OLEH :
NI NYOMAN YUNITA DEWI
NIM. 213221269
3. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma adalah sebagai berikut :
a. Glaukoma primer
1) Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)
2) Glaukoma sudut sempit
b. Glaukoma kongenital
1) Primer atau infantil
2) Menyertai kongenital lainnya
c. Glaukoma sekunder
1) Perubahan lensa
2) Kelainan uvea
3) Trauma
4) Bedah
5) Rubeosis
6) Steroid dan lainnya
d. Glaukoma Absolut
Dari pembagian di atas dapat dikenal glaukoma dalam bentuk-bentuk :
1) Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder
2) Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder
3) Kelainan pertumbuhan, primer, sekunder dan kelainan pertumbuhan
lain pada mata.
4. Etiologi
Glaukoma disebabkan oleh obstruksi aliran aqueous humor. Sumbatan
aliran keluar disudut antara kornea dan iris (glaukoma sudut tertutup akut) dapat
timbul mendadak akibat infeksi atau cedera-cedera. Usia yang berhubungan
dengan fibrosis disudut tersebut, atau saluran lain yang berperan dalam
mengalirkan aqueous humor, dapat secara perlahan meningkatkan tekanan
infraokulus.
Pada glaukoma akut dapat terjadi primer yaitu timbul pada mata yang
memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua
mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau
lebih. Sedangkan glaukoma kronik terjadi karena pengaruh keturunan dalam
keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain.
Menurut Iyas (2010), menyebutkan penyebab dari glaukoma antara lain:
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliari
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau
dicelah pupil.
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik
posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan
terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
tekanan pada saraf tekanan pemb. darah tekanan pd sel ganglion tindakan operasi
vagus di retina dan saraf optik
b. Terapi Suportif
c. Terapi Bedah
Glaukoma sudut tertutup pada kondisi akut harus ditangani segera dengan
pemberian acetazolamide 500 mg intravena diikuti dengan 500 mg per oral.
Dokter juga dapat memberikan beta-blocker topikal dan juga alfa agonis.
Pasien yang tekanan intraokularnya tidak menurun dengan terapi tersebut
dapat diberikan manitol intravena. Periksa terlebih dahulu fungsi ginjal,
elektrolit, dan tekanan osmotik pasien sebelum memberikan manitol.
Terapi lain adalah terapi suportif berupa pemberian analgesik, antiemetik,
posisi kepala elevasi sekitar 30 derajat, serta pemberian pilocarpine 1 jam
setelah terapi inisial di atas. Pilocarpine diberikan setiap 15 menit.
2. Diagnosa
Terdapat beberapa diagnosa yang mungkin muncul diantaranya adalah :
a. Pre Operasi
1) (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(peningkatan TIO).
2) (D.0085) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
pengelihatan.
3) (D.0080) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
(penurunan fungsi pengelihatan, resiko retinopati, tindakan
pembedahan).
4) (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
5) (D.0032) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis.
6) (D.0136) Risiko cedera berhubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Post operasi
1) (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post
tuberkulektomi, iriodektomi).
2) (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive.
3) (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
mengenai persiapan perawatan mandiri di rumah.
3. Rencana Tindakan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
1 (D.0077) Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Intervensi : Managemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan agen keperawatan selama 1 x … Tindakan :
cedera fisiologis jam diharapkan :
(peningkatan TIO), agen Observasi
cedera fisik (post
Tingkat Nyeri (L.08066) -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
tuberkulektomi,
iriodektomi) intensitas nyeri
Ekspektasi : menurun
Katagori : psikologis -Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil : keluhan nyeri -Identifikasi respon nyeri non verbal
Subkatagori : nyeri dan berkurang
kenyamanan -Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Definisi : pengalaman
sensorik atau emosional -Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
yang berkaitan dengan -Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
kerusakan jaringan actual
atau fungsional,dengan -Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
onset mendadak atau lambat -Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
dan berintensitas ringan
hingga berat yang diberikan
berlangsung kurang dari 3 -Monitor efek samping penggunaan analgetik
bulan
Therapeutik
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
-Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
2 (D.0085) Gangguan Setelah diberikan asuhan Intervensi : Promosi komunikasi : defisit visual (I.13494)
persepsi sensori keperawatan selama 1 x …
Tindakan :
berhubungan dengan jam diharapkan
gangguan penglihatan Observasi
Katagori : Perilaku Tingkat Pengetahuan -Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(L.12111) -Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Subkatagori : Penyuluhan
dan pembelajaran menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Ekspektasi : membaik Therapeutik
Definisi : Ketiadaan atau
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
kurangnya informasi -Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
kognitif yang berkaitan Kriteria hasil :
-Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
dengan topik tertentu
-Perilaku sesuai anjuran -Berikan kesempatan untuk bertanya.
