Anda di halaman 1dari 14

Pulmonology

Anindityas Rahmalia Putri


-JENIS GANGGUAN PULMO-

OBSTRUKT RESTRIKSI
IF F
Adanya hambatan aliran Adanya hambatan
udara pengembangan paru

FEV1 turun, FVC MIXED FEV1 naik/normal, FVC


turun/normal, FEV1/FVC turun, FEV1/FVC
turun FEV1 turun, FVC turun, naik/normal
FEV1/FVC turun
Asma, PPOK, TB, Pneumokoniasis,
Bronkiektasis, Efusi Pleura, Sarkoidosis
Bronkiolitis
aSMa
Inflamasi kronis saluran napas yang menyebabkan hipersensivitas bronkus pada berbagai
rangsangan. Reversibel dengan atau tanpa pengobatan

Sign&Symptoms
- Wheezing, batuk berdahak, napas pendek, dan dada terasa sesak [min. 1, bervariasi waktu dan
intensitasnya walaupun biasanya memberat pada malam hari atau saat istirahat. Dicetuskan
oleh paparan allergen, udara dingin. Diperparah dengan infeksi virus. Tanyakan faktor
pencetus.]
- FEV1 <80%, FEV1/FVC <75% (dewasa), <90% (anak)
- Berespon dengan pemberian bronkodilator meningkat >12% FEV1nya
- Pada kasus yang sangat berat, ditemukan silent cheast, sianosis, gelisah, sukar bicara,
takikardi, hiperinflasi dan penggunaan alat bantu napas

Klasifikasi Asma Sebelum Pengobatan

Budesonide 200-400

Budesonide 400-800 +
LABA + KS sistemik

Budesonide >800 +
LABA + ks Sistemik +
Teofilin
Derajat Serangan Asma

Gold standard  Spirometri


Tatalaksana Serangan Asma

Pemeriksaan awal dulu untuk menentukan derajatnya. Anamnesis,


PF, Spirometri (FEV, FVC, FEV/FVC), Peak Flow Meter

Pada Asma Ringan/Sedang/Berat,


Rawat ICU untuk Status
- berikan oksigenasi dengan nasal kanul,
Asmatikus atau Asma dengan
- nebulisasi beta 2 agonis 20 menit 1 jam (Saba 3x ipr.
Perburukan setelah 1 jam dengan
Bromide), atau
pemberian inhalasi agonis beta 2,
- injeksi agonis beta 2 (terbutalin 0,5 ml atau adrenalin 1/1000
antikolinergik, kortikosteroid iv,
0,3 ml sc)
oksigenasi dg masker venture,
- kortikosteroid sistemik oral bila serangan berat atau tidak
aminofilin drip, intubasi bila perlu.
berespon dengan bronkodilator (metil predisolon
1-2mg/kgbb/po)

Bila respon baik (stabil dalam 60 menit, PF normal, SpO2 >90% (d)
>95% (a), APE>75%),
- Pulang dengan inhalasi agonis beta 2
- Kortikosteroid oral
- Edukasi penggunaan obat

Bila respon tidak sempurna (risiko distress tinggi, PF gejala ringan-


sedang, APE<75%, SpO2 tidak membaik),
- RAWAT RS dengan pemberian inhalasi beta 2 agonis +/-
antikolinergik, kortikosteroid sistemik, aminofilin drip,
oksigenasi dg nasal kanul/face mask, pantau APE, SpO2,
kadar teofilin, Nadi
PpoK
Adanya hambatan aliran udara yang sifatnya tidak sepenuhnya reversible, bersifat progresif,
adaya efek ekstra paru yang berkontribusi thd derajat penyakit.

BRONKITIS EMFISEMA
KRONIK
Batuk berdahak > 3 bulan dalam 2 tahun, Iga gambang, pasien kurus, sesak napas berat,
pasien overweight, sianosis, hemoglobin quiet chest, pada xray ditemukan hiperinflasi
meningkat, edema perifer, ronkhi dan dengan diafragma mendatar. PINK
wheezing. BLUE BLOATER PUFFER. O.k def a1 antitripsin.

