Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

TRAUMA MEDULASPINALIS

OLEH KELOMPOK III


DEFENISI
Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memilik
sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralismelalui foramen
inverterbra.Terdapat 8 pasang saraf servikalis,12 pasang torakalis,5 pasang
lumbalis,5
pasang sakralis,dan 1 pasang saraf kogsigis.

Cedera Medula Spinalis / cedera tulang belakang adalah cedera mengenai


servikalis,vertebralis dan lumbalis akibat trauma : jatuh dari ketinggian,kecelakakan
lalu lintas,kecelakakan olah raga,dsb.
Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis vertebralis
dan
lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Trauma Medula
Spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat
benturan secara mendadak sampai yang menyebebkan transeksi lengkap dari
medula spinalis
dengan quadriplegi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identittas klien dan keluarga (penanggung jawab)

1) Nama,
2) Umur,
3) Jenis kelamin,
4) Agama,
5) Suku bangsa,
6) Status perkawinan,
7) Alamat,
8) Golongan darah,
9) Pekerjaan,
10) Hubungan klien dengan penanggung jawab.
B. Riwayat kesehatan pasien
1) Riwayat kesehatan sekarang
Mekanisme trauma atau riwayat kecelakaan dapat memberi petunjuk
yang penting dan dapat memberi informasi seperti jatuh dari tempat
tinggi, cedera akibat terjun, benturan pada kepala, tertimpa
reruntuhan atau ambruknya langit- langit, atau sentakan mendadak
pada leher akibat tubrukan dari belakang (whiplash injury) serta
posisi tubuh saat terjadi trauma (Swartz, 1995).
Adanya riwayat trauma servikal harus dikaji sepenuhnya untuk
mencari ada tidaknya cedera spinal. Penting bagi perawat untuk
menjaga kesejajaran tulang belakang untuk menghindari risiko tinggi
injury. Adanya keluhan nyeri dan kekakuan pada leher dan punggung
harus ditanggapi denga serius, meskipun klien mampu berjalan atau
bergerak tanpa banyak mengalami gangguan (Muttaqin, 2008).
2) Riwayat kesehatan lalu
Adanya riwayat kesehatan terdahulu seperti akibat olahraga, menyelam pada air yang
dalam, luka tembak atau luka tikam serta gangguan lain penyebeb cedera medulla spinalis
seperti spondiloisis servikal denga mielopati (Muttaqin, 2008).

c. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga


Biasanya untuk cedera tulang belakang tidak memiliki factor herediter.

d. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin, 2008), pemeriksaan fisik yang dilkukan pada pasien dengan cedera
tulang belakang meliputi:
1) Primary survey
• Airway : Jika klien dalam keadaan sadar,maka bisa dipastikan bahwa jalan nafas paten.
Adanya sumbatan jalan nafas sering terjadi pada pasien dalam keadaan tidak sadar
akibat adany benda asing( darah/sekret, pangkal lidah jatuh kebelakang, muntahan,dan
fraktur padawajah). Usaha pembebasan obstruksi jalan nafas perlu diperhatikan pada
klien yang dicurigai positif trauma servikal.
• Breathing : Inspeksi dan perkusi adanya penggunaat otot-otot abdomen sebagai bantuan
pernapasan. Pemberian oksigen dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Namun jika
kebutuhan oksigen masih belum memadai maka bisa dilakukan pemasangan
Endotracheal tube.
• Circulation : Inspeksi pendarahan aktif, warna dan temperature
kulit, dan nilai tekanan darah serta nadi.
• Disability : penialaian GCS, kekuatan otot dan respon pupil.
• Eksposure : Membuka pakaian pasien untuk memeriksa adanya
jejas atau trauma. Pemeriksaan X-ray dan darah sebagai
penunjang.
2) Secondary Survey
• Anamnesis mekanisme trauma
• Aktifitas /Istirahat.
• Sirkulasi.
• Eliminasi.
• Integritas Ego.
• Makanan /cairan.
• Higiene.
• Neurosensori.
• Nyeri /kenyamanan.
• Pernapasan.
• Keamanan.
• Seksualitas.
3) Pemeriksaan Fisik Sistem saraf
Hal yang perlu dikaji yaitu:
i. Tingkat Kesadaran ( GCS)
ii. Fungsi sensori dan motorik
Lihat adanya deformitas pada leher (fase awal cedera). Misalnya
terjadi pada leher, muka dan bagian belakang telinga. Tanda memar
pada wajah, mata, dan dagu merupakan salah satu tanda adanya
cedera hiperekstensi pada leher.

Pemeriksaan saraf cranial pada cedera tulang belakang yaitu :


2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas

b. Pola nafas tidak efektif

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi, kerusakan jaringan

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kognitif,

program pembatasan gerak

e. Aktual/resiko tinggi kerusakan integritas kulit

f. Aktual/Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh

g. Konstipasi

h. Ansietas

(NANDA-I, 2015; Nurarif & Kusuma, 2015)


TERIMAKASIH ☺️☺️☺️

Anda mungkin juga menyukai