-Verbalisasi minat dalam Edukasi
belajar -Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
-Kemampuan menjelaskan -Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
suatu topik -Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
-Kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat
menggambarkan pengalaman
yang sesuai dengan topik
-Perilaku sesuai dengan
pengetahuan
5 (D.0032) Resiko defisit Setelah diberikan asuhan Intervensi : Edukasi Nutrisi (I.12395)
nutrisi berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x … Tindakan :
faktor psikologis
jam diharapkan : Observasi
Kategori : Fisiologis
-Periksa status gizi, status alergi, program diit, kebutuhan
Status Nutrisi (L.03030) dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
Subkategori : Nutrisi dan
-Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
cairan informasi
Ekspektasi : Membaik Terapeutik
Definisi :
Berisiko mengalami asupan -Persiapkan materi dan media seperti jenis – jenis nutrisi,
nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil :
memenuhi kebutuhan table makanan penukar, cara mengelola, cara mnakar
metabolisme -Porsi makanan yang makanan
dihabiskan cukup -Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
-Verbalisasi keinginan untuk -Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkatkan nutrisi Edukasi
-Pengetahuan tentang pilihan -Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan,
makanan yang sehat makanan yang harus dihindari, kebutuhan jumlah kalori,
-Pengetahuan tentang jenis makanan yang dibutuhkan pasien
minuman yang sehat -Ajarkan melaksanakan diit sesuai program (mis : makanan
-Pengetahuan tentang standar tinggi protein, rendah garam, rendah kalori)
asuhan yang tepat -Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum memberikan
-Penyiapan dari penyimpanan makan (mis. penggunaan gigi palsu, obat – obat yang
makanan yang aman diberikan sebelum makan
-Penyiapan dan penyimpanan -Ajarkan pasien dan keluarga memantau memantau kondisi
kekurangan nutrisi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
minuman yang aman
-Sikap terhadap makanan /
minuman sesuai dengan
tujuan kesehatan
-Anoreksia berkurang
-Muntah berkurang
-Nafsu makan meningkat
6 (D0136) Risiko cedera Setelah diberikan asuhan Intervensi : Edukasi Keselamatan Lingkungan (I.12385)
berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x … Tindakan :
gangguan penglihatan
jam diharapkan : Observasi
Kategori : Lingkungan
-Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Subkategori : Keamanan Keamanan lingkungan Terapeutik
dan proteksi
(L.14126) -Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Defisnisi : -Berikan kesempatan untuk bertanya
Berisiko mengalami bahaya Ekspektasi : Meningkat Edukasi
atau kerusakan fisik yang -Anjurkan menggunakan alat pelindung (mis. restrain, rel
menyebabkan seseorang Kriteria Hasil : samping, pagar)
tidak lagi sehat atau dalam -Pencahayaan eksterior dan -Anjurkan menyediakan alat bantu (mis. pegangan tangan,
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
kondisi baik interior baik keset anti slip)
-Ketersediaan akses -Informasikan nomor telepon darurat / bel pasien
telephone -Anjurkan barang pada area yang mudah terjangkau
-Kemudahan akses kamar -Anjurkan memastikan lantai kamar mandi tidak licin
mandi Kolaborasi
-Ketersediaan perangkat -Kolaborasi dengan keluarga dan staf rumah sakit lainnya
bantu untuk meningkatkan keamanan lingkungan pasien
-Pengaturan suhu ruangan
7 (D0142) Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Intervensi : Edukasi Perawatan Mata (I.12427)
berhubungan dengan efek keperawatan selama 1 x .. jam Tindakan :
prosedur invasive diharapkan : Observasi
-Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Kategori : Lingkungan Tingkat infeksi (L14137) Terapeutik
-Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Subkategori : Keamanan
Ekspektasi : menurun -Berikan kesempatan untuk bertanya
dan proteksi
Edukasi
Kriteria hasil : -Ajarkan memonitor kemerahan, eksudat, atau ulserasi