Anamnesis :
- Sesak napas yang diperberat dengan aktivitas, dengan atau tanpa mengi
- Batuk-batuk kronis (bisa dengan atau tanpa dahak)
- Faktor risiko : perokok aktif/pasif, riw keluarga emfisema, paparan zat iritan
- Onset : >/ 3 bulan dalam 2 tahun

Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi : Pursed Lip Breathing, Barrel chest (diameter AP=L), Retraksi otot bantu napas, Pink puffer/Bloater
- Palpasi : Sterm fremitus melemah, sela iga melebar
- Perkusi : Hipersonor, batas jantung mengecil, diafraga letak rendah
- Auskultasi : vesicular +/ melemah, Ronkhi +/ wheezing, ekspirasi memanjang, bunyi jantung menjauh

Pemeriksaan Rutin :
- Spirometri {GOLD STANDARD} : FEV <80%, FEV/FVC <70%
- Uji Bronkodilator : pada PPOK stabil
- Lab Darah : Darah rutin, AGD
- Radiologi : Bronkitis Kronik : peningkatan corakan bronkovaskuler. Emfisema :
hiperinflasi, hiperlusen, sela iga melebar, diafragma letak rendah, jantung pendulum.
- Faal paru lengkap : FEV1 menurun, Kapasitas vital menurun, Functional capacity
residu meningkat
Tatalaksana PPOK Stabil
- << Faktor Risiko
- Bronkodilator (LABA>SABA) [formoterol, salmoterol>Salbutamol, terbutalin] kec.
Sesaknya saja tnp kluhan lain
- Antikolinergik (LAMA>SAMA) [Tiotropium > Iprapropium Bromide]
- Methylxantine (Teofilin)
- Inhalation Corticosteroid (budesonide nebul)
- Oral Glucocorticoid (prednisolone)
- PD4e inhibitor
- Antibiotik (azitromisin 500 mg 3x seminggu, eritromisin) bila sesak+batuk sputum purulen
- Mukolitik (bila pasien gak dapet inhaled corticosteroid)

Dikatakan eksaserbasi :

- Bertambah sesak
- Peningkatan produksi dahak
- Karakteristik dan konsistensi dahak berubah
Pemeriksaan Spirometri dulu untuk mengkonfirmasi diagnosis 
Adanya hambatan aliran udara (dari FEV1 dan FEV1/FVCnya)
Pemeriksaan gejala dan risiko eksaserbasi lewat kuisioner mMRC (0-4,
terberat sesak napas walau tnp baju) dan CAT  penentuan tatalaksana

Tatalaksana PPOK Eksaserbasi Akut


- Di rumah : naikan dosis bronkodilator (misal pake oral/inhaler ganti nebul), oksigenasi,
mukolitik, ekspektoran
- Di RS : oksigenasi, bronkodilator+antikolinergik, steroid, antibiotic, mukolitik,
antioksidan, immunomodulator, nutrisi, ventilasi mekanik bila indikasi.
KLINIS : Batuk berdahak >/ 2 minggu, batuk berdarah,
keringat malam hari, sesak napas, nyeri dada, malaise,
demam subfebris, penurunan BB

PF : suara napas bronkial, sterm fremitus melemah, ronkhi basah,


tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum

PP :

- TCM
- Mikroskopik : pengambilan sputum Sewaktu-Pagi dg cat Ziell Nielsen & media padat Lowenstein Jensen,
media cair Growth Indicator Tube
- Radiologi : Tb Aktif (kavitas, bayangan opak berawan, snowstorm appearance pada tb milier), tb inaktif
(kalsifikasi/fibrotic, penebalan pleura/schwarte)

Kasus Baru : pasien belum pernah mendapat OAT atau sudah minum OAT < 1 bulan

Kasus Relaps/kambuh : pernah dinyatakan sembuh tapi sakit lagi

Kasus defaulted/drop out : pasien yg stop OAT >/ 2 bulan sebelum pengobatan selesai

Kasus Gagal : Pasien yang BTA-nya masih + sampai bulan ke -5

MonoResistant (TB MR) : resisten hanya 1 obat di 1st line (H/R/Z/E)

PoliResistant (TB PR) : resisten >1 obat 1st line selain H&R bersamaan

TB MDR : resisten H&R bersamaan

TB XDR : MDR+salah satu OAT jenis floroquinolon+min.1 OAT 2nd line injeksi
(Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin

TB RR : resistan R dengan atau tanpa OAT lain


Tuberkul
osiS
OAT Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

- TB paru terkonfirmasi bakteri/klinis/ekstraparu

OAT Kategori 2 : 2(HRZE)S/HRZE**/5(HR)3E3


- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Lost-to-follow up
** Sisipan tidak lagi dipakai
Pneumoni
A
Bronkopneumonia Pneumonia Lobaris Pneumonia Intersisial

Bercak infiltrate pada seluruh Hanya pada satu lobus. Karena


lapang paru. Pada virus maupun infeksi bakteri. Jarang pada
bakteri. anak/ortu.

DIAGNOSIS CAP!!
Community Acquired Pneumonia = gejala saat individu berada di luar RS atau <48
jam perawatan di RS

- Atipik : tidak sensitive B-lactam (Mycoplasma pneumonia, Chlamydia


pneumonia)  onsetnya insidious, demam ringan-berat, batuk x sputum
- Tipik : bakteri yg responsive thd B-lactam

Dx pasti : Foto paru + min. 2 dari Batuk, Dahak berubah purulent, suhu tubuh >38
atau riw demam, pf tanda konsolidasi, suara napas bronkial, ronkhi, leukosit >10k
atau <4,5k

 Hospital Acquired Pneumonia : pneumonia selama di RS dan muncul >48 jam perawatan
 Ventilator Acquired Pneumonia : pneumonia akibat >48 jam pemasangan ventilator
 Health Care Acquired Pneumonia : pneumonia dg riw dirawat di RS >/2 hari dalam 90 hari seb
infeksi, perawatan di faskes jangka lama, riw pemberian antibiotic iv, kemo  sekarang masuk ke
CAP
SKOR CURB-65 (MENENTUKAN KEPARAHAN CAP)
1. Confusion 4. TD sistol < 90 mmHg, diastole </60 mmHg

2. Ureum >40mg/dL 5. Umur >/ 65 thn


3. RR >30x/menit
(0-1) Rawat Jalan (2) pertimbangan Rawat Inap (>2) Rawat Inap

TATALAKSA
NA

CURB-65 0-1 CURB-65 >/2 INAP ICU

 Beta Lactam +  Levofloxacin 750  Non-


Beta Lactamase mg pseudomonas :
(cephalosporin,  B Lactam + B Lactam
amoksilin Marcrolide (cefotaxime,
sulbaktam) terbaru Ceftriaxone)
 Macrolide  Floroquinolone
(Eritro/Azitro  Pseudomonas :
/Klaritromisin) Cefepime,
Meropenem
Bronkiektas
iS
SIGN&SYMPTOMS BRONKIEKTASIS
KONGENITAL
 Dilatasi Patologi Bronkus Imotilnya cilia
 Obliterasi percabangan selanjutnya
 Retensi sekret BRONKIEKTASIS ACQUIRED
 Peradagan kronik jaringan setempat
ISPA berulang
 Paru kiri>kanan akibat bronkus kiri lebih kecil
 Ronkhi basah
 Clubbing finger
 Radiologi : Honeycomb Appearance
 Sputum 3 lapis

TATALAKSANA :
- Bronkodilator
- Mukolitik
- Kortikosteroid
- Antibiotik (pada Eksaserbasi)

Anda mungkin juga menyukai