Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN JIWA

“PROSES KEPERAWATAN JIWA”

Dosen Pembimbing :

DISUSUN OLEH :
1. Amelia Utami Sebin (P05120218002)
2. Khairil Candra (P0 5120218013)
3. Nabila Fitriani (P05120218024)
4. Sendya Putri Antoni (P05120218036)
5. Ayu Indra (P051202180)
6. Dinda Rupita (P051202180)
7. Nadia Dwi Wulandari (P05120218074)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia
serta rezeki yang tidak pernah dapat kita hitung dengan kemampuan kita, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Proses Keperawatan Jiwa“ Pada
kesempatan ini kami selaku penulis makalah ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami selama pelaksanaan hingga penulisan makalah ini dapat
selesai.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh seluruh
pembacanya. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,sehingga
saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah berikutnya.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam hal
ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi berfikir kritis dalam pengambilan
keputusan, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini jauh dari sempurna maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
BAB l
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan dalam memberi
asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia,
proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatnkan mutu
keperawatan. Namun, pada kenyataannya banyak perawat merasa terbabani dalam
melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperwatan.
Proses keperawatan di rumah sakit jiwa, memiliki masalah yang sama dengan rumah
sakit umum. Hasil evaluasi terhadap dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit jiwa
yang besar, ditemukan kurang dari 40% yang memenuhi kriteria.
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan asuhan
keperawatan dan penyelesaian masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat serta
peserta didik keperawatan. Penerapan proses keperawatan dapat meningkatkan otonomi,
percaya diri, cara berfikir logis, ilmiah dan sistematis, memperlihatkan tanggung jawab dan
tanggung gugat, serta pengembangan diri perawat. Di samping itu, klien dapat merasakan
mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik dan berperan aktif dalam perawatan diri, serta
terhindar dari malpraktik.
Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien
atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart,
2007) .
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat
menurut kesehatan dunia World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakitatau kecacatan.
Manusia akan beradaptasi terhadap keseimbangan melalui mekanisme penanganan yang
dipelajari pada masa lampau. Apabila manusia berhasil beradaptasi dengan masa lampau,
berarti ia telah mempelajari aktivitas mekanisme penanganan yang adekuat untuk beradaptasi
terhadap kesulitan yang lebih kompleks dimasa mendatang dan bisa menyebabkan terjadinya
keadaan yang mernpunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan jiwa atau gangguan jiwa
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
a. Bagaimana cara melakukan analisa data?
b. Bagaimana cara merumuskan diagnosa keperawatan?
c. Bagaimana skema pohon masalah?
d. Bagaimana cara menyusun intervensi?
e. Bagaimana cara melakukan implementasi?
f. Bagaimana cara membuat evaluasi?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui proses keperawatan jiwa
yang meliputi analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, membuat pohon masalah,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini diantaranya:
a. Untuk mengetahui cara melakukan analisa data
b. Untuk mengetahui cara merumuskan diagnosa keperawatan
c. Untuk mengetahui skema pohon masalah
d. Untuk mengetahui cara menyusun intervensi
e. Untuk mengetahui cara melakukan implementasi
f. Untuk mengetahui cara membuat evaluasi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Proses Keperawatan ..........................................................................
B. Tujuan proses Keperawatan ...........................................................................
C. Pengkajian Pada Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa ....................................
D. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................
E. Intervensi ........................................................................................................
F. Implementasi ..................................................................................................
G. Evaluasi ..........................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
C. Daftar Pustaka .................................................................................................
BAB ll
PEMBAHASAN

A. Definisi Proses Keperawatan

Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan


mempertahankan perilaku yang akan menyokong integritas fungsi.
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa,
mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan meningkatkan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
Metode pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sitematis, berfokus pada
respon yang unik dari individu atau kelompok individu terhadap masalah kesehatan yang
aktual dan potensial (Rosalinda, 2006).
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung,seperti pada
masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan
masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
B. Tujuan proses keperawatan

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan


kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Dengan
menggunakanproseskeperawatan,perawatdapatterhindardaritindakankeperawatanyang
bersifat rutin ,intuisi, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan merupaken
sarana/wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih
besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran
klienlebihbesardaripadaperawatsehinggakemandiriankliendapattercapai.
Manfaat proses keperawatan bagi perawat:
a. Peningkatan ekonomi, percaya diri dalam memberikan asuhankeperawatan.
b. Tersedia pola pikir/kerja yang logis,ilmiah,sistematis,danterorganisasi.
c. Peningkatan kepusankerja.
d. Sarana/wahana desiminasi IPTEKkeparawatan.
e. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan
yangunikkarenamasalahkesehatanjiwamungkintidakdapatdilihatlangsung,sepertipada
masalahkesehatanfisikyangmemperlihatkanbermacamgejaladandisebabkanberbagaihal.
Kejadianmasalaluyangsamadengankejadiansaatini,tetapimungkinmunculgejalayang
berbeda.Banyakkliendenganmasalahkesehatanjiwatidakdapatmenceritakanmasalahnya
bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dankontradiksi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawatdalamasuhankeperawatanjiwaadalahmembantuklienuntukdapatmenyelesaikan
masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau
menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap
klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidakmembahayakan.

C. Pengkajian pada Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
a. pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang
dimiliki klien (Stuart dan Larai, 2007). Cara lain dapat berfokus pada lima dimensi yaitu
Fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Adapun isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek pisik/biologis
5. Aspek psikologis
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medik.
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional
sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.Perawat mengumpulkan data tentang status
kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan.Dalam
melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Kegiatan dalam mengumpulkan data
Perawat dalam mengumpulkan data pasien harus collect, validat, organize, record
(Kozier, et al.,1998 dalam Ah Yusuf (2015)).
1. Collect
Data yang dikelompokkan menjadi: 1) subjektif data : cover data symptom merupakan data yang
tidak bisa diukur atau diobservasi bisa juga didapatkan dari orang lain. 2) objektif data : over data/
sign data yang bisa dideteksi oleh orang lain selain klien, biasanya didapatkan dengan cara melakukan
observasi dan pemeriksaan fisik.

2. Validate

Mengecek kembali data untuk klarifikasi, oleh karena; objektif data dan subjektif data tidak
sinkron, pernyataan klien berbeda pada waktu pengkajian yang berbeda, data tampak sangat tidak
normal, adanya faktor yang sangat mempengaruhi pada waktu pengukuran.

3. Organize
Data yang didapat perlu diorganisasi berdasarkan kerangka kerja dengan menggunakan
model keperawatan (nursing models), contoh : Gordon’s Functional Health Patterns
Framework, Orem’s Self Care Models, Roy’s Adaptation Models, Maslow’s Hierarchy Of
Needs, Stuart Adaptation Models. Stuart adaptation model merupakan model penanganan
yaitu krisis akut, pemeliharaan, peningkatan.
4. Record
Data subjektif dituliskan dengan menulis kata-kata klien. Catat cues bukan inference.
Cues adalah apa yang klien ceritakan, apa yang anda lihat, apa yang anda dengan, rasakan,
bau dan ukur. Inference adalah penilaian atau apa arti dari cues. Hindari menggunakan kata
umum (normal, adekuat).
Data yang telah di dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif. Data
objektif adalah data yang didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung
oleh perawat. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan/atau
keluarga sebagai hasil wawancara perawat.
Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer bila didapat langsung oleh perawat,
sedangkan data sekunder bila data didapat dari hasil pengkajian perawat yang lain atau
catatan tim kesehatan lain. Setelah data terkumpul dan didokumentasikan dalam format
pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan
menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien.
c. Rumusan Masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah
Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.

Pohon Masalah
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagain
pohon masalah (Townsend,M.C,1998 dalam Ah Yusuf (2015) terdiri dari :

Effect Akibat dari masalah


utama

Core Prioritas masalah dari


masalah yang ada
proProbl
pada klien

Causa Salah satu dari masalah


yang merupakan

Pasien biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah masalah pasien
akan saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Untuk membuat
pohon masalah, minimal harus ada tiga masalah yang berkedudukan sebagai penyebab
(causa), masalah utama (core problem), dan akibat (effect). Meskipun demikian, sebaiknya
pohon masalah merupakan sintesis dari semua masalah keperawatan yang ditemukan dari
pasien. Dengan demikian, pohon masalah merupakan rangkat urutan peristiwa yang
menggambarkan urutan kejadian masalah pada pasien sehingga dapat mencerminkan
psikodimika terjadinya gangguan jiwa.
1. Masalah utama (core problem) adalah prioritas masalah dari beberapa masalah yang
ada pada pasien. Masalah utama bisa didapatkan dari alasan masuk atau keluhan
utama saat itu (saat pengkajian).
2. Penyebab (causa) adalah sal satu dari beberapa masalah yang merupakan penyebab
masalah utama, masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,
demikian seterusnya.
3. Akibat (effect) adalah salah satu dari beberapa akibat dari masalah utama. Efek ini
dapat menyebabkan efek yang lain dan demikian selanjutnya.
Pada rumusan diagnosis keperawatan menggunakan typology single diagnosis, maka
rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja. Sebagai contoh:
a. Perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b. Isolasi sosial: menarik diri.
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
Tabel rumusan masalah keperawatan:

Pernyataan Tujuan Fokus intervensi


diagnostik keperawatan
Aktual Perubahan dalam Mengurangi atau
perilaku pasien menghilangkan
(beralih ke arah masalah.
resolusi diagnosis
atau perbaikan
status).
Risiko tinggi Pemeliharaan kondisi Mengurangi
yang ada faktor-faktor risiko
untuk mencegah
terjadinya masalah
aktual.
Mungkin Tidak ditentukan Mengumpulkan
kecuali masalah data tambahan
divalidasi. untuk menguatkan
atau menetapkan
tan dan gejala atau
faktor risiko.
Masalah Tujuan keperawatan. Menentukan
kolaboratif awitan atau status
masalah
penatalaksanaan
perubahan status.
Sumber: Carpenito, 1997 dikutip oleh Keliat, 1999

D. Diagnosa Keperawatan

Pengertian diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
1. Diagnosis keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpenito,1996).
2. Diagnosis keperawatan adalah masalah kesehatan actual atau potensial yang mampu
diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya (Gordon, dikutip oleh
Carpenito,1996).
3. Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons actual atau potensial
dariindividu,keluarga,ataumasyarakatterhadapmasalahkesehatan/proseskehidupan
(Carpenito,1996)
4. Diagnosis keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien
baikaktualmaupunpotensial(StuartdanLaraia,2001).
Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang sudah
dibuat.
a. Asumsi : Diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana
keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan pencegahan dan penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan klien.
b. Kriteria Struktur : Tatanan praktik memberi kesempatan kepada teman sejawat
klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan, adanya mekanisme
pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosa
keperawatan yang tepat, untuk akses sumber dan program pengembangan
profesional yang terkait dan adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosa
klien
c. Kriteria Proses : Proses diagnosis terdiri dari analisa, interprestasi data, identifikasi
masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan. Komponen diagnosa
keperawatan terdiri dari masalah (problem), penyebab (etiologi), gejala (symptom)
atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE), bekerja sama dengan klien, dekat
dengan klien, petugas kesehatan lain memvalidasi diagnosisi keperawatan.
Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data baru
d. Kriteri Hasil : Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan
dan diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai
diagnosis yang relevan dan signifikan, diagnosis didokumentasikan untuk
memudahkan perencanaan implementasi dan evaluasi.

Setelah data terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan


jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan suatu
kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien. Kesimpulan itu mungkin sebagai berikut.
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
a. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara periodic, karena
tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan untuk antisipasi masalah.
b. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupaya upaya prevensi dan promosi
sebagai program antisipasi terhadap masalah

2. Ada masalah dengan kemungkinan


a. Risiko terjadinya masalah karena sudah ada factor yang mungkin dapat menimbulkan
masalah.
b. Aktual terjadi masalah dengan disertai pendukung.
Hasil kesimpulan tersebut kemudia dirumuskan menjadi masalah keperawatan. Dalam
merumuskan masalah sebaiknya mengacu pada rumusan dan cara penulisan diagnosis sebagai
berikut :

1. Cara penulisan diagnosis aktual


a. Format dasar problem-etiologi (P.E)
Menyatakan dua pernyataan yaitu: problem berhubungan dengan etiologi. Contoh harga
diri berhubungan dengan penolakan.
b. Format problem-etiologi-sign and symptoms (P.E.S)
Format ini direkomendasikan pada saat pertama kali belajar menulis diagnosis
keperawatan. Jika menggunakan metode ini perlu menambahkan manifestasi setelah etiologi
dan diikuti dengan tanda dan gejala dari pasien. Format problem-etiologi-sign and symptoms
(PES) adalah problem berhubungan dengan etiologi dengan tanda dan gejala. Contoh harga
diri rendah berhubungan dengan penolakan ditandai dengan hipersensitif.
2. Cara penulisan diagnosa risiko
Diagnosa risiko (potensial) didiagnosis dengan melihat adanya faktor resiko dan bukan
batasan karakteristik. Format hanya problem dan etiologi. Etiologi didapatkan dari faktor
risiko. bentuk bisa berupa satu pernyataan, tiga pernyataan, multiple pernyataan sehingga
tidak bisa menggunakan format PES.

3. Cara penulisan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul


Cara penulisan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul diangkat apabila masih
perlu mencari data lain. Untuk itu, di diagnosis yang dituliskan ditambah dengan
kemungkinan yang diletakkan sebelum penulisan problem atau etiologi. Contoh 1)
kemungkinan situasi harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan pekerjaan 2)
kemungkinan proses berpikir terganggu berhubungan dengan lingkungan asing.

4. Cara penulisan collaborative problem


Masalah kolaboratif adalah suatu kondisi komplikasi dari penyakit atau treatment dimana
perawat tidak menangani secara mandiri. Pada proses keperawatan jiwa biasanya masalah
kolaborasi dari efek ECT dan efek pengobatan tranquilizer atau etiologi untuk diagnosa
resiko kegagalan. Maka diperlukan tugas perawat untuk masalah kolaborasi adalah
pencegahan dan observasi. Pasien tidak punya tanda dan gejala (PES). Contoh risiko
kegagalan berhubungan dengan pemberian tranquilizer.
Rumusan diagnosa pada asuhan keperawatan gangguan jiwa pada awalnya berbentuk
problem related to etiology, namun sejak Konas III di Semarang maka rumusan diagnose
keperawatan jiwa dibuat menjadi tunggal sehingga hanya menyebutkan problem tanpa perlu
menuliskan etiologi. Proses keperawatan jiwa tentu saja mengalami imbasnya, jika tadinya
rencananya adalah mengatasi penyebab maka sekarang benar-benar mengarah ke mengatasi
masalah. Rumusan diagnosa tunggal keperawatan jiwa ini mengacu pada North American
Diagnosis Association (NANDA) 2005-2006.
Misalnya dapat dirumuskan diagnosis sebagai berikut:
1. Sebagai diagnosis utama yaitu masasalah utama menjadi etiologi, yaitu risiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
pendengaran
2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi social: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Pada perumusan diagnosa keperawatan yang menggunakan typology single diagnosis,
maka rumusan diagnosa adalah menggunakan etiologi saja.
Berdasarkan pohon masalah di atas maka rumusan diagnosa sebagai berikut
1. Perubahan sensori persepsi halusinasi
2. Isolasi social: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Kemampuan perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosis adalah kemampuan
pengambilan keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan adaptif atau ukuran normal,
kemampuan memberi justifikasi atau pembenaran, kepekaan social budaya (Stuart&Laraia,
2001).Kegiatan atau perilaku perawat yang dibutuhkan dalam merumuskan diagnosis dalah
mengidentifikas pola data, membandingkan data dengan keadaan adaptif, menganalisis dan
mensintesis data, mengidentifikasi kebutuhan atau masalah klien, memvalidasi dan menyusun
masalah dengan klien, membuat pohon masalah, merumuskan diagnosis keperawatan, dan
menyusun prioritas diagnosiskeperawatan.

E. Intervensi
Menurut Ah Yusuf (2015), rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen
yaitu tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Tujuan
umum yang berfokus pada penyelesaian masalah (P), tujuan ini dapat dicapai setelah tujuan
khusus tercapai. Sedangkan tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E), yang
merupakan rumusan kemampuan pasien yang harus dicapai.
Umumnya kemampuan yang ingin pasien capai ini terdiri atas tiga aspek yaitu :
1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis
keperawatan.
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya bahwa dia mampu
menyelesaikan masalah.
Rencana tindakan keperawatan menjadi suatu rangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan
untuk mencapai tujuan khusus. Rasional adalah alasan ilmiah mengapa tindakan diberikan,
yang didapat dari literature, hasil penelitian, dan pengalaman praktik. Standar asuhan
keperawatan menyatakan empat macam tindakan keperawatan yaitu asuhan mandiri,
kolaboratif, pendidikan kesehatan, dan observasi lanjutan.
Untuk mempermudah pembuatan rencana tindakan pada pasien dengan gangguan jiwa,
sebaiknya membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan (LPSP) terlebih dahulu.
Hal ini terjadi karena semua pertanyaan yang akan diajukan sudah dirancang, serta tujuan
pertemuan dan program antisipasi telah dibuat jika tindakan atau wawancara tidak berhasil.
LPSP memuat proses keperawatan dan strategi pelaksanaan tindakan yang direncanakan.
Proses keperawatan yang dimaksud dalam LPSP adalah uraian singkat tentang suatu masalah
yang ditemukan terdiri atas data subjektif, objektif, penilaian (assessment), dan perencanaan
(planning) (SOAP). Satu tindakan yang direncanakan dibuatkan strategi pelaksanaan (SP),
yang terdiri atas fase orientasi, fase kerja, dan terminasi. Fase orientasi menggambarkan
situasi pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang
diharapkan. Fase kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian
lanjut, pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama, dan/atau penyelesaian tindakan.
Fase terminasi merupakan saat untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai
keberhasilan atau kegagalan, dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan berikutnya.
F. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada


situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi
karenaperawatbelumterbiasamenggunakanrencanatertulisdalammelaksanakantindakan
keperawatan.Yangbiasadilakukanperawatadalahmenggunkanrencanatidaktertulis,yaitu apa
yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien
danperawatjikatindakanberakibatfatal,danjugatidakmemenuhiaspeklegal.
Sebelummelaksanakantindakanyangsudahdirencanakan,perawatperlumemvalidasi dengan
singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and
now). Perawat juga menilai diri-sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelekrual dan teknikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Pada saat akan
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya
menjelasakan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta responklien.

G. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatanyangtelahdilaksanakan.Evaluasidibagidua,yaituevaluasiprosesatauformatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakn tindakan, evaluasi hasil sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah dilakukan.
Rencana tindak lanjut dapat berupa:
1. Rencana diteruskan jika masalah tidakberubah.
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan telah dijalankan, tetapi
hasil belum memuaskan.
3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada; diagnosis lama juga dibatalkan.
4. Rencana atau diagnosis selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yangbaru.
5. Kliendankeluargaperludilibatkandalamevaluasiagardapatmelihatadanyaperubahan, serta
berupaya mempertahankan dan memelihara perubahan tersebut. Pada evaluasi sangat
diperlukanreinforcementuntukmenguatkanperubahanyangpositif.Kliendankeluargajuga
dimotivasi untuk melakukan self-reinforcement.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Standar praktik profesional proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sequensial dan berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Asuhan keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional. Metode
ilmiah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan
pelayanan kesehatan.
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh,
akurat dan berkesinambungan. Pada rumusan diagnosis keperawatan menggunakan typology
single diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan etiologi saja. Rencana
tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen yaitu tujuan umum, tujuan khusus,
rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Saat memulai untuk implementasi tindakan
keperawatan, perawat harus membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang
akan dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis perlu bimbingan dari dosen
pembimbing maupun pembaca untuk kesempurnaan dari makalah ini, kami berharap semoga
penyusunan makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan
proses keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
), World Healat Organization ( WHO. "the numbers count mental disorders." 08 06, 2020:
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/the-numbers-count-
mentaldisorders/index.shtml.
Makrifatu, Lili azizah . Imam Zainuri ., dan Amar Akbar. buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa. yogyakarta: indomedia pustaka, 2016.
Nursalimah. keperawatan jiwa . jakarta selatan : Poltekkes Kemenkes , 2016 .

Anda mungkin juga menyukai