-Kebersihan tangan, badan,
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
nafsu makan meningkat -Anjurkan tidak menyentuh mata
-Nyeri, bengkak tidak ada -Ajarkan cara memonitor reflek kornea
-Anjurkan melepas lensa kontak sesuai kebutuhan
-Ajarkan cara menggunakan penutup mata
-Ajarkan cara penggunaan tetes mata lubrikasi
-Ajarkan cara penggunaan salep lubrikasi
-Ajarkan cara memasang plester untuk menutup kelopak
mata
-Ajarkan cara penggunaan pelembab mata
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahapan perencanaan. Jenis tindakan pada implmentasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi dan tindakan rujukan/ketergantugan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
(Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MD DENGAN
GLAUKOMA
DI RUANG TUNJUNG RS MATA BALI MANDARA
TANGGAL 21-23 JUNI 2022
A. Pengkajian
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : Tn. MD
Umur : 48 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Menikah
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Kediri, Tabanan
Tanggal Masuk : 27 April 2022
Tanggal Pengkajian : 27 dan 28 April 2022
No. Register : 188921
Diagnosa Medis : OD Glaukoma Sekunder
Tindakan : OD Trabeculektomy dengan Lokal Anastesi
Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
Menikah
H ubungan dengan keluarga
Tinggal satu rumah
P asien teridentifikasi
Meninggal
4. Riwayat Sosio-kultural
Pasien merupakan seorang petani. Pasien tidak mengalami gangguan dalam
berhubungan dengan siapapun dan selalu menjalankan perannya sebagai suami dan
ayah dari anak-anaknya serta kakek dari cucu-cucunya. Pasien beragama Hindu dan
rajin berdoa sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.
5. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a.Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit yang dideritanya saat ini yaitu
penyakit glaukoma. Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting, karena jika sakit
pasien menjadi tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Jika pasien sakit, pasien
akan berusaha untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan guna kesembuhan
penyakitnya.
b. Pola nutrisi-metabolik
Pasien mengatakan baik sebelum maupun setelah sakit pasien tidak ada keluhan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pasien makan tiga kali sehari 1 porsi dengan
komposisi nasi, lauk, sayur, dan minum air putih sebanyak 6-8 gelas sehari, pasien
mampu menghabiskan satu porsi makanan yang dihidangkan.
c.Pola eleminasi
Sebelum sakit, pasien BAK sekitar tiga sampai empat kali sehari. Warna kuning
jernih. Bau khas urine. Pasien BAB satu kali sehari. Konsistensi padat lembek. Bau
khas feses. Saat sakit pola eliminasi pasien masih tetap sama seperti sebelum sakit.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan sebelum dan setelah sakit pasien mampu beraktifitas
seharihari tanpa bantuan orang lain. Pasien masih mampu makan dan minum sendiri,
mampu mandi sendiri, mampu melakukan toileting sendiri, mampu berpakaian
sendiri, serta berpindah dengan sendiri.
e.Pola kognitif dan persepsi sensori
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit yang dideritanya saat ini
yaitu penyakit glaukoma. Pasien mengatakan sakit yang dialami sekarang murni
karena penyakit medis. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pasien dapat
menjawab pertanyaan perawat dengan lancar. Pasien mengatakan kesehatan itu sangat
penting, karena jika sakit pasien menjadi tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari.
Jika sakit, pasien akan segera berobat ke tempat pelayanan kesehatan guna
kesembuhan penyakitnya. Pasien mengatakan mengalami gangguan penglihatan yang
mulai dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu dan saat ini visus pasien adalah 6/120 pada
mata kanan dan 6/15 pada mata kiri.
f. Pola persepsi-konsep diri
1. Gambaran diri
Pasien mengatakan merasa senang dengan anggota tubuhnya dan masih tetap bisa
bersyukur meskipun menderita penyakit glaukoma.
Identitas diri
Pasien mengatakan bersyukur dan bangga diciptakan sebagai laki-laki.
Peran diri
Pasien mengatakan dirumah berperan sebagai suami, ayah dan kakek.
2. Ideal diri
Pasien mengatakan berharap bisa menjadi suami yang baik bagi istrinya dan ayah
yang baik bagi anak-anaknya serta kakek yang baik bagi cucu-cucunya.
3. Harga diri
Pasien mengatakan tidak minder dengan keadaannya sekarang. Pasien tampak
kooperatif dengan perawat.
g. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengatakan sebelum operasi tidak mengalami kesulitan dalam hal tidur.
Pasien biasa tidur malam selama 6-8 jam, pasien tidur pukul 22.00 WITA dan bangun
pada pukul 05.00 WITA. Pasien tidak terbiasa tidur siang. Setelah operasi pasien
dapat tidur seperti biasa hanya sedikit merasa terganggu.
h. Pola peran-hubungan
Pasien merupakan seorang petani. Pasien tidak mengalami gangguan dalam
berhubungan dengan siapapun dan selalu menjalankan perannya sebagai suami bagi
istrinya dan ayah bagi anak-anaknya serta kakek bagi cucu-cucunya
i. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan pola seksual-reproduksinya.
j. Pola toleransi stress-koping
Pasien mengatakan sebelum sakit maupun saat sakit, apabila pasien memiliki masalah
selalu menceritakan masalahnya kepada keluarganya baik kepada istrinya maupun
anak-anaknya.
k. Pola nilai-kepercayaan
Pasien beragama Hindu dan rajin berdoa sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.
6. Pemeriksaan Fisik
a.Tanda-tanda vital
Pra operasi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran pasien : Compos Mentis
TD : 130/75 mmHg Nadi : 88x/menit
Suhu : 36.50C RR : 20x/menit
Post Operasi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran pasien : Compos Mentis
TD : 150/75 mmHg Nadi : 90x/menit
Suhu : 36.50C RR : 20x/menit
b. Antropometri : Berat badan = 68 kg, tinggi badan = 162 cm.
c. Keadaan kulit : Pasien mengatakan tidak ada luka pada kulitnya. Kulit terasa
lembab, turgor kulit normal, tidak ada gataltidak ada nyeri tekan.
d. Kuku : Bentuk kuku normal, berwarna pink, CRT (Capilarry Refill Time) ≤ 2
detik.
e.Rambut : Rambut ikal berwarna hitam, kuantitas normal, tekstur halus.
f. Kepala : Bentuk kepala normocefali. Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan.
g. Mata
Pra Operasi
- Kanan : konjungtiva merah muda, sklera normal, tidak ada tanda ikterus, visus
6/120, tekanan intra okuler 35,2 mmHg.
- Kiri : konjungtiva merah muda, sklera normal, tidak ada tanda ikterus, visus
6/15, tekanan intra okuler 16,4 mmHg.
Post Operasi
Pasien mengatakan nyeri setelah operasi, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
pada mata kanan yang dioperasi dengan skala nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
mereda jika pasien tidak menggerakkan mata
a.Telinga : Bentuk normal, tidak ada secret yang keluar dari telinga, tidak ada lesi, tidak
ada gangguan pendengaran.
b.Mulut : Mulut bersih, tidak ada pendarahan pada gusi, mukosa bibir lembab, tidak
ada lesi pada mukosa mulut, jumlah gigi lengkap.
c.Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid.
d.Toraks dan punggung : Bentuk simetris, kelainan tidak ada, irama nafas reguler,
respirasi 20x/menit, suara nafas normal, tidak ada batuk, tidak ada retraksi otot bantu
nafas.
e.Abdomen : Tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal 12
kali/mnt.
m. Ekstremitas
- Atas : Pergerakan tangan kiri dan kanan terkoordinasi, kekuatan otot kuat,
akral hangat, tidak ada luka, tidak ada bengkak/oedema.
- Bawah : Pergerakan kaki kiri dan kanan terkoordinasi, kekuatan otot kuat,
tidak ada luka, tidak ada bengkak/oedema.
n. Neurosensori
Pasien mengeluh mata kanan kabur, kadang terasa nyeri hingga menyebabkan pusing
dan mual yang dirasakan hilang timbul. Visus mata kanan pasien 6/120 dengan TIO
35,2 mmHg dan visus mata kiri pasien 6/15 dengan TIO 16,4 mmHg. GCS :
4E5V6M.
7. Data Tambahan
Ureum (tanggal April 2022) = 12,0 mg/dL
Creatinin (tanggal April 2022) = 1,0 mg/dL
8. Terapi medis:
1. Terapi pra operasi 27 April 2022
a. Cendo Eyefresh 4 x 1 ODS
b. Cendo Timol 0,5% 2 x 1 OD
c. Glauseta 2 x 250 mg
2. KSR 1 x 1 tab
e. B. Diagnosis Keperawatan
Tanggal, Jam
No. Diagnosis Keperawatan
Ditemukan
1 27 April 2022 Gangguan persepsi sensori penglihatan
. Pukul. 10.00 berhubungan dengan gangguan pengelihatan
dibuktikan dengan pasien mengeluh kabur
pada mata kanan, visus OD = 6/120, visus OS
= 6/15,
TIO OD = 35,2 TIO OS = 16,4
28 April 2022
2 Pkl. 11.45 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
. fisik (post trabekulektomi) dibuktikan dengan
pasien mengeluh nyeri pada mata kanan yang
dioperasi, skala nyeri = 4 (0-10), nyeri
dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri mereda jika
pasien tidak menggerakkan mata, pasien
tampak meringis Pasien tampak meringis
Tanda Vital: TD : 150/75 mmHg, Nadi:
28 April 2022 90x/menit
Pkl. 11.45
Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
3
invasive (post operasi trabekulektomy)
.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan Setelah Intervensi : Promosi komunikasi :
. persepsi sensori diberikan defisit visual (I.13494) Tindakan :
berhubungan asuhan
dengan Observasi
keperawatan
gangguan selama 3 x 24 -Periksa kemampuan pengelihatan
pengelihatan jam -Monitor dampak gangguan
diharapkan :
pengelihatan (mis. resiko cedera,
depresi, kegelisahan, kemampuan
Persepsi sensori melakukan aktivitas seharihari)
Therapeutik
-Fasilitasi peningkatan stimulus indera
Ekspektasi : lainnya (mis. aroma, rasa, tekstur makanan)
membaik -Pastikan kaca mata berfungsi dengan baik
-Sediakan pencahayaan cukup
-Berikan bacaan dengan huruf besar
a. Kriteria
hasil : orientasi -Hindari penataan letak lingkungan tanpa
visual mebaik
memberitahu
-Sediakan alat bantu (mis. telepon/bel
pasien)
-Fasilitasi membaca surat, surat kabar atau
media informasi lainnya
Edukasi
-Jelaskan lingkungan pada pasien
-Ajarkan keluarga cara membantu pasien
berkomunikasi
Kolaborasi
-Berikan obat tetes mata C. Eyefresh 4 x 1
ODS, C. Timol 0,5% 2 x 1 OD
-Berikan obat oral Glauseta 2 x 250 mg,
KSR 1 x 1 tablet
2 Nyeri akut Setelah Intervensi : Managemen nyeri (I.08238)
berhubungan diberikan Tindakan :
dengan agen asuhan
pencedera fisik Observasi
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
(post operasi keperawatan -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
trabekulektomi) selama 2 x 24 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
jam diharapkan
-Identifikasi skala nyeri
:
-Identifikasi respon nyeri non verbal
-Identifikasi faktor yang memperberat dan
Tingkat Nyeri
memperingan nyeri
-Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
Ekspektasi :
hidup
menurun
-Monitor keberhasilan terapi
komplementer (teknik relaksasi nafas
Kriteria hasil :
keluhan nyeri dalam) yang sudah diberikan
berkurang -Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Therapeutik
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi
nafas dalam)
-Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Berikan obat oral Paracetamol 3 x 500 mg
Junadi P., dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : FKUI
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 Standar Diagnosis keperawatan Indonesia.Edisi I.Cetakan
III. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan
II. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI,2019 Standar Luaran keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika