Anda di halaman 1dari 14

Ileus Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Incarcerata

Kelompok F7:
Septian Dwi Chandra 102011096
Lusia Paramita 102013007
Anisa Aulia Refida 102013553
Harisma Minarti Maakh 102014021
Dewi Muna Safitri 102014086
Julio Atlanta Candra 102014089
Indri Mendila 102014144
Dede andrianus Njoto 102014249

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 1150

Abstract

Obstructive ileus et causa Inguinal Hernia Incarcerata is intestine obstruction caused by a

hernia. Hernia is an abnormal protrusion of defined organ or tissue through a weak area

covered by the wall are usually lumps often occur in the inguinal area. Ileus obstruction of

the intestine can be defined as a failure of the intestine to perform propulsion contents of the

gastrointestinal tract. Symptoms of the disease usually occurs distention, and fluid and

electrolyte abnormalities that are colic pain, and usually found a lump in the groin area.

Keywords: Obstructive, intestine, hernia

Abstrak

Ileus Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Incarcerata merupakan obstruksi intestine yang

disebabkan oleh hernia. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau

jaringan melalui daerah yang lemah yang diliputi oleh dinding biasanya benjolan sering

terjadi pada daerah inguinal. Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk

melakukan propulsi isi dari saluran cerna. Gejala dari penyakit ini biasanya terjadi distensi,

1
gangguan elektrolit dan cairan serta nyeri yang bersifat kolik serta biasanya terdapat benjolan

di area lipat paha.

Kata Kunci: Obstruksi, usus, hernia

Pendahuluan

Ileus merupakan penghalang separuh atau sepenuhnya di usus kecil dan usus besar.
Kata ‘ileus’ berasal dari kata latin yaitu colic. Terdapat dua tipe obstruksi intestine yaitu:
mekanikal dan non-mekanikal. Obstruksi mekanikal disebabkan oleh terdapat sumbatan
secara fisik di usus dan massa di dalamnya tidak boleh melewati kawasan obstruksi. Keadaan
ini berlaku apabila usus membelit (volvulus) atau akibat daripada hernia, pertumbuhan
jaringan yang abnormal atau terdapat benda asing di dalam intestine.1
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.2
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis, sesuai
dengan kasus yang diberikan. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirect yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia
indirek ada juga hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke
medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak di
sebelah lateral vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis dikarenakan kelainan
congenital meskipun ada yang didapat.2

Anamnesis

Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat


penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk

2
diwawancarai, misalnya dalam keadaan gawat-darurat, afasia akibat stroke dan lain
sebagainya.3
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi yang ditanyakan khusus pada
wanita, riwayat penyakit keluarga, anamnesis pribadi meliputi keadaan sosial ekonomi,
budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur
atau tanggal lahir, nama orang tua, suami, istri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien
yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan
utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut, dan
dimana tepatnya keluhan tersebut dirasakan.4
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat. Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data, yaitu waktu
dan lamanya keluhan berlangsung; sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak,
perlahan-lahan, terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah atau berkurang, dan
sebagainya; lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah;
hubungannya dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore, atau
sebaliknya, atau terus menerus tidak mengenal waktu; hubungannya dengan aktivitas,
misalnya bertambah berat jika melakukan aktivitas atau bertambah ringan bila beristirahat;
keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau
keluhan yang bersamaan dengan serangan; apakah keluhan baru pertama kali atau sudah
berulang kali; faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat
atau meringankan serangan; apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita
keluhan yang sama; riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit tertentu;
perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa; upaya yang
telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien;
juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang sedang diderita.3,4
Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
Tanyakan pula apakah pasien pernah menderita kecelakaan, menderita penyakit berat dan
menjalani operasi tertentu, riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan tertentu, dan lain-
lain. Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter,
familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi,

3
pendidikan, dan kebiasaan. Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam
sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan, dan sebagainya. Kebiasaan pasien juga
harus ditanyakan, seperti merokok, memakai sandal saat bepergian, minum alcohol, dan
sebagainya. Selain itu juga pada pasien yang sering bepergian, perlu ditanyakan apakah baru
saja pergi dari tempat endemik penyakit infeksi menular. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah lingkungan tempat tinggal pasien, termasuk keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air
minum, tempat pembuangan sampah, ventilasi, dan sebagainya.3,4
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik abdomen, dilakukan dengan 4 cara, yaitu dimulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien
dalam keadaan berbaring dan relaks, kedua lengan berada di samping, dan pasien bernapas
melalui mulut. Pasien diminta untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-
otot abdomen menjadi relaks pada pemeriksaan palpasi. Tangan pemeriksa harus hangat
untuk menghindari terjadinya reflex tahanan otot oleh pasien.3

Inspeksi
Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya secara cepat,
perhatikan abdomen untuk memeriksa hal berikut ini, distensi yang menyeluruh biasanya
disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau udara, sedangkan penyebab dari pembengkakan
yang terlokalisasi antara lain hernia atau pembesaran organ tertentu. Pada distensi abdomen
yang menyeluruh, terutama jika disebabkan oleh asites, umbilikus dapat menonjol keluar.
Kelainan-kelainan lainnya pada inspeksi dapat meliputi bercak-bercak kecil makulopapular
berwarna merah yang tidak bermakna, memar umbilikus. Peristaltik yang terlihat (gelombang
kontraksi usus) dapat dijumpai pada individu normal yang kurus, tetapi sebaliknya pada
orang yang gemuk, gerakan peristaltik hanya terlihat di sebelah proksimal dari letak lesi
obstruktif usus. Dapat juga dilihat jika ada vena-vena yang mengalami dilatasi, bila ada
trombosis pada vena porta.5

Palpasi
Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri
abdomen. Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa
bagian tersebut paling akhir. Isi abdomen dapat bergerak, semi-solid, tersembunyi di balik
organ lain, dan sebagainya. Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, yang
awalnya dilakukan tanpa penekanan yang berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara

4
dalam jika tidak terdapat area nyeri yang diderita atau diketahui. Kemudian, lakukan palpasi
secara khusus terhadap beberapa organ. Tahanan abdomen merupakan suatu refleks
penegangan otot-otot abdominal yang terlokalisasi yang tidak dapat dihindari pasien dengan
sengaja. Adanya tahanan tersebut merupakan tanda iritasi peritoneum perifer atau tanda nyeri
tekan yang tajam dari organ di bawahnya.5

Perkusi
Perkusi berguna (khususnya pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya
pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu
perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan
bagian tepi organ. Shifting dullness (pekak beralih) adalah suatu daerah pekak yang terdapat
di bawah permukaan horizontal cairan intraperitoneal. Kandung kemih harus dikosongkan
terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan asites.5

Auskultasi
Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum
dapat mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar. Bising usus yang
meningkat dapat ditemukan pada, setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltik,
seperti, obstruksi usus, diare, jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran
cerna atas. Bising usus dapat menurun atau menghilang pada keadaan, paralisis usus (ileus),
perforasi, peritonitis generalisata.5

Berdasarkan skenario di dapat pasien kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
92x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,5C. Pada pemeriksaan fisik abdomen tampak
distensi abdomen, nyeri tekan (+), bising usus meningkat. Pada region inguinal sinistra
tampak massa dengan ukuran 2x2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar,
berbatas tegas.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium, pada tahap awal hasil laboratorium bisa saja normal. Lebih
lanjut akan terjadi hemokonsentrasi dan leukosistosis. Elektrolit biasanya normal pada
obstrusi usus halus bagian distal, namun hipokalemia dan hipokloremia dapat terjadi pada
obstruksi usus yang lebih proksimal. Amilase serum dan angka leukosit akan meningat pada

5
kasus strangulasi. Pada analisa gas darah didapati asidosis metabolik. Ureum dan creatinin
akan meningkat yang yang mengindikasikan suatu hipovolemia dengan azotemia prerenal.6

Foto polos abdomen. Dilatasi usus halus disertai dengan air-fluid level, dapat negatif
pada obstruksi usus bagian proksimal. Pada foto supine kita dapat memastikan obstruksi usus
halus jika didapati gambaran dilatasi usus berada dibagian central foto, adanya plica
sirkularis, tidak terdapat udara pada kolon, dan adanya multiple air fluid level pada foto LLD.
Adanya gambaran udara bebas pada foto upright menandakan suatu perforasi.6

Gambar 1. Foto Polos Abdomen 3 Posisi6

USG abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan obstruksi usus halus.
USG dapat mendeteksi adanya air-fluid level, dilatasi usus proksimal sampai kolapsnya usus
bagian distal. Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa USG lebih superior dibandingkan
plain foto abdomen dalam mendeteksi obstruksi usus halus. Namun USG amatlah operator
dependent, sehingga keahlian dan pengalaman amat menentukan dalam diagnostik.6

Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, working
diagnosis yang didapat adalah ileus obstruktif et causa hernia inguinalis incarcerata.

