Biji jengkol biasanya diolah dan dikonsumsi dalam bentuk emping, semur, sambal
goreng, rendang, urap atau lalapan mentah. Selain bijinya yang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan, jengkol juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Kulit batang
tanaman jengkol secara tradisional digunakan untuk mengobati sakit gigi, sedangkan
daunnya digunakan untuk mengobati luka dan kudis. Selain itu, jengkol juga digunakan
pada penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi.
1
Asam Jengkolat
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S-methylenebicysteine) merupakan senyawa
sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Adanya unsur sulfur
ini menyebabkan asam jengkolat dapat menghasilkan bau yang kurang sedap.
Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi, tergantung varietas dan usia
bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif lebih sedikit daripada biji
yang sudah tua. Pada biji jengkol tua terkandung asam jengkolat 1-2% dari berat
bijinya. Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram dapat mengandung sekitar
0,15 0,30 gram asam jengkolat.
Keracunan jengkol dapat terjadi akibat mengkristalnya asam jengkolat dalam suasana
asam yang bentuknya menyerupai jarum roset yang sukar larut dalam air, baik dalam
suasana asam maupun basa. Kristal ini dapat menyebabkan penyumbatan pada
saluran kencing (tractus urinarius) dan juga dalam ginjal sehingga pada kasus yang
parah dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu, asam jengkolat dikatakan
bersifat nefrotoksik atau toksik terhadap ginjal.
2
12 jam setelah seseorang mengkonsumsi jengkol. Gejala yang timbul dapat berupa
nyeri perut yang kadang-kadang disertai muntah,
serangan kolik dan nyeri saat berkemih,
disuria (gangguan berkemih), dan hematuria (darah di dalam urin). Adanya
darah dalam urin disebabkan oleh adanya luka pada lambung, saluran kemih,
bahkan ginjal akibat terkena kristal asam jengkolat yang tajam.
Jika berlanjut, dapat terjadi gagal ginjal akut yang ditandai dengan fase oliguri-anuria
(pengeluaran urin yang sangat sedikit hingga tidak dapat keluar), yang kemudian diikuti
dengan fase poliuria (volume urin yang sangat besar dalam periode tertentu).
Pemeriksaan Penunjang
a. Hindari mengkonsumsi jengkol pada saat perut kosong (sebelum makan) dan/atau
jangan disertai makanan/ minuman lain yang besifat asam.
b. Hindari mengkonsumsi jengkol dalam keadaan mentah. Sebaiknya jengkol dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar kandungan asam jengkolatnya dapat
berkurang. Jengkol mentah mengandung asam jengkolat lebih banyak daripada
jengkol yang sudah dimasak.
c. Biji jengkol dapat dipendam dahulu di dalam tanah sebelum dimasak agar
kandungan asam jengkolatnya dapat berkurang.
d. Jangan mengkonsumsi jengkol secara berlebihan, terutama bagi individu yang
mengalami gangguan ginjal