Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional(FOGI)
kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung mulai dari
fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
dibagi menjadi 3 trimester, dimana trimester I berlangsung selama 12 minggu,
trimester II 15 minggu (minggu ke-13 sampai ke-27), dan trimester III 13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu) (Prawirohardjo S, 2014:213).
Preeklamsi merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan oedema, yang
kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma.Gejala preeklampsia ringan
seperti hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga
tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan
eklampsia (Prawirohardjo S, 2014: 532).
Gejala preeklamsia dapat dicegah dan dideteksi secara dini.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda
preeklamsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan
eklampsia. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia perlu ditangani dengan
segera.Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak (Prawirohardjo S, 2014:543).
B. Rumusan masalah
1. Apa itu preeklamsia ?
2. Bagaiamana asuhan keperawatan pada ibu preeklamsia ?
C. Tujuan
Membantu mahasiswa untuk memahami konsep dasar preeklamsia dan asuhan
keperawatan pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri,
dan edema. Umumnya terjadi pada trimester ke III (Prawirohardjo, 2006).
Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang
timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi,
oedema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan setelah 20 minggu
sampai akhir minggu pertama setalah persalinan (Sukarni, ZH, 2013: 169).
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu
(Obgynacea, 2009)
B. Klasifikasi
Preeklampsia digolongkan menjadi PE ringan, sedang dan berat(Sarwono,
2005).

Pre-Eklamsi Kenaikan TD diastolic 15 Protein Urin +1


Ringan mmHg/79 mmHg dengan
2x pengamatan berjarak 1
jam/tekanan diastolic
mencapai 110 mmHg.

Pre-Eklamsi Kenaikan TD systolic 30 Protein urin positif 2,


Sedang mmHg/lebih atau oedem umum, kaki, jari
mencapai 140 mmHg. tangan dan muka,
kenaikan BB 1 kg tiap
minggu.

Pre-Eklamsi Tekanan diastolic >110 Protein urine positif 4,


Berat mmHg oliguria (urine 5 gr/L)
hiperefleksia, gangguan
penglihatan, nyeri
epigastrik, terdapat
oedem paru dan sinosis.

C. Etiologi

2
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Menurut Prawirohardjo, (2006) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
preeklamsia sebagai berikut :
a. Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa.
b. Kematian janin dalam rahim.
c. Edema, proteinuria, kejang dan koma.
Menurut Carpenito ( 1997 : 1042) faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya preeklamsia sebagai berikut :
a. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun.
b. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
c. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.
d. Dm.
e. Penyakit pembuluh darah.
f. Kehamilan kembar.
g. Mola hidatidosa.
h. Penyakit hipertensi kronik.
i. Riwayat keluarga dengan hipertensi sebagai pengaruh kehamilan.
D. Manifestasi Klinik
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan: pertambahan
berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya
proteinuria. Menurut Trijatmo (2005) :
a. Tanda dan gejala preeklampsia ringan
a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
b) Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
c) Kenaikan B 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d) Proteinuria 0,3 gr atau urin aliran pertengahan.
b. Tanda dan gejala preeklamsia berat
a) Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg diastolic ≥ 110 mmHg.
b) Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam.
c) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.
d) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan, nyeri
kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran
E. Faktor Resiko
Menurut Wiknjosastro (2008) faktor resiko tersebut antara lain :
a. Usia/umur : Primigravida dengan usia dibwah 20 tahun dan semua ibu
dengan usia di atas 35 tahun dianggap rentan karena pada primigravida
pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna
sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan

3
preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan
kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
b. Paritas : Primigravida memiliki insiden hipertensi hampir 2 kali lipat.
c. Faktor keturunan : bukti adanya pewarisan secara genenrik paling mungkin
disebabkan oleh keturunan resesif.
d. Komplikasi obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola.
e. Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya : Hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit ginjal, system lupus Erytematosus (SLE).
F. Patofisiologi
Pada wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler terhadap
angiotensin II . Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan
vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan
diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti
plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60% . Gangguan plasenta
menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan
IUFD padafetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas terhadap oksitosin
meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun,
garam dan air ditahan, tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar dari
intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi. Pada preeclampsia berat terjadi
penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema
hepar dan hemoragik sub-kapsula rmenyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas rupture hepar jarang terjadi, tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim-enzim hati seperti SGOT
dan SGPT meningkat. Vasospas mearterola dan penurunan aliran darah ke
retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind sport) dan
pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakitkepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonary edema
dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya
ditentukan oleh dekompensasi kordis kiri.
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat

4
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mokhtar,
1998).
Perubahan yang Terjadi Akibat Preeklampsia
a. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan kardiovaskular disebabkan peningkatan cardiac
afterload akibat hipertensi dan penurunan cardiac afterload akibat
hipovolemia (PrawirohardjoS, 2014: 541)..
b. Perubahan hati.
Dasar perubahan pada hepar ialah vasopasme, iskemia daan
pendarahan. Bila terjadi pendarahan pada sel periportal lobus perifer, akan
terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Pendarahan ini
dapat meluas hingga dibawah kapsula hepar dan disebut subkapsular
hematoma.Subkapsular menimbulkan rasa nyeri didaerah epigastrum dan
dapat menimbulkan ruptur hepar, sehingga perlu pembedahan
(PrawirohardjoS, 2014: 540).
c. VolumePlasma
Biasanya pada ibu hamil normal, volume plasma akan meningkat
(Hipervolemia) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan janin.
Peningkatan tertinggi volume plasma pada hamil normal biasanya pada
umur kehamilan 32-34 minggu. Namun pada wanita hamil dengan
preeklamsia akan mengalami penurunan volume plasma antara 30% - 40%
disbanding dengan hamil normal (Hipovolemia). Jadi, jika volume plasma
menurun akan memberi dampak yang luas bagi organ-organ yang lain
(PrawirohardjoS, 2014: 537).
d. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah.
Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-
okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan.
e. Metabolisme air dan elektrolit
Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna
air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus
menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit,
kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum
biasanya dalam batas normal.
f. Neurologi

5
Perubahan neurologi dapat berupa :
a) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan
vasogenikoedema.
b) Akibat spasme arteri retina dan oedema retina dapat terjadi gangguan
visus. Gangguan visus dapat berupa: pandangan kabur, skotomata,
amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanyaa kelainan dan ablasio
retina( retinal detachment).
g. Paru-paru
Pada wanita hamil dengan preeklamsia berat akan mempunyai resiko
terjdinya oedema paru. Oedema paru terjadi oleh payah jantung kiri,
kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapilar baru dan menurunnya
diuresis. Penanganan oedema paru dapat dilakukan pemasangan Central
Venous Pressure (CVP) namun tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari pulmonary capillary wedge pressure (PrawirohardjoS,
2014:541).
h. Jantung
Perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan subendokardial,
menimbulkan dekompensasi kordis sampai terhentinya fungsi jantung
i. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklamsia
sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan,
sehingga terjadi partus prematur
j. Perubahan ginjal.
Perubahan fungsi ginjal disebabkan hal-halberikut:
a) Menurunya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi
oliguria bahkan anuria.
b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
membranbasalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
proteinuria. Proteinuria terjadi jauh sebelum persalinan, sehingga biasa
terjadi preeklamsia tanpa proteinuria karena janin lebih dulu lahir.

6
G. WOC
Faktor Resiko:
Primigravidadan multigravida, Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau
eklampsia, Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya, abortus, Ibu hamil
dengan usia < 20 tahun atau > 35 tahun, Wanita dengan gangguan fungsi
organ atau riwayat kesehatan diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan
hipertensikronik, Kehamilan ganda, Obesitas

Tekanan Darah

Perfusi kejaringan

Aktivasiselendotelium

Vasopasme

Spasme korteks serebral Permeabilitas kapiler Hiperfungsiginja


l
MK: Gangguan
Sakitkepala Perpindahan cairan Kerusakan Glomerulus
Eliminasi urine
dari intravascular
MK: Risiko keintraseluler
Retensi urine Oliguria Proteinuria
Cedera
MK : Hipervolemia Edema umum Edema Paru

Dispnea MK: Gangguan Pertukaran Gas

7
H. Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Menurut Moechtar
Rustam, 1995:226) yang termasuk komplikasi antara lain sebagai berikut :
a. Pada ibu
1. Eklamsia
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah (DIC)
5. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count).
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes diagnostik dasar
a) Pengukuran tekanan darah
b) Analisis protein dalam urin
c) Pemeriksaan edema
d) Pengukuran tinggi fundus uteri
e) Pemeriksaan funduskopik
b. Tes laboratorium
a) Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit
pada sediaan apus darah tepi).
b) Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotransferase, dan sebagainya).
c) Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
c. Uji untuk meramalkan hipertensi
a) Roll-over test
b) Pemberian infus angiotensin II
J. Pencegahan Preeklampsia
a. Berusaha menjaga asupan makanan selama masa kehamilan
Demi mengurangi risiko peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan
disarankan untuk memperbanyak asupan buah-buahan dan sayuran kaya
akan nutrisi. Perlu diketahui bahwa asupan vitamin, mineral dan
antioksidan sangat penting didapat oleh ibu hamil agar lebih sehat. Hindari

8
juga makanan dalam bentuk kemasan, makanan berpengawet, makanan
yang digoreng hingga makanan berkadar gula tinggi. Selain itu, ibu hamil
juga perlu membatasi asupan garam serta harus mendapatkan cukup asupan
kalium dari berbagai jenis makanan setiap harinya.  Setidaknya jika pola
makanan ini bisa konsisten dapat mencegah risiko preeklampsia pada ibu
hamil.
b. Mengontrol berat badan ibu hamil agar terus terjaga dengan baik
Selama masa kehamilan tak bisa dipungkir kalau menjaga berat
badan sangat diperlukan.  Saat hamil, kenaikan berat badan mengikuti
pertumbuhan janin di dalan kandungan. Bertambahnya berat badan berarti
bayi di kandungan juga sedang bertumbuh dan bertambah berat.
Namun, kenaikan berarti badan perlu diperhatikan agar tidak terlalu
meningkat secara drastis. Ibu hamil perlu menjaga berat badan agar tetap
stabil atau tetap dalam batas normal sejak sebelum hamil dengan
memperhatikan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI).
Ketika mengetahui BMI dengan menggunakan panduan dari
Institute of Medicine (IOM), Mama bisa mengetahui apakah berat badan
yang dimiliki saat ini underweight, normal atau justru overweight.
Setidaknya cara ini membantu agar selama hamil terhindar dari obesitas
atau berat badan berlebih karena dapat memengaruhi keseimbangan
hormon dan metabolisme tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia.
c. Mencegah dehidrasi dan tidak merasa kelelahan selama hamil 
Perlu diketahui bahwa ada cara yang bisa berkontribusi dalam
mengontrol tekanan darah tinggi selama masa kehamilan yaitu mencegah
dehidrasi dan cukup istirahat agar tidak mudah lelah.  Selama hamil,
usahakan setiap harinya meminum 8 sampai 10 gelas air. Walau sederhana,
nqmun cara ini dapat membantu tubuh menyeimbangkan kadar garam. 
Selain memastikan diri tidak mengalami dehidrasi, pastikan juga
untuk cukup istirahat dengan minimal waktu tidur 7-8 jam setiap malam.
Waktu tidur yang cukup setidaknya dapat mengistirahatkan tubuh dan
mengurangi tingkat stres. 
d. Rutin berolahraga teratur untuk terhindar dari preeklampsia
Olahraga teratur selama masa kehamilan tidak bisa dianggap sepele
karena dapat menjaga stamina tubuh dan berguna untuk kesehatan janin di
dalam kandungan. Olahraga yang dilakukan secara konsisten juga dapat
membantu tubuh dalam mengontrol berat badan serta mengurangi berbagai
risiko terkena stres. 
Olahraga memang seringkali terabaikan karena pengaruh rasa malas
padahal jika rutin dilkukan dapat mengurangi terjadinya berbagai

9
komplikasi selama hamil, termasuk potensi terkena preeklampsia. Sebelum
terlambat dan terkena berbagai komplikasi selama masa kehamilan, ada
baiknya rutin melakukan olahraga. 
e. Selalu kontrol dan konsultasikan masalah kesehatan selama hamil ke
dokter
Selama masa kehamilan perlu sekali untuk kontrol serta
konsultasikan ke dokter mengenai berbagai masalah kesehatan dan
berbagai keluhan.  Umumnya dokter dapat mendeteksi sejak dini mengenai
berbagai gejala yang dicurigai sebagai preeklampsia. Ibu pun akan
melakukan beberapa pemeriksaan seperti:
a) Pemeriksaan tekanan darah
b) Tes darah
c) Pemeriksaan urine
d) Perkembangan janin dalam kandungan
K. Penatalaksanaan Medis
a. Pre-eklamsi ringan dan sedang
a) Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin.
b) Lebih banyak istirahat.
c) Diet biasa.
d) Tidak perlu diberi obat-obatan.
e) Jika rawat jalan tidak mungkin, segera rawat di rumah sakit :
1. Diet biasa.
2. Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
3. Tidak perlu obat-obatan.
4. Tidak perlu diuretic,kecuali jika terdapat edema paru,dekompensasi
kordisatau gagal ginjal akut.
5. Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan:
1) Berikan nasehat untuk istirahat, tidak terlalu banyak
beraktifitas dan perhatikan tanda-tanda preeclampsia berat.
2) Kontrol 2x seminggu.
3) Jika tekanan diastolic naik lagi " rawat kembali.
6. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan " tetap dirawat.
7. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Pengobatan hanya bersifat
simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan
dengan skema periksa ulang yang lebih sering,
8. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeclampsia berat.
9. Misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan
atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah garam,
dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari

10
atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika
dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu
bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi
berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat
inap.monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi,
dan ultrasografi, dan sebagainya.bila keadaan mengizinkan, barulah
dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.
b. Pre-eklamsia berat
a) Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru
dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai
berikut :
a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap
(selama tidak ada kontraindikasi).
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-
eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi).
c. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta
berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil
mengawasi timbulnya lagi gejala.
d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung
keadaan.
e. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas
37  minggu.
b) Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
a. Jika tekananan diastolic >110 mmHg,berikan antihipertensi,sampai
tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg
b. Pasang inus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
c. Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e. Jika jumlah urin <30 ml/jam:
1) Infus cairan dipertahankan 8 jam
2) Pantau kemungkinan edema paru
f. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
g. Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam

11
h. Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru.jika ada edema paru,stop pemberian
cairan,dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan
tidak terjadi sesudah 7 menit,kemungkinan terdapat koagulopati.
j. Antihipertensi obat pilihan adalah hidralazin,yang diberikan 5mg IV
pelan-pelan selama 5menit sampai tekanan darah menurun
k. Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,atau 12,5mg
IM setipa 2jam
l. Jika hidralazin tidak tersedia,dapat diberikan:
1) Nifedipine 5mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10
menit,beri tambahan 5mg sublingual
2) Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10
menit,diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
m. Antikonvulsan magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan
untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeclampsia dan
eklampsia.

12
BAB III
KoONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PREEKLAMSIA
A. Iluastrasi Kasus
Ny.M berusia 29 tahun dengan umur kehamilan 28 minggu datang ke RS
RSUD M Yunus memeriksakan kandungannya bersama suami Tn.A dengan
keluhan sesak napas, pusing, penglihatan kabur. Dan didapatkan hasil sebagai
berikut TD 170/120 mmHg, Pernafasan 30x/menit, Nadi 87x/menit, Suhu
370c, BB 73 kg, TB 158 cm.

Nama Mahasiswa : Tanggal Pengkajian : 10 agustus 2019


NIM : Ruangan/RS :

B. Pengkajian
Initial Klien : Ny.M
Usia : 29 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA

a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu

No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan bayi Masalah


Kelamin Persalinan waktu lahir kehamilan
1 2016 Laki-laki Bidan Normal/me Sehat Tidak ada
lalui vagina
2
3
4
5

Pengalaman menyusui : ya Berapa lama : sampai usia 2 tahun


Riwayat Ginekologi : Tidak ada
Masalah Ginekologi : Tidak ada
Riwayat KB : Ada
b. Riwayat Kehamilan saat ini
HPHT : 10 maret 2019 Taksiran Partus : 17 12 2019
BB Sebelum Hamil : 59 kg TD Sebelum hamil : 130/80 mmHg
TD BB/TB TFULetak/presentasi DJJ
Minggu
Janin
170/120 70 kg/155 3 jari di Bokong di atas 128x/me 28 minggu
mmHg cm atas pusat kepala di bawah nit

13
c. Data Umum Klien Saat Ini

Status Obstretik: G2 P1 A0 H28 Minggu


Keadaan umum: Lemah Kesadaran: Composmentis
BB/TB: 73 Kg/158 cm
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 170/120 mmHg Nadi: 87x/menit
Pernafasan : 30 x/menit Suhu: 370c
Kepala - Leher
Kepala :Normochepali, bersih, rambut tidak rontok, tidak ada
benjolan, distribusi rambut merata
Mata : Sklera tidak ikhterik, konjungtiva an-anemis, edema
pada retina
Hidung : Simetris kiri-kanan, tidak ada lesi, terdapat
pernapasan cuping hidung, terdapat sianosis
Mulut : Bibir pucat, mukosa bibir lembab, mulut kotor
Telinga : Simetris kiri-kanan,tidak ada selumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP terlihat
Dada
Jantung :S1S2 tunggal reguler
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : Terdengar ronchi
Payudara :Simetris kiri kanan, papila-mamae menonjol, tidak ada
lesi, tidak ada pembengkakan
Puting Susu : Menonjol
Abdomen :
Uterus
Tinggi fundus uterus : 3 jari di atas pusat Kontraksi : ya
Leopold I : Bokong
Leopold II : Kanan : Bagian kecil
Kiri : Punggung
Leopold III : Kepala
Penurunan kepala : Sudah
Pigmentasi:
Striae : ada
Fungsi pencernaan : Terganggu karena mual dan muntah dan nyeri ulu
hati

Perineum dan genital

14
Vagina
Varises : Ada
Kebersihan : Terdapat sedikit lendir
Keputihan : Ada
Jenis/warna : Kebiru-biruan
Bau : Khas
Ekstremitas
Ekstremitas Atas:
Edema: ya, lokasi tangan
Eksremitas Bawah:
Edema: ya, lokasi tungkai
Varises, ya, lokasi kaki
Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK : sering berkemih tapi sedikit
BAB : Kebiasaan BAB : konstipasi
Istirahat dan Kenyamanan
Pola Tidur : Kebiasaan tidur, siang : 1-2 jam, malam >8 jam,
Pola tidur saat ini : jarang tidur
Keluhan ketidaknyamanan: ya
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : terganggu
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi : cukup
Asupan Cairan : berlebih
Keadaan Mental :
Adaptasi psikologi : klien percaya bahwa sertiap penyakit pasti bisa
sembuh dan pasti ada obatnya.
Penerimaan terhadap kehamilan : kehamilan sekarang merupakan
kehamilan yang diharapkan

d. Persiapan Persalinan
Senam hamil : Tidak ada
Rencana tempat melahirkan : Di rumah sakit
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: Lengkap
Kesiapan menta) ibu dan keluarga : Keluarga siap tapi ibu merasa cemas
Hasil Pemeriksaan Penunjang: (10 agustus 2019)
A. Darah

WBC 5000 5000 - 11.000


Hemoglobin 13,0 12.5 - 16.0
Platelet 220.000 150.000 - 440.000
Hematocrit 39.6 37.0 - 47.0
B. Urin

15
Colour Yellow Yellow
Glucose Negatif Negatif
PH 6.0 6.0 -7.0
Protein +2 +1 (30), +2(100), +3

(300), +4(>2000)

C. ANALISA DATA
NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH

16
1. DS :
1. Klien mengeluh sesak Ketidakseimbangan Gangguan
nafas ventilasi-perfusi pertukaran
2. Klien mengeluh gas
Pusing
3. Klien mengeluh
penglihatannya kabur
DO :
1. Terdapat sianosis
2. Terdapat
pernapasan
cuping hidung
3. Bunyi napas
ronchi

2. DS : Kelebihan asupan natrium hipervolemia


Klien mengeluh
sesak nafas
DO :
1. Edema pada kaki
2. Edema pada
tangan
3. Suara nafas ronchi
4. JVP terlihat

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

17
E. PERENCANAAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN RASIONAL
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN

1. Gangguan pertukaran gas b/d Setelah dilakukan asuhan SIKI : Terapi oksigen
ketidakseimbangan ventilasi perfusi keperawatan selama ....x 24 jam Observasi :
DS : diharapkan: 1) Monitor kecepatan aliran 1) Memenuhi kebutuhan oksigen
4. Klien mengeluh sesak nafas SLKI : pertukaran gas oksigen sesuai indikasi pasien
5. Klien mengeluh Ditingkatkan pada level : 2) Monitor posisi alat terapi 2) Memudahkan perawat
Pusing 1) Menurun oksigen melakukan tindakan
6. Klien mengeluh penglihatannya 2) Cukup menurun 3) Monitor aliran secara periodik 3) Memastikan kepatenan selang
kabur 3) Sedang dan pastikan fraksi yang dan kebutuhan oksigen
DO : 4) Cukup meningkat diberikan cukup terpenuhi
4. Terdapat sianosis 5) Meningkat Teraupetik : Terapeutik :
5. Terdapat pernapasan 1) Pertahankan kepatenan jalan 1) Memantau kekuatan aliran
cuping hidung Dengan kriteria hasil : nafas oksigen
6. Bunyi napas ronchi 1) Dipsnea 1/2/3/4/5 2) Berikan oksigen tambahan jika 2) Melihat keadaan pasien jika
2) Bunyi nafas tambahan perlu diperlukan
1/2/3/4/5 3) Gunakan perangkat oksigen 3) Memakai oksigen sesuai
3) PCO2 1/2/3/4/5 yang sesuai dengan tingkat kebutuhan pasien