Obstruksi ileus
Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan propulsi
(pendorongan) isi dari saluran cerna. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk
baik yang terjadi pada usus halus maupun usus besar (kolon), baik yang diakibatkan oleh
obstruksi mekanik maupun akibat gangguan motilitas karena gangguan neuromuscular atau
proses iskemik.7

Terdapat 2 jenis obstruksi ileus, (1) Non-mekanis (misalnya, ileus paralitik atau ileus
adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang memengaruhi

6
pengendalian otonom motilitas usus. (2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau
obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanis selanjutnya
digolongkan sebagai obstruksi mekanis simpleks (hanya terdapat satu tempat obstruksi) dan
obstruksi lengkung tertutup (sedikitnya terdapat 2 tempat obstruksi). Obstruksi lengkung
tertutup tidak dapat didekompresi, sehingga tekanan intralumen meningkat cepat dan
mengakibatkan terjadinya penekanan pembuluh darah, iskemia, dan infark (strangulasi).7

Obstruksi ileus termasuk dalam salah satu penyebab tersering dari akut abdomen selain
appendicitis, kolik bilier, kolesistitis, divertikulitis, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Dari sudut nyeri abdomen, dapat terjadi
karena rangsangan visceral, rangsangan somatik, dan akibat peristaltik.7

Hernia
Hernia, dalam pengelompokannya terdiri dari, hernia reduksibel yaitu jika isi hernia
dalam struktur muskulatur sekitarnya masih dapat digerakkan. Dikatakan ireduksibel atau
inkarserata jika isi hernia tidak dapat atau tidak dapat digerakkan lagi. Jenis hernia yang
lainnya adalah hernia strangulata yaitu jika hernia tersebut menyebabkan tahanan pada
pembuluh darah daerah di sekitarnya. Hernia juga dibagi menjadi hernia internal dan
eksternal. Hernia eksternal menonjol melewati semua lapisan dinding abdomen, sedangkan
hernia internal merupakan tonjolan usus melalui suatu defek di dalam kavum peritoneal.
Selain yang telah disebutkan diatas, hernia dapat ditentukan berdasarkan letak anatomisnya,
salah satunya adalah hernia pada lipat paha atau hernia inguinal dan hernia fermoralis.8

Hernia inguinal adalah tonjolan pada lipat paha yang timbul dengan maneuver valsalva,
diklasifikasikan sebagai direk atau indirek. Periksa pada posisi telentang, ulang langkah-
langkah di atas. Gejala dan manifestasi klinisnya termasuk pembesaran inguinal yang
asimptomatik. Pasien mungkin akan mengeluh dari perasaan penuh atau mengganjal. Batuk
dan mengejan akan memicu timbulnya hernia berukuran kecil.8

Diferensial Diagnosis

Ileus Obstruksi et causa Hernia Femoralis

Pada ileus obstruksi akibat hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial
terhadap ujung ligamentum. Sedangkan akibat hernia femoralis, leher hernia terletak di
bawah dan lateral terhadap ujung medial ligamentum inguinale dan tuberkulum pubikum.

7
Hernia femoralis sebagian besar terjadi pada wanita usia lanjut, dapat nyeri tekan dan tidak
meluas, tidak dapat mengecil, garis-garis paha sering hilang, memiliki resiko tinggi
stranggulasi dan obstruksi.9

Hernia Inguinalis Stranggulata


Suplai darah untuk isi hernia terputus. Terdapat oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan
jaringan menyebabkan pembengkakan lebih lanjut dan sebagai konsekuensinya peningkatan
tekanan vena. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Mukosa usus terlibat dan dinding
usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong
dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi
biasanya pada leher pada kantong hernia dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar
menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Pada pemeriksaan ditemukan kulit
menjadi tegang dan kemerahan, serta suhunya meningkat.9

Limfadenopati
Limfadenopati adalah pembesaran getah bening seperti tumor yang biasa terdapat pada
daerah kepala, servikal, supraklavicula, axilla, dan inguinal. Limfadenopati pada kebanyakan
pasien biasa disertai nyeri, tetapi ada juga yang tidak disertai nyeri. Secara umum terdapat
pembesaran lebih dari 1 cm dan merupakan gambaran klinis jinak. Konsistensi tumor pada
limfodenopati lunak.9

Ileus Paralitik

Ileus paralitik adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan
kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer
usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan operasi yang berhubungan
dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos
usus.10

Etiologi

8
Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya obstruksi ileus. Yang pertama adalah
perlengketan atau adhesi yaitu lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.5
Intususepsi yaitu salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen
berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling
sering terjadi pada anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan
terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar
(colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.5
Volvulus, usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya.8
Hernia, protrusi usus atau penonjolan melalui area yang lemah dalam usus atau dinding
dan otot abdomen.8
Tumor, massa atau benjolan yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau
tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.10

Epidemiologi
Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus
obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh hernia strangulata adalah salah satu keadaan
darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus
terbanyak. Mc Iver mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia
eksterna yang mengalami strangulasi. Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera
pada permukaan jaringan, sebagai akibat dari operasi yang dilakukan. Dari laporan terakhir
pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, terjadi adhesi satu
hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik
yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak
terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-
41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini
meningkat hingga 65-75%.10

75% dari seluruh kasus hernia adalah hernia abdominal di inguinal (lipat paha).
Hernia inguinal dapat juga terjadi di daerah lainnya, seperti di umbilikus atau daerah perut
lainnya. Kasus hernia inguinalis indirect lebih sering terjadi berbanding hernia inguinalis

9
direct dengan perbandingan 2:1. Hernia inguinalis paling sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita dengan perbandingan antara pria dan wanita 7:1. Dengan bertambahnya
usia, risiko terjadi hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut
yang sudah mulai melemah akibat faktor usia.10

Patogenesis
Karena terdapat obstruksi pada usus, maka usus di bagian distal menjadi kolaps,
sementara bagian proksimalnya berdilatasi. Usus yang berdilatasi ini menyebabkan
penumpukan cairan dan gas. Distensi usus ini juga bisa membahayakan karena bisa
menekan pembuluh darah sehingga terjadi iskemik.11

Distensi usus juga menyebabkan perubahan ekologi di usus itu sendiri, seperti kuman
yang ada di usus bisa tumbuh berlebihan sehingga bisa terjadi translokasi kuman itu sendiri.
Obstruksi yang terjadi ini juga bisa menyebabkan muntah yang menyebabkan air dan
elektrolit lolos dari tubuh sehingga bisa terjadi syok. Bukan hanya elektrolit saja yang bisa
lolos, namun juga zat bersifat toksik yang ada di usus dapat lolos ke sirkulasi sistemik,
sehingga bisa berkembang juga menjadi peritonitis.11

Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan
otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan hernia inguinalis direk atau
hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong
kemih. Hernia inguinalis lateralis menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.
Disebut indirek karena keluar malalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan canalis
inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum.11,12

Gejala
1. Distensi.
Cairan dan udara akan mengumpul pada bagian proksimal dari area yang
tersumbat (obstruksi), dan memicu terjadinya distensi usus pada bagian proksimal dan
kolapsnya usus bagian distal obstruksi. Jika obstruksi terjadi pada bagian duodenum atau
proksimal yeyunum maka gejala distensi hampir tidak terjadi, dan isi usus lebih banyak
dimuntahkan. Sementara jika obstruksi letaknya lebih distal maka foto polos abdomen

10
akan menampilkan gambaran air-fluid level dan akan menyerupai gambaran seperti anak
tangga.7
2. Nyeri
Nyeri pada simple obstruksi bersifat kolik dan umumnya berlokasi di regio
periumbilical. Gejala ini dapat disertai dengan meningkatnya suara peristaltik usus.7
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Obstruksi usus halus pada bagian yang lebih proksimal akan menimbulkan gejala
awal berupa muntah yang berat, dan gangguan elektrolit. Gangguan elektrolit ini akan
memicu hipokalemia, hikloremia, dan alkalosis metabolik. Dapat pula terjadi asidosis
metabolik yang disertai dengan dehidrasi berat. Pada kasus obstruksi usus halus yang
lebih distal, cairan yang hilang dan masuk ke dalam lumen usus serta rongga peritoneum
merupakan cairan iso-osmotik, sehingga tidak langsung menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit. Gangguan elektrolit biasanya muncul kemudian.7

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus halus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan yang bersifat konservatif dan suportif, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
melakukan intubasi dan dekompresi (pemasangan pipa nasogastrik), memperbaiki peritonitis
dan syok bila ada, mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat,
dan menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali
normal.12

