sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (syok)
(Depkes RI, 2010b). Menurut Depkes RI (2013), Demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi
dengan salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi,
berdarah dengue adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Virus DBD dan
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk (Aedes aegypti atau Aedes
albopictus) yang terinfeksi virus DBD. Demam dengue adalah demam virus akut
yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang. Penurunan jumlah sel darah
adalah demam dengue yang disertai 10 Universitas Sumatera Utara pembesaran hati
dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi
darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan
ini disebut dengue shock syndrome (DSS) (Mardiana, 2010). Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2011
tercatat terjadi 65.432 kasus dengan 595 kematian di Indonesia dengan angka Case
Fatality Rate (CFR) DBD sebesar 0,91% dan IR27,56/100.000 penduduk dengan
daerah terjangkit mencapai lebih dari 78% kabupaten/kota. Tiga provinsi dengan
kasus DBD tertinggi adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa
1. Etiologi DBD
Nyamuk demam berdarah akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah dari
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui
dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-
1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu
kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk. Namun karena jenis serotipe
dari virus dengue ini ada 4, sehingga seseorang bisa kena 4 kali demam berdarah.
Virus dengue ini dapat tetap hidup di alam ini melalui dua mekanisme, yaitu
transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk dan transmisi virus dari nyamuk ke tubuh
Misalnya seseorang yang telah terinfeksi oleh virus DEN-2, akan mendapatkan
imunitas menetap terhadap virus DEN-2 pada masa yang akan datang. Namun, ia
tidak memiliki imunitas menetap terhadap virus DEN-3 di kemudian hari. Selain itu
ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa jika seseorang yang pernah terinfeksi oleh
salah satu virus dengue, kemudian terinfeksi lagi oleh virus tipe lainnya, gejala klinis
yang timbul akan jauh lebih berat dan sering kali fatal (Ginanjar, 2008).
2. Epidemiologi
awal abad kedua puluh di Amerika, Eropa Selatan, Afrika Utara, Mediterania
timur, Asia dan Australia, dan beberapa pulau di Samudera India, Pasifik
selatan dan tengah serta Karibia. Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue telah meningkat dan menetap baik dalam insiden dan distribusi
pada tahun 1953 (WHO, 2012). Kasus-kasus dilaporkan oleh Quintos dkk.
pada tahun 1954, yaitu pada waktu terdapatnya epidemi demam yang
virus dengue tipe 3 dan 4. Sampai dengan tahun 1956 baru dikenal virus tipe 1
2009).
dan dengue haemorrhage fever sebagai berikut. (i) Dengue Fever Syndrome
yang lebih sering terjadi pada orang dewasa biasanya ditandai oleh demam
dan mialgia hebat dan/atau artalgia dan leukopeni dengan atau tanpa
timbulnya ruam. Gejala klinis, seperti nyeri kepala hebat, nyeri ada
setelah dua hari pertama. Uji tourniquet positif dengan atau tanpa timbulnya
haermorrhage fever lebih lanjut dibagi dalam tanpa dan disertai renjatan
(Soedarmo, 2009).
kota-kota besar ke kota-kota besar yang lebih kecil dan kota-kota negara-
musiman dan siklus, dengan wabah besar terjadi pada interval 2-3 tahun.
Selama periode ini, 1070207 kasus dan 42808 kematian dilaporkan, sebagian
(WHO, 2012).
tahun 1972 wabah hanya dilaporkan di Pulau Jawa. Epidemi pertama di luar
Jawa pada tahun 1972 di Sumatera Barat, Lampung, yang kemudian disusul di
Riau, Sulawesi Utara, dan Bali. Pada tahun 1975, epidemi dilaporkan oleh 20
(Soedarmo, 2009).
DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan terjadinya kasus DBD juga
menjadi 3% (1984) dan sejak tahun 1991 angka kematian ini stabil di bawah
tipe virus dengue berhasil diisolasi. Virus dengue tipe 2 dan tipe 3 secara
berkaitan dengan kasus penyakit DBD derajat berat dan fatal (Ginanjar,
2008).
3. Patogenesis
infeksi pertama kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi virus. Reaksi yang amat
berbeda tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
yang berlainan. Berdasarkan hal ini Halstead pada tahun 1973 mengajukan
infection hypothesis. Hipotesis ini telah diakui oleh sebagian besar para ahli
baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
proaktivator C3a dan C5a, sementara proaktivator C1q, C3, C4, C5-C8, dan
C3 menurun.
oksida. Sistem pembekuan darah dan fibrinolisis diaktivasi, dan jumlah faktor
trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari)
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV.
aktivasi faktor XIa namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-
nutrisi oleh karena kelaparan, haus, dan muntah, berakibat pada penurunan
lainnya. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan virus untuk bereplikasi untuk
menghasilkan titer virus yang lebih tinggi. Sementara dalam laporan WHO
dipandang memberi risiko yang tinggi untuk terkena dengue yang parah.
kompleks antara faktor penjamu dan virus (WHO Scientific Working Group:
bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam
2006).
a. Demam Dengue
dipengaruhi usia pasien. Pada bayi dan anak-anak, penyakit ini dapat tidak
peradangan faring, rinitis, dan batuk ringan. Kebanyakan remaja dan orang
hebat mendahului demam. Suatu ruam transien dapat terlihat selama 24-48
jam pertama demam. Denyut nadi dapat relatif melambat sesuai derajat
Dari hari kedua sampai hari keenam demam, mual dan muntah terjadi,
kemudian menghilang selama 1-5 hari. Kemudian ruam kedua terlihat, suhu
dengue sulit pada awal perjalanan penyakit. Fase pertama yang relatif
anoreksia, dan batuk berlanjut selama 2-5 hari diikuti oleh deteriorasi
dan pemburukan klinis. Pada fase kedua ini, pasien umumnya pilek,
terlihat. Respirasi cepat dan melelahkan. Denyut nadi lemah dan cepat,
suara jantung melemah. Hati dapat membesar 4-6 dan biasanya keras
2007).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan serologi
c. Pemeriksaan radiology
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Nama : An. Z
4. Alamat : Sambibulu,
5. Agama : Islam
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama.
Kejang
Pasien datang ke IGD RSUD Sidoarjo dengan keluhan kejang sebanyak 2x,
kejang pertama +/- 20 menit, kejang kedua +/- 20 menit, sebelum kejang
ibu pasien mengatakan pasien panas terlebih dahulu, kira - kira 2 jam
sebelum kejang, muntah (+), batuk (+), pilek (+), nafsu makan berkurang,
Kejang -
Pucat :-
Kuning :-
Kejang :-
Pendarahan :-
5. Riwayat Imunisasi.
BCG : (1 bulan)
Campak : (9 bulan)
Merangkak : 8 bulan
Berjalan : 1 tahun
ASI ekslusif :-
Susu formula :+
C. Pemeriksaan Fisik.
1. Pemeriksaan Umum.
TD (110/70mmHg)
Berat badan : 14 kg
2. Kepala/Leher.
Rambut : Hitam
3. Thoraks.
4. Abdomen : I. Distended
massa (-)
5. Ekstremitas :
Odema (-)
6. Status nurologi.
Refleks fisiologis : Knee pass refleks (+), Achilles pass refleks (+)
Refleks patologis : babinski (-), Chaddock (-), Tromner (-), hoffman (-)
5 5
D. Resume.
Pemeriksaan fisik
(24x/mnt), TD (110/70mmHg)
Berat badan : 14 kg
Thoraks : dbn
Abdomen : dbn
Diagnosis.
Penatalaksanaan.
Edukasi penyakit :
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Regional Office for South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines for
Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever: Revised and
expanded edition. SEARO Technical Publication Series No. 60. India
2. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
3. Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana
Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
4. Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta.
5. World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition 2009.
6. Buchy P, Yoksan S, Peeling RW, Hunsperger E. Laboratory Tests for The
Diagnosis of Dengue Virus Infection. J Clin Microbiol 2006;40:376-81.
7. Guzman MG, Kouri G. Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J Infect
Dis 2007;8:69-80.
8. Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG ELISA and
non-structural protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for differentiation of
primary and secondary dengue virus infections. Clin Diagn Lab Immunol
2006;10:622-30.
9. Chien LJ. Development of a real time reverse transcriptase PCR assays to detect
and serotype dengue viruses. J Clin Microbiol 2008;44:1295-04.
10. Lanciotti RS. Rapid detection and typing of dengue viruses from clinical samples
by using reverse transcriptase-polymerase chain reaction. J Clin Microbiol
2008;30:545-51.