Anda di halaman 1dari 21

ANDI AFDALIA RESKI

10542055614
 Infammatory bowel disease (IBD) merupakan
gambaran kondisi peradangan saluran cerna
kronik dan idiopatik. Secara umum dibagi
atas kolitis ulseratif (KU) dan penyakit Crohn
(PC).
 Penyakit Crohn dapat mengenai di seluruh
segmen traktur gastrointestinal, mulai dari mulut
hingga anus. Biasanya sering melibatkan usus
kecil (ileum) bagian akhir yang berhubungan
dengan kolon. Penyakit Crohn ditandai dengan
munculnya “patches”, terjadi secara segmental
dan dapat diselingi jaringan sehat diantaranya.
Peradangan yang terjadi dapat meluas ke dalam
ketebalan dinding usus.
 Kolitis ulseratif terlokalisasi di usus besar (kolon)
dan rektum. Proses inflamasi hanya terjadi pada
lapisan terdalam dari dinding usus. Biasanya
dimulai dari rektum dan kolon bagian bawah,
kemudian menyebar hingga seluruh kolon.
 Penyakit IBD cenderung mempunyai puncak usia
yang terkena pada usia muda antara umur 15-30
tahun dan tidak ada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan.
 Dari data di unit endoskopi pada beberapa
rumah sakit di Jakarta (RSCM, RS Tebet, RS
Siloam Gleaneagles, RS Jakarta) terdapat kesan
bahwa kasus IBD berkisar 12.2% kasus yang
dikirim dengan diare kronik, 3.9% kasus
hematoschezia, 25.9% kasus diare kronik,
berdarah dan nyeri perut, sedangkan pada kasus
nyeri perut didapatkan sekitar 2.8%. Data ini juga
menyebutkan bahwa secara umum, kejadian KU
lebih banyak daripada kasus PC.
 Sampai saat ini penyebab IBD belum
diketahui secara pasti meskipun 3 faktor
memegang peranan penting:
◦ Faktor genetik
◦ Faktor mikrobial
◦ Faktor imunologi
 Anamnesa yang akurat
 Gambaran klinik
 Data laboratorium yang menyingkirkan penyebab inflamasi lain,
khususnya di Indonesia infeksi gastrointestinal, TBC, Usus yang
mirip dengan gambaran PC
 Endoskopi yang karakteristik dan didukung dengan konfirmasi
histopatologi
 Gambaran radiologi yang khas
 Pemantauan perjalanan klinik penyakit pasien yang bersifat akut,
remisi, eksarsebasi kronik
 Masalah di Indonesia dalam penegakan diagnosa IBD tidak
tersedianya fasilitas penunjang diagnostik seperti endoskopi dan
radiologi secara merata sehingga diperlukan sistem rujukan dan
kemampuan klinik dalam menegakan diagnosis untuk
memperoleh kasus terduga IBD
 Perforasi usus yang terlibat
 Stenosis usus akibat proses fibrosis
 Mega kolon toxic (terutama pada KU)
 Perdarahan
 Degenerasi maligna (diperkirakan resiko
terjadinya kanker pada IBD +/- 13%)
 IBD: penyakit yang bersifat remisi dan eksarsebasi
 Cukup banyak dilaporkan adanya remisi yang bersifat
spontan dan dalam jangka waktu yang lama
 Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya
komplikasi atau tingkat respon terhadap pengobatan
konservatif
 Meskipun dilaporkan +/- 75% pasien PC memerlukan
terapi bedah, ini mungkin berkurang dengan
ditemukannya pengobatan biologic
 Terbanyak pasien KU dapat diobati dengan medical
theraphy dan hanya +/- 25% yang memerlukan terapi
bedah
 Perlu diingat pasien dengan KU dan PC yang luas resiko
terjadinya CRC (Colorectal Cancer) dalam waktu 8-10
tahun, oleh karena itu disarankan pemeriksaan
kolonoskopi tiap 1-2 tahun tergantung beratnya penyakit

Anda mungkin juga menyukai