PALU
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Mengetahui
DAFTAR ISI
2
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................3
A. PENDAHULUAN............................................................................................4
C. POSISI KANGURU.........................................................................................9
G. TANDA BAHAYA.....................................................................................14
J. KESIMPULAN...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
3
DAFTAR GAMBAR
4
A. PENDAHULUAN
Setiap tahun, 30 juta bayi lahir dalam kondisi berisiko di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO), kondisi ini mencakup kelahiran
prematur, bayi kecil untuk usia kehamilan (KMK) atau risiko jatuh sakit, risiko
kematian, dan kecacatan. Prematuritas adalah kelahiran yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu dan dianggap sebagai bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) bila lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Sebagian besar kematian
bayi masih terjadi pada periode neonatus. Pada tahun 2017 sebanyak 2,5 juta
kematian diperkirakan terjadi pada 28 hari pertama kehidupan. Sekitar 80% di
antaranya adalah bayi BBLR, sedangkan dua pertiga dari mereka adalah bayi
prematur (Narciso et al., 2022).
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar setiap
bayi diberikan air susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk
bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Data WHO
memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) setiap tahunnya
yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun
perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir
rendah merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN). Dari
sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari
seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan ke-8
berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun menurut data WHO. Prevalensi
BBLR di Indonesia berkisar antara 2% hingga 17,2% dan menyumbang AKN
(IDAI, 2013).
Bayi dengan berat lahir rendah yang lahir prematur, kecil untuk usia
kehamilan mereka, atau keduanya merupakan sekitar 15% dari semua neonatus di
seluruh dunia tetapi merupakan 70% dari semua kematian neonatus. Oleh karena
itu, penurunan angka kematian di antara bayi-bayi ini, terutama mereka yang lahir
di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia dan Afrika sub-
Sahara, merupakan kunci pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menurunkan angka kematian neonatal ke
tingkat setidaknya serendah-rendahnya. sebagai 12 kematian per 1000 kelahiran
5
hidup di semua negara pada tahun 2030 (WHO Immediate KMC Study Group,
2021)
Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin
contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga
meningkatkan lama dan pemberian ASI (IDAI, 2013). “Perawatan ibu kanguru,”
yang didefinisikan sebagai kontak kulit-ke-kulit terus menerus antara bayi dengan
dada ibu (atau pengasuh lain jika tidak memungkinkan dengan ibu) dan menyusui
secara eksklusif dengan ASI, adalah salah satu intervensi yang paling efektif
untuk mencegah kematian pada bayi dengan berat badan lahir rendah (WHO
Immediate KMC Study Group, 2021)
Mengurangi kematian neonatus menjadi 12 atau kurang per 1.000
kelahiran hidup dan menyediakan metode kangaroo mother care (KMC) atau
perawatan manusiawi lainnya hingga setidaknya 75% bayi yang memenuhi syarat
adalah salah satu tujuan dari Every Newborn Action Plan yang diluncurkan oleh
United Nations International Children's Emergency FundUNICEF). Sejak ada
metode untuk mencegah kematian bayi dalam perawatan neonatus konvensional
yang melibatkan biaya tinggi yang membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan dukungan logistik permanen, KMC adalah alternatif yang efektif
dan aman untuk bayi yang stabil secara klinis, 2 terutama di negara berkembang
di mana 12% adalah bayi prematur dan 60%, terjadi di negara-negara Asia Selatan
dan Afrika (Narciso et al., 2022).
Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini merekomendasikan
untuk memulai sesi kanguru mother care yang singkat dan intermiten ketika
kondisi bayi mulai stabil dan kangaroo mother care yang berkelanjutan ketika
kondisi bayi telah stabil. Dalam percobaan multisenter ini, inisiasi perawatan ibu
kanguru berkelanjutan segera setelah lahir pada bayi dengan berat lahir antara 1,0
dan 1,799 kg meningkatkan kelangsungan hidup neonatal sebesar 25%
dibandingkan dengan perawatan ibu kanguru yang dimulai setelah stabilisasi,
6
pendekatan yang saat ini direkomendasikan. Karena ibu dan bayi berada dalam
kontak dekat sejak lahir, bayi lebih mungkin dijajah oleh mikrobioma pelindung
ibu dan lebih mungkin untuk menerima menyusui dini. Penanganan bayi oleh
orang lain juga lebih sedikit, sehingga mengurangi risiko infeksi. Pemantauan
bayi secara konstan oleh ibu, pemantauan kadar glukosa bayi yang lebih sering,
dan tidak adanya stres terkait pemisahan ibu-bayi mungkin juga berkontribusi
pada penurunan angka kematian. risiko kematian lebih rendah pada bayi yang
menerima lebih banyak jam kontak kulit per hari (WHO Immediate KMC Study
Group, 2021)
7
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan
menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan
(menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat
menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan
ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi (IDAI, 2013).
Manfaat fisiologis PMK, seperti peningkatan parameter fisiologis, seperti
peningkatan saturasi oksigen dan suhu, peningkatan berat badan, pengurangan
respons nyeri, pengurangan sepsis, pengurangan episode apnea, dan pengurangan
hipotermia. Studi juga menunjukkan peningkatan angka pemberian ASI eksklusif
yang merpakan salah satu pilar PMK (Narciso et al., 2022).
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit
(skin-to-skin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap
ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga
menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition,
kangaroo support and kangaroo discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan
bayi pada posisi tegak di dada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa busana.
Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi sehingga
terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan
dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan
atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di
bawah kuping bayi (IDAI, 2013).
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap
terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi.
Kanguru nutrisi merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan
pemberian ASI secara langsung maupun dengan pemberian ASI perah. Kangaroo
support merupakan bentuk bantuan secara fisik maupun emosi, baik dari tenaga
kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya.
Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan PMK
8
sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK
bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi
tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas untuk
perawatan BBLR sangat terbatas (IDAI, 2013).
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil,
dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan
untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan
utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan
menggunakan pipa lambung. Dengan melakukan PMK, pemberian ASI dapat
lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI (IDAI, 2013).
Ketika bayi sudah dapat makan dengan baik serta memiliki suhu tubuh yang
stabil pada posisi PMK dan berat badannya meingkat maka ibu dan bayi dapat
pulang ke rumah. Bayi yang dipulangkan masih dalam kondisi prematur maka
sebaiknya dilakukan follow up oleh tenaga profesional (WHO, 2003).
C. POSISI KANGURU
Letakkan bayi di antara payudara ibu pada posisi tegak, dada bertemu
dada. Amankan bayi dengan gendongan, arahkan kepala bayi pada satu sisi
dengan posisi sedikit ekstensi. Bagian atas gendongan berada di bawah telinga
bayi. Posisi kepala yang sedikit ekstensi memungkinkan jalan nafas terbuka dan
terjadi kontakmata antar bayiyi dan ibu. Hinndari terjadinya fleksi ke depan dan
9
hiperekstensi kepala. Panggul berada pada posisi fleksi dan ekstensi dalam posisi
“katak”, lengan dalam posisi fleksi (WHO, 2003).
Gendongan tidak boleh longgar agar bayi tidak keluar. Pastikan bagian
yang ketat berada di atas dada bayi dan bagian abdomen tidak ketat dan berada
pada posisi epigastrium ibu. Dengan cara ini bayiakan memiliki ruang yang cukup
untuk pernapasan perut. Pernapasan ibu akan menstimulasi pernapasan bayi.
Ibu juga dapat melakukan PMK pada bayi kembar dengan meletakkan setiap bayi
pada satu sisi dadanya (WHO, 2003).
10
Gambar 2. Posisi Berbaring Saat PMK (WHO, 2003)
Ibu dapat berbaring saat PMK dengan posisi bersandar atau setengah
terlentang sekitar 15 derajat dari horizontal. Hal ini dapat dilakukan dengan
tempat tidur yang dapat diatur atau dengan menggunakan beberapa bantal pada
tempat tidur yang biasa. Dapat juga dilakukan tidur dalam posisi lateral dengan
tempat tidur yang diatur semi terlentang (WHO, 2003).
11
beratnya sudah 2500 gram. Pada periode tersebut bayi harus selalu di beri PMK
(WHO, 2003).
12
2. Pernapasan dan Keadaan Umum : Tingkat respirasi pada bayi BBLR
dan prematur berkisar antara 30dan 60 kali per menit, dan pernapasan
dapat disela dengan apnea. Jika interval menjadi terlalu panjang (20 detik
atau lebih) dan bibir serta wajah bayi menjadi biru secara spontan
(sianosis), pulsasi lemah (bradikardia), tidak tampak pernapasan spontan,
maka kemungkinan dapat terjadi kerusakan otak. Semakin kecil atau
semakin prematur bayi maka semakin lama dan semakin sering apnoea
terjadi. Ketika sudah semakin besar maka nafas menjadi teratur dan
apnoea menjadi jarang. Stimulasi pada apnoea dapat dilakukan dengan
menggosok secara halus bagian elakang kep ala dan menggoyang bayi
hingga bayi mulai bernafas kembali. Jika bayi tidak kembali bernafas
maka segera hubungi pihak kesehatan (WHO, 2003).
13
Gambar 4. Memindahkan Bayi ke Dalam dan Luar Gendongan (WHO, 2003)
G. TANDA BAHAYA
Ketika bayi sudah pulih dari komplikasi akibat lahir prematur, stabil, dan
sudah menerima PMK terdapat resiko penyakit serius yang kecil tetapi signifikan.
Adapaun tanda bahaya yang harus di waspadai oelh ibu yaitu :
Kesulitan bernapas, retraksi dada, merintih
Nafas sangat cepat atau lambat
Apnoea yang sering atau memanjang
Bayi terasa dingin : suhu tubuh dibawah nilai normal
Kesulitan makan : bayi tidak bangun untuk makan, berhenti makan, atau
muntah
Kejang
Diare
Kulit kuning
(WHO, 2003)
14
H. MANFAAT PERAWATAN METODE KANGURU
Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara
bermakna jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi
berat lahir rendah dari kedinginan (hipotermia), menstabilkan bayi, mengurangi
terjadinya infeksi, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu dan
bayi (IDAI, 2013).
15
kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada kelompok PMK
dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam
tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial
pada usia koreksi 41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,25 - 0,93). Manfaat lainnya
dengan berkurangnya infeksi pada bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat
sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit
(IDAI, 2013).
16
telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah memberikan ASI tanpa
harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya (IDAI, 2013).
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi
yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode
kanguru juga meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi
secara bermakna. Posisi bayi yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk
memberikan ASI secara langsung kepada bayinya. Selain itu, rangsangan dari
sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan lebih sering
memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi (IDAI, 2013).
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi
langsung ke payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah
menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan selang (orogastric tube).
Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan diteruskan di
rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu (IDAI, 2013).
17
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 - 32 minggu, pemberian minum
biasanya masih memerlukan penggunaan pipa orogastrik. Ibu dapat memberikan
ASI perah secara teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi
menghisap dengan membiarkan jari tangan ibu yang bersih berada dalam mulut
bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik. Selain itu, dapat dicoba
pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari terlebih dulu
(IDAI, 2013).
Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi
kanguru. Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan
dengan mengeluarkan bayi dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga
kehangatannya. Setelah pemberian ASI perah selesai dilakukan, bayi dapat
diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila memungkinkan, dapat dicoba
pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung ke dalam mulut
bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan bayi
dalam posisi kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi
siap dan membuka mulut dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan
bayi mencium dan menjilat puting susu dan membuka mulutnya, tunggu sampai ia
menelan ASI. Kegiatan ini dapat diulangi kembali (IDAI, 2013).
18
Gambar 6. Pemberian ASI Melalui Pipa Orogastrik Saat PMK (WHO, 2003)
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia
akan berhenti saat menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi
karena bayi kecil mudah lelah, menghisap agak lemah pada awalnya, dan
memerlukan waktu istirahat yang agak lama setelah menghisap. Ibu dianjurkan
untuk tidak menarik bayi dari puting susunya terlalu cepat. Biarkan bayi
menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila sudah siap.
Umumnya bayi kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada
awalnya, mungkin bayi tidak bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan
terlebih dahulu agar ia mau minum (IDAI, 2013).
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih,
umumnya sudah dapat menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa
terlebih dahulu refleks hisap bayi, bila perlu, sesekali selingi pemberian ASI perah
menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap dalam posisi dan pelekatan
yang benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan lancar.
19
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:
Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus
Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu
Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya
Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu
(IDAI, 2013).
Pada bayi yang diberi makan menggunakan tabung orogastrik maka bayi
dapat menghisap payudara atau jari ibu sambil diberi maka (WHO, 2003).
20
J. KESIMPULAN
Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-
to-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan
bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI,
sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI, menghindari sepsis dan
meningkatkan tanda-tanda vital bayi (IDAI, 2013; Narciso et al., 2022).
21
K. LEAFLET HEALTH EDUCATION
22
23
L. DOKUMENTASI HEALTH EDUCATION
24
DAFTAR PUSTAKA
WHO Immediate KMC Study Group. 2021. Immediate “kangaroo mother care”
and survival of infants with low birth weight. New England Journal of
Medicine. 384(21):2028-2038.
25