KESADARAN MENURUN
Oleh:
Pembimbing:
dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp.An
Assalamualaikum Wr. Wb
Laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Anestesi. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang mendalam kepada dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp.An selaku pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna
adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar.
Pembimbing Mahasiswa
3
BAB I
LAPORAN KASUS
SKENARIO
KATA KUNCI
Perempuan 60 tahun
Tidak sadar secara tiba2
Tanda vital: Nadi tidak teraba
DAFTAR PERTANYAAN
4
PEMBAHASAN
Apatis berarti keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan
tertutup. Pasien dalam keadaan tidur yang dalam atau tidak memberikan
respon dengan pergerakan spontan yang sedikit atau tidak ada dan hanya
nyeri).
dengan semua rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dari luar. Pasien
dalam keadaan tidak sadar yang dalam, yang tidak dapat dibangunkan
5
Koma yang terjadi secara tiba-tiba dapat memberi dugaan kejang atau
terjadi pada anak koma karena proses infeksi. Riwayat nyeri kepala dapat
perubahan status mental (AMS) pada Pasien. AVPU adalah skala langsung
6
yang berguna untuk menilai dengan cepat tingkat kesadaran kasar, daya
tanggap, atau status mental pasien. Ini berperan selama perawatan pra-rumah
sakit, ruang gawat darurat, bangsal rumah sakit umum, dan pengaturan unit
Responsif Verbal: Mata pasien tidak terbuka secara spontan. Mata pasien
secara fokal maupun seluruh otak secara difus. Penyebab koma secara
7
Penyebab traumatik yang sering terjadi adalah kecelakaan lalu lintas,
sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses serta gangguan
8
tertidur. Pada satu titik selama tertidur (atau bahkan pada mengantuk),
ini dipicu secara predominan oleh ARAS, yang disebut sebagai pusat tidur.2
kesadaran.5
beberapa refleks batang otak, termasuk refleks cahaya pada pupil (nervus
kranial II dan III) dan refleks pergerakan mata (nervus kranial III, VI, VIII,
mengindikasikan fungsi dari ARAS. Adanya trauma pada area ARAS dapat
meskipun hemisfer otak tetap dalam kondisi normal. Disfungsi otak difus
intermiten dan muncul secara mendadak dari pasien yang sebelumnya telah
sadar penuh. hal ini terdapat pasien dengan penyakit kardiovaskular dengan
9
penurunan aliran darah ke otak secara akut (syncope) ataupun gangguan
aktivitas elektrik pada otak (kejang). Lesi fokal otak yang terjadi di bawah
menyebabkan koma sedangkan lesi fokal terjadi di atas tentorium dalam satu
hemisfer otak menyebabkan koma hanya jika sisi kontralateral otak secara
Encephalophaty Diffuse.
4. Diagnosis Sementara
10
obatan, trauma, henti nafas, dan irama jantung yang tidak normal seperti
berhentinya aktivitas mekanik jantung yang terjadi di luar rumah sakit yang
penderita tidak sadar apa yang dialaminya. Akan tetapi tidak jarang gejala
henti jantung berawal dari yang ringan, berupa nyeri ringan atau
yaitu:
radialis).
11
5. Penatalaksanaan awal
Jantung Paru adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk
12
Gambar 2. Algoritme Henti Jantung Dewasa.9
Dalam kasus henti jantung, terapi obat dan cairan merupakan terapi
yang paling penting setelah teknik kompresi dada dan defibrilasi. Walaupun
terapi obat dan cairan itu penting, pemberiannya jangan sampai mengganggu
13
tindakan kompresi dada dan ventilasi. Obat-obatan yang digunakan dalam
a. Adrenalin
Adrenalin pada kasus asistol atau PEA diberikan sejak siklus pertama
14
dapat diberikan intratrakea melalui pipa endotrakea (1 ml adrenalin
b. Amiodaron
takikardi tanpa nadi. Obat ini diberikan diantara fibrilasi ketiga dan
15
vasopressor dan terapi defibrillator. Dosis pemberian amiodaron
c. Lidokain
16
Cairan Pemberian cairan IV selama resusitasi darurat dan bantuan
dan sel darah merah. Infus garam isotonik atau koloid yang cepat dan masif
dengan cairan kira-kira 10% volume darah taksiran (10 ml/kgBB) guna
Pada pasien syok hipovolemik tanpa henti jantung, atau pada masa
paska henti jantung, diperlukan monitoring tekanan arteri, aliran urin, dan
tekanan vena sentral untuk menuntun penggantian volume. Jenis cairan yang
dipilih, yaitu kristaloid (Ringer Laktat dan NaCl 0.9%) atau koloid, yang
Electrocardiography
17
Alat pantau elektrokardiografi (EKG) adalah alat pantau standar yang
akan dilakukan. Ada tiga pola EKG pada henti jantung, yaitu asistol
a. Asistol Ventrikel
adalah suatu keadaan dimana tidak terabanya denyut nadi ketika irama
EKG yang paling sering muncul.3 EMD merupakan salah satu jenis
18
dari PEA dimana terdapat gambaran ketiadaan denyut dengan EKG
agonal (aneh atau abnormal) atau kadang relatif normal tetapi tidak
irama jantung yang terdapat irama ventricular kurang dari 60 kali per
menit pada dewasa atau tidak adanya denyut jantung. Sedangkan irama
teraba.
19
Gambar 5 Irama Idioventrikular
c. Fibrilasi Ventrikel
darah ke seluruh tubuh. Gambaran EKG akan tampak osilasi yang khas
primer yang paling sering adalah iskemik otot jantung, reaksi obat,
20
Gambar 7 Fibrilasi Ventrikel
d. Takikardi Ventrikel
Terapi Fibrilasi
takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel menjadi irama sinus normal dengan
serentak semua serat otot jantung dan setelah itu jantung akan berkontraksi
spontan, asalkan otot jantung mendapatkan oksigen yang cukup dan tidak
21
menderita asidosis. Terapi fibrilasi diindikasikan untuk pasien dengan
henti jantung. Penanganan yang paling efektif untuk henti jantung dengan
lama fibrilasi dibiarkan, maka semakin sulit untuk dilakukan defibrilasi dan
gelombang bifasik.
22
energi yang rendah (160-200 J). Penelitian yang dilakukan di luar dan di
ketika menggunakan 200 J atau lebih rendah dari itu dibandingkan dengan
gelombang bifasik, dikenal ada dua jenis gelombang bifasik yaitu biphasic
AED, energi yang disalurkan akan diatur secara otomatis oleh alat.
23
fibrilasi, defibrillator harus diperiksa dan dicoba terlebih dahulu
untuk anak-anak memiliki diameter 8 cm, dan untuk bayi memiliki diameter
4.5 cm. Pedal defibrillator dalam (jantung) pada dada terbuka dewasa adalah
dengan satu pedal diletakkan di ICS keenam pada midaxillary line kiri,
6. Penatalaksanaan Lanjutan
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Singhal NS, Josephson SA.A practical approach to neurologic evaluation
akses di : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538431/
4. Greer DM, Yang J, Scripko PD, et al. Clinical examination for outcome
Jakarta. 2007
Summaries,. 2011.
26
11. Morgan GE, Mikhail MS, dan Murray MJ. Clinical Anesthesiology. New
12. Mangku G dan Senapathi TG. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Editor.
Wiryana IM, Sinardja IK, Sujana IBG, Budiarta IG. Jakarta: Indeks. 2010.
27