Anda di halaman 1dari 14

TOKSIKOLOGI: KERACUNAN JENGKOL

Oleh:
Elisa Fitri (120611046)
Fadhillah Nurrizky (090611036)
Cut Putri Shavana (110611022)
Vicky Simbolon (13000049)

Preseptor: dr. Rita Mawarni, Sp.F

SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RSUPM
2018
CONTOH KASUS
LHOKSUKON, KOMPAS.com - Satu keluarga di Desa Meuria, Kemukiman Buloh Beurghang,
Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, keracunan setelah mengonsumsi jengkol saat
makan sahur.Musibah tersebut menimpa keluarga Fatimah (45) bersama tiga orang
anaknya yaitu Yuslina (17), Yudia (7), dan Andi (2)."Ketika sahur, kami mengomsumsi
jengkol rendang. Sebagian lagi, kami makan mentah-mentah jengkolnya," kata Yuslina saat
ditemui di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Cut Meutia Lhokseumawe, Senin (6/9/2010).
Menurut Yuslina, kedua adiknya dirawat di ruang anak rumah sakit yang sama.Setelah
mengonsumsi jengkol, menurutnya, tidak terlihat gejala keracunan. Mereka bahkan masih
sempat Salat Subuh. Namun, sekitar pukul 08.00 WIB, kepala Yuslina dan dua adiknya
pusing, lalu muntah-muntah.Tetangga pun mencoba menolong dengan menekan-nekan
perut mereka agar bisa muntah. Sementara sebagian warga lainnya, memberitahukan
kejadian itu kepada ibu mereka yaitu Fatimah yang saat kejadian berada di sawah.Tak lama
kemudian, warga langsung melarikan ketiga korban ke Puskesmas Kuta Makmur. Namun,
karena peralatan medis di Puskesmas itu tidak memadai untuk merawat pasien, keluarga
korban memutuskan untuk membawa mereka ke RSU Cut Meutia, Buket Rata,
Lhokseumawe. Hingga kemarin, ketiga korban masih sangat lemah dan sesekali masih
muntah. Mereka juga belum bisa diajak berbicara. "Muntahnya belum berhenti. Tapi,
sudah kurang," ujar Fatimah.
PENDAHULUAN
Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara fisiologik dan kimiawi yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau menyebabkan
kematian. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin
meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang

3
BUAH JENGKOLL

Buah jengkol (pithecolobium Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam biji


jengkol terkandung nutrisi yang diperlukan oleh
lobatum syn. Pithecolobium jiringa) tubuh antara lain karbohidrat, protein, vitamin
sangat digemari oleh golongan A, vitamin B, fosfor, kalsium, dan besi. Kadar
tertentu pada penduduk Indonesia, protein dalam biji jengkol (23,3 gram per 100
gram bahan) melebihi kadar protein dalam
terutama di pulau Jawa dan tempe (18,3 gram per 100 gram bahan) sehingga
Sumatera jengkol dapat menjadi sumber protein nabati

Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari


sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-
gejala dan pengobatan pada keracunan,
methylenebicysteine) merupakan
serta kelainan yang didapatkan pada
senyawa sejenis asam amino non-protein
korban yang meninggal. Terdapat
yang mengandung unsur sulfur. Senyawa
beberapa faktor yang mempengaruhi
ini tersusun dari dua asam
terjadinya keracunan. Mulai dari cara
amino sistein yang diikat oleh satu
masuk, umur, kondisi tubuh, kebiasaan,
gugus metil pada atom belerangnya.
indosinkrasi dan alergi serta waktu
pemberian
ASAM JENGKOLAT

Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi, tergantung varietas dan
usia bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif lebih sedikit
daripada biji yang sudah tua. Pada biji jengkol tua terkandung asam jengkolat 1-
2% dari berat bijinya. Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram dapat
mengandung sekitar 0,15 – 0,30 gram asam jengkolat.3 Diketahui pula, biji
legum lain juga mengandung lebih sedikit asam ini:Leucaena esculenta (2.2
g/kg) dan Pithecolobium ondulatum (2.8 g/kg) [7]

Senyawa ini bersifat amfoter, dapat larut dalam suasana asam amupun basa.
Kristal berwarna putih dan tidak berbau. Daya larut dalam air sangat kecil, yaitu
sekitar 10-20 mg dalam 10 ml air, dan pada pH isoelektrik 5,5, terjadi
pengendapan kristal asam jengkol [2]. Isolasi asam ini pertama kali dikerjakan
oleh Van Veen and Hyman8 dari urin penduduk yang mengalami keracunan
jering / jengkol. Mereka berhasil mengisolasi kristal asam ini dari biji jering
menggunakan barium hidroksida (Ba(OH)2) pada 30°C dan ditunggu beberapa
waktu
FARMAKOKINETIK DAN
FARMAKODINAMIK
Asam jengkolat mampu merembes ke jaringan sekitar (imbibisi), sehingga pada beberapa kasus
keracunan jengkol yang disertai sumbatan di uretra, asam ini keluar ke jaringan sekitar
(ekstravasasi) bersama dengan air kemih dan tertimbun di jaringan tersebut sehingga terbentuk
infiltrat air kemih yang mengandung kristal asam jengkolat pada penis, skrotum dan di daerah
suprapubis. Hal ini lebih sering terlihat pada anak-anak

Patogenesis terjadinya Gagal ginjal akut akibat jengkol sampai saat ini masih belum
diketahui secara menyeluruh. Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan
dengan interaksi host dan agent. Beberapa studi memberikan pendapat bahwa
kerusakan ginjal yang terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung
asam jengkolat terhadap parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter,
atau adanya obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat

Pada sistem saluran kemih, pembentukan kristal dapat ditemukan secara kasat mata di
berbagai bagian dari ginjal, mulai dari lubang keluar ureter, kandung kemih, uretra, ujung luar
penis, dan pada kondisi yang hebat, dapat ditemukan pada jaringan intersisial penis dan
skrotum
KRISTAL JENGKOLAT
Proses pengendapan bahan untuk menjadi
Pada sistem saluran kemih, pembentukan kalkuli di urin, bergantung pada kecepatan
kristal dapat ditemukan secara kasat mata aliran, volume air, daya tarik ionik, pH,
di berbagai bagian dari ginjal, mulai dari bahan terlarut lainnya, dan telah
lubang keluar ureter, kandung kemih, terbentuknya nukleus kristal. Kecepatan
uretra, ujung luar penis, dan pada kondisi aliran merupakan faktor terpenting dan
yang hebat, dapat ditemukan pada jaringan menjadi faktor predisposisi untuk
intersisial penis dan skrotum. pembentukan kalkuli, sedang pH
merupakan faktor fundamental

Meatabolisme dalam tubuh meninggalkan


produk sampah metabolisme yang Kristal asam jengkolat dalam urin, dapat
menghasilkan banyak asam. Penumpukan berbentuk jarum gelendong (spindle), bila
asam harus dibuang dan ginjal merupakan dalam keadaan terpisah atau berbentuk
salah satu organ yang melaksanakan bunga mawar (rosete) bila dalam bentuk
pengeluaran asam tubuh, sehingga cairan berkelompok. Gambar berikut
kemih cenderung mejadi lebih asam dan pH memperlihatkan kristal asam jengkolat
cairan kemih menurun
KRISTAL ASAM JENGKOL
GANGGUAN AKIBAT
JENGKOL

Perubahan pH urin

Nyeri Pinggang

Hematuria

Tubulus Nekrosis Akut

Munculnya Anuria
KRITERIA DIAGNOSTIK

Anamnesa, Tanda Pemeriksaan


dan gejala laboratorium rutin
ditemukan dan Faal ginjal,
racun/sisa racun urinalisa,

histopatologi ginjal,
radiologi (foto polos
abdomen, BNO)
dan USG Abdomen.
TATALAKSANA
Reimann & Sukaton (1956) melaporkan bahwa pasien dengan
jengkolisme sebagian besar memerlukan tindakan suportif selama 3
hari. Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi spesifik selain
kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum).

Jengkolisme berat dengan gejala anuria dan diduga mengalami


GGA memerlukan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin
menggunakan sodium bikarbonat sebagai antidotum untuk
meningkatkan kelarutan kristal asam jengkolat

Terapi konservatif yang dilakukan pada jengkolisme berat dengan


anuria terkadang tidak berespon secara maksimal sehingga
memerlukan tindakan operasi
KESIMPULAN

Jengkol mengandung asam jengkolat yang berperan utama dalam etiopatogenesis


jengkolisme melalui reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung asam jengkolat
terhadap parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter, atau adanya
obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat (urolitiasis jengkolat).

Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi
(banyak minum). Jengkolisme berat dengan gejala anuria dan diduga mengalami GGA
memerlukan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin menggunakan sodium
bikarbonat sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan kristal asam jengkolat.
Dosis yang dapat diberikan 0,5 – 2 gram 4x/hari secara oral pada anak-anak dan 4x2
gram hari pada orang dewasa. Namun, apabila tidak didapatkan sodium bikarbonat,
terapi dapat diganti menggunakan minuman berkarbonasi. Pencegahan kejadian
jengkolisme sulit dilakukan karena kejadian dan pola kerentanan individu terhadap
asam jengkolat yang berbeda.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai