Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

OLEH :
KELOMPOK 2
DEFINISI
 Definisi katarak menuru  Katarak adalah penurunan
t WHO adalah kekeruhan progresif kejernihan lens
yang terjadi pada lensa a. Lensa menjadi keruh at
mata, yang menghalangi au berwarna putih abu-abu
sinar masuk ke dalam ma , dan ketajaman penglihat
ta. Katarak terjadi kar an berkurang. Katarak ter
ena faktor usia, namun jadi apabila protein-prot
juga dapat terjadi pada ein lensa yang secara nor
mal transparan terurai da
anak-anak yang lahir de
n mengalami koagulasi (Co
ngan kondisi tersebut.
rwin, 2001).
Katarak juga dapat terj
adi setelah trauma, inf
lamasi atau penyakit la
innya.
ETIOLOGI
 Penyebab secara sistemik, Merup  Berbagai faktor dapat mengakiba
akan penyakit yang diturunkan, tkan tumbuhnya katarak lebih ce
peradangan di dalam kehamilan, pat. Faktor lain dapat mempenga
keadaan ini disebut sebagai kat ruhi kecepatan berkembangnya ke
arak kongenital. Lensa mata mem keruhan lensa seperti diabetes
punyai bagian yang disebut pemb melitus, obat tertentu, sinar u
ungkus lensa atau kapsul lensa, ltra violet B dari cahaya matah
korteks lensa yang terletak ant ari, efek racun dari merokok, d
ara nukleus lensa atau inti len an alkohol, gizi kurang vitamin
sa dengan kapsul lensa. Pada an E, dan radang menahun di dalam
ak dan remaja nukleus bersifat bola mata. Obat tertentu dapat
lembek sedang pada orang tua nu
mempercepat timbulnya katarak s
kleus ini menjadi keras. Katara
eperti betametason, klorokuin,
k dapat mulai dari nukleus, kor
klorpromazin, kortison, ergotam
teks, dan subkapsularis lensa.
in, indometasin, medrison, neos
Dengan menjadi tuanya seseorang
tigmin, pilokarpin dan beberapa
maka lensa mata akan kekurangan
air dan menjadi lebih padat. obat lainnya. Penyebab
LANJUTAN !!!
1. Katarak Senil, Perubahan kimia di protein lensa pada pasien lans
ia.
2. Katarak Kongenital, Kesalahan metabolisme bawaan.
3. Katarak Traumatik, Benda asing menyebabkan humor akuesus atau vi
treus masuk ke kapsul lensa.
4. Katarak Toksik, Toksisitas obat atau zat kimia seperti; Ergot, D
initrofenol, Naftalin dan Fenotiazin.
5. Katarak Komplikasi
a. Uveitis
b. Glaukoma
c. Pigmentosa retinitis
d. Ablasio retina
e. Diabetes
f. Hipoparatiroidisme
g. Dermatitis atopik
h. Ionisasi radiasi atau sinar infra merah.
PATOFISIOLOGI
 Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral pen
ting. Lensa yang normal adalah struktur posterior
iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti k
ancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang bes
ar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pa
da zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah ka
psula anterior dan posterior. Dengan bertambahny
a usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nu
kleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti krist
al salju (Ilyas, 2008).
 Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya tra
nsparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Peru
bahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehi
ngga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke r
etina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa no
rmal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan s
erabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori l
ain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertamba
hnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita kat
arak (Ilyas, 2008).
 Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian t
rauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya
proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan d
alam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, a
lkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama (Guyton, 1997).
 Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebab
kan gangguan metabolism pada lensa mata. Gangguan me
tabolisme ini , menyebabkan perubahan kandungan baha
n-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya me
nyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkemban
g diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangg
uan ini sinar yang masuk memalui kornea yang dihalan
gi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi ini mem
buramkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akib
at otak mengiterprestasikan sebagai bayangan yang be
rkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata
menjadi putih susu, kemudian berubah kuning , bahkan
menjadi coklat atau hitam dank lien mengalami kesuli
tan dalam membedakan warna (Mansjoer, 2008).
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terkena ka
tarak antara lain :
a. Usia
b. Diabetes
c. Sejarah keluarga dengan katarak
d. Pernah mengalami cedera atau radang pada mata
e. Pernah mengalami operasi mata
f. Penggunaan corticosteroids dalam jangka waktu lama
g. Terkena sinar matahari secara berlebihan
h. Terkena radiasi ion
i. Merokok
MANIFESTASI KLINIS
a. Tanda
 Tajam penglihatan berkurang. Pada beberapa pasien tajam pe
nglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin tampak memu
askan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan
terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat
dari rasa silau dan hilangnya kontras.
 Katarak terlihat hitam terhadap refeleks fundus ketika mat
a diperiksa denngan oftalmoskopi direk. Pemeriksaan slit l
amp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan diid
entifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait u
sia biasanya terletak di daerah nukleus, korteks atau subk
apsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di su
bkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyeba
b okular katarak dapat ditemukan, sebagai contoh deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau ke
rusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.
b.Gejala
Suatu opasitas pada lensa mata.
Menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa ny
eri.
Menyebabkan rasa silau.
Dapat mengubah kelainan refraksi.
Pada bayi, katarak dapat mengakibatkan ambliopi
a (kegagalan perkembangan penglihatan normal) k
arena pembentukan bayangan pada retina buruk. B
ayi dengan dugaan katarak atau dengan riwayat k
eluarga katarak kongenital harus dianggap sebag
ai masalah yang penting oleh spesialis mata.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesal
ahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina
.
 Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, ka
rotis, glukoma.
 Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

 Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut t


ertutup glukoma.
 Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma

 Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi le


mpeng optik, papiledema, perdarahan.
 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

 EKG, kolesterol serum, lipid

 Tes toleransi glukosa : kotrol DM PEMERIKSAAN


PENATALAKSANAAN
a. Terapi Umum
 Sebelum pembedahan, kacamata dan lensa kontak dapat membantu m
emperbaiki penglihatan.
 Kacamata hitam saat cahaya terang lampu terang dapat memberi c
ahaya reflektif bukan cahaya langsung yang mengurangi silau da
n membantu penglihatan.
 Pembatasan aktivitas sesuai gangguan atau kehilangan penglihat
an.
b. Pembedahan Katarak
 Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa
dan penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedah
an semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal dari pada an
estesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola ma
ta dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Jika keadaa
n sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat sebagai kasus pera
watan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.
 Indikasi dilakukan operasi :
 Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior,
diiuti oleh ekstraksi katarak ekstrakapsular (extra-c
apsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dija
hit.
 Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi ya
ng dimasukkkan melalui insisi yang lebih kecil di kor
nea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanya
tidak dibutuhkan penjahitan. Sekarang metode ini meru
pakan metode pilihan di negara barat.
 Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yait
u:
a. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
b. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
ANALISIS KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2021 jam 09.00 di
ruang interen RSUD Haulussy. Pengkajian didapat melalui wawanc
ara dengan pasien.
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Kristen Protestan
Status : Kawin
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Bentas
2. Riwayat Penyakit
 a. Keluhan Utama

 Mata tidak dapat digunakan untuk melihat


dengan baik, pandangan kabur tidak jelas, terl
ihat silau dan kemerah merahan
 b. Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien mengungkapkan bahwa kondisi matan


ya tidak dapat digunakan untuk melihat dengan
jelas terutama pada mata sebelah kanan. Yang t
erlihat hanya samar-samar dan warna kemerah-me
rahan dan tidak jelas. Ha ini dirasakan pasien
sejak 3 bulan terakhir
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36C
Respirasi: 22x/menit
Pada pemeriksaan mata : Mata didapat bentuk simetris, terlihat warna
kehitaman disekitar kedua mata, konjungtiva tidak andemis, sklera
tidak terik, pupil warna putih keruh.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hb : 14,2 g/dl
Hematroktik : 4,8%
Trombosit: 223 ul
Eritrosit: 4,98 10*6/ul
Urium : 37 mg/ul
Kreatine : 13 mg/ul
D. DATA FOKUS
- Data Fokus Preoperasi
Data Subjektif : Pasien mengatakan pandangan mata samar-samar, kem
erah-merahan dan silau. Pasien juga mengatakan merasa cemas menghadap
i tindakan operasi yang akan datang.
Data Objektif : pasien hanya melihat kesatu arah, pasien te
rlihat bingung terhadap lingkungan sekitar, pasien juga nampak cemas
- Data Fokus PostOperasi
Data Subjektif : Pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri sendut-
sendut
P : Luka operasi
Q : nyeri sendut-sendut
R : mata kiri
S : 5, T : hilang timbul
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan luka setelah
operasi. Pasien dan keluarga menanyakan tentang perawatan di rumah.
Data Objektif : terlihat mata kanan tertutup kassa setelah operas
i, klien tampak bingung.
E. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah

Ds : Pasien mengatakan pandangan - Penglihatan kabur Risiko cedera


mata samar-samar, kemerah-merahan - Sulit mengenali benda-benda
dan silau. Pasien juga mengatakan sekitar
merasa cemas menghadapi tindakan - Risiko cedera
operasi yang akan datang
Do : pasien hanya melihat kesatu arah,
pasien terlihat bingung terhadap
lingkungan sekitar, pasien juga
nampak cemas
 

Ds : • Spiral cora Nyeri


- Pasien mengatakan mata kanan • Informasi korteks selebri
terasa nyeri sendut-sendut • nyeri
- Pasien mengatakan tidak
mengetahui tentang perawatan luka
setelah operasi. Pasien dan keluarga
menanyakan tentang perawatan di
rumah
Do : terlihat mata kanan tertutup kassa
setelah operasi, klien tampak bingung.
F. DIAGNOSA
DX TUJUAN KRITERIA HASIL
Gangguan presepsi Pasien melaporkan Pasien mengidentifikasi
sensori penglihatan kemampuan yang lebih dan menunjukkan pola-
berhubungan dengan baik untuk rangsang pola alternatif untuk
penurunan tajam penglihatan dan meningkatkan
penglihatan (Tamsuri, mengkomunikasikan penerimaan rangsangan
2011). perubahan fisual. penglihatan.
Nyeri berhubungan Nyeri berkurang atau Pasien melaporkan nyeri
dengan luka post operasi terkontrol berkurang atau
(Tamsuri, 2011). terkontrol.
G. INTERVENSI
DX KRITERIA HASIL INTERVENSI
RESIKO CIDERA Setelah dilakukan tindakan -Sediakan lingkungan yang aman
keperawatan pre operasi diharapkan untuk pasien
risiko cedera tidak terjadi dengan -Ajarkan individu, keluarga dan
kriteria hasil : orientasi pasien kelompok risiko tinggi bahaya
terhadap lingkungan sekitar baik, lingkungan (l.14513)
mampu melakukan ambulasi dari satu -Megontrol lingkungan dari
tempat yang lain dengan baik. kebisingan
-Membatasi pengunjung
-Gunakan perangkat pelindung
(l.14513)

NYERI Setelah dilakukan tindakan -Lakukan pengkajian nyeri


keperawatan post operasi nyeri secara komprehensif termasuk
hilang/berkurang dengan KH : lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri hilang / berkurang, skala frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri 0, pasien tidak mengeluh presipitasi
nyeri -Gunakan teknik komunikasi
terapiutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
DX KRITERIA HASIL INTERVENSI
-Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(l.08238)
-Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
-Kolaborasi pemberian
analgesik
H. IMPLEMENTASI
DX IMPEMENTASI EVALUASI
RESIKO CEDERA - Menyediakan S : Pasien mengatakan
lingkungan yang aman penglihatannya sudah mulai
untuk pasien jelas.
- Mengajarkan individu, O : Pasien terlihat
keluarga dan kelompok melakukan ambulasi dari
risiko tinggi bahaya satu tempat ketepat yang
lingkungan (l.14513) lain.
- Megontrol lingkungan A : Masalah teratasi
dari kebisingan P : Intervensi dihentikan
- Membatasi
pengunjung
- Menggunakan
perangkat pelindung
(l.14513)
DX IMPLEMENTASI EVALUASI
NYERI - Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan pada
nyeri secara komprehensif mata kanan tidak terasa
termasuk lokasi, nyeri lagi .
karakteristik, durasi, O : Pasien tampak tidak
frekuensi, kualitas dan menggunakan kasa pada
faktor presipitasi mata kananya lagi.
- Menggunakan teknik A : Masalah teratasi
komunikasi terapiutik untuk P : Intervensi dihentikan
mengetahui pengalaman
nyeri pasien
- Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(l.08238)
- Memilih dan
Melakukan
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai