Anda di halaman 1dari 72

REFLEKSI KASUS

Hernia Inguinalis Lateralis


Dextra

ANNISA MUWAFFAQ
N 111 21 110

Pembimbing :

dr. I Made Wirka,Sp. B


DEFINISI

Hernia inguinalis adalah penonjolan


isi rongga abdomen melalui defek
atau bagian lemah dari dinding
abdomen bagian bawah (inguinal)
dan masih dilapisi peritoneum
EPIDEMIOL
OGI
• Diperkirakan bahwa 5% dari populasi akan mengalami hernia
dinding perut, tetapi prevalensi mungkin lebih tinggi.
• Pria 25 kali lebih mungkin untuk mengalami hernia inguinalis dari
pada wanita.
• Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang paling umum, terlepas
dari gender.
• Pada pria, hernia indirek mendominasi atas hernia direk pada rasio
2:1
Etiologi

Kongenital :
Terjadi sejak lahir karena tidak menutupnya processus vaginalis
pada saat penurunan testis, dengan manifestasi Hernia Inguinalis
Lateralis.

Akuisita :
Terjadi akibat kelemahan dinding bawah abdomen karena tekanan
intra-abdominal

Kelemahan otot dinding perut akibat usia


Anatomi
Canalis
inguinalis
Klasifikasi
Menurut arahnya :
1. Hernia Eksterna (tampak dari luar)
a) Hernia Inguinalis Lateralis
b) Hernia Inguinalis Medialis
c) Hernia Femoralis
d) Hernia Umbilikalis
e) Hernia Epigastrika
f) Hernia insisional
2. Hernia Interna (tidak tampak dari luar)
a)Hernia Obturatoria
b)Hernia Diafragmatika
c)Hernia foramen winslowi

Hernia inguinal menurut sifatnya :


• Hernia Reponibilis
• Hernia Irreponibilis
Hernia Inguinalis Lateralis

Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosessus vaginalis peritoneum
sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.

“Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk


lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat.”
Hernia inguinalis Medialis

Hernia ingunalis direk hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian


tekanan intraabdominal kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada lelaki tua. Hernia ini hampir tidak pernah mengalami
inkarserasi atau strangulasi
Hernia Inguinalis Medialis
Hernia Reponibilis
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus
Hernia Ireponibilis
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia tanpa
adanya gangguan pasase atau vaskularisasi
ANAMNESIS

1. Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya


“benjolan” di lipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
2. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya. Benjolan timbul
pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal, misalnya
mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat.
3. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus
masuk kedalam kantong hernia.
4. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit) atau strangulasi karena
nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan vaskularisasi).
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi HIL : Jika pasien mengejan benjolan timbul di lipat paha berbentuk
lonjong yang berjalan
HIM : Benjolan berbentuk bulat

Palpasi  Teraba massa, fluktuasi (+), batas tegas


 Palpasi teraba usus, omentum
 Pada anak-anak teraba silk sign -> processus vaginalis persisten
Tes Transilumination

Hernia tereposisi, penderita diminta untuk mengedan.


• HIL : Benjolan keluar dari kraniolateral ke kaudomedial, keluar lambat
(berbentuk lonjong)
• HIM : Benjolan keluar langsung pada daerah medial (berbentuk bulat)
• Hernia Femoralis : Benjolan keluar di bawah ligamentum inguinalis pada fossa
ovalis, keluar lambat.
Tes Zieman

Jari telunjuk di annulus internus, jari tengah di annulus eksternus,


jari manis di fossa ovalis (1 cm di atas ligamentum inguinal)
• HIL : Dorongan pada jari telunjuk
• HIM : Dorongan pada jari tengah
• Hernia Femoralis : Dorongan pada jari manis 
Finger Test

Jari telunjuk atau kelingking skrotum di invaginasikan


menyelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis
inguinalis kemudian penderita disuruh batuk/mengejan.
• HIL : teraba pada ujung jari
• HIM : teraba pada samping
Thumb Test

Benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari


menekan annulus internus. Pasien disuruh mengejan/batuk.
• HIL : Benjolan tidak keluar
• HIM : Benjolan keluar
USG
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat
paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan
testis

Pemeriksaan Ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia


inkarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu
massa yang teraba di inguinal.

Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi


supine dan posisi berdiri dengan manuver valsava dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifitas diagnosis mendekati 90%.
TATALAKSANA
1. Konservatif

Untuk mengurangi hernia inguinal,


tempatkan pasien dalam posisi
Trendelenburg 20º (posisi ini
memungkinkan gravitasi untuk
membantu menarik kembali
jaringan hernia ke dalam perut atau
panggul) → dilakukan pada pasien.
2. Operatif

Open Hernia Repair

Teknik operasi
1. Teknik bassini
2. Teknik shouldice
3. Teknik Mcvay
4. Teknik lichenstein-Tension free
Teknik operasi : posisi

Pasien dalam posisi supine dan dilakukan


anastesi umum, spinal anastesi atau anastesi
lokal
Teknik operasi : Insisi

• Dilakukan insisi oblique 2 cm medial


sias sampai tuberkulum pubikum
• Insisi diperdalam bertahap menembus
subkutan, fascia scarpa dan lemak
subkutan sampai serat dari aponeurosis
M. External oblique teridentifikasi
• Aponeurosis MOE dibuka
secara tajam
• Identifikasi cincin inguinal
superficial
• Hati-hati N.ilioinguinal dan
N.iliohypogastrik
• Bebaskan korda spermatika, pisahkan
mentraksi menggunakan NGT/penunjang
lainnya
• Jike hernia inguinalis lateralis → buka
kantong secara tajam (berada di
anteromedial), identifikasi isi kantong
• Pisahkan struktur-struktur penting (m.
Kremaster, vas deferens dan pembuluh darah),
jauhkan dari kantong hernia
• Lindungi struktur-struktur penting tadi dengan
klem Allis
• Angkat kantong hernia
• Identifikasi bridge (antara kantong distal dan proximal)
• Dengan bantuan 2 pinset chirurgis , gunting kantong hernia
Eksplorasi isi kantong: ada usus atau tidak (pada
perempuan: ada ovarium atau tidak)
• Jauhkan struktur-struktur kord sampai anulus
internus
• Kembalikan isi kantong ke dalam
rongga peritonium
• Ikat dan potong kantong tersebut
• Jangan memotong kantung
distal
• Lepaskan klem Allis,
kembalikan struktur ke
inguinal kanal
• Tutup luka operasi lapis
demi lapis
Teknik Bassini
Teknik MCvay
Teknik Shouldice
Teknik Lichtenstein (tension-free)
Laparoskopi

Operasi laparoskopi untuk hernia inguinalis dilakukan secara


intraperitoneal atau di ruang preperitoneal. Ahli bedah harus
memahami anatomi penting dari area operasi di bawah
pandangan laparoskopi sebelum mereka mulai melakukan
prosedur ini, jika tidak maka harus berhati-hati melakukan
laparoskopi jika tidak akan sangat berisiko menyebabkan
komplikasi seperti perdarahan, kerusakan saraf.
KOMPLIKAS
I
Dapat terjadi hernia inkarserata, jepitan cincin hernia
menyebabkan gangguan pasase isi usus, dengan gambaran
obstruksi usus, dan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa.

Klinis: muntah-muntah, tidak dapat flatus ataupun defekasi, nyeri


pada penonjolan dan pada perabaan didapatkan suatu cincin yang
keras/ kaku -> Klinis pasien saat datang ke RS
KOMPLIKA
SI Hernia Strangulata, jepitan cincin mengakibatkan gangguan perfusi
jaringan sehingga timbul bendungan vena yang mengakibatkan hernia makin
terjepit karena oedem. Semakin lama, jepitan semakin bertambah, peredaran
darah terganggu, isi hernia menjadi nekrosis dan timbul keadaan toksik
akibat gangren

Klinis: penderita gelisah, suhu tubuh tinggi, nyeri menetap di suatu tempat (di
penonjolan), penderita cepat masuk dalam keadaan syok. Apabila isi hernia
strangulata terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel maupun peritonitis (jika terjadi hubungan
dengan rongga perut) yang dapat mengakibatkan pasien meninggal
PROGNOSI
S
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia
serta kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik
jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang
dari 3%.
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. C
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Status : Sudah Menikah
Alamat : Pantoloan
No. RM : 01-06-05-99
Tanggal Masuk RS : 17 Februari 2023
Tanggal Pemeriksaan : 19 Februari 2023
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pada kedua kantung pelir  
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan benjolan pada kedua kantung pelir
namun lebih menonjol pada sebelah kanan. Keluhan dirasakan hilang timbul dan sejak
seminggu lalu benjolan terasa menetap. Pasien juga mengatakan merasakan nyeri saat
mengedan dan batuk. Keluhan lain seperti demam (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK
biasa
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan sudah pernah mengalami hal serupa dan
riwayat post operasi HIL sinistra 10 tahun yang lalu dan operasi HIL
dextra 1 tahun lalu di RS Anutapura. Riwayat penyakit DM (-),
Hipertensi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama


dialami pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien merupakan seorang PNS.


Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Status kesadaran : E4V5M6
• Keadaan jiwa : baik
• Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7°C
Sp : 98 %
VAS : 4-5
Kepala :Normocephal
Mata :Konjugtiva Anameis -/-, Sklera Ikterik -/-
Leher :Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-),
Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Telinga :Tidak Ada Secret/ Bau/Perdarahan
Mulut :Bibir Tidak Sianosis, Tidak Ada Pigmentasi,
Mukosa Tidak Pucat
Pem. Thorax
Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi -/-

Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor +/+

Auskultasi : Vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-


Pem. Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak


Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba
:
Perkusi
Batas jantung atas SC II parasternal sinistra
Batas jantung bawah SIC IV midclavicula sinistra
Batas jantung kanan SIC IV parasternal dextra

Auskultasi : BJ I/II murni reguler.


Pem. Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung, terdapat bekas operasi di regio


inguinalis dextra dan sinistra
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+) regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Status Lokalis

Regio : Inguinal sinistra


Inspeksi :tampak benjolan pada scrotum dextra berbentuk lonjong dengan
ukuran +/- 7 cm, warna sama dengan kulit sekitar.
Palpasi :teraba hangat, konsistensi kenyal, permukaan licin, nyeri
tekan(-), tidak dapat direposisi
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (25/05/2022)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 13.9 g/dl 14-18
Leukosit 11,6 x 103/uL 4.0-11.0
Eritrosit 4.55 x 106/uL 4.1-5.1
Hematokrit 40.4 % 36-47
Trombosit 251 x 103/uL 150-450
Ureum 24 mg/dl < 50
Kreatinin 0,98 mg/dl 0.6-1.1
SGOT 20 U/L < 45
SGPT 29 U/L < 35
GDS 129 mg/dl 70-200
Elektrolit (25/05/2022)

Indikator Hasil Nilai Rujukan


Na 141 mmol/l 136-146
K 4.2 mmol/l 3.5-5.0
Cl 95 mmol/l 95-106
Albumin 4.0 g/dl 3.4-4.8
USG INGUINAL (24/12/2021)
Hasil USG Inguinal :
• Tampak canalis inguinalis kanan terbuka dengan defek +/- 2.15 cm disertai
herniasi loop-loop usus hingga ke scrotum melalui defek tersebut
• Tampak canalis inguinalis kiri terbuka dengan defek +/- 1.91 cm disertai
herniasi cairan melalui defek tersebut

Kesan :
Hernia inguinalis bilateral
RESUME
Pasien laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan benjolan pada kedua
kantung pelir namun lebih menonjol pada sebelah kanan. Keluhan dirasakan
hilang timbul dan sejak seminggu lalu benjolan terasa menetap. Pasien juga
mengatakan merasakan nyeri saat mengedan dan batuk. Keluhan lain seperti
demam (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK biasa. Pasien mengatakan
sudah pernah mengalami hal serupa dan riwayat post operasi HIL sinistra 10
tahun yang lalu dan operasi HIL dextra 1 tahun lalu di RS Anutapura. Riwayat
penyakit DM (-), Hipertensi (-).
Pada pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 68 x/menit,
respirasi 20x/menit dan suhu 36,7 C. Pada pemeriksaan abdomen inspeksi
tampak cembung dan terdapat bekas operasi di regio inguinalis dextra dan
sinistra, auskultasi peristaltik (+) kesan normal, perkusi timpani (+), palpasi nyeri
tekan (-). Pada pemeriksaan regio inguinalis dextra, inspeksi tampak benjolan
lonjong pada scrotum dextra dengan ukuran +/- 7cm, palpasi : teraba benjolan
pada scrotum dengan konsistensi kenyal, permukaan licin, teraba hangat, nyeri
tekan (-), tidak dapat direposisi, auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus.
Pada pemeriksaan USG Inguinal didapatkan hasil Tampak canalis inguinalis
kanan terbuka dengan defek +/- 2.15 cm disertai herniasi loop-loop usus hingga
ke scrotum melalui defek tersebut dan Tampak canalis inguinalis kiri terbuka
dengan defek +/- 1.91 cm disertai herniasi cairan melalui defek tersebut. Kesan
Hernia inguinalis bilateral.
Diagnosis Kerja
Recurrent Hernia Inguinalis
Lateralis Dextra
Penatalaksanaan
Tindakan pembedahan: Post-op :
Laparoscopi Hernia - IVFD RL 18 tpm

- Anbacim 1gr/12jam/iv
Penatalaksanaan Non-Operatif
- Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
Pre-op:
- Omeprazole 40 mg/12 jam/iv
IVFD RL 18 tpm
- Asam traneksamat 250 mg/8 jam/iv
Anbacim 1gr/12 jam/iv
- Diet cair
Omeprazole 40 mg/ 12 jam/iv - Minum 1-2 sdm/ jam
 
- Mobilisasi
Diagnosis post operasi
Recurrent Hernia Inguinalis Lateral
Dextra
Gambaran klinis
DOKUMENTASI
FOLLOW
UP
FOLLOW
UP
FOLLOW
UP
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan aloanamnesis dari pasien
langsung, serta dari pemeriksaan fisik yang dilakukan. Berdasarkan teori, benjolan
yang keluar dan tidak dapat dimasukkan kembali adalah termasuk dalam klasifikasi
hernia inguinalis dextra ireponibilis, hernia inguinalis lateralis dextra ireponibilis
adalah jika isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke rongga abdomen akibat
adanya perlengketan dengan usus dan biasanya akan disertai dengan keluhan nyeri.
Pada hernia inguinalis lateralis dextra ireponibilis benjolan akan selalu ada dan
tidak akan menghilang walaupun dalam posisi berbaring. Setelah dihubungkan
dengan teori bahwa anamnesis yang didapatkan mengarah ke hernia inguinalis
lateralis ireponibilis.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya benjolan pada scrotum sebelah
kanan dan berwarna sama seperti kulit disekitarnya. Dari palpasi didapatkan bahwa
terdapat nyeri tekan dan suhu lebih hangat dibanding daerah yang lainnya. Dan
pada pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi bising usus positif kesan normal.
Pada Thumb test tidak di dapatkan benjolan yang keluar sesuai dengan teori Penderita
dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah benjolan dimasukkan kedalam
rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus internus. Penderita disuruh mengejan atau
meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu
mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis
lateralis.
Pada pasien ini dilakukan tindakan laparaskopi hernioraphy untuk mengatasi keluhan
pasien, hal ini sudah sesuai dengan teori. Tindakan laparoskopi dilakukan dengan
menggunakan alat berbentuk tabung yang dinamakan laparaskop. Alat ini dimasukkan ke
dalam sayatan kecil yang dibuat di dinding perut. Operasi hernioraphy yang dilakukan
hernioplasti. Hernioplasti adalah tindakan bedah untuk mencegah terjadinya munculnya
kembali dengan cara memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinais. Pada pasien ini telah dilakukan hernioplasti. Teknik hernioplasti
yang digunakan pada pasien ini adalah laparoskopi dengan pendekatan transabdomibal
preperitoneal (TAPP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam.
Terapi post operasi yang diberikan pada kasus ini ialah infus Ringer Lactat
kolf 500cc 18 tetes per menit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang,
Anbacim 1gr/24jam/IV sebagai antibacterial, Asam tranexamat 0.5gr/8jam/IV
sebagai anti perdarahan, Ketorolac 30mg/8jam/IV untuk mengatasi nyeri,
Omeprazole 40mg/12jam/IV. Pasien dianjurkan untuk menjalani mobilisasi
miring kanan dan kiri. 6 jam pasca operasi pasien di perbolehkan minum air/susu
dan mobilisasi duduk. 24 jam pasca operasi pasien diperbolehkan jalan-jalan.
Pasien diizinkan untuk rawat jalan pada hari ke-3 post operasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai