Anda di halaman 1dari 25

KERATOKO

NJUNGTIVIT
IS
SISTEM INDERA
KELOMPOK 3

70600121018 NABILA YASMIN AZZAHRA


70600121019 RIZKA FHADILAH
70600121020 NOVIANEU SALSABILA RACHMA
70600121021 SYAHRUL RAMADHAN SUKMARA
70600121022 SARAH NUR AZIZAH JAMALUDDIN
70600121023 ANNISA SYAFA MAULIDA
70600121024 PUTRI AWALIA DJOHAN
70600121025 NABILAH SALSABILA ADNAN
PENDAHULUAN
DEFINISI
Keratokonjungtivitis adalah peradangan
pada KORNEA dan KONJUNGTIVA yang
disebabkan oleh berbagai faktor
EPIDEMIOLOGI

Insidensi keratokonjungtivitis relatif kecil, yaitu sekitar 0,1%-0,5%


dari pasien dengan masalah mata yang berobat, dan hanya 2% dari
semua pasien yang diperiksa di klinik mata.
Studi observasional melaporkan insiden keratokonjungtivitis lebih
tinggi pada anak perempuan (60 - 70%) daripada laki - laki dan
dapat terjadi bilateral (78%) maupun unilateral (22%).
ETIOLOGI

INFEKSI NON INFEKSI


★ Bakteri
★ Alergi (vernal, atopic,
★ Virus
hay fever)
★ jamur
★ Kimiawi (lensa kontak,
★ Chlamydia
★ trauma)
Parasit
PATOFISIOLOGI

★ Konjungtivitis alergi disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang
terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat pada peradangan. Hal ini
menyebabkan pelepasan histamin, dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat,
prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. Histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor menyebabkan rasa
gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan infeksi konjungtiva.
★ Konjungtivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat
menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua
infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik menyebabkan penarikan sel darah
merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi dengan berpindah
melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.
KLASIFIKASI
1. Keratokonjungtivitis 4. Keratokonjungtivitis flikten
epidemik 5. Keratokonjungtivitis sika
2. Keratokonjungtivitis vernal
3. Keratokonjungtivitis atopik 6. Keratokonjungtivitis limbus
superior
01
KERATOKONJ
UNGTIVITIS
EPIDEMIK
KERATOKONJUNGTIVITIS EPIDEMI

➢ 7-14 hari
➢ Bilateral dan biasanya tanpa gejala sistemik
➢ Disebabkan adenovirus tipe 8-19
➢ Pemeriksaan oftalmologi : udem palpebra, perdarahan konjungtiva,
keratitis epitel, sensitivitas kornea biasanya normal
02
KERATOKONJ
UNGTIVITIS
VERNAL
KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL
● Konj. musiman, musim panas
● Suatu radang konj. bilateral, rekuren, bersifat musiman (musim panas),
menyerang kelompok usia prepubertas (lk. > pr.)
● Ada 2 btk. → palpebral dan limbal
● Gejala:
❏ Mata sangat gatal dgn. sekret sep. : benang
❏ Ada riwayat alergi dlm. Keluargaa
❏ Konj. tampak mirip susu (milky appearance)
❏ Pd. konj. palp. sup.: papil raksasa dgn. Cobblestone appearance. Terdpt.
sekret bentuk benang dan pseudomembran (tanda Maxwell-Lyons).
❏ Selama fase aktif, bisa terlihat bintik-2 keputihan di limbus ( Trantas dot)
❏ Sering terlihat mikropanus.
KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL

● Lab. : olesan eksudat konj. (Giemsa) : banyak eosinofil


● Pengobatan :
❏ Steroid (topikal / sistemik)
❏ Kromolin
❏ vasokonstriktor lokal
❏ kompres dingin
03
KERATOKONJ
UNGTIVITIS
ATOPIK
KERATOKONJUNGTIVITIS ATOPIK

