2.1.1. Definisi
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,
adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju
retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan
(Smeltzer, 2002).
7
Sedangkan, katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak
lahir pada tahun pertama kehidupan dan merupakan salah satu penyebab kebutaan
pada anak yang sering di jumpai. Jika katarak tetap tak terdeteksi, kehilangan
tergantung pada posisi kekeruhan lensa, jika kekeruhan lentikular timbul pada
sumbu penglihatan maka akan terjadi gangguan visus secara signifikan dan dapat
2.1.2. Epidemiologi
hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan normal lensa. Prevalensi
pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup. Adapun
frekuensi kejadiannya sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Katarak
Serikat adalah 1,5% per 10.000 kelahiran, Australia 2,2% per 10.000 kelahiran,
dan Inggris lebih dari 3% per 10.000 kelahiran. 65% diantaranya merupakan
8
2.1.3. Anatomi dan embriologi
2.1.3.1.Anatomi
sebelah anterior lensa terdapat humor aquos dan disebelah posterior terdapat
humor vitreous. Lensa terdiri dari 65% persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa dari pada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-
2.1.3.2. Embriologi
2000).
9
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensa berasal dari
mengadakan invaginasi (lens pit) dan melepaskan diri dari ektoderm permukaan
membentuk vesikel lensa (lens vesicle) dan bebas terletak di dalam batas-batas
Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan (30 hari
gestasi), maka sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang
kosong (40 hari gestasi). Sel-sel yang mengalami engolasi ini disebut sebagai
serat lensa primer (nukleus embrionik). Sel pada bagian anterior lensa terdiri
dari sel-sel kuboid yang dikenali sebagai epitel lensa. Kapsul lensa berasal dari
epitel lensa pada bagian anterior dan dari serat lensa primer pada bagian
epitel subkapsular, yang tetap berupa selapis sel epitel kuboid. Serat-serat ini
Hasilnya serat lensa sekunder ini membentuk nukleus fetal. Serat-serat ini
bertemu membentuk sutura lentis Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik
yang membentuk substansi lensa yang terdiri dari korteks dan nukleus.
hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi sangat lambat bertambah
10
besar. Epitel lensa akan membentuk serat primer lensa secara terus menerus
dengan disusul oleh proses sklerosis yang menyebabkan kakunya lensa apabila
semakin tua. Pada masa dewasa pertumbuhan lensa selanjutnya kearah perifer
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
2008).
sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara
korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan
kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior
dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak
11
ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,
juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse
adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah
2.1.5. Etiologi
jenis katarak pada seseorang yaitu katarak kongenital unilateral atau bilateral.
utama yang lain adalah bisa disebabkan oleh penyakit infeksi maternal (Mosby,
2008).
penyakit lain. Cara pewarisan yang paling sering adalah autosomal dominan.
12
(Patau's syndrome). Selain itu penyakit sistemik lain seperti sindrom
2. Anomali okular
lain seperti persistent fetal vasculature (PFV), disgenesis segmen anterior dan
fisiologis pada lensa berubah dan akhirnya menyebabkan katarak (Mosby, 2008)
2.1.6. Klasifikasi
1. Katarak zonular
A. Nuklear
perkembangan lensa pada stadium awal, oleh karena itu melibatkan nukleus
13
berbentuk lingkaran kecil di tengah lensa. Gambaran kekeruhan tersebut seperti
dan fetal, kadang-kadang di nukleus infantil. Katarak jenis ini mempunyai ciri
kekeruhan dengan densitas seperti kapur (chalky) di bagian sentral yang sangat
B. Lamellar
yang menyebabkan gangguan visus, dan sekitar 49% dari semua kasus.
antara minggu ke-7 dan ke-8 kehamilan juga dapat menyebabkan katarak lamelar.
nukleus dan korteks (sandwich). Massa lensa yang tidak mengalami kekeruhan
jelas di internal dan eksteranal zona katarak, kecuali kekeruhan kecil yang
berbentuk linier seperti jari-jari roda, yang dapat terlihat hampir di ekuator.
intraokular (pengelihatan) yang berbeda oleh karena opasifikasi, hal ini dapat
menyebabkan amblyopia.
14
C. Sutural
posterior sutura Y. katarak ini biasanya statis, bilateral, dan tidak banyak berefek
pada penglihatan. Kekeruhan tiap individu bervariasi dalam ukuran dan bentuk
serta mempunyai pola yang berbeda, oleh karena itu dibagi menjadi:
anterior.
e) Sutural katarak bisa bersamaan dengan nuclear katarak, namun jika sutural
sutural katarak.
D. Kapsular
Merupakan opasitas lensa yang melibatkan salah satu kapsul anterior atau
posterior lensa. Katarak kapsular anterior: nonaksial, statis, dan secara visual tidak
2. Katarak polar
Katarak polar anterior melibatkan bagian sentral dari kapsul anterior dan
15
a) Terlambatnya perkembangan bilik mata depan. Pada kasus ini, kekeruhan
b) Perforasi kornea. Katarak juga dapat didapat pada usia infantil dengan
(PHPV).
3. Katarak total
Biasanya anak lahir dengan katarak nuklear densitas putih atau katarak parsial.
Katarak ini merupakan jenis yang progresif. Lensa dapat lunak atau mencair
4. Katarak membranosa
Francois.
permulaannya jernih, lambat laun akan opak. Saat lensa masih terlihat jernih,
16
membran retrolentikular terkadang cukup opak untuk mengobstruksi axis
pengelihatan.
buruk.
2.1.7. Patofisiologi
(zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa,
cahaya ke retina. Hal ini diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water
insoluble dan membentuk partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam
struktur lensa terdapat dua jenis protein yaitu protein yang larut dalam lemak
(soluble) dan tidak larut dalam lemak (insolube) dan pada keadaan normal protein
yang larut dalam lemak lebih tinggi kadarnya dari pada yang tidak larut dalam
lemak.
karena disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
17
pasien yang menderita katarak.
berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air,
fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan
sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan katarak secara
khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin. (Mutiarasari, 2011)
fetal, atau nukleus embrional, tergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau
di kutub anterior atau posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa
(Vaughan, 2000).
Pada katarak developmental, kekeruhan pada lensa timbul pada saat lensa
dibentuk. Jadi lensa belum pernah mencapai keadaan normal. Kekeruhan lensa,
sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Kekeruhan pada katarak kongenital jarang
secara visual tidak bermakna. Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar sumbu
penglihatan atau tidak cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya tidak
18
memerlukan terapi selain pengamatan untuk menilai perkembangannya. Katarak
bermakna harus dideteksi secara dini, sebaiknya di lakukan pada bayi baru lahir
oleh dokter anak atau dokter keluarga. Katarak putih yang dan besar dapat tampak
sebagai leukokoria yang dapat dilihat oleh orang tua. Katarak infantilis unilateral
yang padat, terletak di tengah, dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan
tetapi apabila penanganannya ditunda tanpa alasan yang jelas, dapat terjadi
dan gambaran morfologik. Pada pupil mata bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria
1998). Bila fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi
Jika pada katarak kongenital ini kekeruhannya hanya kecil saja sehingga
tidak menutupi pupil, maka penglihatannya bisa baik dengan cara memfokuskan
maka penglihatannya tidak akan normal dan fiksasi yang buruk akan
19
monokular dan binokular yang telah dioperasi secara dini penglihatannya baik
2.1.9. Penatalaksanaan
refleks fundus dapat menyatakan keadaan sedikit keruh. Evaluasi lengkap dari
refleks merah yang simetris secara normal mudah dikerjakan di dalam ruangan
gelap dengan cahaya yang terang dari ophthalmoscopy direct kedalam kedua mata
akan mengalami afakia, yaitu keadaan dimana mata tidak lagi memiliki lensa.
Pengelihatan anak dengan afakia dapat di koreksi dengan beberapa cara. Menurut
letaknya, di bedakan atas koreksi secara eksternal dan IOL (internal) (Rafii et al
2013)
20
2.1.9.1.Ekstraksi kapsul
mata lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata
tersebut telah terjad nistagmus. Bila terdapat nistagmus, maka keadaan ini
bergantung pada:
bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan
buruk, karena mudah sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan
bebat mata.
sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi
21
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
2. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2
lensa pada orang dewasa, sebagian besar ahli bedah mengangkat kapsul posterior
midriatika visus dapat menjadi lebih baik. Bila tak dapat dilakukan iridektomi
optis, karena lensa sangat keruh maka pada anak-anak di bawah umur 1 tahun,
disertai fundus yang tak dapat dilihat, dilakukan disisi lensa, sedang pada anak
yang lebih besar dilakukan ekstraksi linier. Koreksi visus pada anak dapat berarti,
bila anak itu sudah dapat diperiksa tes visualnya. Iridektomi optis, mempunyai
keuntungan, bahwa lensa dan akomodasi dapat dipertahankan dan penderita tidak
22
Pada katarak kongenital membranasea yang cair (umur kurang dari 1
tahun), dilakukan disisi lensa. Pada katarak yang lunak (umur 1-35 tahun)
massa lensa diaduk, massa lensa yang masih cair akan mengalir ke bilik mata
(Ghozie, 2002).
Lebih jelasnya: dengan suatu pisau atau jarum disisi, daerah limbus di
bawah konjungtiva ditembus ke coa dan merobek kapsula lensa anterior dengan
ujungnya, sebesar 3-4 mm. jangan lebih besar atau lebih kecil. Maksudnya agar
melalui robekan tadi isi lensa yang masih cair dapat keluar sedikit demi sedikit,
masuk ke dalam coa yang kemudian akan diresorbsi. Oleh karena massa lensa
Kalau luka terlalu kecil, sekitar 0,5-1 mm, robekan dapat menutup
kembali dengan sendirinya dan harus dioperasi lagi, sedang bila luka terlalu
besar, isi lensa keluar mendadak seluruhnya ke dalam COA, kemudian dapat
terjadi reaksi jaringan mata yang terlalu hebat untuk bayi, sehingga mudah terjadi
lensa:
23
Disisi lensa sebaiknya dilakukan sedini mungkin, karena fovea
Kemungkinan perkembangan terbaik adalah pada umur 3-7 bulan. Syarat untuk
cukup. Jika katarak dibiarkan sampai anak berumur lebih dari 7 bulan, biasanya
fovea sentralisnya tak dapat berkembang 100 %, visusnya tidak akan mencapai
anopsia). Jika katarak itu dibiarkan sampai umur 2-3 tahun, fovea sentralis tidak
akan berkembang lagi, sehingga kemampuan fiksasi dari fovea sentralis tak dapat
lagi tercapai dan mata menjadi goyang (nistagmus), bahkan dapat terjadi pula
pada satu mata dulu, bila mata ini sudah tenang, mata sebelahnya dioperasi pula,
jika kedua mata sudah tenang, penderita dapat dipulangkan (Wijana, 1993).
2. Ekstraksi Linier
Pada prinsipnya yang dilakukan adalah bilik mata depan ditembus dan
kapsul anterior lensa dirobek dan massa lensa dievakuasi serta dibilas dengan
kongenital tidak hanya dengan mengekstraksi lensa yang keruh, namun juga harus
24
mengkoreksi visus pengelihatan. Pasca ekstraksi lensa, mata akan mengalami
afakia, yaitu keadaan dimana tidak adanya lensa. Keadaan ini mengakibatkan
(Rafii, 2013).
Menurut letaknya, di bedakan atas koreksi secara eksternal dan IOL (internal)
(Rafii, 2013).
diantranya adalah :
1. Kacamata afakia
Kacamata afakia biasanya hanya di gunakan pada anak dengan orang tua
Kontak lens dapat di sesuiakan pada mata dengan segala umur dan sangat
25
Pada kasus afakia unilateral, kontak lens dapat di aplikasikan sebagai
pengobatan primer. Dan pada kasus afakia bilateral, lensa kontak banyak di
Tipe lensa kontak yang biasanya di gunakan dalam mengoreksi afakia adalah rigid
Intra Ocular Lens (IOL). Implantasi IOL pada anak dengan afakia memiliki
implantasi, IOL memiliki kesulitan dalam pemilihan kekuatan IOL yang sesuai,
dan resiko visual axis opacification (VAO) atau posterior capsular opacificarion
2.1.10. Komplikasi
a) Amblyopia
katarak pada anak/bayi. Hal ini muncul jika pengelihatan tidak segera di koreksi
pasca oprasi ekstraksi lensa yang mengakibatkan retina menerima gambaran tak
26
b) Opasifikasi kapsul posterior
Opasifikasi kapsul posterior menjadi masalah umum pada mata anak. Jika
waktu 1 bulan postoperasi katarak. Jika di biarkan, kualitas gambaran pada retina
menurun parah, karena ini akurasi refraksi pada mata menjadi musthail.
dasar vitreous posterior. Bila korpus vitreous menyusut, ia dapat menarik sebagian
retina.
operasi berulang. 4 dari 6 anak yang menderita ablasio retina pernah melakukan
27
e) Endophtalmitis
Streptococcus viridians.
f) Reproliferasi lensa.
Hal ini terkadang terjadi pada daerah retro-iridio dan terjadi enkapsulasi
dengan sisa-sisa kapsul lensa anterior dan posterior. Saat terjadi enkapsulasi,
adakalanya material lensa yang reprolifetatif meluas sampai lubang pupil dan
h) Edem kornea
detergen pada kanula/instrumen operasi yang tidak di bilas dengan baik saat
28
i) Abnormalitas pupil
instrument vitreous di robek atau iris rusak saat prolaps selama operasi.
j) Glaukoma
Tipe glaucoma yang sering menjadi komplikasi pasca operasi katarak kongenital
dalah glaucoma sudut terbuka. Tidak seperti glaucoma sudut tertutup yang dapat
2.2. Afakia
Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan visus 1/60 atau lebih rendah
jika afakia tidak ada komplikasi, limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia
hipermetropia yang sangat tinggi) yang dapat dikoreksi dengan lensa positif, bilik
mata depan dalam, iris tremulans, jet black pupil, test bayangan purkinje hanya
Kaca mata afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia bilateral, jika
29
hanya satu mata maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata
(aniseikonia). Jika pasien tidak dapat memakai lensa kontak atau kaca mata, maka
Menurut Khurana (2003), optik pada afakia dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
f. Titik nodul sangat dekat dengan yang lain dan terletak 7,75mm
30
Gambar 1. Perbandingan antara mata normal dan mata afakia
Sumber: Agarwal dkk. Apple, M.D.Textbook of Ophthalmology. India: Jaypee Brothers Medical
Publisher. 2002
anterior pada emetrop adalah 17,05 mm, sedangkan pada afaki adalah
23,22 mm. Rasio panjang fokus anterior emetrop dan afakia adalah
31
Gambar 2. Formasi dan pembesaran pada mata afakia. A.Tanpa koreksi, B.
Dengan kacamata, C. Dengan lensa kontak
32
3. Tajam penglihatan pada afakia
oleh anisometropia.
2.3.1. Definisi
Lensa kontak rigid gas permeable adalah lensa yang dibuat dari plastik tipis
yang flexible dan oksigen bisa masuk ke mata melewat lensa yang menempel di
pemeriksaan kesehatan mata yang konsisten karena debris lebih mudah menempel
Lensa RGP lebih mudah digunakan dan jarang tertinggal dari kornea. Jika
dibandingkan dengan lensa kontak lunak (soft lens), pengguna RGP perlu waktu
yang lebih lama untuk menyesuaikan lensanya. Namun, RGP akan lebih nyaman
jika dipakai pada waktu yang lama, hal ini karena RGP bersifat mudah dilalui
oksigen sehingga kornea dapat berfungsi dengan baik, dan pada saat penggunaan
RGP, oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tapi juga dari udara
bebas yang dapat melalui lensa untuk mencapai kornea (AAO, 2006).
33
2.3.2. Bahan Pembuatan Lensa
lebih baik daripada PMMA. Kekurangannya adalah lebih rapuh, daya tahan
rendah.
kontak RGP. Bahan ini berasal dari copolymer antara silikon dan PMMA . Silikon
untuk meningkatkan kelembaban dan membuat lensa kontak lebih kaku. Dengan
perbandingan antara PMMA dan silikon 65 % dan 35 % maka lensa kontak RGP
3. Flourine Copolymer
melalui suatu kelarutan. Lensa kontak dengan komposisi fluorine memiliki nilai
kontak RGP lainnya sehingga dapat diberikan dengan diameter yang lebih besar
agar lebih nyaman dalam pemakaiannya dan lebih stabil serta lebih fleksibel
daripada silicone acrylate dan PMMA. Generasi terbaru bahan pembuatan lensa
34
Konsep ini meningkatkan biokompatibilitas bahan agar dapat beradaptasi
dengan baik. Penerapan bahan polimer baru ini diharapkan dapat menghindari
efek samping akibat lensa kontak. Kopolimer polysulphone dengan bahan lensa
kontak yang ada. Menghasilkan polimer baru yang lebih stabil, tipis dan lebih
biocompatible. Hanya saja lensa kontak RGP jenis ini masih sulit didapatkan
(Wahyuni, 2007).
Permukaan kurva dasar dari sebuah lensa kontak memiliki fungsi optikal
dan fungsi mengikat. Permukaan yang lebih datar mempunyai jari - jari lebih
panjang dari kurvatura, sebaliknya kurva yang curam memiliki jari - jari yang
Seperti juga lensa kaca mata, daya suatu lensa kontak dijelaskan sebagai daya
vertek posterior diukur dengan menempelkan lensa ketika adaptasi lensa kontak
1. Lensa sferis
miopia dan hipermetropia. Lensa sferis mempunyai jari – jari kurvatura yang
sama dari suatu bagian datar. Satu jari – jari kurva dasar dan satu daya yang
35
2. Lensa permukaan depan torik
sferis. Lensa jenis ini dapat dibuat dari semua jenis material tembus gas. Lensa
dioptri. Lensa ini diperlukan apabila lensa RGP sferis tidak mengkoreksi
pemukaan posterior lensa kontak. Lensa ini mempunyai dua kurva dengan
kelengkungan yang berbeda. Satu kurva dipasang sesuai dengan kurvatura kornea
yang paling datar, sedangkan kurva yang satunya lagi disesuaikan dengan jumlah
astigmatisma korneanya. Lensa kontak ini digunakan untuk kelainan refraksi jenis
astigmatisma murni dengan lebih dari 2 dioptri. Apabila lensa sferis tidak mampu
memberi kepuasan fisik dan fisiologi dalam fitting, maka diperlukan lensa jenis
ini.
4. Lensa bitorik
pemukaan anterior dan posterior lensa kontak. Lensa kontak ini digunakan untuk
kelainan refraksi jenis astigmatisma dengan lebih dari 2,5 dioptri. Bentuk dan
ketebalan tepi lensa kontak adalah faktor penting dalam kenyamanan pemakai
lensa kontak. Ketebalan minimum pusat dari lensa minus rendah atau daya plus
ditentukan oleh ketebalan lensa dan diameter yang diinginkan (Khurana, 2006).
36
2.3.4. Indikasi dan Kontraindikasi penggunaan Lensa Rigid Gas Permeable
2.3.4.1. Indikasi
Lensa kontak RGP dapat digunakan pada keadaan dry eye, dapat
mengoreksi kelainan astigmat, serta kondisi kornea yang irregular paska trauma,
progresivitas myopia dan dapat digunakan untuk pemakaian lensa jangka lama
karena kemampuan transmisi oksigen yang lebih besar dibanding lensa kontak
jenis lain
2.3.4.2. Kontraindikasi
meliputi ukuran, bentuk, keadaan dan reaksi terhadap cahaya. Pengukuran pupil
penggaris dan dilakukan dari limbus ke limbus melalui bagian tengah pupil.
37
Gambar 4. Cara pengukuran pupil dengan menggunakan penggaris milimeter
Sumber : Wahyuni dkk. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3. Departemen/SMF Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2007
Metode yang sama dapat digunakan untuk mengukur horizontal visible iris
horisontal dan vertikal didasarkan pada HVID dan vertical visible iris diameter
(VVID), karena zona transisi antara kornea dan skera sulit ditentukan dengan
38
2.3.5. Pemeriksaan dan penyesuaian lensa RGP pada anak/bayi
Pastikan apakah anak lahir prematur atau cukup bulan. Hal ini penting,
karena anak yang lahir prematur mempunyai kurvatura kornea yang lebih curam
dan diameter kornea yang lebih kecil. Jika sebelumnya anak mempunyai masalah
akan datang.
Akan sangat baik jika dilakukan dengan hand-held sit lamp. Pemeriksaan
harus meliputi penilaian kelopak mata, chamber anterior, kornea, dan konjungtiva
dengan fluorscein dan blue light filter untuk memeriksa apakah ada nosa pada
3. Keratometri
2009).
4. Refraksi
39
contact lens pada penyesuaian awal dan kunjungan perawatan selanjutnya
(Lindsay,2009)
anasteri lokal sangatlah jarang, yakni dari 250.000 prosedur anastesi lokal, hanya
satu yang mengalami kematian. Resiko mortalitas pada saat anastesi pada anak
lebih tinggi di banding pada dewasa. Disamping itu, anestesi umum dapat
pasien di evaluasi, dikatakan gagal jika pasien hanya mampu menggunakan lensa
RGP dibawah 4 jam per hari. Penggantian dan evaluasi lensa RGP dilakukan
Namun, disamping itu, dari beberapa kasus yang di laporkan oleh Woo
dkk (2013). Kunjungan, evaluasi, pemeriksaan, dan penggantian lensa RGP lebih
bergantung pada keluhan-keluhan yang timbul dari awal pemakaian lensa RGP
(Woo, 2013).
40