Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBILIS

No. ID dan Nama Peserta : dr. Ayu Sekarani D.P


No. ID dan Nama Wahana : RSD Madani
Topik : Medik
Tanggal Kasus : 5 Mei 2016
Nama Pasien : Ny. Y No. RM : 004468
Tanggal Presentasi : - Pembimbing : dr. Deciana
Tempat presentasi : -
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Tinjauan pustaka
Penyegaran
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Bumil
Lansia
Deskripsi : wanita, 41 tahun datang ke UGD Madani dengan keluhan benjolan di
lipatan paha kiri.
Tujuan : Mengetahui pemeriksaan, diagnostik, dan tatalaksana
Bahan bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi & E-mail Pos
diskusi

Data Pasien Nama : Ny. Y Umur : 41 tahun No. Registrasi :


Alamat : Ds. Gontarono 004468
1. Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan di lipatan paha kiri
Pasien datang ke poli bedah RSD Madani dengan keluhan timbul benjolan di lipat paha
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Benjolan dirasa nyeri sejak 4 hari terakhir. Benjolan
awalnya timbul sejak 1 minggu yang lalu, benjolan sewarna dengan kulit, ukuran
sebesar telur puyuh, hilang timbul, muncul pada saat pasien sedang sedang
beraktivitas, mengejan atau berdiri lama dan hilang pada saat pasien sedang
beristirahat, duduk atau berbaring. Namun 1 minggu ini pasien merasakan ukuran
benjolan mencapai sebesar telur ayam namun masih dapat didorong masuk dan
kadang disertai nyeri yang dirasakan penderita jika benjolan akan turun. Mual Muntah
tidak ada, riwayat demam tidak ada, riwayat batuk-batuk lama tidak ada, riwayat trauma
pada perut tidak ada, BAB dan BAK biasa.
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Tidak ada
3. Riwayat Pengobatan: Belum pernah berobat sebelumnya
4. Riwayat keluarga :
- Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama

5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga yang beraktivitas sehari-hari meliputi
memasak, mencuci, berkebun,dkk.
5. Pemeriksaan Fisik:
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : E4V5M6
Tanda vital
o Tekanan darah : 150/90 mmHg
o Nadi : 96 x/menit
o Respirasi : 22 x/menit
o Suhu badan : 37,80C
Kepala : konj. anemis (-), scl. ikterik (-), pupil bulat isokor 3
mm, refleks cahaya (+) normal
Paru paru
o Inspeksi : Pergerakan pernapasan simetris kiri = kanan
o Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor kiri = kanan
o Auskultasi : suara pernapasan kiri = kanan
Jantung
o Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus cordis teraba di MCL ICS V Sinistra
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : rounded
o Palpasi : soefl, nyeri tekan (-)
o Perkusi : timpani, pekak hepar ada
o Auskultasi : bising usus (+) normal
Tulang belakang : tidak ada kelainan
Ekstremitas : superior et inferior tidak ada kelainan
Neurologi : refleks fisiologi (+), refleks patologis (-)

Status Lokalis
R/ Inguinal : Inspeksi : terdapat benjolan di Regio inguinal sinistra
Palpasi : bentuk lonjong, ukuran 6 x 5 cm, hiperemis (-)
permukaan rata, konsistensi kenyal, fluktuasi (-), nyeri tekan
(+), reposisi (+).
Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Finger Test. Teraba impuls diujung jari berarti hernia inguinalis
lateralis.

Pemeriksaan Ziemen Test. teraba benjolan di jari ke 3 : hernia inguinalis


lateralis.

Pemeriksaan Thumb Test. tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis


lateralis.

8. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Hemoglobin : 13.9 g/dl
Leukosit : 9.500/mm3
Eritrosit : 3,89 x 106/mm3
Hematokrit : 42,9%
MCV : 95,4 fl
MCH : 30,0 pg
MCHV : 32,4 g/dl
Trombosit : 334.000
Granulosit : 59,7 %
Limfosit : 25,9 %
Monosit : 6,4 %

ASESSMENT
Diagnosis kerja : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilitis
Diagnosis komorbid : -
PLANNING
PDx: Thorax AP, EKG, PT/APTT, GDS (persiapan operasi)
PTx :
Konsultasi ke spesialis bedah
Advise dr. Made, Sp.B :
- Rencana operasi Herniotomy Hernioraphy (10 Januari 2016)
- IVFD RL 20 tpm
- iv Ketorolac 3% 1 amp / 8 jam
- Persiapan pre Op : konsul anastesi

Daftar Pustaka
1. R. Sjamsuhidrajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedoktern
Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.
3. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency Surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006
Hasil Pembelajaran
1. Definisi Pneumonia
2. Diagnosa Pneumonia
3. Penatalaksanaan Pneumonia
4. Komplikasi Pneumonia

HASIL PEMBELAJARAN

SUBJEKTIF

Keluhan subjektif yang umumnya dikeluhkan oleh pasien dengan Hernia Inguinalis
Lateralis adalah
Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bersin,
berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila masih reponibel)
Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical sewaktu
segmen usus halus masuk ke kantong hernia
Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi

Pada kasus ini keluhan yang muncul pada pasien adalah Pasien datang ke poli bedah
RSD Madani dengan keluhan timbul benjolan di lipat paha kiri sejak 1 minggu yang lalu.
Benjolan dirasa nyeri sejak 4 hari terakhir. Benjolan awalnya timbul sejak 1 minggu
yang lalu, benjolan sewarna dengan kulit, ukuran sebesar telur puyuh, hilang timbul,
muncul pada saat pasien sedang sedang beraktivitas, mengejan atau berdiri lama dan
hilang pada saat pasien sedang beristirahat, duduk atau berbaring. Namun 1 minggu
ini pasien merasakan ukuran benjolan mencapai sebesar telur ayam namun masih
dapat didorong masuk dan kadang disertai nyeri yang dirasakan penderita jika benjolan
akan turun. Mual Muntah tidak ada, riwayat demam tidak ada, riwayat batuk-batuk lama
tidak ada, riwayat trauma pada perut tidak ada, BAB dan BAK biasa.

OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis Hernia
Inguinalis Lateralis adalah :

a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5,
dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal,
penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis
lateralis, bila impuls disamping jari hernia inguinalis medialis. 4

Pemeriksaan Ziemen test posisi


berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu, hernia kanan
diperiksa dengan tangan kanan,
penderita disuruh batuk bila
rangsangan pada jari ke-2 hernia
ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia
femoralis.4

Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan


dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan,
bila keluar benjolan berarti hernia inguinalis
medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia
inguinalis lateralis.4
Pemeriksaan penunjang
Leukosit > 10.000 18.000/mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari
suatu massa yang teraba di inguinal.
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.

Pada kasus ini hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan
adalah :
Status Lokalis
R/ Inguinal : Inspeksi : terdapat benjolan di Regio inguinal sinistra
Palpasi : bentuk lonjong, ukuran 6 x 5 cm, hiperemis (-)
permukaan rata, konsistensi kenyal, fluktuasi (-), nyeri tekan
(+), reposisi (+).
Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Finger Test. Teraba impuls diujung jari berarti hernia inguinalis
lateralis.

Pemeriksaan Ziemen Test. teraba benjolan di jari ke 3 : hernia inguinalis


lateralis.

Pemeriksaan Thumb Test. tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis


lateralis.

ASSESSMENT
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. 1
Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi 3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya, terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera
dilakukan untuk menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia
yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis,
hernia umbilikalis, dan hernia skrotalis.
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia
inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga
lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat
perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan
intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat
sembelit, dll).
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui
kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha. Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior
oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari
dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel
atau elevantiasis skrotum.

Pada kasus ini berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien didiagnosis sebagai Hernia Inguinalis Lateralis Reponibilitis

PLANNING
Penatalaksaan definitive pada kasus ini adalah melalui operasi. Operasi
elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti
inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy:
membuka dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding
posterior abdomen kanalis ingunalis.
Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari
m.creamester secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia
dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong.
Pada anak-anak cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan
herniorrhapy.
Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable
mesh dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat
bermacam-macam tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik
operasi liechtenstein dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka
rekurensi yang rendah.

Pada kasus ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah :


- Rencana operasi Herniotomy Hernioraphy (7 Mei 2016)
- IVFD RL 20 tpm
- iv Ketorolac 3% 1 amp / 8 jam
- Persiapan pre Op : konsul anastesi

Palu, 12 Agustus 2016

Peserta, Pembimbing,

Dr. Ayu Sekarani D.P Dr. Deciana Sri Dewayanti

Anda mungkin juga menyukai