Anda di halaman 1dari 5

Tema : farmakologi

DIARE

A.Defenisi Diare

Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea)
adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar
yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air
berlebihan yang lebih banyak dari biasanya lebih dari 200gram atau 200ml / 24 jam.
Dimana buang air besar dalam sehari lebih dari 3x disertai pengeluaran feses yang
lebih encer dan tdk terbentuk baik.

Diare yang disebabkan oleh masalah kesehatan biasanya jumlahnya sangat banyak,
bisa mencapai lebih dari 500 gram/hari.Orang yang banyak makan serat sayuran,
dalam keadaan normal bisa menghasilkan lebih dari 500 gram, tetapi konsistensinya
normal dan tidak cair.Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare
airnya bisa mencapai lebih dari 90%.

B. Jenis-jenis Diare

1. Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu atau
penyakit lain. Gejala diare akut adalah tinja berbentuk cair, terjadi mendadak, badan
lemas kadang demam dan muntah, serta berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari.

2. Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama,

berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

3. Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lender.

C. Penggolongan Diare

1. Diare spesifik

Diare spesifik adalah diare yang disebabakan oleh infeksi baik bakteri, parasit, maupun
virus.

2. Diare non spesifik

Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah makan (makanan terlalu pedas sehingga
mempercepat eristaltic usus), ketidakmampuan lambung dan usus dalam
memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan) disebut lactose intolerance,
ketidakmamapuan memetabolisme sayuran atau buah tertentu (kubis, kembang kol,
sawi, nangka, durian), juga infeksi virus-virus noninvasive yang terjadi pada anak umur
di bawah 2 tahun karena rotavirus.
D.Etiologi Diare

Berdasarkan metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu
kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di
antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat
diare satu di antaranya juga karena rotavirus.

Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini
mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak
dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak
diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses
transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus
besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat
menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan
terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi
terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim
laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.

Tidak demikian dengan bayi yang menyusui ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami
intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI
terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum
susu formula dengan botol dan dot.

Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu,
bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta
produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita
yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak
terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat
terkontaminasi bakteri dan virus

Penyebab terjadinya diare :

1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa).

2. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibotika

3. Alergi susu (intoleran laktosa)

4. Sanitasi buruk
5. Nutrisi buruk

6. Intoleransi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya; obat-obatan seperti


laksatif/pancahar, antibiotik (Ampicilin), antihipertensi (Reserpine), kolinergik
(Metoclopramide), obat kardiovaskular (Digoxin, Digitalis); AIDS-yang dihubungkan
dengan diare dan agen penginfeksi.

7. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun

bahan kimia.

8. Immuno defesiensi

9. Konsumsi alcohol yang berlebihan

10. Ansietas / cemas (misal : saat ujian, bepergian)

11. Infeksi virus dari usus (missal : flu usus)

12. Alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu (pada orang-orang yang tidak
mempunyai enzim lactase yg berfungsi untuk mencernakan susu)

13. Peradangan usus misalnya : cholera, disentri, bakteri lain, virus dsb

14. Kekurangan gizi, misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur

15. Oportunistik kuman (kuman tidak pada tempatnya)

16. Efek samping obat

17. Penyakit endokrin (seperti endokrin)

18. Penyakit neurologik (seperti Parkinson)

Dari penelitian pada tahun 1993-1994 terhadap 123 pasien dewasa yang menderita
diare akut, penyebab terbanyak hasil infeksi bakteri E.coli (38.29%), V.cholerae Ogawa
(18.29%), dan Aeromonas. Sp (14.29%)

E.Patofisiologi Diare

Istilah diare digunakan jika feses kehilangan konsistensi normalnya yang padat. Hal ini
biasanya berhubungan dengan peningkatan beratnya (pada laki-laki >235 gram/hari
dan perempuan >175gram/hari) dan frekuensinya (>2 perhari).

Diare akibat infeksi ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan makanan atau
minuman yang terkontaminasi, makanan yang tidak matang bahkan disajikan tanpa
dimasak. Penularannya adalah melalui transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi,
tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktifitas seksual. Faktor
penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain penetrasi yang merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus
serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni yang dapat menginduksi
diare.

Patofisiologi Diare antara lain :

§ Diare osmotik

Terjadi akibat asupan sejumlah makanan yang sukar diserap bahkan dalam keadaan
normal atau pada malabsorbsi. Termasuk dalam kelompok pertama adalah sorbitol(ada
dalam obat bebas gula dan permen serte buah-buahan tertentu), fruktosa (jeruk, lemon,
berbagai buah, madu), garam magnesium (antasida, laktasif) serta anion yang sukar
diserap seperti sulfat, fosfat atau sitrat.

Zat yang tidak diserap bersifat aktif secara osmotic pada usus halus sehingga menarik
air ke dalam lumen. Dan hal ini tergambarkan dalam beberapa percobaan. Misalnya,
asupan zat yang tidak diserap sebesar 150 mmol dalam 250 ml air akan memulai
sekresi air secara osmitik di duodenum sehingga volumenya meningkat hingga 750 ml.

Pada malabsorbsi karbohidrat, penurunan absorbsi Na di usus halus bagian atas


menyebabkan penyerapan air menjadi berkurang . Aktivitas osmotic dari karbohidrat
yang tidak diserap juga menyebabkan sekresi air. Akan tetapi, bakteri di dalam usus
besar dapat memetabolisme karbohidrat yang tidak diserap hingga sekitar 80 g/hari
menjadi asam organic yang berguna untuk menghasilkan energi, yang bersama-sama
dengan air akan diserap di dalam kolon. Hanya gas yang dihasilkan dalam jumlah besar
yang akan memberikan bukti terjadinya malabsorbsi karbohidrat. Namun, jika jumlah
yang tidak diserap >80 g/hari atau bakteri usus dihancurkan oleh antibiotik, akan terjadi
diare.

§ Diare sekretorik

Dalam pemahaman yang lebih sempit terjadi jika sekresi Cl di mukosa usus halus
diaktifkan. Di dalam sel mukosa , Cl secara sekunder aktif diperkaya oleh pembawa
simport Na-K-2Cl basolateral dan disekeresi melalui kanal Cl di dalam lumen. Kanal ini
akan lebih sering membuka ketika konsentrasi cAMP intrasel meningkat. cAMP
dibentuk dalam jumlah yang lebih besar jika terdapat misal laktasif dan toksin bakteri
tertentu (kolera). Toksin kolera menyebabkan diare massif (hingga 1000mL/jan) yang
dapat secara cepat mengancam nyawa akibat kehilangan air, K dan HCO3.

Pembentukan VIP (vasoactive intestinal peptide) yang berlebihan oleh sel tumor pulau
pancreas juga menyebabkan tingginya kadar cAMP di mukosa usus sehingga
mengakibatkan diare yang berlebihan dan mengancam nyawa yang biasa disebut
dengan kolera pankreatik.

Terdapat beberapa alasan mengapa diare terjadi setelah reaksi ileum dan sebagian
kolon. Garam empedu, yang normalnya diabsorbsi di ileum, akan mempercepat aliran
yang melalui kolon(absorbsi air menurun). Selain itu, garam empedu yang tidak diserap
akan dehidroksilasi oleh bakteri dikolon. Metabolit garam empedu yang terbentuk akan
merangsang sekresi NaCl dan H2O dikolon. Akhirnya, juga terjadi kekurangan absorbsi
aktif Na pada segmen usus yang direseksi.

§ Diare Eksudatif
Rusaknya kerusakan mukosa usus halus atau usus besar akibat inflamasi. Inflamasi
dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri, non infeksi (gluten sensitive entera
phaty, IBD) atau akibat radiasi. Contohnya,kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis,
shigellarosis, champylobacter dan yersinia.

§ Diare karena gangguan motilitas

Terjadi gangguan pada control otonimia yaitu waktu transit usu menjadi lebih cepat.
Misalnya pada diabetic neuropati, post vagotomi, post reseksi usus, hipertiroid,
tiroktioksikosis, dan sindroma usus iritabel.

F. Penularan Diare

Penyakit diare dapat ditularkan melalui:


• Pemakaian botol susu yang tidak bersih
• Menggunakan sumber air yang tercemar
• Buang air besar disembarang tempat
• Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.

G.Diagnosa Diare

Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati
konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan
frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut
menderita diare.

Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel
darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu dilakukan
pembiakan terhadap contoh tinja.

Anda mungkin juga menyukai