Pada preoperasi pasien dipuasakan dan dilakukan pemasangan NGT, disertai dengan
resusistasi cairan dan elektrolit. Defisit cairan dapat dikoreksi dengan NaCl fisiologis atau
ringer laktat. Foley kateter dipasang untuk menilai kecukupan urin. Jika terjadi dehidrasi
berat atau pada pasien dengan problem cardiovaskular, dilakukan pemasangan CVP. Jika urin
pasca rehidrasi telah mencapai normal, maka segera lakukan pemberian KCl, karena rehidrasi
dalam jumlah banyak dapat menyebabkan hipokalemia. Jika keputusan operasi telah dibuat,
maka pemberian analgetik berupa morfin atau petidin dapat dilakukan. Antibiotik spektrum
luas juga harus diberikan.12

Indikasi operasi adalah pasien dengan ileus obstruksi usus total, atau obstruksi yang
disertai adanya tanda-tanda strangulasi, atau pasien dengan obstruksi simple yang tidak
mengalami resolusi setelah 24-48 jam pemasangan NGT dan rehidrasi. Semua sepakat bahwa
pasien ileus obstruksi yang disertai dengan gejala peritonitis harus dilakukan operasi

11
emergensi. Waktu optimal untuk operasi adalah segera setelah resusistasi cairan dan elektrolit
selesai dilakukan. Pada saat eksplorasi; cara mudah untuk menemukan area obstruksi adalah
dengan mengidentifikasi usus yang kolaps dan ditelusuri ke arah proksimal sampai pada area
obstruksi dan bagian proksimal yang mengalami distensi.12

Jika penyebab obstruksi hernia inguinal, maka insisi hernia standar dapat dilakukan.
Adalah hal yang penting untuk menilai viabilitas usus pada hernia inguinal atau femoral.
Artinya jika hernia mengalami reduksi spontan setelah dilakukan anastesi, maka laparotomi
dengan insisi midline mutlak harus dikerjakan. Jika memungkinkan, reseksi dapat dilakukan
pada insisi standar hernia. Sejak berkembangnya operasi minimal invasif, ahli bedah dapat
melakukan pendekatan laparoskopi pada pasien-pasien obstruksi usus halus. Band adhesive
yang simple dapat direlease dengan teknik laparoskopi. Harus diperhatikan pada saat insersi
trokar mengingat kondisi usus yang distensi.11,12

Komplikasi

Komplikasi yang bisa didapat dari obstruksi ileus bila tidak ditangani secara tepat dan
cepat yaitu syok hipovolemik dan terjadinya peritonitis. Pasca operasi reparasi hernia, memar
dan hematom dianggap normal. Pada sedikit kasus terjadi infeksi dan komplikasi yang dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi tertunda berupa kekambuhan dan nyeri kronis juga bisa
terjadi.13

Prognosis

Tergantung dari umur penderita, jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah
sehingga meningkatkan mortalitas. Selain umur, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah
seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.13

Kesimpulan
Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Inkarserata merupakan obstruksi intestine yang
disebabkan oleh hernia. Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk
melakukan propulsi isi dari saluran cerna. Hernia sendiri merupakan suatu penonjolan yang
abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Penyakit ini ditandai dengan distensi, nyeri, serta gangguan cairan dan elektrolit.

12
Tatalaksananya ialah mengkoreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah, serta dioperasi jika ada indikasi untuk operasi seperti terjadi
obstruksi total dari usus.

13
Daftar Pustaka

1. Beers, Mark H, Berkow R. In the merck manual of diagnosis and therapy. Ileus. Section
3, Chapter 25. Whitehouse Station, NJ: Merck Research Laboratories;2006.h.2.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.382-3.
3. Welsby, Philip D. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta:EGC;2009.h.15-7.
4. Gleadle, Jonathan. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007. h. 1-17.
5. Riwanto I, Ahmad HH, John P, Tadjuddin T, Ibrahim A. Buku ajar ilmu bedah ed. 3.
Jakarta: EGC; 2010.h.738-59.
6. Patel PR. Radiologi. Jakarta: Erlangga;2006.h.121-3.
7. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC;2006.h.117.
8. Cheek C, Kingsnorth A. Hernia inguinal and femoral. In : Oxford Univ. Oxford textbook
of surgery. 2012. Oxford University Press.
9. Schwartz SI, Shires GTS, Spencer FC, Husser WC. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah
ed.6. Jakarta: EGC; 2009.h.510-4.
10. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah ed.1. Jakarta: EGC; 2007.h.700-18.
11. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. ed.6. Jakarta:
EGC; 2006.h.450-4.
12. Townsend CM. Buku saku ilmu bedah sabiston ed.17. Jakarta: EGC; 2010.h.548-51, 608-
15.
13. David CS. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2013.h.238-42.

14

Anda mungkin juga menyukai