Anda di halaman 1dari 25

Health Education Oktober 2022

“PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)”

Nama : Indira Putri

No. Stambuk : N 111 21 074

Pembimbing : dr. Suldiah, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Indira Putri

Stambuk : N 111 21 074

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Judul : Perawatan Metode Kanguru

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Undata Palu

Program Studi Profesi Dokter

Fakulas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Oktober 2022

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. Suldiah, Sp. A Indira Putri

DAFTAR ISI

2
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................3

A. PENDAHULUAN............................................................................................4

B. PERAWATAN METODE KANGURU...........................................................7

C. POSISI KANGURU.........................................................................................9

D. PANJANG DAN DURASI PMK...................................................................11

E. PEMANTAUAN KONDISI BAYI................................................................12

F. MEMINDAHKAN BAYI KE DALAM DAN LUAR GENDONGAN.......13

G. TANDA BAHAYA.....................................................................................14

H. MANFAAT PERAWATAN METODE KANGURU................................15

1. Manfaat PMK dalam menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN)......15

2. Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi...................................................15

3. Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi


16

4. Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI.............16

I. PERSIAPAN PEMBERIAN ASI PADA PMK.............................................17

J. KESIMPULAN...............................................................................................21

K. LEAFLET HEALTH EDUCATION..........................................................22

L. DOKUMENTASI HEALTH EDUCATION..................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi PMK...........................................................................................10

Gambar 2. Posisi Berbaring Saat PMK..................................................................11

Gambar 3. PMK Oleh Ayah...................................................................................12

Gambar 4. Memindahkan Bayi ke Dalam dan Luar Gendongan...........................14

Gambar 5. Pemberian ASI Pada Posisi PMK........................................................18

Gambar 6. Pemberian ASI Melalui Pipa Orogastrik Saat PMK............................19

4
A. PENDAHULUAN
Setiap tahun, 30 juta bayi lahir dalam kondisi berisiko di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO), kondisi ini mencakup kelahiran
prematur, bayi kecil untuk usia kehamilan (KMK) atau risiko jatuh sakit, risiko
kematian, dan kecacatan. Prematuritas adalah kelahiran yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu dan dianggap sebagai bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) bila lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Sebagian besar kematian
bayi masih terjadi pada periode neonatus. Pada tahun 2017 sebanyak 2,5 juta
kematian diperkirakan terjadi pada 28 hari pertama kehidupan. Sekitar 80% di
antaranya adalah bayi BBLR, sedangkan dua pertiga dari mereka adalah bayi
prematur (Narciso et al., 2022).
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar setiap
bayi diberikan air susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk
bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Data WHO
memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) setiap tahunnya
yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun
perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir
rendah merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN). Dari
sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari
seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan ke-8
berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun menurut data WHO. Prevalensi
BBLR di Indonesia berkisar antara 2% hingga 17,2% dan menyumbang AKN
(IDAI, 2013).
Bayi dengan berat lahir rendah yang lahir prematur, kecil untuk usia
kehamilan mereka, atau keduanya merupakan sekitar 15% dari semua neonatus di
seluruh dunia tetapi merupakan 70% dari semua kematian neonatus. Oleh karena
itu, penurunan angka kematian di antara bayi-bayi ini, terutama mereka yang lahir
di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia dan Afrika sub-
Sahara, merupakan kunci pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menurunkan angka kematian neonatal ke
tingkat setidaknya serendah-rendahnya. sebagai 12 kematian per 1000 kelahiran

5
hidup di semua negara pada tahun 2030 (WHO Immediate KMC Study Group,
2021)
Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin
contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga
meningkatkan lama dan pemberian ASI (IDAI, 2013). “Perawatan ibu kanguru,”
yang didefinisikan sebagai kontak kulit-ke-kulit terus menerus antara bayi dengan
dada ibu (atau pengasuh lain jika tidak memungkinkan dengan ibu) dan menyusui
secara eksklusif dengan ASI, adalah salah satu intervensi yang paling efektif
untuk mencegah kematian pada bayi dengan berat badan lahir rendah (WHO
Immediate KMC Study Group, 2021)
Mengurangi kematian neonatus menjadi 12 atau kurang per 1.000
kelahiran hidup dan menyediakan metode kangaroo mother care (KMC) atau
perawatan manusiawi lainnya hingga setidaknya 75% bayi yang memenuhi syarat
adalah salah satu tujuan dari Every Newborn Action Plan yang diluncurkan oleh
United Nations International Children's Emergency FundUNICEF). Sejak ada
metode untuk mencegah kematian bayi dalam perawatan neonatus konvensional
yang melibatkan biaya tinggi yang membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan dukungan logistik permanen, KMC adalah alternatif yang efektif
dan aman untuk bayi yang stabil secara klinis, 2 terutama di negara berkembang
di mana 12% adalah bayi prematur dan 60%, terjadi di negara-negara Asia Selatan
dan Afrika (Narciso et al., 2022).
Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini merekomendasikan
untuk memulai sesi kanguru mother care yang singkat dan intermiten ketika
kondisi bayi mulai stabil dan kangaroo mother care yang berkelanjutan ketika
kondisi bayi telah stabil. Dalam percobaan multisenter ini, inisiasi perawatan ibu
kanguru berkelanjutan segera setelah lahir pada bayi dengan berat lahir antara 1,0
dan 1,799 kg meningkatkan kelangsungan hidup neonatal sebesar 25%
dibandingkan dengan perawatan ibu kanguru yang dimulai setelah stabilisasi,

6
pendekatan yang saat ini direkomendasikan. Karena ibu dan bayi berada dalam
kontak dekat sejak lahir, bayi lebih mungkin dijajah oleh mikrobioma pelindung
ibu dan lebih mungkin untuk menerima menyusui dini. Penanganan bayi oleh
orang lain juga lebih sedikit, sehingga mengurangi risiko infeksi. Pemantauan
bayi secara konstan oleh ibu, pemantauan kadar glukosa bayi yang lebih sering,
dan tidak adanya stres terkait pemisahan ibu-bayi mungkin juga berkontribusi
pada penurunan angka kematian. risiko kematian lebih rendah pada bayi yang
menerima lebih banyak jam kontak kulit per hari (WHO Immediate KMC Study
Group, 2021)

B. PERAWATAN METODE KANGURU


Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray
dan Martinez di Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif
perawatan BBLR ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas
kesehatan yang ada. Metode ini meniru binatang berkantung kanguru yang
bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di kantung
perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan berupa
air susu induknya (IDAI, 2013).
Perawatan Metode Kangguru (PMK) bertujuan untuk mempromosikan
pelepasan dini BBLR, prematur, atau bayi SGA. Itu disusun sebagai usulan untuk
mengatasi kepadatan penduduk, kekurangan peralatan, ketidakhadiran atau
ketidaksiapan profesional, dan tingkat infeksi silang yang tinggi. PMK adalah
sistem perawatan standar dan protokol untuk BBLR dan / atau bayi prematur saat
lahir, berdasarkan kontak kulit-ke-kulit antara bayi dan ibu. Ini berusaha untuk
memberdayakan ibu dan keluarga, secara bertahap mentransfer kemampuan dan
tanggung jawab menjadi pengasuh utama bayi mereka, memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional mereka. Selain kontak kulit, komponen lainnya adalah ASI
eksklusif (idealnya), dimulai di rumah sakit dan berlanjut di rumah, pemulangan
dini, membangun dukungan sosial, dan tindak lanjut (Narciso et al., 2022).
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti
incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain:

7
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan
menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan
(menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat
menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan
ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi (IDAI, 2013).
Manfaat fisiologis PMK, seperti peningkatan parameter fisiologis, seperti
peningkatan saturasi oksigen dan suhu, peningkatan berat badan, pengurangan
respons nyeri, pengurangan sepsis, pengurangan episode apnea, dan pengurangan
hipotermia. Studi juga menunjukkan peningkatan angka pemberian ASI eksklusif
yang merpakan salah satu pilar PMK (Narciso et al., 2022).
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit
(skin-to-skin contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap
ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga
menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition,
kangaroo support and kangaroo discharge. Posisi kanguru adalah menempatkan
bayi pada posisi tegak di dada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa busana.
Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi sehingga
terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan
dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan
atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di
bawah kuping bayi (IDAI, 2013).
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap
terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi.
Kanguru nutrisi merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan
pemberian ASI secara langsung maupun dengan pemberian ASI perah. Kangaroo
support merupakan bentuk bantuan secara fisik maupun emosi, baik dari tenaga
kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya.
Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan PMK

8
sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK
bahkan melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi
tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas untuk
perawatan BBLR sangat terbatas (IDAI, 2013).

Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:


1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan
perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin
memerlukan bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan
sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih
berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu
jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK
intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu
(IDAI, 2013).

2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil,
dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan
untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan
utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan
menggunakan pipa lambung. Dengan melakukan PMK, pemberian ASI dapat
lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI (IDAI, 2013).
Ketika bayi sudah dapat makan dengan baik serta memiliki suhu tubuh yang
stabil pada posisi PMK dan berat badannya meingkat maka ibu dan bayi dapat
pulang ke rumah. Bayi yang dipulangkan masih dalam kondisi prematur maka
sebaiknya dilakukan follow up oleh tenaga profesional (WHO, 2003).

C. POSISI KANGURU
Letakkan bayi di antara payudara ibu pada posisi tegak, dada bertemu
dada. Amankan bayi dengan gendongan, arahkan kepala bayi pada satu sisi
dengan posisi sedikit ekstensi. Bagian atas gendongan berada di bawah telinga
bayi. Posisi kepala yang sedikit ekstensi memungkinkan jalan nafas terbuka dan
terjadi kontakmata antar bayiyi dan ibu. Hinndari terjadinya fleksi ke depan dan

9
hiperekstensi kepala. Panggul berada pada posisi fleksi dan ekstensi dalam posisi
“katak”, lengan dalam posisi fleksi (WHO, 2003).
Gendongan tidak boleh longgar agar bayi tidak keluar. Pastikan bagian
yang ketat berada di atas dada bayi dan bagian abdomen tidak ketat dan berada
pada posisi epigastrium ibu. Dengan cara ini bayiakan memiliki ruang yang cukup
untuk pernapasan perut. Pernapasan ibu akan menstimulasi pernapasan bayi.
Ibu juga dapat melakukan PMK pada bayi kembar dengan meletakkan setiap bayi
pada satu sisi dadanya (WHO, 2003).

Gambar 1. Posisi PMK (WHO, 2003)

Mandi setiap hari tidak diperlukan dan direkomendasikan. Jika memang


perlu untuk mandi maka harus dilakukan dengan cepat dan menggunakan air
dengan suhu 37oC. Bayi harus segera dikeringkan, di berikan pakaian hangat dan
kembali diletakkan pada posisi PMK secepat mungkin (WHO, 2003).

10
Gambar 2. Posisi Berbaring Saat PMK (WHO, 2003)

Ibu dapat berbaring saat PMK dengan posisi bersandar atau setengah
terlentang sekitar 15 derajat dari horizontal. Hal ini dapat dilakukan dengan
tempat tidur yang dapat diatur atau dengan menggunakan beberapa bantal pada
tempat tidur yang biasa. Dapat juga dilakukan tidur dalam posisi lateral dengan
tempat tidur yang diatur semi terlentang (WHO, 2003).

D. PANJANG DAN DURASI PMK


Kontak skin-to-skin harus dilakukan secara bertingkat, dengan transisi
yang lembut dari perawatan konvensional hingga PMK kontinus. Sesi yang
dilakukan kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan
stres pada bayi. Panjang kontak skin-to-skin meningkat secara gradual menjadi
kontinu, siang dan malam, di interupsi hanya jika mengganti popok. Ketika ibu
harus jauh dari bayi maka bayi dapat diletakkan pada ranjang bayi yang hangat,
diberi selimut hangat, atau dieletakkan dibawah alat penghangat jika tersedia.
Selama periode tersebut anggota keluarga atau teman dekat dapat membantu
menggendong bayi pada posisi kanguru (WHO, 2003).
Ketika ibu dan bayi sudah nyaman maka skin-to-skin contact dilanjutkan
selama mungkin, awalnya di tempat perawatan dan dilanjutkan di rumah. Hal
tersebut dilakukan sampai bayi mencapai usia gestasi sekitar 40 minggu atau

11
beratnya sudah 2500 gram. Pada periode tersebut bayi harus selalu di beri PMK
(WHO, 2003).

Gambar 3. PMK Oleh Ayah (WHO, 2003)

E. PEMANTAUAN KONDISI BAYI


1. Suhu : Ketika memulai PMK, mengukur suhu aksi dilakukan setiap 6 jam
hingga stabil selama 3 hari berturut-turut, kemudian di ukur dua kali
sehari. Jika suhu tubuh di bawah 36,5oC segera hangatkan kembali bayi :
tutupi dengan selimut dan pastikan ibu berada di tempat yang hangat. Ukur
suhu tubuh satu jam kemudian dan lanjutkan penghangatan hingga
mencapai suhu tubuh normal. Cari penyebab hipotermia pada bayi. Jika
tidak ada penyebab yang jelas dan suhu tubuh tidak dapat tetap stabil atau
suhu bayi tidak kembali normal dalam 3 jam maka kemungkinan terjadi
infeksi bakteri (WHO, 2003).

12
2. Pernapasan dan Keadaan Umum : Tingkat respirasi pada bayi BBLR
dan prematur berkisar antara 30dan 60 kali per menit, dan pernapasan
dapat disela dengan apnea. Jika interval menjadi terlalu panjang (20 detik
atau lebih) dan bibir serta wajah bayi menjadi biru secara spontan
(sianosis), pulsasi lemah (bradikardia), tidak tampak pernapasan spontan,
maka kemungkinan dapat terjadi kerusakan otak. Semakin kecil atau
semakin prematur bayi maka semakin lama dan semakin sering apnoea
terjadi. Ketika sudah semakin besar maka nafas menjadi teratur dan
apnoea menjadi jarang. Stimulasi pada apnoea dapat dilakukan dengan
menggosok secara halus bagian elakang kep ala dan menggoyang bayi
hingga bayi mulai bernafas kembali. Jika bayi tidak kembali bernafas
maka segera hubungi pihak kesehatan (WHO, 2003).

F. MEMINDAHKAN BAYI KE DALAM DAN LUAR


GENDONGAN
1. Memegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher dan
punggung
2. Memberikan dukungan pada bagian bawah rahang bayi menggunakan ibu
jari dan jari untuk mencegah kepala bayi terjatuh dan menghalangi jalan
nafas bayi pada saat posisi tegak
3. Meletakkan tangan yang lainnya dibawah pantat bayi
(WHO, 2003)

13
Gambar 4. Memindahkan Bayi ke Dalam dan Luar Gendongan (WHO, 2003)

G. TANDA BAHAYA
Ketika bayi sudah pulih dari komplikasi akibat lahir prematur, stabil, dan
sudah menerima PMK terdapat resiko penyakit serius yang kecil tetapi signifikan.
Adapaun tanda bahaya yang harus di waspadai oelh ibu yaitu :
 Kesulitan bernapas, retraksi dada, merintih
 Nafas sangat cepat atau lambat
 Apnoea yang sering atau memanjang
 Bayi terasa dingin : suhu tubuh dibawah nilai normal
 Kesulitan makan : bayi tidak bangun untuk makan, berhenti makan, atau
muntah
 Kejang
 Diare
 Kulit kuning
(WHO, 2003)

14
H. MANFAAT PERAWATAN METODE KANGURU
Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara
bermakna jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi
berat lahir rendah dari kedinginan (hipotermia), menstabilkan bayi, mengurangi
terjadinya infeksi, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu dan
bayi (IDAI, 2013).

1. Manfaat PMK dalam menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN)


Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara
acak yang membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan
inkubator). Data Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang
dilakukan PMK lebih sedikit dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator.
Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan jumlah bayi yang meninggal pada
kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok non PMK sebesar 38%
(p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK bermanfaat dalam
mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam beberapa
manfaat PMK lain di bawah ini (IDAI, 2013).
Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung
bayi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu,
laju pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat
dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu
sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Penelitian oleh Yanuarso di RSCM
memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode kanguru, BBLR akan lebih
cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK (120 menit
vs. 180 menit) (IDAI, 2013).

2. Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi


Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam
mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi
terpapar oleh kuman komensal yang ada pada tubuh ibunya sehingga ia memiliki

15
kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada kelompok PMK
dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam
tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial
pada usia koreksi 41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,25 - 0,93). Manfaat lainnya
dengan berkurangnya infeksi pada bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat
sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit
(IDAI, 2013).

3. Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan


bayi
Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan
dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan,
panjang badan dan lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara
bermakna dibandingkan BBLR yang mendapat perawatan dengan metode
konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan BBLR dapat
mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikan berat badan yang
mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa BBLR
yang dilakukan PMK memiliki nilai perkembangan yang lebih baik secara
bermakna dibandingkan BBLR dengan metode konvensional (IDAI, 2013).

4. Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI


Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan
pemberian ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah
diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan karena bayi dengan PMK, terlebih pada PMK
kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu, menempel dan terjadi kontak kulit
ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia inginkan. Selain itu, ibu dapat
dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti adanya
gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya
gerakan bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan
menyusu bayinya dengan memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi dan
menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila

16
telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah memberikan ASI tanpa
harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya (IDAI, 2013).
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi
yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode
kanguru juga meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi
secara bermakna. Posisi bayi yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk
memberikan ASI secara langsung kepada bayinya. Selain itu, rangsangan dari
sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan lebih sering
memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi (IDAI, 2013).
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi
langsung ke payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah
menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan selang (orogastric tube).
Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan diteruskan di
rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu (IDAI, 2013).

I. PERSIAPAN PEMBERIAN ASI PADA PMK


Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk
mendapat minum melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus
terlebih dahulu. Bayi dapat dirawat dalam inkubator. Segera setelah bayi
menunjukkan tanda kesiapan menyusu yang ditandai dengan menggerakkan lidah
dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap jari atau kulit ibu), maka
bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai PMK
intermiten. Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam
posisi kontak kulit ke kulit. Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI
sebelum memulai menyusui untuk melunakkan daerah puting susu dan
memudahkan bayi untuk menempel. Walaupun bayi PMK umumnya BBLR atau
prematur dimana bayi belum dapat menghisap dengan baik danlama, tetaplah
menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui terlebih dulu, bila tidak berhasil
dapat menggunakan metode minum yang lain (IDAI, 2013).

17
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 - 32 minggu, pemberian minum
biasanya masih memerlukan penggunaan pipa orogastrik. Ibu dapat memberikan
ASI perah secara teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi
menghisap dengan membiarkan jari tangan ibu yang bersih berada dalam mulut
bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik. Selain itu, dapat dicoba
pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari terlebih dulu
(IDAI, 2013).

Gambar 5. Pemberian ASI Pada Posisi PMK (WHO, 2003)

Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi
kanguru. Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan
dengan mengeluarkan bayi dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga
kehangatannya. Setelah pemberian ASI perah selesai dilakukan, bayi dapat
diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila memungkinkan, dapat dicoba
pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung ke dalam mulut
bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan bayi
dalam posisi kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi
siap dan membuka mulut dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan
bayi mencium dan menjilat puting susu dan membuka mulutnya, tunggu sampai ia
menelan ASI. Kegiatan ini dapat diulangi kembali (IDAI, 2013).

18
Gambar 6. Pemberian ASI Melalui Pipa Orogastrik Saat PMK (WHO, 2003)

Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia
akan berhenti saat menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi
karena bayi kecil mudah lelah, menghisap agak lemah pada awalnya, dan
memerlukan waktu istirahat yang agak lama setelah menghisap. Ibu dianjurkan
untuk tidak menarik bayi dari puting susunya terlalu cepat. Biarkan bayi
menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila sudah siap.
Umumnya bayi kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada
awalnya, mungkin bayi tidak bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan
terlebih dahulu agar ia mau minum (IDAI, 2013).
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih,
umumnya sudah dapat menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa
terlebih dahulu refleks hisap bayi, bila perlu, sesekali selingi pemberian ASI perah
menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap dalam posisi dan pelekatan
yang benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan lancar.

19
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:
 Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus
 Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu
 Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya
 Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu

2. Cara melekatkan bayi:


 Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi
 Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya
 Segerah arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi

3. Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:


 Dagu bayi menempel ke dada ibu
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar
 Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara
bagian bawah
 Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadang berhenti.

 (IDAI, 2013).

Pada bayi yang diberi makan menggunakan tabung orogastrik maka bayi
dapat menghisap payudara atau jari ibu sambil diberi maka (WHO, 2003).

Pemantauan kecukupan asupan ASI dilakukan dengan menimbang bayi


sekali sehari hingga berat badan bayi mulai meningkat, kemudian lanjutkan
menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya timbang bayi sekali seminggu
sampai usia bayi mencapai cukup bulan (IDAI, 2013).

20
J. KESIMPULAN
Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-
to-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan
bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI,
sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI, menghindari sepsis dan
meningkatkan tanda-tanda vital bayi (IDAI, 2013; Narciso et al., 2022).

21
K. LEAFLET HEALTH EDUCATION

22
23
L. DOKUMENTASI HEALTH EDUCATION

24
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Perawatan Metofe Kangguru (PMK)


Meningkatkan Pemberian ASI.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-
meningkatkan-pemberian-asi. 15 Juni 2022 (23:00).

Narciso, L. M., Beleza, L. O., Imoto, A. M. 2022. The effectiveness of Kangaroo


Mother Care in hospitalization period of preterm and low birth weight
infants: systematic review and meta-analysis. Jornal de Pediatria. 98:117-
125.

WHO Immediate KMC Study Group. 2021. Immediate “kangaroo mother care”
and survival of infants with low birth weight. New England Journal of
Medicine. 384(21):2028-2038.

World Helath Organization. 2003. Kangaroo Mother Care A Practical Guide.


France: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

25

Anda mungkin juga menyukai