Anda di halaman 1dari 31

HERNIA INGUINALIS DEXTRA

 
 
 
 
 
 
 Pembimbing :
dr. Putri Fathiyah, Sp.B
 
Disusun oleh :
Jessy Afria Wulan D
(16174270)
 
 
PENDAHULUAN

Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa


ditemukan dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan
dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat strangulasi
(ireponibel disertai gangguan pasase) dan Inkarserasi
(ireponibel disertai gangguan vascularisasi). Inkarserasi
merupakan penyebab obstruksiusus nomor satu dan
tindakan operasi darurat nomor dua setelah apendicitis akut
di Indonesia. Angka kejadian hernia inguinalis
(medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak
daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai
persentase sekitar 75- 80 % dari seluruh jenis hernia, hernia
insisional 10 %, hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3
%, dan hernia lainnya sekitar 3 %. Secara umum, kejadian
hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki
daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia
inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan
ANATOMI
KLASIFIKASI

Berdasarkan Berdasarkan klinis Berdasarkan arah


terjadinya - Hernia hernia
reponibilis - Hernia eksterna
- Hernia kongenital - Hernia -Hernia interna
- Hernia akuisita irreponibilis
-Hernia
strangulata
-Hernia
inkarserata
DEFINISI

 Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering


kita temui. Menurut patogenesisnya hernia ini dibagi
menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan
hernia inguinalis medialis (HIM). Ada juga yang
membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia
inguinalis indirek.
KLASIFIKASI

Hernia
• Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari
semua hernia inguinalis. Kantong hernia inguinalis
direk menonjol langsung ke anterior melalui

inguinalis
inding posterior kanalis inguinais medial terhadap
arteria, dan vena epigastrika inferior

direk

Hernia
• Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia
inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang

inguinalis
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis,
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus
inguinalis ekternus.
indirek
ETIOLOGI
 Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran
yang normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan
terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal,
akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.
Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus,
kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa
hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia
didaerah tersebut. Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup.
Namun karena daerah tersebut ialah titik lemah, maka pada
keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis.
PATOFISIOLOGI
 
 Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong
anulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau karena yang didapat faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki- laki dari
pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada Anulus Internus yang cukup besar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut
dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis, kelemahan dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
inguinalis.
Manifestasi klinis

 Benjolan di lipatan paha


 Riwayat batuk lama
 Nyeri perut
 Mual
 Muntah
DIAGNOSA

Anamesa

Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik penunjang
• Abses dingin yang berasal dari spondilitis ABSES DINGIN
torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis
• kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan LIPOMA
jaringan lemak preperitoneal pada hernia femoralis.
• Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal
umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, LIMFADENITIS
perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat
umbilikus.
DIAGNOSA BANDING
PENATALAKSANAAN

 KONSERVATIF
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.

 OPERATIF
Pengobatan operatif merupakan satu satunya
pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang
terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
KOMPLIKASI

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini
terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau
hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula
terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga
terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia
terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi
PROGNOSIS

 Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi


dengan baik. Angka kekambuhan setelah pembedahan
kurang dari 3%.
LAPORAN KASUS
 IDENTITAS PENDERITA

 Nama : Tn.E
 Umur : 46 tahun
 Jenis Kelamin : laki-laki

 Alamat : kaway XVI


 Pekerjaan : wiraswasta
 No RM : 36-86-24
 Agama : Islam
 Suku bangsa : Aceh

 Tanggal MRS : 07 maret 2018

 
 ANAMNESIS
 

 Keluhan Utama : Keluar benjolan di lipatan paha kanan


 

 Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan di lipatan paha
kanan, keluhan dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu.
Benjolan tersebut awalnya kecil. Jika pasien batuk, berdiri dan
mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat
masuk lagi. Benjolan tersebut tidak pernah nyeri dan tidak
pernah merah. Sejak 5 hari yang lalu benjolan tidak dapat
dimasukkan lagi. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak
pernah menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena
konsistensi yang keras. BAB biasanya 2 hari sekali.Pasien tidak
merasa mual dan muntah.
LANJUTAN...
 Riwavat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal
mempunyai riwayat batuk lama, DM, tumor/kanker.
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.

 Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang


menderita penyakit yang sama seperti pasien.
 
 Riwayat Pengobatan : -

 Riwayat Sosial : pasien bekerja sebagai seorang kuli


bangunan dan sering mengangkat beban berat.
 PEMERIKSAAN FISIK

 KU : Sedang
 Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign
 TD : 120/80 mmhg
 HR : 88x/i
 RR : 20 x/menit
 Tº : 36,4ºC
 Status generalis
 
 Kepala
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Hidung: tidak ada secret/bau/perdarahan

 Telinga: tidak ada secret/bau/perdarahan

 Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.

 Leher : dalam batas normal

 
 Thoraks

 Jantung

 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV MCLS

 Perkusi: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra

 Auskultasi : BJ1 BJ2 reguler

 
 Pulmo
 Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi
 Palpasi : Fremitus teraba normal

 Perkusi: Sonor

 Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-

 
 Abdomen

 Inspeksi : flat
 Palpasi : soepel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan

 Perkusi: tympani

 Auskultasi : bising usus (+) normal

 

 Ekstremitas

 Akral hangat : (+/+)

 Oedem : (-/-)

 
Status Lokalis
 
 Regio inguinalis dextra
 
 Inspeksi: terdapat benjolan di bawah lig.inguinale,
diameter 8 cm x 4 cm, permukaan rata, warna sesuai
warna kulit, tidak kemerahan.
 Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak
jelas, tidak dapat
 dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri.

 Auskultasi : bising usus (+)


 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hasil Laboratorium (7 MARET 2018)

 Hematologi

 Hb : 12,2 gr/dl (13,4-17,7 gr/dL)


 Leukosit : 18,0 x 10
 Hematokrit : 34% (38-42%)
 Trombosit : 371 x 10
 KGDS : 109 mg/dl
 
 Faal Ginjal

 Kreatinin : 1,4 mg/dL (0,6-1,3mg/dl)


 Urea/ureum : 139 (10-50 mg/dl)
 As. Urat : 8,2 (3,4-7 mg/dl)
DIAGNOSA KERJA

Hernia inguinalis
dextra
 PENATALAKSANAAN

 IVFD RL 20gtt/i
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam

 Inj. Ranitidine 1a/12jam

 Inj. Ketorolac 1a/12 jam

 Rencana operasi
 S : benjolan didaerah selangkangan, nyeri perut
O

 ku : baik

 Kes : cm

 TD : 120/90

 HR : 82x/i

 RR : 20x/i

 T : 37,00C

 A : Hernia Inguinalis Dx

 

 P : ivfd rl 20gtt/i

 Inj. Ceftriaxone
 Inj. Ranitidine
 Inj. Ketorolac
 Rencana op
 S : nyeri dibagian post op
 O

 ku : baik

 Kes : cm

 TD : 120/90

 HR : 82x/i

 RR : 20x/i

 T : 37,00C

 A : Post hernioraphy H-1

  

 P : ivfd rl 20gtt/i

 Inj. Ceftriaxone
 Inj. Ranitidine
 Inj. Ketorolac
 S : nyeri dibagian post op
O

 ku : baik

 Kes : cm

 TD : 120/90

 HR : 82x/i

 RR : 20x/i

 T : 37,00C

 A : Post hernioraphy H-2

 

 P : ivfd rl 20gtt/i

 Inj. Ceftriaxone
 Inj. Ranitidine
 Inj. Ketorolac
 S : nyeri dibagian post op berkurang
O

 ku : baik

 Kes : cm

 TD : 120/90

 HR : 82x/i

 RR : 20x/i

 T : 37,00C

 A : Post hernioraphy H-5

 

 P : PBJ

 Cefixime 2x1
 Ranitidine 2x1
 Asam mefenamat 3x1
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai