Anda di halaman 1dari 13

Ileus Obstruktif yang diakibatkan oleh Hernia Inguinalis Inkarserata

Yuanita Patrecya Herlianti


102013216
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
yuanita.2013fk216@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Ileus adalah hambatan/ gangguan pasase usus secara normal ke rektum karena hambatan
ekstrinsik maupun intrinsik. Beberapa literatur juga mengatakan bahwa ileus adalah
penghalang separuh atau sepenuhnya di usus kecil dan/atau usus besar. Ileus sendiri terbagi
menjadi dua tipe obstruksi intestine yaitu: ileus mekanikal dan non-mekanikal. Obstruksi
mekanikal disebabkan oleh adanya sumbatan secara fisik di usus sehingga massa di dalamnya
tidak boleh melewati kawasan obstruksi. Keadaan ini berlaku apabila usus membelit diri
sendiri (volvulus) atau akibat daripada hernia, pertumbuhan jaringan yang abnormal atau
terdapat benda asing di dalalm intestine.1,2

Hernia, atau yang dikenal masyarakat awam sebagai penyakit usus turun merupakan penyakit
yang sering kita dengar atau merupakan kasus yang sering di dapat dokter ahli bedah.
Sebagian masyarakat memiliki anggapan bahwa hernia merupakan penyakit biasa yang tidak
berbahaya, karena pada awalnya tidak/ merasa sakit ringan dan masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Penanganannya pun tidak perlu segera, dalam artian dapat ditunda.
Sebagian penderita juga baru menerima tindakan bedah apabila sudah terjadi keadaan
inkaserata atau strangulate.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan hasil pembelajaran mandiri
mengenai ileus obstruktif yang diakibatkan oleh hernia inguinalis, termasuk di dalamnya
berisikan tentang anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosa banding dan kerja,
etiologi, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, serta
prognosis dari penyakit ini.

1
ISI

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap pasien (autoanamnesis) atau
diajukan pada keluarga pasien maupun orang yang mengantarkan pasien ke tempat praktik
dokter tersebut (alloanamnesis). Apabila pasien merupakan seorang anak biasanya bisa
ditanyakan juga beberapa hal yang diperlukan kepada orang tuanya. Di dalam anamnesis ini
terdiri dari serangkaian pertanyaan yang perlu ditanyakan ke pasien tersebut di mana dengan
anamnesis ini diharapkan dapat mengarahkan seorang dokter untuk dapat mendiagnosa suatu
penyakit yang diderita oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, dan
riwayat sosial ekonomi. Anamnesis sangat penting untuk mendirikan diagnosis. 70%
diagnosis dapat diketahui dari anamnesis. Bedasarkan anamnesis, dapat ditentukan sifat dan
beratnya penyakit dan terdapatnya factor-faktor yang mungkin menjadi latar belakang
penyakit.

Hal pertama yang ditanyakan pada saat anamnesis ialah identitas pasien. Identias pasien yang
ditanyakan adalah nama lengkap, usia, status pernikahan, pekerjaan, alamat, agama, suku
bangsa, tempat tanggal lahir, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

Setelah kita mendapatkan data identitas pasien, kita akan mulai bertanya tentang penyakit
pasien. Keluhan utama pasien adalah sesuatu yang membawa pasien datang kedokter. Pada
kasus didapatkan seorang laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri perut hebat disertai
mual muntah, dimana terdapat benjolan pada lipat pahanya. Selain itu terjadi pula distensi
abdomen, tampak massa berukuran 2x2 cm dan terdengar bising usus pada region inguinal
sinistra.

Kemudian tanyakan riwayat penyakit sekarang kepada pasien. Kita dapat menanyakan sejak
kapan pasien mendapati penyakit tersebut. Tanyakan faktor pencetus serangan dan faktor
yang memperingan, juga keluhan penyerta.

