Oleh:
Elisa Fitri (120611046)
Fadhillah Nurrizky (090611036)
Cut Putri Shavana (110611022)
Vicky Simbolon (13000049)
3
BUAH JENGKOLL
Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi, tergantung varietas dan
usia bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif lebih sedikit
daripada biji yang sudah tua. Pada biji jengkol tua terkandung asam jengkolat 1-
2% dari berat bijinya. Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram dapat
mengandung sekitar 0,15 – 0,30 gram asam jengkolat.3 Diketahui pula, biji
legum lain juga mengandung lebih sedikit asam ini:Leucaena esculenta (2.2
g/kg) dan Pithecolobium ondulatum (2.8 g/kg) [7]
Senyawa ini bersifat amfoter, dapat larut dalam suasana asam amupun basa.
Kristal berwarna putih dan tidak berbau. Daya larut dalam air sangat kecil, yaitu
sekitar 10-20 mg dalam 10 ml air, dan pada pH isoelektrik 5,5, terjadi
pengendapan kristal asam jengkol [2]. Isolasi asam ini pertama kali dikerjakan
oleh Van Veen and Hyman8 dari urin penduduk yang mengalami keracunan
jering / jengkol. Mereka berhasil mengisolasi kristal asam ini dari biji jering
menggunakan barium hidroksida (Ba(OH)2) pada 30°C dan ditunggu beberapa
waktu
FARMAKOKINETIK DAN
FARMAKODINAMIK
Asam jengkolat mampu merembes ke jaringan sekitar (imbibisi), sehingga pada beberapa kasus
keracunan jengkol yang disertai sumbatan di uretra, asam ini keluar ke jaringan sekitar
(ekstravasasi) bersama dengan air kemih dan tertimbun di jaringan tersebut sehingga terbentuk
infiltrat air kemih yang mengandung kristal asam jengkolat pada penis, skrotum dan di daerah
suprapubis. Hal ini lebih sering terlihat pada anak-anak
Patogenesis terjadinya Gagal ginjal akut akibat jengkol sampai saat ini masih belum
diketahui secara menyeluruh. Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan
dengan interaksi host dan agent. Beberapa studi memberikan pendapat bahwa
kerusakan ginjal yang terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung
asam jengkolat terhadap parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter,
atau adanya obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat
Pada sistem saluran kemih, pembentukan kristal dapat ditemukan secara kasat mata di
berbagai bagian dari ginjal, mulai dari lubang keluar ureter, kandung kemih, uretra, ujung luar
penis, dan pada kondisi yang hebat, dapat ditemukan pada jaringan intersisial penis dan
skrotum
KRISTAL JENGKOLAT
Proses pengendapan bahan untuk menjadi
Pada sistem saluran kemih, pembentukan kalkuli di urin, bergantung pada kecepatan
kristal dapat ditemukan secara kasat mata aliran, volume air, daya tarik ionik, pH,
di berbagai bagian dari ginjal, mulai dari bahan terlarut lainnya, dan telah
lubang keluar ureter, kandung kemih, terbentuknya nukleus kristal. Kecepatan
uretra, ujung luar penis, dan pada kondisi aliran merupakan faktor terpenting dan
yang hebat, dapat ditemukan pada jaringan menjadi faktor predisposisi untuk
intersisial penis dan skrotum. pembentukan kalkuli, sedang pH
merupakan faktor fundamental
Perubahan pH urin
Nyeri Pinggang
Hematuria
Munculnya Anuria
KRITERIA DIAGNOSTIK
histopatologi ginjal,
radiologi (foto polos
abdomen, BNO)
dan USG Abdomen.
TATALAKSANA
Reimann & Sukaton (1956) melaporkan bahwa pasien dengan
jengkolisme sebagian besar memerlukan tindakan suportif selama 3
hari. Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi spesifik selain
kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum).
Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi
(banyak minum). Jengkolisme berat dengan gejala anuria dan diduga mengalami GGA
memerlukan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin menggunakan sodium
bikarbonat sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan kristal asam jengkolat.
Dosis yang dapat diberikan 0,5 – 2 gram 4x/hari secara oral pada anak-anak dan 4x2
gram hari pada orang dewasa. Namun, apabila tidak didapatkan sodium bikarbonat,
terapi dapat diganti menggunakan minuman berkarbonasi. Pencegahan kejadian
jengkolisme sulit dilakukan karena kejadian dan pola kerentanan individu terhadap
asam jengkolat yang berbeda.
TERIMA KASIH