● Sering menyertai dermatitis atopik


● Gejala: mata terasa panas, sekret mukoid, mata merah dan
fotofobia.
● Ada eritema pd. margo palp.
● Terdpt. papil halus (palp. inf.) → papil raksasa jarang
● Lab.: kerokan konj. → eosinofil (tak sebanyak pd. Vernal)
● Pengobatan: steroid topikal
04
KERATOKONJ
UNGTIVITIS
FLIKTEN
KERATOKONJUNGTIVITIS FLIKTEN
● Suatu rx. hipersensitivitas selular thdp. protein mikroba (basil tbc.,
stafilokok, candida)
● Gejala:
❏ flikten berupa lesi Ø 1-3 mm, merah, menonjol, dikelilingi
daerah hiperemis.
❏ Pada limbus: umumnya berbentuk segitiga dgn. puncaknya
ke arah kornea dan pusatnya menjadi putih keabu-abuan dan
terjadi ulkus.
● Pengobatan:
❏ kortikosteroid topical
❏ peny. yg. mendasarinya.
05
KERATOKONJ
UNGTIVITIS
SIKA
KERATOKONJUNGTIVITIS SIKA
● Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).
● Gejala: khas: hiperemia konj. bulbi dan gejala iritasi yg tdk sebanding dgn tanda2
radang.
● Pada pagi hari hamper tidak ada rasa sakit tetapi pada siang atau menjelang malam hari
rasa sakit semakin hebat
● Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)
● Pewarnaan Rose bengal uji diagnostik.
● Pengobatan :
- air mata buatan → vit. A topika
- obliterasi pungta lakrimal
06
KERATOKONJ
UNGTIVITIS
LIMBUS
KERATOKONJUNGTIVITIS LIMBUS
SUPERIOR
● Keratokonjungtivitis limbus superior merupakan peradangan konjungtiva bulbi dan
konjungtiva tarsus superior yang tidak diketahui sebabnya, disertai kelainan-kelainan pada
limbus bagian atas
● Penyakit ini biasanya bilateral, simetris, terletak pada limbus sekitar jam 12. Dapat juga
unilateral.
● Lebih sering terdapat pada wanita dewasa 20-70 tahun.
● Pada keadaan yang ringan terdapat rasa tidak enak pada mata serta ditemukan peradangan
papiler dan hipertrofi papil pada bagian tengah konjungtiva tarsus superior, sedangkan pada
keadaan yang berat dapat sampai teriadi blefarospasme dan rasa seperti ada benda asing.
● Pengobatan yang tepat belum ada, karena penyebabnya belum jelas. Dapat diberikan
pengobatan secara simtomatik berupa tetes mata dekongestan, zinc sulfat, meril selulosa,
polivinil alkohol, kortikosteroid atau antibiotik. Dapat juga diberikan AgNO, 0.5% yang
diusapkan pada konjungtiva tarsus superior.
TABEL
Komplikasi
Kebanyakan konjungtivitis dapat sembuh sendiri, namun apabila tidak memperoleh penanganan yang adekuat maka
dapat menyebabkan komplikasi.
a. Blefaritis marginal hingga krusta akibat konjungtivitis komplikasi
b. Jaringan parut pada konjungtiva akibat konjungtivitis chlamidia pada orang dewasa yang tidak diobati adekuat
c. Keratitis punctata akibat konjungtivitis viral
d. Keratokonus (perubahan bentuk kornea berupa penipisan kornea sehingga bentuknya menyerupai kerucut) akibat
konjungtivitis alergi
e. Ulserasi kornea marginal, perforasi kornea hingga endoftalmitis dapat terjadi pada infeksi N. gonorrhoeae, N.
kochii, N. meningitidis, H. aegypticus, S. aureus, dan M. catatthallis
f. Pneumonia terjadi 10-20% pada bayi yang mengalami konjung tivitis chlamydia
g. Meningitis dan septikemia akibat konjungtivitis yang diakibatkkan mengococcus

Prognosis
Prognosis pada kasus keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya gejala klinis yang dirasakan pasien,
namun umumnya baik terutama pada kasus yang tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea.
THA
NKS
!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by
Do you have any questions?
Freepik

Anda mungkin juga menyukai