Untuk riwayat penyakit dahulu, tanyakan riwayat penyakit apa sajakah yang sudah pernah
dialami oleh pasien, tanyakan apakah pasien baru pertama kali mengalami hal tersebut atau
sudah berulang kali. Tanyakan juga upaya-upaya pengobatan apa yang telah dilakukan

2
pasien. Juga untuk riwayat keluarga tanyakan beberapa penyakit yang mungkin diturunkan
atau ditularkan, untuk membantu penegakkan diagnosa dan penyingkiran penyakit lain.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang
berkaitan dengan working diagnosis maupun differential diagnosis sehingga seorang dokter
dapat merawat seorang pasien. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan keadaan umum
keadaan pasien.

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda vital pasien misalnya
memeriksa suhu (baik suhu oral, rektal, axilla, atau telinga). Selain itu memeriksa juga
frekuensi denyut nadi, respiratory rate, dan tekanan darah. Pemeriksaan fisik abdomen
dilakukan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

1. Inspeksi

Pada inspeksi dapat terlihat adanya pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis
dan mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis
lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kita lihat, penderita disuruh batuk atau
mengejan. Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan
inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan
tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya
langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis medialis.3,4

2. Palpasi

Untuk memeriksa lipatan paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan gunakan
tangan kanan. ini dipakai untuk palpasi yang berguna untuk menentukan jenis hernianya.
Palpasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, Ziemans test, thum test dan finger
test.

Ziemans test dilakukan dengan meletakkan jari kedua diatas annulus internus (terletak
diatas ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum).Jari ketiga
diletakkan diatas annulus eksternus (terletak diatas ligamentum inguinale sebelah lateral
tuberkulum pubikum). Jari keempat diletakkan di atas fossa ovalis (terletak di bawah

3
ligamentum inguinale di sebelah medial dari arteri femoralis). Lalu penderita disuruh batuk
atau mengejan, bila terdapat hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari
pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas. 3,4

Thumb test merupakan teknik yang dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang
diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila batas atas
dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis
inguinalis (jadi bukan merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat
ditentukan berarti benjolan itu merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis
inguinalis), selanjutnya pegang leher benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan
impulse pada tangan yang memegang benjolan itu. 3,4

Finger test dilakukan dengan menggunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai
tangan kiri untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan telapak jari
menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal
maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat
dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis
lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan
pada bagian samping jari. 3,4

3. Auskultasi

Pada auskultasi, terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.

4. Perkusi

Pada perkusi, jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani. 4

Pemeriksaan penunjang

Sebenarnya untuk kasus hernia inguinalis, tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik yang
perlu dilakukan. Cukup dengan benjolan yang terlihat dari pemeriksaan fisik, diagnosa sudah
bisa ditegakkan. Untuk pemeriksaan hernia dapat dilakukan fotopolos abdomen, herniografi,
ultrasonografi teknik, tomografi computer dan kolonoskopi.

4
1. Herniografi

Pada pemeriksaan herniografi, 5080 ml medium kontras iodin positif di masukkan dalam
peritoneal dengan menggunakan jarum yang halus.Pasien berbaring dengan kepala terangkat
dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang
diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada
daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya
fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ketengah dan
dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari
fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.4,5

2. Ultrasonografi teknik

Ultrasonografi Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga femoral.Dengan
tomografi komputer ini mungkin sedikit kasus hernia dapat dideteksi.3

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat jenis bisa
meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik.
Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.6

4. Foto polos abdomen

Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus obstruksi. Sedapat
mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat
distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi.
Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya
tidak tampak. 6

Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid level, distensi
usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon
biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-
kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami
distensi menunjukkan gambaran seperti pigura dari dinding abdomen.Kemampuan
diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan barium kontras ganda.

5
Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa
langsung dilakukan biopsi. 6

Diagnosa

Working Diagnosis

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan,
maka laki-laki berusia 45 tahun ini didiagnosa mengalami penyakit ileus obstruktif et causa
hernia inguinalis incarcerata.

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. 7

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh perlekatan usus, hernia, neoplasma, intususepsi,
volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik,
penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), striktur, fibrokistik, dan hematoma. 7

Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti
peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul
kantong berisikan materi abnormal. Lokasi terjadinya hernia adalah pada skrotum, inguinal,
dinding abdomen, atau diafragma. Ada beberapa istilah hernia salah satunya adalah hernia
incarcerate di mana hernia ini selalu terisi dan tidak dapat lagi dikosongkan. 8

Hernia didefinisikan sebagai suatu penonjolan viskus melalui suatu lubang dalam dinding
kavitas di mana visera tersebut berada. Gambaran penting dari hernia adalah orifisium
ataupun kantung hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari
abdomen dan sakus adalah kantung yang keluar dari peritoneum. Hernia eksterna dikatakan
pada kasus di mana kantung tersebut menonjol secara lengkap melalui dinding abdomen, dan
interna jika sakus terletak di dalam kavitas visceral. 9

6
Differential Diagnosa

1. Hernia inguinalis stranggulata

Hernia stranggulata merupakan hernia yang dapat mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen
di dalamnya karena tidak mendapatkan darah akibat pembuluh darah pemasoknya terjepit.
Nekrosis usus menimbulkan gejala obstruksif klinis. Pada bayi dapat terjadi hernia
umbilicalis. 8

Pada obstruksi sederhana yang terlibat hanya lumen usus, sedangkan pada strangulasi
peredaran darah juga terganggu dan dapat mengakibatkan nekrosis dinding usus.

2. Limfadenopati

Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi
berat dan terlokalisasi. Tanda dan gejalanya seperti demam berkepanjangan dengan suhu
lebih dari 38 oC, sering keringat malam, kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6
bulan, timbul benjolan di bagian leher.

3. Hernia femoralis

Pada hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial terhadap ujung ligamentum.
Pada hernia femoralis, leher hernia terletak di bawah dan lateral terhadap ujung medial
ligamentum inguinale dan tuberkulum pubikum. 10

4. Ileus Paralitik atau Adinamik

Pada pemeriksaan fisik, peristaltik dihambat dari permulaan dan menyebabkan bising usus
negatif. 10

Foto rontgen memberikan hasil herring bone (gambaran seperti duri ikan). 10

Etiologi

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti perlekatan usus atau
adhesi yakni dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus, jaringan parut karena ulkus
yang disebabkan adanya tindakan pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn, hernia

7
incarcerata yang merupakan usus terjepit di dalam pintu hernia, dan neoplasma. Selain itu
obstruksi usus halus dapat pula disebabkan oleh intususepsi, volvulus, benda asing seperti
kumpulan cacingaskariasis, batu empedu yang masuk ke usus mealui fistula kolesis enterik,
penyakit radang usus, striktur, fibrokistik, dan hematoma. 3

Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini ada
tiga penyebab, yaitu; peninggian tekanan intra abdomen yang berulang seperti kelebihan
berat badan, sering mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan,
sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing, adanya
tumor yang mengakibatkan sumbatan usus, batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis,
asthma, emphysema, alergi, kehamilan dan terjadinya ascites. Selain itu, adanya kelemahan
jaringan /otot dan tersedianya kantong sejak dari bayi turut menyebabkan hernia inguinalis. 11

Manifestasi klinik
Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk di senja dan membaik pada
malam hari saat pasien berbaring bersandar. Secara khas, kantung hernia dengan isinya
membesar dan mengirimkan impuls yang dapat terabakan jika pasien mengedan atau batuk.
Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan, karena tidak mungkin meraba suatu hernia
pada saat pasien berbaring.

Hernia inguinalis adalah hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural. Hernia inguinalis
dapat langsung (direk) atau tidak langsung (indirek). Kantung dari hernia inguinalis indirek
berjalan melalui annulus inguinalis profunda, lateral terhadap pembuluh epigastrika inferior,
dan akhirnya kearah skrotum. Kantung dari hernia inguinalis direk menonjol secara langsung
melalui dasar kanalis inguinalis, medial terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang
turun kedalam skrotum. 9

Akibat hernia yang terjadi pada pasien ini, maka dapat menyebabkan obstruksi usus.
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,
maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang
jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. 7

8
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. 7

Patofisiologi

Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot
dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan hernia inguinalis direk atau
hernia inguinalis medialis. Olehkarena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir tidak pernah mengalami inkarserasi danstrangulasi.
Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagiandinding kantong kemih. Hernia
inguinalis lateralis menonjol dari perutdilateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek
karena keluar malalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi
dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya
prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat prosespenurunan testis ke skrotum. 11

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk
mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab
obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit. 11

Pengobatan Medicamentosa

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh lagi. 11

Non Medicamentosa

9
Untuk pengobatan dengan teknik non medicamentosa, hal yang dapat dilakukan adalah
dengan mereposisi, setelah reposisi dilakukan suntikan cairan sklerotik, dan apabila pintu
hernianya masih kecil dan pasien tidak mau melakukan operasi, bisa dengan menggunakan
sabuk hernia. Dalam hal ini, tindakan operasi juga bias dilakukan. 11

1. Reposisi

Reposisi merupakan suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang
lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara
memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya
(leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang lainnya
memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia
inguinalis irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres
dingin, penderita diberi penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur
trendelenburg. Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh
dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari berikutnya. 11

2. Suntikan

Suntikan dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan menyuntikkan cairan sklerotik berupa
alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, menyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis
atau penyempitan,sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum peritonei. 11

3. Sabuk hernia

Sabuk hernia diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang masih kecil dan menolak
dilakukan operasi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. 11

Tindakan operatif

Tindakan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.


Indikasi diadakan operasi dibagi kedalam dua jenis keadaan. Pertama, hernia inguinalis yang
mengalami incarcerate. Kedua, hernia reponibel (isi hernia dapat keluar masuk) pada bayi
dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih dari enam kilogram. 11

10
Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa procain dengan dosis rnaksimum
200cc. Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi berbentuk belah ketupat dan
diberikan kira-kira 60ml xylocain 0,5persen dengan epinefrin. 11

Tahap Operasi pada Hernia

Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi ke
cavum abdominalis.

Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon.

Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan lokus minnoris
resistentiae.

Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel,ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu
besar atau terdiri dan omenturn,organ ekstra peritoneal (hernia geser atau hernia akreta).
Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
richter. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ideal, konsumsi makanan berserat
tinggi, mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda
berat,dan berhenti merokok. 5

11
Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat dan
lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap
penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan
mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus
halus. 4

Kesimpulan

Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ ataupun jaringan melalui daerah yang lemah
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia
dapat terjadi di beberapa tempat, tetapi defek sebagian besar melibatkan dinding abdomen.
Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Laki-laki tersebut menderita ileus
obstruktif et causa hernia inguinalis inkarserata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tanto C, Liwang F, Hanifati S. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. 4 th ed. Jakarta:


Media aesculapius; 2014.h.219-20..
2. Beers, Mark H, Berkow R. In the merck manual of diagnosis and therapy. Ileus.
Section 3, Chapter 25. Whitehouse Station, NJ: Merck Research Laboratories;
2004.p.2.
3. Palanivelu C. Operative manual oflaparoscopic hernia surgery. Ed1. India: GEM
Foundation; 2004.p.39-58.
4. MansjoerA, Suprohaita, Wardhani WK, Setiowulan W. Kapita selektakedokteran. Ed
3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2005.h.313-7.
5. Bickley L.S. Bates Guide to physical examination and history taking. International
edition. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health; 2009.p.30-5.
6. Patel PR. Radiologi. Jakarta: Erlangga;2006.h.121-3.
7. Benson RC, Pernoll ML. Obstetri dan ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC;2009.h.411-2.
8. Tambayoung J. Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2005.h.140-1.
9. Schwartz. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed 6. Jakarta: EGC; 2005.h.509-11.

12
10. Dr. P. Bhatia, Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by stepapproach). 1 st
ed. New Delhi: Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute; 2003.
11. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabistontextbook of surgery the
biological basis of modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2012.p.1114-28.

13

Anda mungkin juga menyukai