PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan
cairan ) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. (1) Katarak berasal dari Yunani (Katarrhakies ) ,
Inggris ( Cataract ), dan Latin ( Cataracta ) yang berarti air terjun, karena awalnya diduga bahwa katarak adalah
cairan kental dari otak yang mengalir ke depan lensa. (2)
Katarak adalah penyebab utama penurunan tajam penglihatan di dunia dan Indonesia (0,7% dari 1,5%
angka kebutaan di populasi). (3) Lima puluh persen kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak..
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan
juga akan cenderung semakin meningkat. (4)
Pada tahun 2020 diperkirakan 40 juta populasi dunia akan mengalami kebutaan akibat katarak, sampai
ditemukannya tehnik yang efektif untuk mencegah onset katarak dan menghambat progresifitasnya. Pengaruh
ekonomi dinegara berkembang oleh karena kebutaan akibat katarak sangatlah besar, termasuk kehilangan
pekerjaan dan meningkatnya biaya pengobatan dan perawatan. (5)
Pembentukan katarak biasanya ditemukan pada pasien diatas usia 50 tahun. Pada
kenyataannya, katarak yang berhubungan dengan usia terjadi pada 50% pasien dengan usia
antara 65 74 tahun, dan sekitar 70% pada pasien berumur di atas 75 tahun. (3)
Katarak dapat juga disebabkan oleh kelainan kongenital, sebagai penyulit penyakit mata
lokal menahun, keracunan bahan toksik, dan kelainan sitemik atau metabolik. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, uveitis, dan retinitis
pigmentosa.Keracunan bahan toksik khusus dan beberapa jenis obat seperti eserin (0,25-0,5%),
kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topikal dapat menimbulkan katarak. Kelainan
sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi,
dan distrofi miotonik. (1)
Sangat penting untuk membedakan penyebab turunnya tajam penglihatan yang terjadi,
akibat katarak dan bukan disebabkan oleh peyakit lain, seperti glaukoma, degenerasi makula,
ataupun retinopati diabetika. Katarak dapat terjadi secara bersamaan dengan kondisi-kondisi
tersebut dimana penilaian yang dilakukan akan lebih sulit. (3)
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. Anatomi Lensa (2)
Lensa adalah suatu struktur transparan, bikonveks, bening (crystalline), yang terletak di
antara iris dan corpus vitreous. Lensa memiliki diameter 9 10 mm dan ketebalan yang
bervariasi menurut umur, 3,5 mm (saat lahir) sampai 5 mm (usia lanjut). Memiliki berat yang
bervariasi 135 mg (0-9 tahun) sampai 255 mg (40-80 tahun).
Lensa memilki 2 permukaan, yaitu permukaan anterior (radius kurvatura 10 mm) dan
permukaan posterior (radius kurvatura 6 mm). Kedua permukaan ini bertemu di ekuator. Lensa
memiliki indeks refraksi sebesar 1,39 dan kekuatan refraksi total 15-16 dioptri.
Kekuatan akomodasi lensa bervariasi menurut umur, yaitu 14-16 dioptri (saat lahir); 7-8 dioptri
(usia 25 tahun); 1-2 dioptri (usia 50 tahun).
Lensa terletak di dalam bilik mata belakang, dalam suatu depresi berbentuk alas cangkir
(saucer-shaped depression) dari corpus vitreous, yang disebut fossa hyaloid. Bersama dengan
iris, lensa membentuk sebuah diafragma optikal yang memisahkan bilik mata depan dan bilik
mata belakang dari mata. Serat-serat zonulla cilliaris zinii (zonule fibers) tersusun secara radial,
menghubungkan lensa ke corpus cilliaris. Serat-serat ini menahan lensa pada posisi nya dan
menghantarkan gaya tegangan dari otot cilliaris.
Lensa adalah struktur epitelial murni tanpa saraf dan pembuluh darah. Lensa berpindah
menuju posisi intraokular pada bulan pertama perkembangan fetus sebagai invaginasi ektoderm
ke dalam vesikel optik primitif, dimana terdiri dari neuroektoderm. Lensa kemudian akan
berdiferensiasi selama masa gestasi menjadi serat geometrik sentral lensa, lapisan sel-sel epitel
anterior, dan sebuah kapsul hyalin aseluler.
Arah pertumbuhan struktur epitel yang normal adalah secara sentrifugal, yaitu sel-sel
epitel yang sudah matang (fully developed) bermigrasi ke permukaan dan terkelupas. Namun,
lensa justru tumbuh dengan arah yang berlawanan. Sel-sel yang paling muda selalu berada di
permukaan dan sel-sel yang paling muda berada di tengah sel. Pertumbuhan serat-serat lensa
primer akan membentuk nukleus embrionik.
Pada bagian ekuator, sel-sel epitel selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi sel-sel serat
lensa. Serat-serat sekunder baru ini menggantikan serat-serat primer menuju inti dari lensa.
Pembentukan nukleus fetal menjadi lengkap saat proses kelahiran.
Pembentukan serat di ekuator, yang berlanjut selama kehidupan, memproduksi nukleus
infantil selama dekade pertama dan kedua kehidupan, dan nukleus dewasa dalam dekade ketiga.
Karena dikelilingi secara penuh oleh kapsul, lensa tidak pernah kehilangan sel-sel nya.
Struktur lensa yang transparan memiliki peran utama dalan mekanisme pemfokusan
cahaya untuk penglihatan. Aspek fisiologisnya meliputi sebagai berikut.
1. Transparansi lensa
Faktor-faktor yang secara signifikasn mempertahankan kejernihan dan
transaparansi lensa adalah :
a. Sifat avaskuler
b. Sel-sel lensa yang tersusun rapat
c. Susunan protein lensa
d. Sifat kapsul lensa yang semipermeabel
e. Mekanisme pompa membran serat lensa
f. Proses auto-oksidasi dan konsentrasi glutation tereduksi yang tinggi
2. Aktivitas Metabolik
Lensa memerlukan suplai energi (ATP) yang terus-menerus untuk proses transport
aktif dari ion-ion dan asam amino, mempertahankan dehidrasi lensa, dan sintesis
protein serta GSH yang kontinu. Kebanyakan energi digunakan di lapisan epitel,
dimana merupakan tempat utama berlangsungnya proses transport aktif. Hanya
10-20% ATP digunakan untuk sintesis protein.
Lensa merupakan struktur avaskuler. Sebagai sumber nutrisi adalah aqueous
humor. Glukosa sangat diperlukan untuk aktivitas normal lensa. Aktivitas
metabolik terbatas pada epitel dan korteks, sedangkan nukleus relatif inert. Di
dalam lensa, 80% glukosa mengalami metabolisme secara anaeorb melalui jalur
glikolisis, 15% melalui jalur HMP-shunt, dan sejumlah kecil melalui siklus kreb.
Jalur metabolisme sorbitol normalnya tidak ada di lensa yang normal, namun jalur
ini memiliki peran yang penting dalam terbentuknya katarak pada pasien diabetes
dan galaktosemia.
Otot Cilliaris
Ketegangan serat zonular
Bentuk lensa
Tebal axial lensa
Dioptri lensa
Akomodasi
Kontraksi
Menurun
Lebih cembung
Meningkat
Meningkat
Tanpa akomodasi
Relaksasi
Meningkat
Lebih pipih
Menurun
Menurun
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang Nervus Occulomotorius. Obat-obat
parasimpatomimetik ( pilocarpin ) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik
( atropin ) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot ciliar disebut
cyclopegik.
BAB III
KLASIFIKASI KATARAK
A. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan )
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. ( Ilyas) Katarak muncul saat transparansi lensa
berkurang sampai suatu titik dimana seseorang terganggu. Katarak berasal dari Yunani (Katarrhakies ) , Inggris
( Cataract ), dan Latin ( Cataracta ) yang berarti air terjun, karena awalnya diduga bahwa katarak adalah cairan
kental dari otak yang mengalir ke depan lensa. (2)
B. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa dasar kriteria yang berbeda, yaitu :
1. Berdasarkan usia timbulnya (age of onset) (1)
a. Katarak kongenital
b. Katarak juvenil
c. Katarak senil
2. Berdasarkan maturitas
a. Katarak insipien
b. Katarak imatur
c. Katarak matur
d. Katarak hipermatur
Tabel 2. Perbedaan katarak berdasarkan maturitas (1)
Insipien
Kekeruhan
Cairan lensa
Iris
Bilik mata
Imatur
Ringan
Normal
Sebagian
Bertambah
Normal
Normal
(air masuk)
Terdorong
Dangkal
Matur
Hipermatu
Seluruh
Normal
r
Masif
Berkurang
Normal
Normal
(air keluar)
Tremulans
Dalam
depan
Sudut bilik
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
mata
Shadow test
Visus
Masih baik
+
Menurun
Sangat
Pseudops
Hanya
(0.8 1.0)
(0.4 0.5)
menurun
persepsi
(1/60
cahaya atau
0.1)
-
1/300
Uveitis +
Penyulit
Glaukoma
Glaukoma
3. Berdasarkan etiologi
a. Katarak kongenital dan perkembangan (congenital and developmental cataract)
b. Katarak yang didapat (acquired cataract)
Katarak senilis (Senile cataract)
Katarak traumatika (Traumatic cataract)
Katarak komplikata (Complicated cataract)
Katarak metabolik (Metabolic cataract)
Electric cataract
Radiational cataract
Toxic cataract, antara lain :
o Corticosteroid-induced cataract
o Miotics-induced cataract
o Copper (in chalcosis) and iron (in siderosis) induced cataract.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (Dermatogenic cataract).
Katarak yang berhubungan dengan sindrom-sindrom tertentu, antara lain:
o Dystrophica myotonica
o Down's syndrome.
o Lowe's syndrome
o Treacher - Collin's syndrome
4. Berdasarkan morfologi
a. Katarak kapsular, dimana mengenai kapsul lensa. Terdiri dari :
i. Katarak kapsular anterior
ii. Katarak kapsular posterior
b. Katarak subkapsular, dimana melibatkan bagian superfisial dari korteks (tepat di
bawah kapsul). Terdiri dari :
i. Katarak subkapsular anterior
ii. Katarak subkapsular posterior
c. Katarak kortikal, dimana melibatkan bagian utama korteks
yang sedang terbentuk saat gangguan muncul. Serat-serat yang sudah terbentuk sebelumnya
sering dalam keadaan normal dan tetap jernih. Kekeruhan katarak kongenital dan perkembangan
sangat beraneka ragam dan dideteksi dengan sinar slit-lamp dalam keadaan midriasis penuh.
B. Etiologi dan Karakteristik Klinis
Etiologi pasti masih belum diketahui. Beberapa faktor yang dianggap berhubungan
dengan beberapa tipe katarak tertentu adalah sebagai berikut.
1. Herediter
Katarak kongenital yang diturunkan dapat bersifat autosom dominan, autosom resesif,
sporadik, atau terkait kromosom X (X-linked). Jenis katarak ini mudah didiagnosis
berdasarkan karakteristik morfologi. Bentuk-bentuk katarak kongenital herediter
adalah sebagai berikut.
a. Katarak lamellar atau zonular. Kekeruhan berlokasi di 1 lapis serat lensa,
sering berupa kekeruhan riders hanya di regio ekuator.
Kebanyakan kekeruhan lensa yang diturunkan tidak berifat progresif dan tidak
menyebabkan gangguan penglihatan. (2)
2. Faktor maternal (6)
a. Malnutrisi selama kehamilan diperkirakan berhubungan dengan katarak
zonular non-familial
b. Infeksi maternal seperti rubella berhubungan dengan katarak kongenital
pada 50% kasus. Infeksi maternal lain yang berhubungan dengan katarak
termasuk toksoplasmosis dan infeksi cytomegalovirus. Infeksi terjadi
terutama pada trimester pertama kehamilan (minggu ke 5-8). Pada saat ini
lensa sedang berkembang. Karena kapsul lensa yang bersifat protektif
belum berkembang, maka virus dapat menginvasi dan menyebabkan pada
lensa. (2)
Katarak kongenital rubella dapat muncul tersendiri atau sebagai bagian
dari sindrom rubella klasik, yaitu:
i. Defek okular (kongenital katarak, retinopati, mikroftalmia)
ii. Defek pendengaran (tuli sensorineural)
iii.
