HERNIA
Oleh :
1940312026
Preseptor :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.4
2.1.2 Epidemiologi
Hernia ditemukan pada laki-laki sekitar 80-90% dan 10% pada perempuan.1
Kejadian hernia yang paling banyak terjadi adalah hernia abdominalis. Hampir 75%
dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis, terutama hernia inguinalis
lateralis.2 Hernia inguinalis lateralis terjadi sekitar 60%, hernia inguinal medialis
terajdi sekitar 15,3%, hernia umbilikalis terajdi sekitar 9,4%, hernia insisional terjadi
sekitar 9,1% dan hernia femoralis terjadi sekitar 3,4%.1 Sebesar 60% hernia terjadi
pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.5
2.1.3 Anatomi
2.1.4 Klasifikasi
Menurut sifatnya hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk, hernia ini dapat direposisi saat pasien berbaring bila tidak bisa
direposisi kembali ke dalam rongga perut maka disebut dengan hernia ireponibel
yang biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum pada
peritoneum kantong hernia, perlekatan ini disebut dengan hernia akreta. Isi hernia
yang terjepit oleh cincin hernia disebut dengan hernia inkarserata atau straunglata.
Pada hernia ini terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.4
Hernia dapat di klasifikasikan menjadi beberapa bagian, berdasarkan :
1. Abdomen :
a. Groin : Hernia Ingunial dan Femoral.
b. Anterior : Umbilikal, Epigastrik dan Spigelian
c. Pelvic : Obtorator dan Perineal
d. Posterior : Hernia Lumbaris
2. Menurut Kausa
a. Hernia kongenital
b. Hernia traumatika
c. Hernia insisional
3. Menurut isi
a. Hernia divertikulum meckel
b. Hernia bagian dari usus
c. Hernia vesika urinaria
d. Hernia omentum
e. Hernia ovarium
f. Hernia usus
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adanya benjolan atau nyeri. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga benjolan dapat dilihat.6
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi.
Untuk menentukan jenis hernianya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan, diantaranya:
• Silk Glove Sign
Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek dua
lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua
permukaan sutera.
• Tes Visibel
Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.
• Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk
hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan
volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri
spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk
melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya
akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis
lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis
maka teraba dorongan pada bagian samping jari. Finger test dilakukan
pada saat posisi pasien berbaring.
c. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum.
d. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis hernia secara spesifik
tidak ada. pemeriksaan USG abdomen dan CT Scan abdomen dapat digunakan,
namun kurang spesifik jika dibandingkan dengan pemeriksaan fisik langsung.
Hernia inguinalis memiliki perbandingan 9:1 pada pria, dengan insidens lebih
tinggi terjadi pada usia 40 hingga 59 tahun. Diperkirakan lebih dari ¼ pria dewasa
mengalami hernia inguinalis. Pria yang sudah pernah didiagnosa dengan hiatus hernia
memiliki resiko dua kali lipat lebih tinggi mengalami hernia inguinalis. Pada wanita,
tinggi, batuk kronis, hernia umbilikalis, usia tua dan penduduk pedalaman memiliki
insidens lebih tinggi mengalami hernia inguinalis. Merokok maupun mengkonsumsi
alkohol tidak menunjukkan pengaruh terhadap terjadinya hernia. Beberapa penilitian
menunjukkan bahwa pria yang overweight atau obesitas memiliki resiko lebih rendah
mengalami hernia inguinalis dibandingkan dengan pria dengan berat badan normal.1
2.2.2 Patofisiologi
Pada pria, hernia indirek melalui rute yang sama seperti descending testis
yang bermigrasi dari abdomen kedalam skrotum selama perkembangan organ kemih
dan reproduktif. Ukuran kanal inguinal yang besar serta dalamnya cincin yang
mentransmisikan testis dan mengakomodasi struktur dari korda spermatikus, dapat
menjadi salah satu alasan pria cenderung mengalami hernia inguinal dibandingkan
wanita. Hernia indirek memiliki komponen kongenital yang membutuhkan kantung
hernia potensial seperti prosesus vaginalis. Setelah turunnya testis fetal kedalam
skrotum kedalam retroperitoneum, prosesus vaginalis akan menutup. Jika prosesus
vaginalis tidak menutup, lemak ataupun usus akan masuk kedalam prosesus
vaginalis.2
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar
75% dan 96%.
• Anamnesis6
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-
keluhan, antara lain
o Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya
“Benjolan” dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
o Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di pelipatan
paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
o Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal,
misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat.
Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring
(reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang ketika berbaring
(irreponibilis)
o Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia
o Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata
karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena nekrosis atau
gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi)
o Faktor-faktor predisposisi, antara lain:
§ Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara,
kuli bangunan, dll)
§ Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis,
ascites, atau susah BAB)
§ Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin lemah.
§ Faktor kegemukan (obesitas)
• Pemeriksaan Fisik7,9
o Inspeksi
§ Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi
berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk
melakukan manuver valsava.
§ Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
§ Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis
o Palpasi
§ Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
§ Tentukan konsistensinya
§ Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
§ Kompresable umumnya (+)
§ Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)
o Auskultasi: ditemukan suara bising usus (diatas benjolan)
• Pemeriksaan Khusus8,9
o Zieman’s Test
o Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri.
Setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan
pada annulus internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan
hidung atau mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan
berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia
inguinalis lateralis.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal meningkat,
sebagai penyebab timbulnya hernia.9
• Rectal toucher : BPH, stenosis anal, tumor rektal
• Rontgen Thorax : Batuk kronis, asma, tumor paru
• USG Abdomen : Asites, tumor abdomen
2.2.7 Tatalaksana
• Prinsip Pengobatan Operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus
memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi prostat,
tumor kolon, ascites.10
• Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis
Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong
peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi defek pada fasia
di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati jaringan asli menggunakan
jahitan permanen.
o Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali
isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan
penyebabnya adalah proses kongenital dimana prossesus vaginalis tidak
menutup.11
o Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya
kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen.12
Untuk tindakan bedah ini ada 3 macam:
o Bassini: Menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Funiculus
spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
o Halstedt: Jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus berada
diatas aponeurosis MOE dibawah kulit.
o Fergusson: Conjoint tendon dijahitkan pada lig. Inguinal diatas
funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus eksternus dimana
tempat funiculus keluar menuju skrotum.
Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk menutup atau
memperkuat dinding belakang canalis inguinalis.11
o Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.12
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia
dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka
lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua
segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritoneum seperti huruf “W”. 4
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur
di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema yang
menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.2
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau
strangulasi. Pada keadaan ini, penderita memiliki angka mortalitas sekitar 20%,
bahkan bisa mencapai 60% bila terdapat segmen usus yang mengalami nekrosis.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinal. meskipun kasus hernia femoralis pada pria dan
wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih
sering dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden
hernia inguinalis pada wanita.
2.3.2 Gejala Klinis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang
yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
tidak ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk. Hernia femoralis
hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun kantungnya
mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari
kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia femoralis
dengan sangat tepat17
2.3.5 PENATALAKSANAAN16
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan
yaitu tindakan konservatif dan operatif
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulasilata kecuali pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Jika berhasil
dilakukan operasi hari berikutnya, jika bila tidak berhasil dalam waktu enam
jam dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Cara ini pada anak-anak dapat menimbulkan atrofi testis
karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Pemberian sabuk hernia merupakan kontaindikasi bagi hernia femoralis.7
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
femoral yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang merupakan
kontraindikasi operasi. Operasi terdiri atas herniotomi disusul hernioplastik
dengan tujuan menjepit anulus femoralis.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.16
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.16
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya ileus obstruksi, nekrosis usus,
peritonitis (terutama hernia strangulata) dan sepsis.8
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia
geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan
cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan
transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.6
Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi yang
lebih dalam dapat berdampak dalarn kernunculan kembali hernia. Kandung kemih
dapat luka dengan cara saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan dilakukan
untuk hernia pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis, vasdeferens, pembuluh
darah atau syaraf’ illiohypogastrik, illioinguinal
2.5 Prognosis
Prognosis penyakit hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta
kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera
ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan
rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.9
BAB 3
KESIMPULAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.
Diagnosis hernia dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 75% dan 96%.
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu tindakan
konservatif dan operatif. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya ileus obstruksi,
nekrosis usus, peritonitis (terutama hernia strangulata) dan sepsis.
Prognosis penyakit hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta
kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera
ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan
rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
10. Doherty GM dan Way LW. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment,
12th edition. McGraw-Hill. U.S.A
11. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of
Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942
12. Muttaqin A dan Sari K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika.
Jakarta. Indonesia.
13. Mayo Clinic Staff. 2012. Umbilical Hernia. In: Mayo Foundation for Medical
Education and Research 1998-2015. Available on:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/umbilical
hernia/basics/definition/con-20025630
14. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Townsend CM, Beauchamp RD,
Evers BM, Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 19th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2012:chap 46. Available on:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002935.html
15. American College of Surgeon. 2013. Adult Umbilical Hernia Repair
(Reviewer: Strand N., Malangoni M., Heniford B).
16. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2011, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,
Jakarta: EGC. Hal: 523-537
17. Utama, HSY. 2013. Jenis Jenis Hernia Dan Penanganannya (Hernia And
Treatment).http://herrysetyayudha.wordpress.com/tag/herry-setya-yudha-
utama/
18. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.
19. Bailey and Love, 2004, Short Practice of Surgery 25th edition, London:
Euston Road Bret A nicks, Hernias, Medscape reference, 6 Juni 2012.
20. Debas, Haile T, 2004, Gastrointestinal Surgery Phatophysiology and
Management, San Fransisco: University California