KEJANG DEMAM
Oleh:
dr. Mindy Pasuma Putra
Pembimbing:
dr. Sidrati Amir
Objektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
1. Keluhan Utama
Kejang 1 jam sebelum masuk ke rumah sakit
5. Riwayat Persalinan
Lama hamil : 32-33 minggu
Ditolong oleh : dokter
Cara lahir : sectio caesaria
Indikasi : KPD dan aspirasi mekonium
Berat lahir : 2200 gram
Panjang lahir : 47 cm
Saat lahir langsung menangis : kuat
7. Riwayat Imunisasi
BCG : umur 1 bulan, scar (+)
DPT : umur 3 bulan
Polio : umur 1 bulan
Hepatitis B : saat lahir
HiB : tidak imunisasi
Campak : 24 bulan
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
9. Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Pendidikan SD SMK
Perkawinan I I
Kejang
Penyakit yang pernah
demam 2x Tidak ada
diderita
saat kecil
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba, NTE (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
12. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah tanggal 24-07-2022:
Hb : 11,3 gr/dl
Leukosit : 9.100/mm3
Trombosit :183.000/mm3
Hematokrit : 34%
Kesan :hasil dalam batas normal
14. Tatalaksana
• Kegawatdaruratan
-O2 1-2 L
-IVF KA-EN 1B 12 tts/i (makrodrips) 16 tts/i jika demam >38,5°C
• Medikamentosa
Diazepam 3x1,2 mg p.o (Inj.diazepam 5 mg IV bolus pelan jika
kejang)Paracetamol 14 cc IV
Paracetamol syr 4x1 cth
15. Prognosis
dubia ad bonam
Rencana lanjutan
-observasi
-cek gula darah
Prognosis
dubia ad bonam
Rencana lanjutan
- observasi
-cek gula darah
Follow Up
25 Juli S/ Demam (-), kejang (-), batuk (-), sesak napas (-), mual muntah
2022 (-),BAB dan BAK baik, nafsu makan kurang
26 Juli S/ Demam (-), kejang (-), batuk (-), sesak napas (-), mual muntah
2022 (-),BAB dan BAK baik, nafsu makan kurang
1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (>38°C) yang tidak
disebabkan oleh proses intracranial (ekstrakranial). Kejang demam bukan merupakan
akibat dari infeksi sistem saraf pusat ataupun ketidakseimbangan metabolik apapun,
dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang berhubungan dengan
demam, tapi tidak disebabkan oleh infeksi intrakranial atau penyebab lain seperti
trauma kepala, gangguan keseimbangan elektrolit, hipoksia atau hipoglikemia.1,2,3
2. Klasifikasi
a. Kejang demam sederhana
Kejang umum (tonik dan atau klonik), serangannya berhubungan dengan demam,
berlangsung singkat <15 menit, dan tidak berulang dalam 24 jam. Tidak ada efek
jangka panjang dari mengalami kejang demam simpleks baik satu kali ataupun
lebih.1,2,4
b. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu dari ciri yaitu kejang lama (>5 menit), kejang
fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, kejang berulang
atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.1,2,4
3. Epidemiologi
Kejang demam sering terjadi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun dengan puncak
insiden pada usia 18 bulan. Sebanyak 2%-5% bayi dan anak yang sehat secara
neurologis akan mengalami sekurang-kurangnya satu kali episode kejang demam,
biasanya merupakan kejang demam simpleks.1,2 Anak berumur antara 1-6 bulan masih
dapat mengalami kejang demam, namun jarang sekali. Bila anak berumur kurang dari
6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama
infeksi susunan saraf pusat. Bayi yang berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam rekomendasi kejang demam melainkan termasuk ke dalam kejang neonatus.
Kejang demam sangat bergantung pada umur, 85% kejang pertama sebelum usia 4
tahun, terbanyak antara usia 17-23 bulan. Kejang demam sederhana merupakan 80%
dari seluruh kejang demam.20-30% kejang demam sederhana berpotensi menjadi
kejang demam kompleks. Di Asia, prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat
dibandingkan di Eropa dan Amerika. Di Jepang, kejang demam terjadi sekitar 8,3% -
9,9%. Demam yang terjadi paling banyak disebabkan oleh infeksi saluran napas atas.
Kejang yang paling sering terjadi adalah kejang yang bersifat umum dan jenisnya
didominasi oleh kejang tonik-klonik.5,6,7
6. Diagnosis
a. Anamnesis3,4
Keluhan utama adalah kejang
Tipe kejang, durasi, frekuensi dan kesadaran pasca kejang, factor pencetus
Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca
kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala ISPA, ISK,
OMA, dll)
Riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang menyebabkan
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang
dapat menyebabkan hipoglikemia.
a. Pemeriksaan Fisik3,4
Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran
Tanda tanda vital (suhu tubuh: apakah terdapat demam)
Tanda peningkatan tekanan intrakranial: kepala, ubun ubun besar menonjol, papil
edema
Tanda rangsang meningeal: Kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Kernig, Laseque
Pemeriksaan neurologis: TRM, pupil, saraf kranial, tonus otot, motorik, reflek
fisiologis, reflek patologis
Tanda infeksi diluar SSP: ISPA, OMA, ISK, dll
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan hematologi rutin dan urin rutin
2. Pemeriksaan atas indikasi: glukosa, elektrolit, pungsi lumbal, EEG, pencitraan3
a. Laboratorium Darah
Laboratorium darah (elektrolit serum, kalsium, fosfor, magnesium, dan hitung darah
lengkap) tidak direkomendasikan untuk anak dengan kejang demam simpleks pertama.
Pemeriksaan laboratorium dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam karena bakteri merupakan penyebab terbanyak yang menimbulkan
kejang demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah Evaluasi gula darah harus dilakukan
pada anak dengan prolonged postictal obtundation atau anak dengan intake per oral
yang sedikit. Pada anak dengan klinis dehidrasi, pemeriksaan seum elektrolit harus
dilakukan.Rendahnya kadar natrium berhubungan dengan tingginya rekurensi kejang
demam dalam 24 jam pertama.1,2,11
b. Lumbal Pungsi
c. EEG
Elektroensefalografi tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali bila terdapat
kejang fokal untuk menentukan ada atau tidaknya fokus kejang di otak yang
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. EEG tidak dapat memprediksi rekurensi dari
kejang demam ataupun epilepsi bahkan jika ditemukan hasil yang abnormal. EEG
dilakukan atau diulangi dua minggu atau lebih setelah kejang demam. EEG dilakukan
pada kasus yang dicurigai adanya epilepsi dan digunakan untuk menentukan tipe
epilepsi, bukan memprediksi rekurensinya.1,2,5
c. Pencitraan
CT ataupun MRI tidak direkomendasikan untuk anak dengan kejang demam
simpleks pertama. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila terdapat indikasi seperti anak
dengan evaluasi neurologi yang abnormal, hemiparesis, atau paresis nervus kranialis.
Sekitar 11% anak dengan status epileptikus febris, biasanya mengalami edema
hipokampus unilateral akut, yang kemudian dapat menjadi atrofi hipokampus.1,2
8. Diagnosis Banding
Infeksi SSP dapat disingkirkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan cairan
serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang menimbulkan
hemiparesis hingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Anak
dengan demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan sianosis
sehingga menyerupai kejang demam. Malaria juga dijadikan salah satu diagnose
banding.8,9 Selain itu diagnosis banding kejang demam, yaitu meningitis, epilepsy,
gangguan metabolic seperti gangguan elektrolit.3
Antikonvulsan rumatan
Pemberian antikonvulsan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dan dalamjangka
pendek. Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalammenurunkan
risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah
asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun,
asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
Pengobatan diberikan selama 1 tahun,penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam
tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang demam.1,2
Terapi tersebut dapat dapat mengurangi, tapi tidak menghilangkan kemungkinan
rekurensi kejang demam. Defisiensi besi berhubungan dengan peningkatan risiko kejang
demam, sehingga skrining keadaan tersebut serta memberikan tatalaksana sebaiknya
dilakukan.1,2
c. Indikasi rawat4
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis
Kejang demam akan berulang kembali pada sekitar 30% anak yang mengalami
episode pertama kejang demam, 50% setelah dua atu lebih episode kejang demam, dan
pada 50% anak dengan onset kejang demam dibawah usia 1 tahun. Gambar 2.2
menunjukkan faktor risiko rekurensi kejang demam, dimana jika tidak memiliki faktor
risiko sama sekali risiko berulang sekitar 12%, dengan satu faktor risiko 25-50%, dua
faktor risiko 50-59%, tiga atau lebih faktor risiko 73-100%.1,2
Walaupun sekitar 15% anak dengan epilepsi pernah mengalami kejang demam,
hanya sekitar 2-7% anak yang mengalami kejang demam yang berkembang menjadi
epilepsi dikemudian hari. Faktor risiko kejadian epilepsi dikemudian hari ditunjukkan
oleh gambar 2.3. Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian
epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut akan meningkatkan
kemungkinan epilepsi menjadi 10-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat
dicegah dengan pemberian obat rumatan pada kejang demam.1,2
Hampir setiap tipe epilepsi dapat didahului oleh kejang demam, dan beberapa
sindroma epilepsi secara khas diawali dengan kejang demam, yaitu generalized
epilepsy with febrile seizures plus (GEFS+); Dravet syndrome; dan pada kebanyakan
pasien, epilepsi lobus temporal sekunder akibat sklerosis mesial temporal. 2
GEFS+ merupakan sindroma autosomal dominan dengan fenotip yang sangat
bervariasi. Onset biasanya pada masa kanak-kanak awal dan remisi biasanya pada
pertengahan masa kank-kanak. GEFS+ ditandai dengan kejang demam multipel, dan
beberapa kejang selanjutnya yang merupakan kejang umum tanpa demam, termasuk
kejang tonik klonik umum, kejang absen, kejang myoklonik, kejang atonik, atau kejang
mioklonik astatik, dengan berbagai derajat keparahan.2
BAB 3
DISKUSI