DIAN RAKYAT, Jakarta, 1989, hal. 169 172.

Anda mungkin juga menyukai