Defek jantung ( patent ductus arteriosus, pulmonary
stenosis, VSD)
BAB V
KATARAK YANG DIDAPAT
(ACQUIRED CATARACT)
A. Definisi
Katarak yang didapat (acquired cataract) adalah katarak dimana kekeruhan timbul akibat
proses degenerasi pada serat-serat lensa yang sudah terbentuk secara normal. Mekanisme
pasti dan alasan degenerasi serat-serat lensa masih belum jelas benar. Namun, banyak faktor
baik faktor fisik, kimia, dan biologis mampu menyebabkan gangguan pada keseimbangan airelektrolit intra dan ekstraseluler, dimana dapat menyebabkan kekeruhan. Faktor-faktor yang
berpengaruh tersebut bervariasi tergantung dari jenis kataraknya masing-masing.
B. Katarak Senilis
1. Definisi
Sering disebut juga sebagai katarak yang berhubungan dengan usia (age-related
cataract). Merupakan tipe aquired cataract yang paling umum. Sembilan puluh persen
dari seluruh jenis katarak, merupakan katarak senilis. (2) Setelah memasuki usia 70 tahun,
lebih dari 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya bersifat bilateral, namun
selalu salah satu mata terkena lebih awal dari yang lain. (6)
2. Etiologi
Katarak senilis merupakan proses penuaan. Walaupun etiopatogenesis pastinya
belum jelas, beberapa faktor dianggap berhubungan dengan katarak senilis.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia ketika onset, tipe, dan maturitas katarak senilis
a. Herediter
Dianggap memainkan peranan cukup penting dalam insidensi, usia ketika onset,
dan maturitas katarak.
b. Radiasi ultraviolet
Semakin banyak pajanan radiasi dari sinar matahari berkaitan dengan awal
timbulnya onset dan maturitas katarak senilis di banyak studi epidemiologi .
c. Faktor diit
5. Tingkatan maturitas
a. Maturitas katarak senilis tipe kortikal
i. Fase Pemisahan lamellar
Perubahan paling awal adalah pembatasan (demarcation) serat-serat
korteks karena pemisahan oleh cairan. Fenomena pemisahan lamellar
dapat terlihat hanya melalui pemeriksaan slit-lamp. Perubahan ini bersifat
reversibel
6. Gejala
Perkembangan kekeruhan lensa dapat muncul tanpa menyebabkan gejala (asimptomatik), dan
biasanya diketahui saat pemeriksaan mata berkala. Gejala umum dari katarak adalah sebagai
berikut.
Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk melihat beberapa tanda yang berbeda dari
katarak meliputi sebagai berikut.
a. Pemeriksaan visus
b. Pemeriksaan iluminasi oblik
Pemeriksaan ini untuk melihat warna dari lensa di area pupil yang bervariasi
tergantung tipe katarak.
c. Iris Shadow Test
Ketika sinar oblik diarahkan ke pupil, bayangan berbentuk bulan sabit (crescentic
shadow) dari iris akan terlihat area lensa yang keruh, selama masih terdapat korteks
yang jernih di antara kekeruhan dan batas pupil. Ketika lensa jernih sepenuhnya atau
keruh sepenuhnya, tidak terbentuk bayangan iris. Oleh karena itu bayangan iris
merupakan tanda dari katrak imatur
8. Komplikasi
a. Uveitis fakoanafilaktik
Katarak hipermatur dapat menyebabkan kebocoran protein lensa ke bilik mata
depan. Protein ini dapat menjadi antigen dan menginduksi reaksi antigen-antibodi
sehingga menyebabkan uveitis.
b. Glaukoma (Lens-induced glaucoma)
Dapat terjadi melalui dua mekanisme yang berbeda yaitu :
i. Glaukoma fakomorfik
Glaukoma terjadi akibat lensa yang membengkak (intumesensi)
2. Katarak Galaktosemia
Berhubungan dengan gangguan metabolisme galaktosa pada bayi baru lahir. Biasanya
bersifat bilateral dan kekeruhan berbentuk tetesan minyak ( oil droplet ) pada tengah
lensa. Perubahan pada lensa bersifat reversibel.
BAB VI
PENATALAKSANAAN KATARAK
Penatalaksanaan katarak secara esensial merupakan tindakan pembedahan. Namun,
penatalaksanaan non bedah tertentu diharapkan dapat berguna, terutama pada keadaan khusus,
sampai tindakan pembedahan dilakukan.
A. Penatalaksanaan Non Pembedahan (6)
1. Pengobatan penyebab katarak
Pada katarak yang didapat (acquired), pemeriksaan teliti harus dilakukan untuk
mencari penyebab katarak. Pengobaatan penyakit penyebab sering kali dapat
menghentikan progresifitas dan kadang-kadang pada fase awal sampai terjadi regresi,
sehingga menunda pembedahan. Beberapa contoh adalah sebagai berikut.
a. Kontrol adekuat diabetes melitus
b. Penghentian obat-obatan katarogenik seperti kortikosteroid dan phenotiazine
c. Pencegahan paparan radiasi pada lingkungan pekerjaan
d. Pengobatan adekuat dan cepat penyakit-penyakit mata seperti uveitis untuk
mencegah katarak komplikata
2. Pengobatan untuk menunda progresifitas
Banyak preparat komersial tersedia dimana mengandung garam iodida dari kalsium
dan kalium diberikan pada fase awal katarak ( terutama katarak senilis) untuk
menunda progresifitas. Namun, sampai saat ini belum tersedia hasil meyakinkan
tentang efek kerja preparat tersebut.
3. Pengobatan untuk meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur
a. Refraksi, dimana sering berubah tergantung progresifitas katarak
b. Pengaturan penerangan. Pasien dengan kekeruhan perifer, dapat diinstruksikan
untuk meningkatkan penerangan tempat tinggalnya, Sebaliknya, pada kekeruhan
sentral, penempatan cahaya pucat di samping atau belakang kepala pasien dapat
berguna.
c. Penggunaan kacamata gelap pada pasien dengan kekeruhan sentral dapat
memberikan kenyamanan saat berada di luar ruangan.
B. Tindakan Pembedahan(6)
1. Indiaksi
a. Peningkatan tajam penglihatan
Merupakan indikasi yang paling umum. Bergantung pada kebutuhan masingmasing individu. Jadi, dilakukan tindakan pembedahan ketika keterbatasan
penglihatan bersifat signifikan dan menghambat seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-harinya.
b. Indikasi medis
Terkadang pada pasien yang merasa nyaman dengan penglihatan oleh mata yang
sehat harus diedukasi mengenai operasi katarak berhubungan dengan komplikasi
nya seperti glaukoma, endoftalmitits, dan penyakit retina yang terhambat
diagnosis dan pengobatannya dengan adanya kekeruhan lensa.
c. Indikasi kosmetik
2. Jenis dan Pilihan Teknik Pembedahan
a. Intracapsular cataract extraction (ICCE)
Pada teknik ini, seluruh lensa dikeluarkan termasuk kapsulnya. Oleh karena itu,
zonula yang lemah dan berdegenerasi merupakan syarat dari metode ini. Karena
alasan ini, teknik ini tidak dapat dilakukan pada pasien muda dimana zonula nya
masih kuat. ICCE dapat dilakukan pada usia 40-50 tahun dengan penggunaan
enzim alfakimotripsin (yang akan melarutkan zonula). Usia di atas 50 tahun
biasanya tidak memerlukan enzim ini. Teknik ini bertahan dan dilakukan secara
luas selama 50 tahun di dunia. Sekarang, sudah ditinggalkan, dan diganti dengan
teknik ekstrakapsular. Saat ini indiaksi dari ICCE adalah subluksasi dan dislokasi
lensa.
b. Extracapsular cataract extraction (ECCE)
Pada teknik ini, sebagian besar kapsul anterior, nukleus, dan korteks lensa
dikeluarkan, meninggalkan kapsul posterior yang intak. Saat ini ECCE adalah
teknik pilihan hampir pada semua tipe katarak pada dewasa dan anak-anak,
kecuali terdapat kontraindikasi. Kontraindikasi absolut dari ECCE adalah
subluksasi lensa atau dislokasi lensa.
ECCE adalah operasi universal dan dapat dilakukan pada semua umur, keculai
pada keadaan dimana zonula tidak intak, sedangkan ICCE tidak dapat
dilakukan pada usia dibawah 40 tahun
Posterior chamber IOL dapat ditanam setelah ECCE, sedangkan pada ICCE
tidak.
Masalah vitreous post operatif (seperti herniasi bilik depan, pupillary block,
dan vitreous touch syndrome) berhubungan dengan tindakan ICCE, dan tidak
pada ECCE.
Insidensi komplikasi pascaoperasi seperti endoftalmitis, edema makula sistoid,
dan retinal detactment jauh lebih kecil pada ECCE.
Astigmatisme pasca operasi juga lebih sedikit, karena insisi lebih kecil.
Keuntungan ICCE dibandingkan ECCE :
mikroinstrumen canggih
Kekeruhan kapsul posterior pasca operasi ECCE terjadi dalam jumlah yang
signifikan
ICCE lebih sedikit mengkonsumsi waktu, sehingga lebih berguna pada operasi
masal.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
Melakukan pekerjaan yang tidak berat
Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
Menggosok atau mengucek mata
Mengangkat benda yang berat
Membaca yang berlebihan dari biasanya
Mengedan keras sewaktu buang air besar
Berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
D. Komplikasi Pembedahan Katarak
Saat ini sebagian besar operasi katarak dilakukan dengan teknik Ekstraksi katarak
ekstrakapsular (ECCE). Komplikasi yang dapat terjadi selama penatalaksanaan
pembedahan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Komplikasi praoperatif
a. Anxietas. Beberapa pasien dapan mengalami kegugupan (anxiety) sebelum
operasi karena perasaan takut. Obat-obatan anxiolitik seperti diazepam 2 5
mg dapat diberikan untuk mengastasi gejala-gejala tersebut.
b. Nausea dan gastritis. Pada pemberian acetazolamide pra operasi dapat
menimbulkan keluhan mual dan gastritis. Pada kasus ini dapat diberikan
antasid per oral.
c. Konjungtivitis alergi. Pada pasien yang mendapatkan tetes mata antibiotik pra
operatif dan mengalami konjuntivitis alergi perlu dilakukan penundaan
operasi selama 2 hari dan obat yang menyebabkan alergi harus dihentikan.
d. Komplikasi karena anestesi lokal.
Perdarahan retrobulbar
Refleks okulo kardiak
Perforasi bola mata
Perdarahan subkonjungtiva
Dislokasi lensa spontan
2. Komplikasi intraoperatif
a. Laserasi m. Rectus Superior
b. Perdarahan
c. Komplikasi berhubungan dengan insisi
d. Cedera dari kornea. Hal ini dapat terjadi ketika bilik depan mata dimasuki
oleh instrumen tajam seperti keratome.
e.
f.
g.
h.
BAB VII
KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan
cairan ) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Katarak adalah penyebab utama penurunan
tajam penglihatan di dunia dan Indonesia) . Lima puluh persen kebutaan di Indonesia disebabkan oleh
katarak.
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa dasar kriteria yang berbeda, yaitu
berdasarkan usia timbulnya (age of onset), maturitas, etiologi, dan morfologinya.
Gejala dari katarak adalah sebagai berikut.