1. Definisi Glaucoma
2. Klasifikasi
Beberapa terminologi untuk mendeskripsikan tipe glaukoma adalah sebagai
berikut:
a) Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan
sekunder. Glaukoma primer adalah penyakit glaukoma yang tidak
berhubungan dengan kelainan mata lainnya atau sistemik. Glaukoma primer
ini adalah glaukoma yang tidak di ketahui penyebabnya dan merupakan jenis
glaukoma terbanyak secara global. Sedangkan glaukoma sekunder
berhubungan dengan kelainan atau penyakit pada mata atau sistemik lain,
seperti pada penderita peradangan mata yang berulang, komplikasi dari
penyakit katarak, dan trauma atau benturan benda tumpul pada mata.
(Kemenkes RI, 2015)
b) Glaukoma primer sudut terbuka/Primary open angle glaucoma, memiliki
ciri sudut bilik mata depan terbuka atau tampak normal, tetapi terdapat
penyumbatan pada aliran keluar cairan bola mata (humor aquous).
Penyumbatan ini terjadi secara perlahan dan mengakibatkan peningkatan
tekanan pada bola mata. Glaukoma jenis ini berisfat kronis dengan
progresivitas lambat sehingga penderita tidak akan menyadari sampai
terjadinya penyempitan lapang pandang dan penglihatan yang menurun tajam.
Tipe glaukoma ini sering disebut sebagai “pencuri penglihatan” karena tidak
ada manifestasi klinis awal yang menjadi penanda kehilangan penglihatan.
(Black & Hawks, 2014)
4. Manifestasi Klinis
Glaukoma sudut tertutup akut menyebabkan nyeri berat dan penglihatan kabur
atau kebutaan. Beberapa klien melihat halo (lingkaran seperti pelangi di sekeliling
cahaya) dan beberapa mengalami mual muntah. (Black & Hawks, 2014)
Glaukoma sekunder memberikan gejala yang sama dengan glaukoma sudut
tertutup akut. Penyempitan lapang pandang terjadi akibat kehilangan suplai darah ke
area retina. Pemeriksaan mata menunjukkan atrofi (warna pucat) dan cupping
(indentasi) diskus saraf optik. Pemeriksaan lapang pandang penglihatan digunakan
untuk menentukan kehilangan penglihatan perifer. Pada glaukoma awal sudut terbuka
tampak skotoma (bintik buta) sebagai garis lengkung. Pada glaukoma sudut tertutup
akut, lapang pandang yang hilang ini lebih luas.
Pada pasien dengan glaukoma sudut tertutup, pemeriksaan slit-lamp dapat
menunjukkan konjungtiva eritem dan kornea yang berkabut. Humor aquous pada
ruang okuli anterior tampak turbid (berkabut) dan pupil menjadi non-reaktif.
Peningkatan tekanan intraokular meningkat (>23 mmHg) membutuhkan evaluasi
lanjutan. Gonioskopi dilakukan untuk menentukan kedalaman sudut ruang okuli
anterior dan untuk memeriksa lingkar sudut pada perubahan sistem jaringan filtrasi.
5. Penyimpangan KDM
↑ Tekanan intraokular
GLAUKOMA
7. Penatalaksanaan
a) Farmakologis
1) Golongan β-adrenergik bloker
Obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau dengan
kombinasi dengan obat yang lain. Contoh obat golongan β-adrenergik
bloker misalnya timolol meleat 0,25% dan 0,5%, betaxolol 0,25% dan
0,5% levobunolol dan lain-lain. Timolol meleat memiliki aktivitas
simpatomimetik, sehingga apabila diteteskan pada mata dapat
mengurangi tekanan intraokular. Farmakodinamik golongan β-
adrenergik bloker dengan cara menekan pembentukan humor aquous
sehingga TIO dapat turun. Sedangkan farmakokinetiknya sebagian
besar diserap dengan baik oleh usus secara peroral. Indikasi
pemakaian diberikan pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai
terapi inisial baik secara tungga atau kombinasi terapi dengan miotik
2) Golongan α2-adrenergik agonis
Obat golongan α2-adrenergik agonis misalnya apraklonidin
memiliki efek menurunkan produksi humor aquous, meningkatkan
aliran keluar humor aquous melalui trabekula meshwork dengan
menurunkan tekanan vena episklera dan dapat juga meningkatkan
aliran keluar uveosklera. Farmakokinetik dari pemberian apraklonidin
1% dalam waktu 1 jam dapat menghasilkan penurunan TIO yang
cepat. Indikasi penggunaan apraklonidin untuk mengontrol
peningkatan akut TIO pasca tindakan laser.
3) Analog prostaglandin
Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang efektif
pada terapi glaukoma misalnya, latanopros. Latanopros merupakan
obat baru yang paling efektif karena dapat ditoleransi dengan baik dan
tidak menimbulkan efeks samping sistemik. Farmakokinetik latanopros
mengalami hidrolisis enzim dikornea dan diaktifkan menjadi asam
latanopros. Penurunan TIO dapat dilihat setelah 3-4 jam setelah
pemberian dan efek maksimal yang terjadi antara 8-12 jam. Obat ini di
indikasikan pada glaukoma sudut terbuka. Kontraindikasi pada pasien
yang sensitif dengan latanopros.
4) Hiperosmotik untuk penurunan volume vitreus
Obat yang digunakan dalam menurunkan volume vitreus dapat
menggunakan obat hiperosmotik dengan cara mengubah darah menjadi
hipertonik sehingga air tertarik keluar dari vitreus dan menyebabkan
pengecilan vitreus sehingga terjadi penurunan produksi humor aquous.
Penurunan volume vitreus bermanfaat dalam pengobatan glaukoma
sudut tertutup akut dan maligna yang menyebabkan pergeseran lensa
kristalina ke anterior yang menyebabkan penutupan sudut (glaukoma
sudut tertutup sekunder).
5) Asetasolamid oral
Asetasolamid oral merupakan obat yang sering di gunakan
karena dapat menekan pembentukan humor aquous sebanyak 40-60%.
Bekerja efektif dalam menurunkan TIO. Indikasi asetasolamid
terutama untuk menurunkan TIO, mencegah prolaps korpus vitreum,
dan menurunkan tekanan intraokular pada pseudo tumor serebri.
Kontraindikasi relatif untuk sirosis hati, penyakit paru obstruktif
menahun, gaga ginjal, diabetes ketoasidosis dan urolithiasis. Efek
samping yang sering muncul apabila digunakan dalam jangka lama
antara lain nausea, anoreksia, depresi pembentukan batu ginjal, dan
anemia aplastik. (Budiono & dkk., 2013)
b) Non farmakologis
Jika pengobatan maksimal gagal untuk menghentikan kehilangan
penglihatan dan kerusakan saraf optik, perlu direkomendasikan
penatalaksanaan bedah. Banyak prosedur untuk meningkatkan aliran humor
aquous , akan tetapi prosedur ini tidak semuanya berhasil. Berikut merupakan
prosedurnya:
1) Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser untuk membuat lubang kecil dijaringan
trabekular sering di indikasikan sebelum pembedahan penyaringan
dilakukan. Laser menghasilkan jaringan parut pada jaringan trabekular
yang menyebabkan pencangan serat trabekular. Serabut yang
bertambah kencang menyebabkan penambahan aliran humor aquous,
tekanan intraokular dapat berkurang hingga 80% kasus. Efek laser ini
semakin berkurang seiring waktu, dan prosedur ini perlu di ulang.
Terapi medis dengan tetes mata biasanya tetap dilanjutkan. (Black &
Hawks, 2014)
2) Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah pembuatan lubang untuk mengeluarkan
humor aquous. Lubang ini kemudian ditutup sebuah katup dengan
tebal setengah sklera yang di jahit dengan longgar sehingga
menyebabkan absorbsi humor aquous subkonjugtiva. (Black & Hawks,
2014)
3) Iridotomi
Iridotomi adalah pembuatan jalur baru humor aquous menuju
ke jaringan trabekular. Laser digunakan untuk membuat lubang baru
pada iris. (Black & Hawks, 2014)
4) Prosedur siklodestruktif
Ketika prosedur bedah lain gagal, siklodestruktif (aplikasi
ujung pembeku) atau siklofotokoagulasi (yang diaplikasikan dengan
laser) dapat di gunakan untuk merusak badan siliar dan mengurangi
produksi humor aquous. (Black & Hawks, 2014)
8. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
1) Identifikasi klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa.
2) Keluhan utama: terjadi tekanan intraokular yang meningkat mendadak
sangat tinggi, nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan
menurun, mata merah dan bengkak.
3) Riwayat penyakit sekarang: hal ini meliputi keluhan utama mulai
sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di kepala, mual
muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
4) Riwayat penyakit dahulu: pernah mengalami penyakit glaukoma
sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat hubungan dengan penyakit
yang di derita sebelumnya.
5) Riwayat penyakit keluarga: dalam keluarga ditemukan beberapa
anggota keluarga dalam garis vertikal atau horizontal memiliki
penyakit yang serupa.
b) Asuhan keperawatan
Diagnosa Outcome Intervensi
Nyeri akut b.d agens cedera Setelah dilakukan perawatan, Manajemen nyeri
biologis (mis. inflamasi) masalah pasien dapat teratasi Aktivitas-aktivitas:
(NANDA, Domain 12. dengan kriteria hasil: Identifikasi lokasi,
Kenyamanan Kelas 1.
Kontrol nyeri karakteristik, durasi,
Kenyamanan fisik)
Pasien dapat mengenai frekuensi, kualitas,
Batasan karakteristik: kapan nyeri terjadi intensitas nyeri
- Mengekspresikan perilaku Pasien dapat Identifikasi skala nyeri
(mis. menangis, gelisah) menggunakan tindakan Berikan teknik
- Ekspresi wajah (mis. pengurangan nyeri nonfarmakologis untuk
meringis)
Pasien dapat mengurangi rasa nyeri
- Fokus menyempit
menggunakan analgesik (mis, kompres
yang di hangat/dingin, terapi
rekomendasikan musik, aromaterapi)
Pasien dapat Kontrol lingkungan yang
melaporkan gejala yang memperberat rasa nyeri
tidak terkontrol Fasilitasi istirahat dan
Pasien dapat mengenali tidur
terkait dengan gejala Anjurkan teknik
nyeri nonfarmakologis untuk
Tingkat nyeri mengurangi rasa nyeri
Ekspresi nyeri tidak Pemberian analgesik
ada Aktivitas-aktivitas:
Pasien dapat Identifikasi riwayat alergi
beristirahat obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik
Monitor efektivitas
pemberian analgesik
Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk
mencapai analgesia
optimal
Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi pemberin dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan perawatan, Perawatan mata
b.d gangguan penglihatan masalah pasien dapat teratasi Aktivitas-aktivitas
(SDKI Kategori: Psikologis dengan kriteria hasil: Identifikasi alternatif
Subkategori: Integritas ego)
Persepsi sensori: untuk optimalisasi sumber
Batasan karakteristik: Verbalisasi melihat rangsangan
- Gangguan penglihatan bayangan Orientasikan pasien
Fungsi sensori: penglihatan terhadap ruang rawat
Pandangan kabur Anjurkan tidak menyentuh
berkurang mata
Penglihatan terganggu Anjurkan mengonsumsi
berkurang makanan kaya vitamin A
Pasien dapat Teteskan obat tetes mata
mengidentifikasi Letakkan alat yang sering
faktor-faktor yang digunakan di dekat pasien
mempengaruhi fungsi atau pada sisi mata yang
penglihatan lebih sehat
Pasien dapat Sesuaikan lingkungan
mengidentifikasi dan untuk optimalisasi
menunjukkan pola-pola penglihatan
alternatif untuk Hindari cahaya
meningkatkan rangsang menyilaukan
penglihatan
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan perawatan, Peningkatan harga diri
berhubungan dengan masalah pasien dapat teratasi Aktivitas-aktivitas:
kebutaan (NANDA, Domain dengan kriteria hasil: Monitor pernyataan pasien
6. Persepsi diri Kelas 3.
Harga diri mengenai harga diri
Citra tubuh)
Penerimaan terhadap Bantu pasien untuk
Batasan karakteristik: keterbatasan menemukan penerimaan
- Gangguan fungsi tubuh Percaya diri diri
(penglihatan) Citra tubuh Fasilitasi lingkungan dan
- Menolak menerima Pasien dapat aktivitas-aktivitas yang
perubahan
beradaptasi dengan akan meningkatkan harga
perubahan status diri
kesehatan Bantu pasien untuk
Sikap terhadap mengatasi bullying atau
peningkatan ejekan
penampilan Buat pernyataan positif
Penyesuaian terhadap mengenai pasien
tampilan fisik Peningkatan citra tubuh
Aktivitas-aktivitas:
Gunakan bimbingan
antisipatif menyiapkan
pasien terkait dengan
perubahan citra tubuh
Diskusikan perubahan-
perubahan akibat
perubahan status
kesehatan
Bantu pasien memisahkan
penampilan fisik dari
perasaan berharga secara
pribadi
Bantu pasien
mendiskusikan tindakan-
tindakan yang akan
meningkatkan penampilan
Ansietas b.d perubahan Setelah dilakukan perawatan, Pengurangan kecemasan
status kesehatan (NANDA, masalah pasien dapat teratasi Aktivitas-aktivitas:
Domain 9. Koping/toleransi dengan kriteria hasil: Gunakan pendekatan yang
stres Kelas 2. Respons
Tingkat kecemasan tenang dan menyakinkan
koping)
Pasien tidak merasa Jelaskan semua prosedur
Batasan karakteristik: gelisah termasuk sensasi yang
- Ketakutan Pasien tidak merasa akan di rasakan yang
- Gelisah cemas mungkin di alami klien
- Sangat khawatir Pasien tidak merasa selama prosedur dilakukan
takut Berada di sisi klien untuk
Kontrol kecemasan diri meningkatkan rasa aman
Pasien dapat dan mengurangi ketakutan
menggunakan teknik Berikan aktivitas
relaksasi untuk pengganti yang bertujuan
mengurangi kecemasan untuk mengurangi
Pasien dapat kecemasan
mengendalikan Lakukan usapan pada
kecemasan punggung/leher dengan
Pasien dapat cara yang tepat
mempertahankan Terapi relaksasi
konsentrasi Aktivitas-aktivitas:
Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif dilakukan
Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
yang nyaman
Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. musik,
meditasi, napas dalam)
Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
Demonstrasikan dan latih
relaksasi (mis. napas
dalam, peregangan)
Risiko jatuh (NANDA, Setelah dilakukan perawatan, Pencegahan jatuh
Domain 11. masalah pasien dapat teratasi Aktivitas-aktivitas:
Keamanan/perlindungan dengan kriteria hasil: Identifikasi faktor risiko
Kelas 2. Cedera fisik)
Keseimbangan jatuh (mis. gangguan
Faktor risiko: Pasien dapat penglihatan)
- Gangguan visual mempertahankan Identifikasi faktor
keseimbangan ketika lingkungan yang
berjalan meningkatkan risiko jatuh
Pasien tidak terpelintir (mis. lantai licin,
Pasien tidak tersandung penerangan kurang)
Gunakan alat bantu
berjalan (mis. tongkat,
kursi roda)
Orientasikan ruangan pada
pasien
Anjurkan memangil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah atau
mengambil sesuatu
Manajemen lingkungan:
keselamatan
Aktivitas-aktivitas:
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien
berdasarkan fungsi fisik
Singkirkan bahan
berbahaya dari lingkungan
Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahan berbahaya dan
berisiko
Risiko infeksi (NANDA, Setelah dilakukan perawatan, Kontrol infeksi
Domain 11. masalah pasien dapat teratasi Aktivitas-aktivitas:
Keamanan/perlindungan dengan kriteria hasil: Bersihkan lingkungan
Kelas 1. Infeksi)
Kontrol risiko: Proses infeksi dengan baik setelah
Faktor risiko: Pasien dapat digunakan
- Kurang pengetahuan untuk mengidentifikasi faktor Anjurkan pasien mengenai
menghindari pemajanan risiko infeksi teknik mencuci tangan
patogen Pasien dapat dengan tepat
mengidentifikasi tanda Pastikan teknik perawatan
dan gejala infeksi luka yang tepat
Pasien dapat memonitor Ajarkan pasien dan
faktor lingkungan yang keluarga mengenai tanda
berhubungan dengan dan gejala infeksi dan
risiko infeksi kapan harus
Pasien dapat melaporkannya kepada
mempertahankan penyedia perawatan
lingkungan yang bersih kesehatan
Mencuci tangan Ajarkan pasien dan
Mengembangkan anggota mengenai
strategi untuk bagaimana menghindari
mengontrol infeksi infeksi
DAFTAR PUSTKA
Ariesti, A., & Herriadi, D. (2018). Profile of Glaucoma at the Dr. M. Djamil Hospital Padang,
West Sumatra. Jurnal Kesehatan Andalas, 34-37.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan (8 ed.). Singapore: Elsevier.
Budhiastra, P., & dkk. (2017). Ilmu Kesehatan Mata. Bali: Udayana University Press.
Budiono, S., & dkk. (2013). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga
University Press.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervension Classsification (NIC) 6th Indonesian Edition. Singapore: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 (10 ed.). Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2015). Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Moorhead, S., Johson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification ( NOC) 5th Indonesian Edition. Singapore: Elsevier.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.