Anda di halaman 1dari 27

Referat

HERNIA

Oleh :

Fielzah Intan Miranda

1940312026

Preseptor :

Prof. dr. H Kamardi Thalut, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan.1 Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.4
Hernia ditemukan pada laki-laki sekitar 80-90% dan 10% pada perempuan.1
Kejadian hernia yang paling banyak terjadi adalah hernia abdominalis. Hampir 75%
dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis, terutama hernia inguinalis
lateralis.2 Perbandingan pria dibanding wanita pada hernia indirect adalah 7 banding
1. Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari
kasus tersebut muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.1
Operasi darurat hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua
setelah operasi darurat apendisitis akut. Selain itu, hernia inkarserata merupakan
penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.3 Penatalaksaan di bidang bedah
pun semakin maju seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Tingkat
keberhasilan penatalaksanaan sangatlah bergantung pada ketepatan diagnosis dan
tatalaksana yang ditentukan. Oleh karena itu informasi mengenai diagnosis dan
penatalaksanaan dari hernia akan dijelaskan pada referat ini.
1.2 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang mengacu
kepada beberapa literature.
1.3 Batasan Penulisan
Referat ini membahas tentang anatomi, definisi batu saluran kemih, etiologi,
epidemiologi, faktor resiko, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi,
dan prognosis dari hernia
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dan
diharapkan bisa sebagai sumber bacaan tambahan mengenai hernia.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.4

2.1.2 Epidemiologi
Hernia ditemukan pada laki-laki sekitar 80-90% dan 10% pada perempuan.1
Kejadian hernia yang paling banyak terjadi adalah hernia abdominalis. Hampir 75%
dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis, terutama hernia inguinalis
lateralis.2 Hernia inguinalis lateralis terjadi sekitar 60%, hernia inguinal medialis
terajdi sekitar 15,3%, hernia umbilikalis terajdi sekitar 9,4%, hernia insisional terjadi
sekitar 9,1% dan hernia femoralis terjadi sekitar 3,4%.1 Sebesar 60% hernia terjadi
pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.5

2.1.3 Anatomi

Gambar 1. Lokasi Hernia


Kanalis inguinalis merupakan lintasan oblik yang berada pada dinding
abdomen bawah.6 Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot
transversa abdominis.4Anulus ini berbentuk U dan berada 1,25 cm di atas ligamentum
inguinal, di tengah antara simfisis pubis dan spina iliaka anterior suprior.7 Di medial
bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguninalis
eksternus yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus
abdominis. Anulus ini atapnya adalah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis
dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.5 Anulus ini merupakan celah
berbentuk segitiga yang terletak 1,25 cm di atas tuberkulus pubik.

Gambar 2. Anatomi Kanalis Inguinalis

2.1.4 Klasifikasi
Menurut sifatnya hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk, hernia ini dapat direposisi saat pasien berbaring bila tidak bisa
direposisi kembali ke dalam rongga perut maka disebut dengan hernia ireponibel
yang biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum pada
peritoneum kantong hernia, perlekatan ini disebut dengan hernia akreta. Isi hernia
yang terjepit oleh cincin hernia disebut dengan hernia inkarserata atau straunglata.
Pada hernia ini terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.4
Hernia dapat di klasifikasikan menjadi beberapa bagian, berdasarkan :
1. Abdomen :
a. Groin : Hernia Ingunial dan Femoral.
b. Anterior : Umbilikal, Epigastrik dan Spigelian
c. Pelvic : Obtorator dan Perineal
d. Posterior : Hernia Lumbaris
2. Menurut Kausa
a. Hernia kongenital
b. Hernia traumatika
c. Hernia insisional
3. Menurut isi
a. Hernia divertikulum meckel
b. Hernia bagian dari usus
c. Hernia vesika urinaria
d. Hernia omentum
e. Hernia ovarium
f. Hernia usus

2.1.5 Etiologi dan Patogenesis


Setiap kondisi yang meningkatkan tekanan intra-abdomen, seperti kontraksi
otot yang kuat dapat menyebabkan hernia. Batuk dapat menyebabkan predisposisi
pada anak-anak, ketegangan saat miksi ataupun defekasi dapat memicu hernia pada
orang dewasa.4 Etiologi yang mendasari terjadinya hernia adalah kelainan kongenital
dan didapat. Hernia terajdi karena kombinasi ke-2 faktor penyebab dan saling
mempengaruhi.5

1. Kongenital (Bawaan), kelainan yang sudah ada sejak perkembangan janin,


berupa kelemahan atau defek pada dinding canalis inguinali (cincin kanal).
2. Didapat
a. Umur : kejadian hernia meningkat pada neonatus dan anak-anak, serta
orang tua.
b. Jenis kelamin
c. Kegemukan (obesitas) terutama di usia tua. Obesitas dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen dan meningkatkan
resiko terjadinya sumbatan aliran darah jika isi hernia adalah lemak.
3. Kelemahan umum, seperti astenia dan penyakit menahun.
4. Peningkatan tekanan intra abdomen
a. Batuk kronis
b. Mengedan terlalu kuat.

Gambar 3 : Patogenesis Hernia


2.1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi dari hernia yaitu: adanya benjolan di perut, pusar ataupun
selakangan, benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil, timbul bila menangis,
mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat dan dapat ditemukan rasa nyeri pada
benjolan atau mual muntah bila terjadi komplikasi.6 Pada hernia strangulasi, dimana
aliran darah ke isi hernia terganggu akan timbul rasa tegang, bengkak, panas,
memerah pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan
sakit akan bertambah hebat
2.1.7 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana
lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya,
adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain
yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis.6

Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adanya benjolan atau nyeri. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga benjolan dapat dilihat.6

b. Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.
Untuk menentukan jenis hernianya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan, diantaranya:
• Silk Glove Sign
Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek dua
lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua
permukaan sutera.
• Tes Visibel
Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.
• Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk
hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan
volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri
spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk
melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya
akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis
lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis
maka teraba dorongan pada bagian samping jari. Finger test dilakukan
pada saat posisi pasien berbaring.
c. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum.

d. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis hernia secara spesifik
tidak ada. pemeriksaan USG abdomen dan CT Scan abdomen dapat digunakan,
namun kurang spesifik jika dibandingkan dengan pemeriksaan fisik langsung.

2.2. Hernia Inginalis


2.2.1 Etiologi

Hernia inguinalis memiliki perbandingan 9:1 pada pria, dengan insidens lebih
tinggi terjadi pada usia 40 hingga 59 tahun. Diperkirakan lebih dari ¼ pria dewasa
mengalami hernia inguinalis. Pria yang sudah pernah didiagnosa dengan hiatus hernia
memiliki resiko dua kali lipat lebih tinggi mengalami hernia inguinalis. Pada wanita,
tinggi, batuk kronis, hernia umbilikalis, usia tua dan penduduk pedalaman memiliki
insidens lebih tinggi mengalami hernia inguinalis. Merokok maupun mengkonsumsi
alkohol tidak menunjukkan pengaruh terhadap terjadinya hernia. Beberapa penilitian
menunjukkan bahwa pria yang overweight atau obesitas memiliki resiko lebih rendah
mengalami hernia inguinalis dibandingkan dengan pria dengan berat badan normal.1

2.2.2 Patofisiologi

Pada pria, hernia indirek melalui rute yang sama seperti descending testis
yang bermigrasi dari abdomen kedalam skrotum selama perkembangan organ kemih
dan reproduktif. Ukuran kanal inguinal yang besar serta dalamnya cincin yang
mentransmisikan testis dan mengakomodasi struktur dari korda spermatikus, dapat
menjadi salah satu alasan pria cenderung mengalami hernia inguinal dibandingkan
wanita. Hernia indirek memiliki komponen kongenital yang membutuhkan kantung
hernia potensial seperti prosesus vaginalis. Setelah turunnya testis fetal kedalam
skrotum kedalam retroperitoneum, prosesus vaginalis akan menutup. Jika prosesus
vaginalis tidak menutup, lemak ataupun usus akan masuk kedalam prosesus
vaginalis.2

2.2.3 Gambaran Klinis


Sebagian besar hernia inguinalis asimtomatik dan ditemukan secara tidak
sengaja pada pemeriksaan fisik rutin yaitu teraba benjolan pada annulus inguinalis
superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.3
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa tampak dan teraba tonjolan pada
femoral atau ingunal ketika pasien mengedan, batuk atau mengangkat benda berat,
dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan
yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi
pada anak atau bayi, gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan
kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan terjadi hernia
strangulata. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau
batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak. Cincin hernia dapat diraba, dan berupa
anulus inguinalis yang melebar.1,4
Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi tipe,
penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol oleh
tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat
paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi hernia dikontrol
oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum.5
Gejala yang muncul biasanya nyeri hebat pada selangkangan. Nyeri yang
ditimbulkan merupakan nyeri yang terlokalisasi tepat di bagian terjadinya hernia.
Nyeri dapat diperparah dengan maneuver valsava. Apabila terjadinya nyeri akut pada
daerah selangkangan, kemungkinan telah terjadi hernia strangulasi. Strangulasi
menunjukkan kaku pada dinding abdomen, kemerahan, mual, dan muntah.1 Pasien
juga dapat mengeluhkan rasa berat pada selangkangan. Tertariknya atau robeknya
jaringan disekitar defek hernia dapat menimbulkan gejala seperti terbakar atau sakit
pada daerah selangkangan. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intra-abdominal,
seperti batuk, mengangkat beban dapat menyebabkan organ abdominal terdorong
menuju defek hernia. Sehingga, semakin lama akan menyebabkan hernia semakin
membesar.

2.2.4 Diagnosis
Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar
75% dan 96%.
• Anamnesis6
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-
keluhan, antara lain
o Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya
“Benjolan” dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
o Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di pelipatan
paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
o Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal,
misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat.
Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring
(reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang ketika berbaring
(irreponibilis)
o Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia
o Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata
karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena nekrosis atau
gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi)
o Faktor-faktor predisposisi, antara lain:
§ Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara,
kuli bangunan, dll)
§ Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis,
ascites, atau susah BAB)
§ Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin lemah.
§ Faktor kegemukan (obesitas)
• Pemeriksaan Fisik7,9
o Inspeksi
§ Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi
berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk
melakukan manuver valsava.
§ Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
§ Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis
o Palpasi
§ Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
§ Tentukan konsistensinya
§ Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
§ Kompresable umumnya (+)
§ Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)
o Auskultasi: ditemukan suara bising usus (diatas benjolan)
• Pemeriksaan Khusus8,9
o Zieman’s Test

Penderita dalam keadaan berdiri atau bilamana kantong hernia terisi,


masukkan dulu kedalam kavum abdomen. Untuk memeriksa bagian kanan digunakan
tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita laki-laki
ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus
inguinalis internus ( ± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari
ketiga diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis.
Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari tersebut
diatas. Bila dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari
ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia
femoralis.
o Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan
menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan
menyelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis
kemudian penderita disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan
timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada
samping jari maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

o Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri.
Setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan
pada annulus internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan
hidung atau mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan
berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia
inguinalis lateralis.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal meningkat,
sebagai penyebab timbulnya hernia.9
• Rectal toucher : BPH, stenosis anal, tumor rektal
• Rontgen Thorax : Batuk kronis, asma, tumor paru
• USG Abdomen : Asites, tumor abdomen

2.2.6 Diagnosis Banding

Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat


hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan, batuk dan gerak lain yang disertai
dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain tidak
berhubungan dengan aktifitas demikian.9
• Hidrokel testis
• Limfadenopati
• Abses inguinal
• Varikokel
• Hematom karena trauma
• Lipoma
• Tumor testis
Tabel 1 Perbedaan Hernia Inguinal Lateral, Direk dan Hernia Femoral9
Hernia Inguinal Lateral Hernia Inguinal Direk Hernia Femoral
Usia Semua umur Orang tua Dewasa dan orang tua
Jenis Kelamin Terutama pria Pria dan wanita Terutama wanita
Lokasi Diatas Lig. Inguinal Diatas Lig. Inguinal Dibawah Lig Inguinal
Thumb Test Tidak keluar benjolan Keluar benjolan Keluar benjolan
Finger Test Benjolan pada ujung Tonjolan di sisi jari -
jari
Zieman Test Dorongan pada jari ke- Tonjolan pada jari Dorongan padan jari ke
II ke-III IV

2.2.7 Tatalaksana
• Prinsip Pengobatan Operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus
memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi prostat,
tumor kolon, ascites.10
• Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis
Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong
peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi defek pada fasia
di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati jaringan asli menggunakan
jahitan permanen.
o Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali
isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan
penyebabnya adalah proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak
menutup.11
o Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya
kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen.12
Untuk tindakan bedah ini ada 3 macam:
o Bassini: Menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Funiculus
spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
o Halstedt: Jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus berada
diatas aponeurosis MOE dibawah kulit.
o Fergusson: Conjoint tendon dijahitkan pada lig. Inguinal diatas
funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus eksternus dimana
tempat funiculus keluar menuju skrotum.
Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk menutup atau
memperkuat dinding belakang canalis inguinalis.11
o Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.12

2.2.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia
dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka
lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua
segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritoneum seperti huruf “W”. 4
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur
di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema yang
menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.2

2.3 Hernia Femoralis


2.3.1 Epidemiologi

Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau
strangulasi. Pada keadaan ini, penderita memiliki angka mortalitas sekitar 20%,
bahkan bisa mencapai 60% bila terdapat segmen usus yang mengalami nekrosis.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinal. meskipun kasus hernia femoralis pada pria dan
wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih
sering dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden
hernia inguinalis pada wanita.
2.3.2 Gejala Klinis

Hernia femoralis dapat memberikan gambaran klinis yang bervariasi. Bila


tidak mengalami komplikasi, biasanya muncul sebagai benjolan yang dapat
direduksi pada lipat paha medial di kaudal dari ligamentum inguinale. Bila
benjolan cukup besar, sering meluas ke kranial ligamentum ingunale, sehingga
kadang didiagnosis dengan hernia ingunalis. sebaliknya bila ukurannya cukup
kecil, terutama pada penderita gemuk, benjolan bisa jadi tidak terdeteksi.18

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang
yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
tidak ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk. Hernia femoralis
hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun kantungnya
mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari
kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia femoralis
dengan sangat tepat17

2.3.3 Pemeriksaan fisik17


1. Inspeksi : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
2. Palpasi : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Perkusi : Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi : hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
5. Colok dubur : tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship -
romberg (hernia obtutaratoria).
6. Tanda-tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
7. Pemeriksaan Ziemen Test:
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. Penderita disuruh batuk bila
rangsangan pada:
- Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- Jari ke 3 : Hernia Inguinalis Medialis.
- Jari ke 4 : Hernia Femoralis

Gambar 2. pemeriksaan Ziemen Test

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang17


Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT scan,
maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang “terperangkap” dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium
dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
Pemeriksaan USG pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine
dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna
untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau
penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal.

2.3.5 PENATALAKSANAAN16
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan
yaitu tindakan konservatif dan operatif
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulasilata kecuali pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Jika berhasil
dilakukan operasi hari berikutnya, jika bila tidak berhasil dalam waktu enam
jam dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Cara ini pada anak-anak dapat menimbulkan atrofi testis
karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Pemberian sabuk hernia merupakan kontaindikasi bagi hernia femoralis.7
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
femoral yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang merupakan
kontraindikasi operasi. Operasi terdiri atas herniotomi disusul hernioplastik
dengan tujuan menjepit anulus femoralis.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.16
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.16

Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dpat


dikelompokan dalam tiga tipe ; (1) low approach (pendekatan bawah)
melalui irisan dibawah ligamentum inguinale, meliputi teknisk Bassini
dan Kirschner; (2) high approach (pendekatan atas) melalui irisan di
atas ligamentum inguinale, meliputi teknik oschowitz dan Lotheissen-
McVay; dan (3) preperitoneal approach (pendekatan preperitoneal)
yang meliputi teknik MvEvedy dan Henry.
Pada teknik Bassini, hernioplasti dilakukan dengan menjahitkan
ligamentum inguinale pada fascia pectinia yang menutup musculus
pectineus. Sedangkan pada teknik Kirschner ligamentum inguinale
dijahitkan pada ligamentum Cooper dengan menggunakan teknik
Bassini. Teknik ini tidak dianjurkan bila dicurigai adanya strangulasi
dan hernia inguinalis yang menyertai.
Pada teknik Moschowitz, hernioplati dilakukan dengan
menjahitkan ligamentum inguinale pada ligamentum Cooper
(ligamentum iliopectiniale). Teknik ini biasa digunakan jika sudut yang
terbentuk ligamnetum inguinale dan ligamentum iliopectineale cukup
besar dan jarak kedua struktur tersebut terlalu jauh. Pada Teknik
McVay-Lotheissen dilakukan penjahitan tendon dan arcus aponeurosis
transverses pada ligamentum Cooper. Dengan teknik ini adanya hernia
inguinalis yang menyertai hernia femoralis dapat di operasi pada saat
yang sama.
Teknik McEvedy merupakan varisasi dari pendekatan
preperitoneal, yang pertama kali dideskripsikan oleh Henry dan Chetale.
Dilakukan insisi vertical sepanjang tepi leteral musculus rectus sampai
ruang preperitoneal. variasi irisan yang lainadalah insisi transversal dan
oblik. Anulus femoralis ditutup dengan menjahitkan conjoint tendon
pada ligamentum Cooper. Pada teknik Henry dilakukan insisi median
dari umbilicus sampai symphisis pubis diperdalam sampai ruang
preperitoneal. Hernioplasti dilakukan dengan menjahit iliopubic tract
pada ligamentum Cooper. Bila defek terlalu luas dapat dipasang mesh.
Teknik ini memungkinkan reparasi hernia femoralis kontralateral pada
saat yang sama.
Hernia femoralis dengan orifisium yang kecil pada wanita, hanya
diperbaiki dari bawah ligamentum inguinalis dengan sedikit jahitan atau
disumbat dengan sumbat silindris dari Marlex, karena hernia ini jarang
berkaitan dengan hernia di atas ligamentum inguinalis. Hernia femoralis
yang besar pada wanita dan semua hernia femoralis pada pria,
bagaimanapun juga, diperbaiki dengan perbaikan ligamentum Cooper
McVay-Lotheissen. Hernia femoralis strangulata lebih baik didekati
secara properitoneal, karena ini memberikan jalur langsung ke orifisium
hernia femoralis yang berkonstriksi, usus yang terjebak mudah
dilepaskan dengan insisi traktus iliopubik dan ligamentum lakunaris,
dan tersedia ruang yang luas untuk reseksi usus.16

2.4 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya ileus obstruksi, nekrosis usus,
peritonitis (terutama hernia strangulata) dan sepsis.8
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia
geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan
cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan
transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.6

Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi yang
lebih dalam dapat berdampak dalarn kernunculan kembali hernia. Kandung kemih
dapat luka dengan cara saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan dilakukan
untuk hernia pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis, vasdeferens, pembuluh
darah atau syaraf’ illiohypogastrik, illioinguinal

Komplikasi intra operatif meliputi rnelukai atau pembedahan struktur sperma,


luka vaskular mernproduksi pendarahan, mengganasnya sakit atau pengharnbatan
syaraf-syaraf, luka visceral (biasanya perut atau kandung kemih).

2.5 Prognosis
Prognosis penyakit hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta
kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera
ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan
rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.9
BAB 3

KESIMPULAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.
Diagnosis hernia dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 75% dan 96%.
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu tindakan
konservatif dan operatif. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya ileus obstruksi,
nekrosis usus, peritonitis (terutama hernia strangulata) dan sepsis.
Prognosis penyakit hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta
kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera
ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan
rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mayasari I & Arham A. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis yang Dirawat


Inap di RSU Anutapura Palu Tahun 2012. Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Tadulako. 2012.
2. Ara W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (edisi V). Jakarta:
Interna Publishing.2009.
3. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC,. Ingunalis Lateralis. In: Brunicardi FC,
Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors.
Schwartz’s Principles of Surgery (edisi 9). New York: McGraw-Hill Companies,
20108. Cook T, Protheroe R, Handel J. Tetanus: a review of the literature.
British Journal of Anaesthesia. 2001;87(3):477-87.
4. Kingsnorth AN, Giorgobiani G. Bennert DH. Hernias, umbilicus abd abdominal
wall. Dalam (William NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR, ed) Bailey and Loves:
Short Practice of Surgery ed 25th. 2008. London: Edward Arnold Ltd.
5. Luthfi A, Thalut K. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum dan Omentum
dalam (Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyo TOH, et al) Buku Ajar Ilmu
Bedah edisi 3. Hal 615-41. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
6. Ellis H. The Abdomen an Pelvis. Dalam Clinical Anatomi: A revision and
applied anatomy for clinical student, 11th edition. p 51-64. USA: Blackwell
Publishing Ltd. 2006
7. Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, Anaya DA, Ashley SW, Auerbach PR, et al.
Townsend: Sabiston Textbook of Surgery ed 18th, Chapter 44: Hernias. Elsevier.
2008.
8. Wibisono E, Jeo WS. Hernia dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid I.
Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta: 2014
9. Cameron JL. Terapi Bedah Mutakhir edisi IV. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997

10. Doherty GM dan Way LW. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment,
12th edition. McGraw-Hill. U.S.A
11. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of
Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942
12. Muttaqin A dan Sari K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika.
Jakarta. Indonesia.
13. Mayo Clinic Staff. 2012. Umbilical Hernia. In: Mayo Foundation for Medical
Education and Research 1998-2015. Available on:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/umbilical
hernia/basics/definition/con-20025630
14. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Townsend CM, Beauchamp RD,
Evers BM, Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 19th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2012:chap 46. Available on:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002935.html
15. American College of Surgeon. 2013. Adult Umbilical Hernia Repair
(Reviewer: Strand N., Malangoni M., Heniford B).
16. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2011, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,
Jakarta: EGC. Hal: 523-537
17. Utama, HSY. 2013. Jenis Jenis Hernia Dan Penanganannya (Hernia And
Treatment).http://herrysetyayudha.wordpress.com/tag/herry-setya-yudha-
utama/
18. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.
19. Bailey and Love, 2004, Short Practice of Surgery 25th edition, London:
Euston Road Bret A nicks, Hernias, Medscape reference, 6 Juni 2012.
20. Debas, Haile T, 2004, Gastrointestinal Surgery Phatophysiology and
Management, San Fransisco: University California

Anda mungkin juga menyukai