18
4) PO2 1/2/3/4/5 mobilitas pasien
5) Takikardi 1/2/3/4/5 Edukasi : Edukasi :
6) pH arteri 1/2/3/4/5 1) Ajarkan pasien dan keluarga Melatih keluarga pasien merawat
7) sianosis 1/2/3/4/5 cara menggunakan oksigen pasien dengan baik
dirumah

2. Hipervolemia b/d kelebihan asupan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen Hipervolemia
natrium keperawatan selama ....x 24 jam Observasi :
DS : diharapkan: 1) Periksa tanda dan gejala 1) Mengontrol adanya kelainan
Klien mengeluh sesak nafas SLKI : Keseimbangan Cairan hipervolemia (mis. Ortopnea, seperti: ottopnea dispneu,
DO : Ditingatkan pada level : dispneu, edema, JVP/CVP edema, JVP/CVP meningkat,
1. Edema pada kaki 1) Menurun meningkat, refleks refleks hepatojugular positif,
2. Edema pada tangan 2) Cukup menurun hepatojugular positif, suara suara nafas tambahan
3. Suara nafas ronchi 3) Sedang nafas tambahan)
4. JVP terlihat 4) Cukup meningkat 2) Indentifikasi penyebab 2) Banyak faktor penyebab
5) Meningkat hypervolemia terjadinya hipervolemia
diantaranya: karena adanya
Dengan kriteria hasil : volume cairan yang berlebihan
1) Asupan cairan 1/2/3/4/5 pada daerah ekstremitas
2) Keluaran urin 1/2/3/4/5 Teraupetik : Teraupetik

19
3) Kelembaban membran 1) Timbang berat badan setiap 1) Berat badan ideal dapat
mukosa 1/2/3/4/5 hari pada waktu yang sama menghindari terjadinya
4) Edema 1/2/3/4/5 komplikasi penyakit
5) Dehidrasi 1/2/3/4 2) Batasi asupan cairan dan 2) Asupan cairan dan garam yang
6) Membran mukosa 1/2/3/4/5 garam terlalu banyak dapat membuat
7) Berat badan 1/2/3/4/5 tubuh tidak terpantau sehingga
menyebabkan tubuh menjadi
gemuk dan tidak sehat
Edukasi : Edukasi
1) Ajarkan cara membatasi cairan 1) Memudahkan pasien dan
keluarga pasien untuk
membatasi cairan dalam
aktifitas sehari hari sehingga
kesehatan pasien meningkat
Kolaborasi : Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian diuretik 1) Diuretik meningkatkan laju
aliran urine dan dapat
menghambat reabsorpsi
natrium/klorida pada tubulus
ginjal

20
2) Kolaborasi penggatian 2) Tiazid meningkatkan diuresis
kehilangan kalium akibat tanpa kehilangan kalium
diuretik berlebihan

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsia berat merupakan suatu kelanjutan dari preeklamsi ringan.
Dimana terjadinya kenaikan tekanan darah 160/110mmHg, proteinuria 5gram
atau lebih dalam 24 jam (+3 atau +4), oliguria, nyeri epigastrium gangguan
pengelihatan. Dalam keadaan preeklamsia berat, jika tidak ditangani segera
maka pasien akan mengalami kejang/sudah dalam tahap eklamsia. Banyak
pasien yang berpotensi dalam preeklamsia berat antara lain karena factor
genetik (keturunan / riwayat keluarga hipertensi), kehamilan ganda, obesitas,
diabitus militus. Untuk mencegah agar preeklamsia menjadi berat atau bahkan
menjadi eklamsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal
yaitu pertambahan berat badan yang terlalu besar setiap minggu, tekanan
darah tinggi serta kadar protein dalam urine.
B. Saran
Agar para pembaca dapat Memahami tentang penyakit preeklamsia
dalam kehamilan, disini penulis meminta kritik dan saran yang
membangun.Semoga makalah ini berguna bagi pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk . 2000. Kapita Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga
.Jakarta : Media Aesculapius.
Mitayani, 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

23

Anda mungkin juga menyukai