Anda di halaman 1dari 13

Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia

Inguinalis Inkaserata
Raditia Kurniawan 102011219

Robert Tupan Us Abatan 102012335

Riska Cerlyan Mustamu 102013302

Ricky Djunaedi 102014008

Elva Patabang 102014029

Melyun Riza Ridwan 102014165

Naomi Constantia allen 102014205

Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No.16

Abstrak

Tubuh manusia membutuhkan energi dari makanan dari luar tubuh, ketika proses tersebut
dilakukan maka akan terjadi proses metabolisme makanan. Dari sekian banyak organ dalam
tubuh yang dapat mencerna makanan dan kemudian menyerap makro nutrient dan dapat
menyebarkan nutrisi tersebut keseluruh tubuh dikenal dengan ileum atau usus halus. Pada
kasus ini, pria berusia 45 tahun tersebut memiliki benjolan dengan warna kulit dan suhu yang
normal dan nyeri tekan pada kasus ini terdapat hernia obstruktif dan iredusibel.
Permukaannya halus, namun dapat juga ditemukan benjolan-benjolan. Kantung hernia yang
terisi usus akan terasa halus, berfluktuasi, dan ditemukan bising usus. Bila terisi omentum
akan terasa tegas, elastis, tidak fluktuasi, dan pekak bila di perkusi. Apabila pasien
mengeluhkan rasa sakit yang sangat perlu dipikirkan kemungkinan terdiagnosis terkena
penyakit ileous obstruksi et causa hernia inguinalis inkaserata. Tindakan operasi merupakan
tindakan yang selalu dilakukan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga berat badan
ideal, konsumsi makanan berserat tinggi, jika melakukan aktifitas berat seperti mengangkat
beban berat sangat diharuskan pasien berhati-hati atau menghindari tindakan tersebut jika
tidak maka akan terjadi kekambuhan lagi atau relaps.
Kata kunci: hernia, obstruktif, inguinalis

Abstract
The human body needs energy from food from outside the body, when the process is
done, there will be the process of food metabolism. Of the many organs in the body to digest
the food and then absorb nutrients and macro nutrients that can spread throughout the body
known as the ileum or small intestine. In this case, the 45-year-old man had a lump in skin
color and temperature are normal and tenderness in this case there are obstructive and
iredusibel hernia. Smooth surface, but can also be found lumps. Hernia sac is filled intestines
will feel smooth, fluctuating, and found bowel. When filled omentum will feel firm, elastic, no
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

fluctuations, and when the percussion dullness. When patients complain of severe pain to
think about the possibility of undiagnosed obstructive disease ileous et causa incarcerated
inguinal hernia. An operation is an action that is always done. Prevention can be done by
maintaining a healthy weight, consumption of high fiber foods, when doing strenuous activity
such as lifting heavy loads very patient required careful or avoid the actions if not there will
be a recurrence or relapse again.
Keywords: hernia, obstructive, inguinal

Pendahuluan

Tubuh manusia membutuhkan energi dari makanan dari luar tubuh, ketika proses
tersebut dilakukan maka akan terjadi proses metabolisme makanan. Dari sekian banyak organ
dalam tubuh yang dapat mencerna makanan dan kemudian menyerap makro nutrient dan
dapat menyebarkan nutrisi tersebut keseluruh tubuh dikenal dengan ileum atau usus halus.
Jika fungsi ileum terganggu, terutama saat terjadi obstruksi, komplikasi dari hernia
inguinalis, maka akan berakibat buruk bagi sistem kesehatan tubuh manusia. Hernia
merupakan penonjolan viscus atau sebagian dari viscus Obstruksi ileum akibat hernia
inguinalis dipengaruhi oleh struktur anatominya, terutama struktur dari canalis inguinalis,
yang erat kaitannya dengan hernia inguinalis.

Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini adalah agar pembacanya dapat mengerti
tentang gambaran penyakit ileous obstruksi et causa hernia inguinalis inkaserata secara
umum, akan prosesnya dalam anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis banding, pemeriksaan
penunjang, diagnosis kerja, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan prognosis.

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu wawancara yang bertujuan untuk mengetahui informasi


mengenai keadaan pasien.1 Anamnesis dapat dilakukan baik secara langsung (autoanamnesis)
maupun tidak langsung (alloanamnesis). Untuk pasien baru, sebaiknya dilakukan anamnesis
komprehensif agar mendapatkan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan riwayat
kesehatan pasien tersebut. Sedangkan untuk pasien lainnya dapat dilakukan anamnesis
spesifik yang berkaitan dengan keluhannya.2

Pada orang dewasa, terdapat tujuh komponen dari anamnesis komprehensif, yaitu
identifikasi data yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
pekerjaan, dan status perkawinan; keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari

2
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

perawatan; riwayat penyakit sekarang yang memberatkan keluhan utama dan


mendeskripsikan lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, kondisi saat terjadi gejala, faktor yang
memperburuk atau meredakan, dan manifestasi hal-hal lain yang terkait gejala; riwayat
pasien yang terdiri dari daftar penyakit dahulu dalam empat kategori (medis, bedah,
obstetric/ginekologi, dan psikiatri); riwayat keluarga yang mencakup daftar penyakit keluarga
dan keadaan anggota keluarga; riwayat pribadi dan sosial; dan tinjauan sistem mengenai
gejala yang umum pada masing-masing sistem tubuh.2

Dari hasil anamnesis didapatkan seorang laki-laki berusia 45 tahun datang dengan
keluhan nyeri perut hebat yang hilang timbul disertai mual muntah sejak 12 jam yang lalu.

Pemeriksaan Fisik

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan terlebih dahulu penampilan


pasien. Apakah pasien tersebut tampak sakit berat, sakit ringan, atau sehat. Kemudian perlu
juga diperhatikan tingkat kesadaran pasien tersebut dan apakah pasien tersebut dalam
keadaan yang gawat, seperti nyeri, gelisah atau depresi, atau kesulitan jantung dan
pernapasan. Warna kulit dan lesi yang jelas juga perlu diperhatikan, begitu juga dengan
pakaian, kebersihan, dan bau badannya. Ekspresi wajah, postur, dan aktivitas motorik juga
dianggap penting untuk diperhatikan. Terakhir, perlu dilakukan pengukuran berat dan tinggi
badan (perhitungan Indeks Massa Tubuh/IMT), serta lingkar pinggang jika IMT lebih dari 35.
Pasien pada kasus ini tampak sakit berat dengan kesadaran kompos mentis.2

Pemeriksaan TTV penting untuk dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik


yang spesifik. Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan,
dan suhu tubuh. TTV memberikan informasi awal yang kritis dan biasanya berpengaruh pada
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan TTV pada kasus ini adalah sebagai berikut: tekanan darah
130/80 mmHg, denyut nadi 92x/menit, frekuensi pernapasan 24x/menit, dan suhu tubuh
36,5℃.2

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi yang dilakukan
secara berurutan. Dari hasil pemeriksaan fisik abdomen pada kasus ini pada inspeksi
didapatkan distensitas abdomen tampak, berbatas tegas. Pada palpasi terdapat nyeri tekan
positif, teraba massa pada regio inguinal sinistra 2x2 cm, kontensitas kenyal, tidak merekat
pada jaringan sekitarnya. Ketika dilakukan auskultasi didapatkan bising usus meningkat,
metallic sound.2

3
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

Gejala dan tanda yang biasa muncul pada penderita ileous obstruksi et causa hernia
inguinalis inkaserata seperti terdapatnya nyeri hebat, nyeri tekan positif, terdapat massa di
regio inguinal, pada pemeriksaan fisik konstisitas kenyal, tidak melekat pada sekitarnya
berbatas tegas.3

Pemeriksaan Penunjang

Karena hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik belum cukup untuk menemukan
diagnosis kerja yang benar, maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Untuk menyingkirkan
kemungkinan dibutuhkan pemeriksaan foto polos abdomen, uji laboratorium, herniografi, dan
USG atau ultrasonografi.4,5

Pada pemeriksaan herniografi, 50- 80 ml medium kontras iodin positif di


masukkandalam peritoneal dengan menggunakan jarum yang halus.Pasien berbaring dengan
kepalaterangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang kontras di daerah
inguinalisyang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya
kolam kecil padadaerah inguinal. Hernia tidak langsung muncul pada fossa lateral yang
menonjol dari medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa supra pubik.
USG atau ultrasonografi digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan pada
gumpalan dalam segitiga femoral, pada tomografi computer mungkin akan sedikit membantu
beberapa kasus hernia dapat terdeteksi olehnya. USG sangat membantu dalam mempersempit
diferensial pada kedua massa skrotum dan massa di bawah ligamentum inguinal. Hal ini juga
dapat membantu dalam keputusan untuk mengeluarkan atau aspirasi abses nodal. Seperti CT,
USG dapat diindikasikan ketika spigelian atau obturator hernia dicurigai atau ketika habitus
tubuh pasien menghalangi pemeriksaan fisik.4
Pada pemeriksaan laboratorium tidak memiliki ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat
jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukan adanya dehidrasi dan asidosis
metabolic . Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis. Kimia darah sering terjadi gangguan elektrolit. Pada pengecekan noda atau kultur
jaringan nodal juga dapat membantu mendiagnosa adenitis TB atipikal.4
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa
ileusobstruksi. radiografi polos diambil tangensial dapat menunjukkan udara dalam usus di
luar perut, yang mungkin kontras studi usus. Sayangnya, visualisasi dari perineum dan
panggul miskin dengan metode ini. Hasil yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan perubahan
dinamis dalam posisi, tekanan intra-abdominal, atau keduanya selama studi pencitraan.

4
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

Penilaian yang lebih baik dari perineum dan panggul yang mungkin melalui pandangan
eksternal dari usus dan domain mereka dengan herniography. Jika hernia dikurung atau
strangulasi dicurigai, metode pencitraan seperti rontgen dada tegak untuk mengecualikan
udara bebas (sangat jarang), dan kemudian pada film perut datar dan tegak untuk
mendiagnosis obstruksi usus kecil (tidak sensitif atau spesifik) atau untuk mengidentifikasi
area usus di luar rongga perut.4,5

Diagnosis Kerja

Pada kasus ini, pria berusia 45 tahun tersebut memiliki benjolan dengan warna kulit
dan suhu yang normal dan nyeri tekan pada kasus ini terdapat hernia obstruktif dan
iredusibel. Permukaannya halus, namun dapat juga ditemukan benjolan-benjolan. Kantung
hernia yang terisi usus akan terasa halus, berfluktuasi, dan ditemukan bising usus. Bila terisi
omentum akan terasa tegas, elastis, tidak fluktuasi, dan pekak bila diperkusi. Rasa nyeri pada
benjolan mungkin saja tidak ditemukan, dan hanya disertai rasa tidak nyaman. Apabila pasien
mengeluhkan rasa sakit yang sangat perlu dipikirkan kemungkinan hernia stranggulata,
hernia obstruktif, atau adanya obstruksi intestinal. sehingga pasien terdiagnosis terkena
penyakit ileous obstruksi et causa hernia inguinalis inkaserata.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang dapat diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah Ileous
obstruksi etkausa hernia femoralis inkerserata, limfa adenopati, hernia inguinalis strangulate,
ileus paralitik :

Ileous obstruksi etkausa hernia femoralis inkerserata


Hernia femoralis mengikuti saluran bawah ligamentum inguinal melalui kanalis
femoralis. kanal terletak medial ke vena femoralis dan lateral lakunar (Gimbernat) ligamen.
Karena hernia femoralis menonjol melalui sebuah ruang didefinisikan kecil, mereka sering
menjadi dikurung atau strangulasi. Fasciae Perihernial atau otot mungkin cacat. Sehingga
isinya tidak dapat dikembalikan lagi ke tempat semula.

Hernia strangulata biasa terjadi pada hernia dengan orifisium yang kecil dan kantung
yang besar. Pada hernia stranglata terjadi gangguan aliran arteri, vena, atau keduanya, pada
komponen isi hernia akibat obstruksi pada bagian orifisium. Salah satu predisposisi terjadinya
obstruksi intestina dan strangulasi adalah terjadinya adhesi antara komponen isi hernia
5
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

dengan lapisan peritonium dari kantung. Hernia femoralis sebagian besar terjadi pada wanita
usia lanjut, dapat nyeri tekan dan tidak meluas, tidak dapat mengecil, garis-garis paha sering
hilang, memiliki resiko tinggi stranggulasi dan obstruksi.4,6

Limfaadenopati
limfadenopati mencerminkan penyakit yang melibatkan sistem retikuloendotelial,
sekunder untuk peningkatan limfosit normal dan makrofag dalam menangani suatu antigen.
Pada limfadenopati yang dialami anak-anak disebabkan oleh karena penyakit self-limited
dissease jinak seperti infeksi virus. Etiologi kurang umum lainnya bertanggung jawab untuk
adenopati termasuk akumulasi nodal sel-sel inflamasi dalam menanggapi infeksi di node
(limfadenitis), limfosit neoplastik atau makrofag (limfoma), atau makrofag metabolit sarat
pada penyakit penyimpanan (penyakit Gaucher).7

Hernia Inguinalis Strangulate

Suplai darah untuk isi hernia terputus. Terdapat oklusi vena dan limfe; akumulasi
cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut; dan sebagai
konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis.
Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang
bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus
yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan
cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan
peritonitis.14 Pada pemeriksaan ditemukan kulit menjadi tegang dan kemerahan, serta
suhunya meningkat.4.9,10

Ileus Paralitik

Meskipun ileus memiliki banyak penyebab, kondisi pasca operasi adalah pengaturan
yang paling umum bagi pengembangan ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang
diharapkan dari operasi perut. ileus fisiologis secara spontan hilang dalam 2-3 hari, setelah
motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang bertahan selama lebih dari 3 hari setelah
operasi disebut ileus adinamik pasca operasi atau ileus paralitik.4,10

Etiologi

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti perlekatan usus
atauadhesi yakni dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus, jaringan parut karena

6
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

ulkus yang disebabkan adanya tindakan pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn, hernia
incarcerate yang merupakan usus terjepit di dalam pintu hernia, dan neoplasma. Selain itu
obstruksi usus halus dapat pula disebabkan oleh intususepsi, volvulus, benda asing seperti
kumpulan cacing askariasis, batu empedu yang masuk ke usus mealui fistula kolesisenterik,
penyakit radang usus,striktur, fibrokistik, dan hematoma.

Hernia inguinalis tidak langsung adalah hernia bawaan, terlepas dari usia pasien. Hal
ini terjadi karena penonjolan suatu viskus perut menjadi prosesus vaginalis yang terbuka.
Ditemukan pembagian dari etiologi hernia itu sendiri sebagai berikut, jika prosesus berisi
jeroan, pasien memiliki indirect hernia inguinalis, jika fluks cairan peritoneal antara ruang
dan peritoneum, pasien memiliki hidrokel menyambung, jika cairan menumpuk di skrotum
dan korda spermatika tanpa pertukaran cairan dengan peritoneum, pasien memiliki non
communicating hidrokel skrotum.4,10-12

Epidemiologi

75% dari seluruh kasus hernia adalah hernia abdominal di inguinal (lipat paha).
Hernia inguinaldapat juga terjadi di daerah lainnya, dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau
daerah perut lainnya. Hernia inguinalis paling sering terjadi pada pria berbanding wanita
dengan perbandingan, pria:wanita (7:1) dengan bertambahnya usia , risiko terjadi hernia
semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatanotot-otot perut yang sudah mulai melemah
akibat faktor usia. Kasus hernia inguinalis indirect lebih sering terjadi berbanding hernia
inguinalis direct dengan perbandingan 2:1. 4,12

Patofisiologi

Akibat hernia yang terjadi pada pasien ini, maka dapat menyebabkan obstruksi usus.
Obstuksi usus halis merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan adanya
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,
maupun oleh muntah Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat
dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas.Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen, yaitu mudah
kental berbau busuk.

7
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan
otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan hernia inguinalis direk atau
herniainguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Hernia
inguinalis lateralis menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut
indirek karena keluar malalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada
bayi dan anak,hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya
prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat prosespenurunan testis ke skrotum.4,12-13

Manifestasi Klinik

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.14
Rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk di senja dan
membaik pada malam hari saat pasien berbaring bersandar. Secara khas, kantung hernia deng
an isinya yang membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan
atau batuk. .Hernia inguinalis adalah hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural.
Herniainguinalis terbagi dalam hernia inguinalis langsung atau tidak langsung, pada kantung
dari hernia inguinalis indirect berjalan melalui annulus inguinalis profunda, lateral terhadap
pembuluh epigastrika inferior, dan akhirnya menuju ke arah skrotum. Kantung dari hernia
inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis, medial terhadap
pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum.15

Penatalaksanaan

Tata laksana pada kasus ini melalui tindakan pengobatan obstruksi usus halus dengan
koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan (bersifat konservatif dan suportif), menghilangkan
peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dan dekompresi (pemasangan pipa
nasogastrik), memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada), mengobati kausa atau penyakit
primer dan pemberian nutrisi yang adekuat, dan menghilangkan obstruksi untuk memulihkan
kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.16

8
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

Tindakan operasi merupakan tindakan yang selalu dilakukan, sedangkan untuk


menghilangkan penyebab obstruksi merupakan tujuan kedua. Terkadang penyumbatan bisa
sembuh sendiri tanpa adanya tindakan medis, terutama pada kasus yang disebabkan oleh
perlengketan. Penderita penyubatan usus harus dibawa ke rumah sakit.

Dengan dilakukan tindakan reposisi, setelah tindakan berhasil dilakukan suntikan


cairan sklerotik, apa bila keadaan pintu hernia masih sempit dan pasien tidak mau melakukan
operasi bisa dengan menggunakan sabuk hernia.

Reposisi merupakan tindakan atau suatu usaha untuk memasukan atau


mengembalikan isi hernia pada cavum peritoneum atau abdomen dengan hati-hati dan dengan
menggunakan tekanan yang lembut perlahan namun akurat. Reposisi dilakukan pada hernia
inguinalis yang reponible dengan cara memakai kedua tangan. Pada tangan yang satu
memegang lekuk yang sesuai dengan pintu (pada tindakan ini leher hernia diraba dengan
hati-hati dan pintunya dibuka agar lebar), kemudian tangan yang lain memasukan isi hernia
melalui pintu tersebut. Tindakan reposisi ini kadang dilakukan pada pasien penderita hernia
inguinalis irreponibel pada pasien yang tidak mau atau takut pada tindakan operasi.

Bagian hernia di kompres dingin, pasien diberi varium 10 ml agar pasien tertidur,
posisi tidur terdelenburg agar hernia dapat dengan mudah dimasukan kembali pada posisi
anatomi. Jika gagal tidak boleh dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari
berikutnya. Suntikan dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan menyuntikan cairan
sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar hernia, menyebabkan pintu hernia
mengalami sclerosis atau penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum
peritonci.4

Jika penyebab obstruksi hernia inguinal, maka insisi hernia standar dapat dilakukan.
Dilakukan herniotomy yaitu tindakan dilakukan eksisi pada kantung hernia dan
herniorrhaphy yaitu tindakan untuk reparasi dinding posterior dari kanal inguinalis dan
reparasi cincin internal inguinal. Langkah-langkah reparasi hernia adalah sebagai berikut;
tindakan pertama, reduksi isi dan eksisi kantung hernia kemudian dilakukan reparasi fascia
transversalis dan cincin interna kemudian memperkuat dinding posterior; dan terakhir
dilakukan reparasi oblique eksternal, membentuk cincin eksternal yang lebih kecil. Tindakan
reseksi usus perlu dilakukan bila terjadi infark usus. Saat ini reparasi hernia secara
laparoscopy banyak digunakan disbanding operasi terbuka karena meskipun membutuhkan

9
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

waktu operasi yang lebih lama, tetapi nyeri pasca operasi lebih ringan, komplikasi lebih
sedikit, dan waktu pemulihan pasca operasi lebih cepat.4,10,17,18

Komplikasi

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Komplikasi
yang bisa didapat dari obstruksi ileus bila tidak ditangani secara tepat dan cepat yaitu syok
hipovolemik dan terjadinya peritonitis. Isi dari hernia dapat tertahan dalam kantong hernia
pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, tidak timbul gejala
klinik kecuali benjolan. Kadang terdapat isi hernia terbendung oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Pada
sedikit kasus terjadi infeksi dan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi
tertunda berupa kekambuhan dan nyeri kronis juga bisa terjadi.4,19,20

Prognosis

Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan untuk
mengurangi faktor risiko yang terkait dengan perkembangan hernia. Sebagai aturan,
prognosisnya baik dengan diagnosis tepat waktu dan perbaikan. Hernia dapat menyebabkan
usus dikurung dan sering terhambat, atau bahkan ke usus strangulasi dengan suplai darah
terganggu, yang, jika tidak terjawab, dapat mengakibatkan perforasi usus dan peritonitis.
Pengurangan usus strangulasi menyebabkan iskemia persisten atau nekrosis tanpa
perbaikan klinis. intervensi bedah diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
(misalnya, perforasi dan sepsis. Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor
seperti usia, etiologi, tempat dan lamanya obstruksi tersebut. Jika usia penderita masih sangat
muda ataupun sudah berusia tua maka toleransi pasien terhadap penyakit maupun tindakan
operatif yang dilakukan sangat rendah rendah, sehingga hal ini meningkatan mortalitas dari
tindakan operasi. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan
obstruksi usus halus.4,17,19,21
Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ideal, konsumsi


makanan berserat tinggi, jika melakukan aktifitas berat seperti mengangkat beban berat
sangat diharuskan pasien berhati-hati atau menghindari tindakan tersebut jika tidak maka
akan terjadi kekambuhan lagi atau relaps.

10
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

Bahkan dengan hernia tanpa gejala, perbaikan pada tahap awal (yaitu, sebelum hernia
membesar) diutamakan. Rujukan ke dokter bedah umum untuk diskusi tentang jenis tersedia
perbaikan hernia dibenarkan; dengan munculnya jerat baru dan pendekatan laparoskopi,
berbagai pilihan perbaikan sekarang lebih luas dari sebelumnya.4,22
Penutup

Ileous obstruksi et causa hernia inguinalis inkaserata merpakan penyakit yang


menyebabkan hernia yang terjadi pada pasien ini dapat menyebabkan obstruksi usus.
Obstuksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan adanya
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,
maupun oleh muntah Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat
dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas.Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Pencegahan
dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ideal, konsumsi makanan berserat tinggi, jika
melakukan aktifitas berat seperti mengangkat beban berat sangat diharuskan pasien berhati-
hati atau menghindari tindakan tersebut jika tidak maka akan terjadi kekambuhan lagi atau
relaps, dan pengobatan terbaik adalah dilakukan operasi. Komplikasi hernia tergantung pada
keadaan yang dialami oleh isi hernia. Komplikasi yang bisa didapat dari obstruksi ileus bila tidak
ditangani secara tepat dan cepat yaitu syok hipovolemik dan terjadinya peritonitis.

11
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,


penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008: h. 52.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ guide to physical examination and history taking.
11th edition. China: Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 6-13, 56-7, 114-9.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. h.
55.
4. Rather AA, Bret AN, John G, et.al. Abdominal Hernias. Medscape online. 01 Dec
2015. Downloaded from http://emedicine.medscape.com/article/189563-
overview#showall, 10 Mei 2016.
5. Patel PR. Radiologi. Jakarta: Erlangga;2006. h.121-3.
6. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2006.
H. 49.
7. Kanwar VK, Richard HS, Marry LW, Larry IL, Russel WS, et.al. Lymphadenopathy.
Medscape online. 10 Jul 2015. Downloaded from
http://emedicine.medscape.com/article/956340-overview#showall, 10 Mei 2016.
8. Cagir B, Francisco T, Julian K, Avram MC, et.al. Postoperative Ileus. Medscape
online. 28 Dec 2015. Downloaded from
http://emedicine.medscape.com/article/2242141-overview#showall, 10 Mei 2016.
9. Bhatia P, John SJ. Laparoscopic Hernia Repair (a step by stepapproach). 1st Ed. New
Delhi : Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery Institute;
2003.
10. Nigam VK, Nigam S. Essentials of abdominal wall hernias. New Delhi : I. K.
International Publishing House; 2008. P. 127-61.
11. Palanivelu C. Operative manual of laparoscopic hernia surgery. Ed 1. India:
GEMFoundation; 2004. p. 39-58.
12. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston textbook of surgery the
biological basisof modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2012. p. 1114-28.
13. Tambayoung J. Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2005. h. 140-1.

12
Pembahasan Mengenai Ileous Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Inkaserata

14. Benson RC, Pernoll ML. Obstetri dan ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC;2009.411-2.
15. Schwartz. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed 6. Jakarta: EGC; 2005. h. 509-11.
16. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed ke-6.
Vol I. Jakarta: EGC; 2006. h. 450-4.
17. Jenkins JT, O’Dowyer PJ. Inguinal hernias. BMJ 2008 Feb; 336: 269-72.
18. Maconi G, Porro GB. Ultrasound of the gastrointestinal tract. 2nd Edition. New York :
Springer; 2014. P. 54.
19. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi. Jakarta : EGC; 2003. h.117.
20. Jenkins JT, O’Dowyer PJ. Inguinal hernias. BMJ 2008 Feb; 336: 269-72.
21. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WK, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran.
Ed 3.Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2005. h. 313-7.
22. Bickley L.S. Bates‟ Guide to physical examination and history taking. International
edition.10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health; 2009. p. 30-
5.

13

Anda mungkin juga menyukai