1. Konjungtivitis infektif
a. Konjungtivitis bakterialis
b. Konjungtivitis gonorea dan oftalmia neonatorum
c. Konjungtivitis viral nonspesifik
d. Konjungtivitis herpes simpleks
e. Konjungtivitis fungal
f. Konjungtivitis parasitik (loaiasis, askariasis, ftiriasis, taeniasis,
skistosomiasis, trikinosis, dan myiasis)
g. Trakoma
2. Konjungtivitis noninfektif
a. Konjungtivitis vernal
b. Konjungtivitis fliktenularis
c. Konjungtivitis sicca
Gambar: Trakoma
Konjungtivitis vernal merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I pada
konjungtiva, sering ditemukan pada orang muda yang alergi polen.
2 tipe yaitu palpebral (giant papils / cobblestone) dan limbal (tantras dot). Jika
dibiarkan papil bisa membuat shield ulcers kornea. Terapi dengan steroid saja
(tidak usah antihistamin!), atau jika gagal diterapi dengan mast cells
stabiliser atau siklosporin. Jika ada ulkus, terapi dengan graft amnion.
1. Non infeksi.
Iritasi akibat nitras argenti dapat mengakibatkan konjungtivitis kimia terjadi 24
jam. Saat ini nitras argenti tidak dipergunakan lagi dan diganti dengan
neomycin dan kloramfenikol tetes mata.
2. Infeksi.
Bakteri seperti stafilokok, masa inkubasi lebih dari 5 hari. Pada infeksi klamidia
masa inkubasi 5-10 hari. Sedangkan pada infeksi Neisseria gonore masa
inkubasi 2-5 hari.
Gambar: Oftalmia Neonatorum
Konjungtivitis inklusi merupakan penyakit okulogenital disebabkan oleh infeksi
klamidia, yang merupakan penyakit kelamin (uretra, prostat, serviks dan
epitel rectum), dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia menetap di dalam
jaringan uretra, prostat serviks dan epitel rectum untuk ebberapa tahun
sehingga mudah terjadi infeksi ulang. Penyakit ini dapat bersifat epidemic
karena merupakan swimming pool konjungtivitis.