Anda di halaman 1dari 93

KONSEP KELUARGA

Sulistyo Andarmoyo
Tujuan Pembelajaran
• Setelah menyelesaikan perkuliahan pada
pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan
akan dapat menjelaskan konsep dasar
keluarga, meliputi :
• Pengertian/definisi keluarga,
• Keluarga sebagai suatu sistem dan
• Tipe keluarga.
Mengapa mempelajari
keluarga???
Pengertian / Definisi Keluarga

• WHO (1969), keluarga adalah kumpulan anggota


rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
• Duvall (1976), Keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota.
• Bailon Dan Maglaya, Keluarga adalah dua orang atau
lebih dari individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan atau adopsi dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan didalam peranannya masing‑masing, serta
menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
• Leininger, keluarga adalah suatu sistem sosial yang
terdiri dari individu‑individu yang bergabung dan
berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang
lain yang diwujudkan dengan adanya saling
ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai
tujuan bersama
• Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri darn kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dan dalam
keadaan saling ketergantungan.
• Bergess (1962), keluarga dicirikan sebagai :
– Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai
ikatan perkawinan, keturunan darah/adopsi.
– Anggota tinggal bersama dalam satu rumah.
– Anggota berinteraksl dan berkomunikasi dalam
peran sosial.
– Mempunyai kebiasaan kebudayaan yang berasal
dan masyarakat tetapi mempunyai keunikan
tersendiri
Keluarga Sebagai Sistem

• Keluarga merupakan unit atau sistem terkecil


dalam masyarakat. Sistem merupakan unit
kesatuan yang diarahkan pada tujuan,
dibentuk dari bagian‑bagian yang berinteraksi,
saling ketergantungan serta dapat bertahan
dalam waktu tertentu.
Macam sistem terdiri dari:
• Sistem sosial, adalah suatu sistem yang terdiri
dari peran ‑ peran social yang diikat oleh interaksi
dan saling bergantung.
• Sistem terbuka, adalah adanya interaksi antara
keluarga dengan sistem lingkungan atau
masyarakat sekitarnya.
• Sistem tertutup, adalah tidak adanya hubungan /
interaksi antara sistem yang ada pada lingkungan
/ masyarakat dengan keluarga.
• Keluarga merupakan sistem sosial yang
terbuka / hidup artinya di dalam keluarga
terdiri dari anggota keluarga, terjadi interaksi
antar anggota dan lingkungannya, teroganisir
dan mempunyai tujuan / fungsi, sehingga
setiap keluarga mempunyai ciri atau sifat yang
berbeda dengan keluarga lain.
Adapun karakteristik sistem keluarga, meliputi :
• Memiliki komponen subsistem :
pasangan, orang tua‑anak, sibling dan
subsistem lain yang berinteraksi dan
saling tergantung serta mempunyai
fungsi sendiri‑sendiri.
• Memiliki batas‑batas keluarga artinya
dalam keluarga mempunyai filter
terhadap asupan sosial budaya dari
masyarakat serta mempengaruhi
masyarakat secara selektif.
• Keluarga berada dalam sistem yang lebih
besar yaitu masyarakat di sekitarnya
seperti desa, kota atau wilayah yang lain.
• Keluarga merupakan suatu sistem terbuka,
yaitu terdapat interaksi dengan lingkungan
atau saling mempengaruhi antar sistem.
• Mempunyai pola organisasi yang
mempengaruhi fungsi dari keluarga
tersebut.
Sistem yang mempengaruhi keluarga

Sistem Hukum
Sistem kesejahteraan Sistem komunikasi

keluarga

Sistem pendidikan Sistem perwt. kes

Sistem politik Sistem religius


Tipe Keluarga
Keluarga Tradisional
Tradisional Nuclear / Keluarga Inti.
• Merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal
dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu
ruinah tangga. Varian keluarga inti adalah:
– Keluarga dimana pasangan suami isteri keduanya bekerja diluar rumah.
Keluarga ini merupakan pengembangan / varian nontradisional dimana
pengambilan keputusan dan pembagian fungsi keluarga ditetapkan secara
bersama ‑ sama oleh kedua orang tua. Meskipun demikian beberapa keluarga
masih tetap menganut bahwa fungsi kerumahtanggaan tetap dipegang oleh
isteri.
– Dyadic Nuclear. Adalah keluarga dimana suami ‑ isteri sudah berumur tetapi
tidak mempunyai anak. Keluarga tanpa anak dapat diakibatkan oleh
ketidakmampuan pasangan suami isteri untuk menghasilkan keturunan
ataupun ketidaksanggupan untuk mempunyai anak akibat kesibukan dari
kariernya.. Seringkali pada keluarga ini akan mengadopsi anak.
– Commuter family, yaitu keluarga dengan
pasangan suami isteri terpisah tempat tinggal
secara sukarela karena tugas dan pada
kesempatan, tertentu keduanya bertemu dalam
satu rumah.
– Reconstituted Nuclear. Pembentukan keluarga
baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah
dengan anaknya, baik anak bawaan dari
perkawinan larna maupun hasil perkawinan baru.
Pada umumnya bentuk keluarga ini terdiri dari ibu
dengan anaknya dan tinggal bersama ayah tiri.
• Extended Family / Keluarga besar.
Keluarga besar tradisional adalah satu bentuk
keluarga dimana. pasangan suami Isteri sama-
sama melakukan pengaturan dan belanja
rumah tangga dengan orang tua, sanak
saudara, atau kerabat dekat lainnya.
Varian dari keluarga besar adalah keluarga
Group Marriage, yaitu satu perumahan terdiri
dari orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan keturunannya sudah
menikah serta semua telah mempunyai anak.
• Keluarga dengan orang tua tunggal / Single
Parent
Keluarga dengan orang tua tunggal adalah bentuk
keluarga yang didalamnya hanya terdapat satu
orang kepala, rumah tangga yaitu ayah atau ibu.
Varian tradisional keluarga ini adalah bentuk
keluarga dimana kepala keluarga adalah janda
karena cerai atau ditinggal mati suaminya.
Sedangkan varian non tradisional dari keluarga
ini adalah Single Adult yaitu kepala keluarga
seorang perempuan atau laki yang belum
menikah dan tinggal sendiri.
Keluarga Non Tradisional
•Communal / commune family
Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami tanpa
pertalian keluarga dengan anak­anaknya dan bersama‑sama, dalam
penyediaan. fasilitas. Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada daerah
perkotaan dimana penduduknya, padat.
•Unmaried Parent and Child.
Keluarga yang terdiri dari ibu ‑ anak, tidak perkawinan dan anaknya
dari hasil adopsi.
•Cohibing Caiple.
Keluarga yang terdiri dari dua orang/satu pasangan yang tinggat
bersama tanpa kawin.
•Institusional.
Keluarga yang terdiri dari anak‑anak / orang‑orang dewasa yang
tinggal bersama-sama dalam panti. Sebenarnya keluarga ini tidak cocok untuk
disebut sebagai sebuah keluarga, tetapi mereka seringkali mempunyai sanak
saudara yang mereka anggap sebagai keluarga. Sehingga sebenarnya terjadi
jaringan yang berupa kerabat.
Struktur Keluarga
• Struktur keluarga adalah pengetahuan tentang cara keluarga
mengorganisasikan sub sistem yang ada pada keluarga serta
bagaimana komponen-komponen keluarga tersebut
berhubungan.
• Dimensi dasar stuktur keluarga terdiri dari :
1. Struktur peran
2. Struktur kekuatan/kekuasaan
3. Pola dan proses komunikasi
4. Struktur nilai keluarga
• Keempat elemen ini memiliki interrelast dan saling
bergantung
Pola dan Proses Komunikasi
•Komunikasi keluarga adalah suatu proses
simbolik, transaksional untuk menciptakan dan
mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
•Komunikasi yang fungsional merupakan sarana
yang penting untuk melaksanakan fungsi
keluarga dengan baik.
•Komunikasi fungsional adalah komunikasi
dimana maksud pengirim dipahami oleh
penerima dengan sesuai.
Karakteristik komunikasi fungsional antara
lain:
1.Ada toleransi antara penerima dan pengirim
2.Memaham ketidak sempurnaan dan
individualitas.
3.Terbuka, danjujur untuk mengakui kebutuhan
dan emosi.
Proses komunikasi besifat dinamis, artinya
mampu saling menukar posisi antara
komunikator dan komunikan.
• Pola komunikasi dalam sistem keluarga
mempunyai pengaruh besar terhadap anggota
keluarga. Dari komunikasi ini individu belajar
tentang orang lain, perkembangan dan
mempertahankan harga diri serta mampu
membuat pilihan. Karakteristik komunikasi
fungsional harus didukung oleh komunikator
dan komunikan yang fungsional.
• Karakteristik komunikator fungsional. menurut
Satir (1967) adalah komunikator dapat:
Menyatakan pesan dengan tegas, artinya ada
kesesuaian antara pesan verbal dan non verbal
yang ditampilkan.
Pada saat yang sama la menjelaskan apa. yang
dia katakan.
Meminta, dan menerima umpan balik. Hal ini
dimungkinkan agar informasi yang disampalkan
benar ‑ benar dapat diterima oleh komunikan.
• Sedangkan karakteristik komunikan yang
fungsional adalah:
Mendengar secara. efektif
Memberikan umpan balik / klarifikasi
Melakukan validasi atau menunjukkan
penerimaan manfaat pesan.
• Pola komunikasi disfungsional adalah
komunikasi yang bersifat individualis, selalu
setuju dengan pendapat orang lain dan kurang
menunjukkan rasa empati. Komunikasi
disfungsional. terjadi akibat komunikator dan
komunikan yang disfungsional.
• Karakteristik komunikator disfungsional.
adalah:
Berdasar asumsi sendiri/makna kabur
Ekspresi menghakimi/ pernyataan
meremehkan/menyalahkan dan otoriter.
Tak mampu mengungkapkan kebutuhan/
merasa tak berguna/ takut
Komunikasi tak sesuai
• Karakteristik penerima disfungsional
Gagal mendengar/ distorsi dan interpretasi
salah.
Diskualifikasi/ setuju tersamar, penolakan.
Penyerangan. dan negativitas/ ofensif
Kurang eksplorasi, memotong pembicaraan,
berdasar asumsi sendiri.
Kurang validasi
• Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang dihampkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan atau target dari apa.
yang diharapkan yang harus. dilakukan individu pada situasi
tertentu untuk mencapai tujuan.
 
• Menurut Anderson Carter ciri‑ciri peran adalah:
Terorganisasi, yaitu adanya interaksi dan
interdepeden.
Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan
fungsi.
Terdapat perbedaan dan kekhususan.
• Peran dalam keluarga dibedakan menjadi dua yaitu peran formal dan
informal. Peran formal keluarga adalah :
• Peran parental dan perkawinan yaitu suami / ayah,lbu / Istri.
• Menurut Nye dan Gecas (1976), peran parental adalah meliputi
– Provider / penyedia.
– Pengatur rumah tangga
– Perawatan anak
– Sosialisasi anak
– Rekreasi
– Persaudaraan / kindship / pemelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal.
– Terapeutik / mernenuhi kebutuhan afektif dari pasangan.
– Seksual
• Peran anak. Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan
pertumbuhan fisik, psikis, sosial.
• Peran kakek / nenek. Menurut Bengtson (1985), peran
kakek / nenek dalam keluarga adalah:
– Semata‑mata hadir dalam keluarga.
– Pengawal (menjaga dan melindungi bila diperlukan)
– Menjadi hakim (arbritrator), negosiasi antara anak dan orang tua
• Menjadi partisipan aktif, menciptakan keterkaitan antara,
asa lalu dengan sekarang.

Adapun peran informal dalam keluarga adalah peran yang


digunakan untuk memenuhi kebutuhan emosional darl
setiap anggota keluarga‑ Peran informal keluarga meliputi,
motivator, pengharmonis, inisiator, pendamai, penghalang,
dominator, koordinator dan sebagainya.
Struktur Kekuasaan
•Kekuasaan mempunyai banyak arti termasuk
pengaruh, kontrol, dominasi dan pengambilan
keputusan. Secara umum kekuasaan / kekuatan
keluarga adalah kemampuan individu untuk
mengontrol, mempengaruhi dan mengubah
tingkah laku anggota. keluarga. Komponen
utama dari struktur kekuatan adalah pengaruh
dan pengambilan keputusan.
Kekuasaan dalam keluarga didasarkan pada beberapa hat
atau dikenal dengan tipe kekuasaan. Dasar ‑dasar / tipe
kekuasaan yang berlaku dalam, keluarga, adalah :
•Kekuasaan yang sah / wewenang primer / legitimate
power, adalah wewenang yang didasarkan oleh
kepercayaan dan persepsi bersama dari anggota keluarga
bahwa satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku dari anggota keluarga yang lain. Kekuasaan
ini berkaitan dengan peran yang diemban oleh anggota
keluarga dan didasarkan pada tradisi / budaya setempat
yang berlaku. Berdasar tradisi secara umum, kekuasaan
ini dimiliki oleh seorang ayah / suami yang didukung oleh
seluruh anggota, keluarga.
• Kekuasaan yang tak berdaya atau putus asa.
Adalah bentuk lain dari kekuasaan yang sah yang
didasarkan pada hak untuk menerima sesuatu
dari orang yang mampu memberikan bantulan.
Secara umum orang yang menerima adalah orang
yang membutuhkan / tidak berdaya. Sedangkan
yang memberi adalah orang yang mampu
memberikan bantuan. Orang yang tak berdaya
tersebut mempunyai kekuasaan palsu dan' orang
lain karena ketidakberdayaannya. Kekuasaan ini
terjadi pada keluarga. dimana salah satu anggota
mengalami kecatatan atau ketidakmampuan yang
lain.
• Kekuasaan referen / referen power, adalah kekuasaan
yang didasarkan pada proses identifikasi positif
terhadap, orang lain. Kekuasaan ini dimiliki oteh
seorang anak untuk meniru peran yang dimainkan oleh
orang tuanya.
• Kekuasaan ahli dan sumber / ekspert power. Tipe
kekuasaan ini didasarkan dari orang yang mempunyai
sumber / keahlian yang berharga dalam jumlah yang
besar. Orang yang berkuasa memiliki sumber yang
besar, kemampuan, keahlian, ketrampilan atau
pengalaman yang lebih dari orang lain. Kekuasaan ini
dapat dimiliki oleh ayah karena memiliki penghasilan
yang, atau dimiliki oleh ibu karena kepandaiannya
mengatur keuangan rumah tangga atau hat lain yang
dapat ditonjolkan.
• Kekuasaan penghargaan / reward power. Kekuasaan
yang terjadi karena adanya harapan bahwa orang yang
berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu
yang bersikap positif terhadap ketaatan seseorang.
Kekuasaan ini dimiliki oleh anak karena kepatuhannya.
Tingkah laku anak yang baik merupakan sumber
kebanggaan orang tua, sehingga sering digunakan oleh
anak untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
• Kekuasaan dominansi / paksaan / coersive power.
Kekuasaan yang berdasar persepsi dan kepercayaan
bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan
menghukum dengan ancaman, paksaan atau kekerasan
dari individu lain jika tidak taat. Kekuasaan ini dimiliki
oleh orang tua terhadap anak.
• Kekuasaan informasional / informational power.
Kekuasaan yang didasarkan pada isi pesan persuasif
Seseorang dapat dipengaruhi oleh penjelasan tentang
kebenaran yang diberikan secara hati‑hati. Kekuasaan
ini hampir sama dengan kekuasaan ahli dengan ruang
lingkup yang lebih sempit.
• Kekuasaan afektif / affective power. Kekuasaan yang
didasarkan pada pernberian afeksi / perasaan dan
kehangatan serta seks. Kekuasaan ini secara unium
dimiliki oleh seorang isteri atau ibu.
• Kekuasaan manegemen ketegangan. Kekuasaan yang
didasarkan dari kontrol untuk mengatasi ketegangan
dan konfliks dari keluarga. Kekuasaan ini bisanya
menggunakan perdebatan, air mata ataupun
ketidaksepakatan ketika menghadapi konflik sehingga
anggota keluarga yang lain akan mengalah.
• Pada akhirnya kekuasaan harus diwujudkan dalam pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan biasanya dilaksanakan oleh
pernegang kekuasaan dalam keluarga. Pemegang kekuasaan dalam
keluarga tergantung pada hirarki kekuasaan keluarga, tipe bentuk
keluarga, pembentukan koalist / persatuan, jaringan komunikasi
keluargakelas sosial, tahap perkembangan keluarga, latar belakang
budaya dan religius, kelompok situasional, variabel individu Oenis
kelainin, usia harp diri dan ketrampilan interpersonal serta rasa
ketergantungan emosi pasangan dan tanggung jawab untuk
menikah. Berdasar pengaruh tersebut secara umum pernegang
kekuasaan terdiri dari tiga macam, yaitu:
– Patriakal, artinya pernegang kekuasaan didasarkan pada garis
keturunaa laki‑laki.
– Matriakal, kekuasaan didasarkan pada garis keturunan perempuan.
– Equalitarian/egalitarian, kekuasaan didasarkan keputusan bersama
dan' laki dan perempuan
Struktur Nilai
•Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar / tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai merupakan pedoman peritaku dan perkembangan norma serta
peraturan dalam ketuarga. Norma adalah pola perilaku yang baik
menurut masyarakat dan berdasar sistem nilai dalam keluarga. Budaya
merupakan kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
•Struktur nilai dalam keluarga. biasanya tidak berbeda dengan struktur
nilai yang berlaku di masyarakat. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
keluarga, merupakan sistem yang teibuka yang siap untuk menerima,
pengaruh dari luar dengan filter yang berbeda untuk setiap keluarga.
Namun demikian sistem nilai yang dianut keluarga tidak boleh berbeda
terlalu jauh dengan masyarakat setempat. Jika hal ini terjadi maka
keluarga tersebut akan dikucilkan atau tidak diterima oleh masyarakat.
Fungsi Keluarga

• Keberadaan keluarga pada umumnya adalah


untuk memenuhi fungsi‑fungsi keluarga.
Fungsi keluarga, berbeda sesuai dengan sudut
pandang terhadap keluarga, akan tetapi dari
sudut kesehatan keluarga yang sering
digunakan adalah fungsi keluarga, yang
disusun oleh Friedman.
• Berikut ini dijelaskan beberapa, fungsi
keluarga, dari WHO, Friedman dan Depkes RI.
Fungsi keluarga menurut WHO (1978) adalah sebagai
berikut
•Fungsi Biologis, artinya adalah fungsi untuk reproduksi,
pemelihara dan membesarkan anak, memberi makan,
mempertahankan kesehatan dan rekreasi. Prasyarat
yang harus dipenuhi untuk fungsi ini adalah pengetahuan
dan pemahaman tentang manajemen fertilitas,
kesehatan genetik perawatan selama hamil, perilaku
konsumsi yang sehat, serta melakukan perawatan anak.
•Fungsi Ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi sumber
penghasilan, menjamin keamanan finansial anggota
keluarga, dan menentukan alokasi sumber yang
diperlukan. Prasyarat untuk memenuhi fungsi ini adalah
keluarga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
sesuai serta tanggung Jawab.
– Fungsi Psikologis, adalah fungsi untuk menyediakan
lingkungan yang dapat meningkatlan perkembangan
kepribadian secara. alami, guna memberikan perlindungan
psikologis yang optimum. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk
melaksanakan fungsi ini adalah emosi stabil, perasaan antar
anggota keluarga baik, kemampuan untuk mengatasi stress
dan krisis.
– Fungsi Edukasi adalah fungsi untuk mengajarkan ketrampilan,
sikap dan pengetahuan. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan fungsi ini adalah anggota keluarga harus
mempunyai tingkat intelegensi yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan serta pengalaman yang sesuai.
– Fungsi sosiokultural, adalah fungsi untuk melaksanakan
transfer nilai-nilai yang berhubungan dengan perilaku, tradisi /
adat dan bahasa. Prasyarat yang dipenuhi adalah keluarga
harus mengetahui standar nilai yang dibutuhkan, memberi
contoh norma-norma perilaku serta mempertahankannya.
Fungsi Keluarga (Friedman)
•Fungsi Affective yaitu perlindungan psikologis, rasa aman,
interaksi, mendewasakan dan mengenal identitas diri individu.
•Fungsi Sosialisasi Peran, adalah fungsi dan peran di
masyarakat, serta sasaran untuk kontak sosial di dalam / di
luar rumah.
•Fungsi Reproduksi, adalah menjamin kelangsungan generasi
dan kelangsungan hidup masyarakat.
•Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan,
merupakan pemenuhan sandang, pangan dan papan serta
perawatan kesehatan.
•Fungsi Ekonomi, adalah fungsi untuk pengadaan sumber
dana, pengalokasian dana serta pengaturan keseimbangan.
•Fungsi pengontrol/pengatur, adalah memberikan
pendidikan dan norma-norma.
Fungsi Keluarga (PP No. 21 Th. 1994 Dan UU No. 10 Tahun 1992)
a.Fungsi Kegamaan. Keluarga adalah wahana utama dan pertama
menciptakan seluruh anggota keluarga menjadi insane yang taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tugas dari fungsi keagamaan adalah :


•Membina norma / ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga.
•Menerjemahkan ajran / norma agama ke dalam tingkah laku hidup
sehari-hari seluruh anggota keluarga.
•Memberikan contoh knkrit pengalaman ajaran agama dalam hidup
sehari-hari.
•Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah atau
masyarakat.
•Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
b. Fungsi Sosial Budaya. Keluarga berfungsi untuk
menggali, mengembangkan dan melestarikan sosial
budaya Indonesia, dengan cara :
–Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma dan budaya masyarakat dan bangsa
yang ingin dipertahankan.
–Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma budaya asing yang tidak sesuai.
–Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga
dimana anggotanya mengadakan kompromi / adaptasi
dari praktek dari globalisasi dunia.
–Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan
seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa untuk
terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
c. Fungsi Kasih Sayang. Keluarga berfungsi pengembangan
rasa cinta dan kasih sayang setiap anggota keluarga, antar
kerabat, antar generasi. Termasuk dalam fungsi ini adalah :
•Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada
diantara anggota keluarga ke dalam symbol-simbol
nyata/ucapan dan perilaku secara optimal dan terus
menerus.
•Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar
keluarga yang satu dengan yang lainnya secara kuantitatif
dan kualitatif.
•Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi
dan ikhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan
seimbang.
•Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang
mampu memberikan dan menerima kasih saying sebagai pola
hidup ideal menuju KKBS.
– Fungsi Perlindungan, adalah fungsi untuk
memberikan rasa aman secara lahir dan batin
kepada setiap anggota keluarga. Fungsi ini
menyangkut :
» Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik
dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari
luar keluarga.
» Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis
maupun dari berabagai bentuk ancaman dan tantangan
yang datang dari luar.
» Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan
keluarga sebagai modal menuju KKBS.
– Fungsi Reproduksi. Memberikan keturunan yang
berkualitas melalui : pengaturan dan perencanaan
yang sehat dan menjadi insan pembangunan yang
handal, dengan cara :
» Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga
sekitarnya.
» Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan
keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
» Mengamalkan kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang
diinginkan dalam keluarga.
» Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal
yang kondusif menuju KKBS.
– Fungsi Pendidikan dan Sosialisasi. Keluarga merupakan
tempat pendidikan utama dan pertama dari anggota
keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan fisik,
mental, sosial dan spiritual secara serasi selaras dan
seimbang. Fungsi ini adalah:
» Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan
utama.
» Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat dimana anak dapat mencari pemecahan masalah
dari konflik yang dijumpainya, baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
» Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal
yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan
kedewasaan fisik dan mental, yang tidaqk / kurang diberikan oleh
lingkungan sekolah maupun masyarakat.
» Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak,
tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan
kematangan hidup bersama menuju KKBS.
– Fungsi Ekonomi. Keluarga meningkatkan
ketrampilan dalam usaha ekonomis produktif agar
pendapatan keluarga meningkat dan tercapai
kesejahteraan.
» Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan
dan perkembangan kehidupan keluarga.
» Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
» Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah
dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi
selaras dan seimbang.
» Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal
mewujudkan KKBS.
– Fungsi Pembinaan Lingkungan. Meningkatkan diri
dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan
alam  serasi, selaras dan seimbang.
» Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan
hidup intern keluarga.
» Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan
hidup ekstern keluarga.
» Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan
hidup yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan
keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
» Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan
hidup sebagai pola hidup keluarga menuju KKBS.
Meskipun banyak fungsi-fungsi keluarga seperti
disebutkan diatas, pelaksanaan fungsi keluarga di
Indonesia secara singkat dapat disebutkan sebagai
berikut :
•Asih : Memberi kasih sayang, perhatian, rasa
aman, hangat kepada seluruh anggota keluarga
sehingga dapat berkembang sesuai usaia dan
kebutuhan.
•Asah : Memenuhi pendidikan anak sehingga siap
menjadi manusia dewasa, mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan masa depan.
•Asuh : Memelihara dan merawat anggota keluarga
agar tercapai kondisi yang sehat, fisik, mental,
sosial dan spiritual
Perkembangan Keluarga
• Duvall (1950), mengungkapkan keluarga adalah unit dasar
perkembangan. Perkembangan keluarga adalah proses
perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi
perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggotanya
disepanjang waktu.
• Rodgers (1973) mengungkapkan bahwa setiap keluarga
akan melalui tahapan perkembangan yang unik, namun
secara umum mengikuti pola yang sama. Hal ini berarti
bahwa setiap keluarga mempunyai variasi dalam
perkembangannya akan tetapi secara normative tiap
keluarga mempunyai perkembangan yang sama.
Perbedaan/variasi dari perkembangan ini biasanya akibat
perbedaan dari bentuk atau tipe keluarga, penundaan
pernikahan atau kehamilan, serta kematian dan perceraian.
• Perkembangan keluarga merupakan hal penting dalam perawatan
kesehatan keluarga ketika kita memandang keluarga sebagai sebuah
sistem. Minuchin (1974), siklus perkembangan keluarga merupakan
komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang memandang
keluarga sebagai suatu sistem. Sistem keluarga tumbuh dan
berubah serta mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan
perubahan keluarga sendiri.
• Teori perkembangan keluarga yang sering digunakan dalam
keparawatan keluarga adalah Teori Perkembangan Keluarga Duvall
– Miller dan Carter – McGoldrick. Duvall menggunakan umur dan
tingkat sekolah dari anak yang sudah tua sebagai interval siklus
kehidupan, dengan pengecualian untuk dua tahap terakhir
kehidupan keluarga ketiak anak-anak keluar dari keluarga, sehingga
mengganggu keseimbangan keluarga. Penekanan teori ini terletak
pada hubungan antar anggota yang berubah sehingga keluarga bisa
bergerak dari satu tahap siklus kehidupan ke tahap berikutnya.
Perbedaan Siklus Kehidupan Keluarga :

Carter dan Mc. Goldrick Duvall dan Miller


(Perspektif Terapi Keluarga) (Perspektif Sosiologis)

1. keluarga antara dewasa muda yang belum Tidak ana tahap yang di identifikasi, meskipun Duvall menganggap
kawin dewasa muda sedang dalam proses di lepas.
•Keluarga pemula (pasangan baru menikah atau tahap pernikahan)
2. penyatuan keluarga melalui perkawinan
•Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai
(pasangan yang baru menikah).
umur 30 bulan).
3. keluarga dengan anak kecil (masa bayi •Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 30
sampai usia sekolah) bulan hingga 6 tahun).
4. Keluarga dengan anak remaja. •Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 sampai

5. keluarga melepaskan anak dan pindah. 13 tahun


•Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berumur 13 sampai
6. keluarga dalam kehidupan terakhir.
20 tahun).
•Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
•Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
•Keluarga dalam masa pendiun dan lansia (juga termasuk anggota
keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan meninggal
dunia)
• Persamaan kedua teori ini adalah menggunakan
dasar keluarga inti dengan dua orang tua sebagai
klasifikasi siklus perkembangan. Kedua teori ini
juga mengungkapkan bahwa setiap tahap
perkembangan, keluarga mempunyai tugas
perkembangan yang berbeda. Tugas
perkembangan merupakan tanggung jawab yang
harus dilaksanakan keluarga selama tahap
perkembangan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan biologis, aspirasi serta nilai-nilai
keluarga. Tahap siklus perkembangan keluarga
inti dengan dua orang tua adalah sebagai berikut :
Tahap transisi : Keluarga antara
(Dewasa muda yang belum menikah)
• Tahap ini menunjukkan tahap dimana individu berumur
20 tahunan yang telah mandiri secara finansial dan
secara fisik telah terpisah dari orang tuanya tetapi
belum berkeluarga. Tahap ini merupakan dasar bagi
tahap berikutnya, karena tahap ini menentukan kapan
dia harus menikah dan dengan siapa harus menikah.
Agar tahap ini sukses maka biasanya harus terpisah dari
orang tuanya untuk mendapatkan pergantian
emosional. Akan tetapi tahap ini seringkali diabaikan
karena seringkali masih berkumpul dengan orang
tuanya.
• Tugas perkembangan pada saat ini bersifat individual
dan tidak berorientasi pada keluarga.
• Menurut Carter dan Mc. Goldrick, tugas
perkembangan dewasa muda yang belum menikah
adalah :
- Pemisahan diri dalam hubungannya dengan keluarga
asalnya.
- Menjalin hubungan dengan teman sebaya secara
akrab.
- Pembentukan diri yang berhubungan dengan
kemandirian pekerjaan dan finansial.
Tahap I : Keluarga Baru / Pemula
(Beginning Family)
• Perkembangan keluarga tahap I adalah mulainya
pembentukan keluarga yang berakhir ketika
lahirnya anak pertama. Pembentukan keluarga
pada umumnya dimulai dari perkawinan seorang
laki-laki dengan perempuan serta perpindahan
dari status lajang ke hubungan baru yang intim
serta mulai meninggalkan keluarganya masing-
masing. Pada tahap ini pasangan yang belum
mempunyai anak.
• Tugas perkembangan keluarga yang
harus dijalankan pada tahap ini adalah:
• Membangun perkawinan yang saling
memuaskan.
• Membangun jaringan keluarga yang harmonis.
• Merencanakan keluarga.
• Pemeliharaan kesehatan.
Tahap II : Tahap Mengasuh Anak
(Child Bearing)

•Tahap kedua dimulai dari lahirnya anak pertama


sampai dengan anak tersebut berumur 30 bulan
atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan
menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam
kehidupan berumah tangga. Oleh karena itu
keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi
terhadap peran baru yang dimilikinya dan harus
mampu melaksanakan tugas dari peran baru
tersebut.
Tugas keluarga menurut Duvall pada tahap kedua adalah :
•Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
mantap.
•Rekonsiliasi tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
•Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
•Memperluas persahabatan keluarga besar dengan
menambah peran kakek nenek.
 
 
Tahap III: Keluarga dengan Anak Pra
Sekolah (Families With Presschool)
• Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 30 bulan atau 2,5 tahun dan berakhir
ketika berusia 5 atau 6 tahun. Pada saat ini mungkin
anggota keluarga bertambah lagi, sehingga terdiri dari tiga
orang yaitu bapak, ibu dan 2 orang anak.
• Pada tahap ini kesibukan akan emakin bertambah sehingga
menuntut perhatian yang lebih banyak dari orang tua.
Orang tua adalah “arsitek keluarga” sehingga orang tua
harus merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar dapat semakin memperkokoh kemitraan dan
perkawinan mereka. Kesibukan keluarga akan semakin
meningkat jika ibu dan bapak sama-sama bekerja di luar
rumah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah:
•Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
ruang bermain, privacy, keamanan.
•Mensosialisasikan anak
•Mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak lain.
•Mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan
orang tua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
Tahap IV: Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
(Families With School Children)

• Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6


tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir
pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota maksimum.
• Tugas perkembangan keluarga umumnya lebih
ditekankan pada pemenuhan tugas perkembangan
anak. Untuk mencapai tugas perkembangan yang
optimal, keluarga akan memoutuhkan bantuan dari
pihak sekolah dan kelompok sebaya anak. Keluarga
perlu membantu meletakkan dasar penyesuaian diri
anak dengan teman sebaya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah:
•Mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
•Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.
•Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga.
Tahap V: Keluarga Dengan Anak
Remaja (Families With Teenagers)
• Perkembangan keluarga tahap V adalah
perkembangan keluarga yang dimulai ketika
anak pertama melewati umur 13 tahun. Tahap
ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama jika anak masih tinggal dirumah
hingga umur 19 atau 20 tahun. Anak kedua
atau berikutnya biasanya dalam usia sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini pada
dasarnya untuk memfasilitasi tugas perkembangan pada
usia remaja Tugas perkembangan keluarga dalani tahap
ini menurut Duvall adalah sebagal berikut:
•Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
remaja untuk mencapai dewasa dan semakin mandiri. 
•Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
•Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak‑anak.
•Mempertahankan etika dan standar moral keluarga.
 
Tahap VI: Keluarga Dengan AnakDewasa
(Launching Center Families).
• Permulaan tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir dengan "rumah kosong" atau
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat
atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
belum menikah dan masih tinggal dirumah. Akan tetapi trend
dewasa ini anak pada usia dewasa muda lebih suka segera
meninggalkan rumah untuk hidup secara mandiri.
• Tugas keluarga membantu anak tertua dalarn melepaskan diri, dan
membantu anak yang lebih kecil untuk mandiri. Dan ketika anak
yang "dilepaskan" telah menikah, tugas keluarga. adalah
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru lewat perkawinan dan menerima nilai‑nilai dan gaya hidup dari
pasangan itu sendiri.
Tugas perkembangan keluarga pada masa ini
adalah:
•Memperluas keluarga dengan memasukkan
anggota baru yang didapatkan melalui
perkawinan anak.
•Melanjutkan dan memperbarui serta
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
•Membantu orang tua. lanjut usia dan
sakit‑sakitan dari suami mauptui istri.
Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan (Middle
Age Families).
• Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga
adalah tahap usia pertengahan yang dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tahap, ini biasanya,
dimulai ketika orangtua memasuki usia 45‑55
tahun dan berakhir saat seorang pasangan
pensiun, biasanya 16‑18 tahun kemudian.
Tugas perkernbangan keluarga, pada masa MI
adalah penentuan lingkungan yang sehat,
meliputi :
•Menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan.
•Mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan orangtua (lansia) dan anak‑anak.
•Memperkokoh hubungan perkawinan. 
Tahap VIII: Keluarga Lanjut usia
• Tahap VIII merupakan tahap akhir dan
perkembangan keluarga yang dimulai ketika
salah satu atau kedua pasangan memasuki
masa pensiun, sampai salah satu pasangan
meninggal dan berakhir ketika, kedua
pasangan meninggal. Dengan meningkatnya
usia harapan hidup, maka jumlah lansia setiap
tahun akan semakin meningikat pula sehingga
j jumlah keluarga pada tahap VIII pun juga
meningkat.
Tugas perkembangan yang harus dikembangkan
oleh keluarga lansia adalah:
•Mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan.
•Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
penurunan pendapatan
•Mempertahankan hubungan perkawinan.
•Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
•Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
•Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
( penelaahan dan integrasi hidup). 
Pokok ‑ Pokok Tugas Keluarga
Setiap tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas yang berbeda
‑ beda. Akan tetapi secara umum keluarga mempunyai tugas‑tugas
yang sama. Pokok‑pokok tugas keluarga menurut EM Duvall adalah
sebagai berikut:
•Pemeliharaan fisik keluarga dan para, anggotanya.
•Pemeliharaan sumber‑sumber daya yang ada dalam keluarga.
•Pembagian tugas masing‑masing anggota sesuai dengan
kedudukannya.
•Sosialisasi antar anggota keluarga.
•Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
•Pengaturan jumlah anggota keluarga.
•Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat
•Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
Adapun tugas keluarga dalam bidang
kesehatan menurut Freeman adalah
• Mengenal gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggota keluarga.
• Mengambil keputusan tindakan kesehatan secara
tepat.
• Memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang sakit.
• Mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan untuk perkembangan
kepribadian setiap anggota keluarga.
• Mempertahankan hubungan yang baik dengan
lembaga / fasilitas kesehatan.
Konsep Keluarga Sejahtera
• Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah
mengubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk
mewujudkan Keluarga Berkualitas Pada Tahun 2015. Hal ini ini
berarti diharapkan pada tahun 2015 seluruh keluarga di Indonesia
menjadi lebih berkualitas dan bukan hanya mencapai norma
keluarga kecil yang sejahtera.
• Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat,
maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke
depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa pada Tuhan
Yang Maha Esa
• Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkunganya.
Keluarga sejahtera dikelompokkan dalam beberapa
kategori, yaitu keluarga pra sejahtera, sejahtera 1,
sejahtera 11, sejahtera III dan sejahtera III Plus, yang
didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar keluarga.
Karakteristik keluarga sejahtera adalah:

Indikator Keluarga Sejahtera


Tahap I
•Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing
yang di anut
•Makan dua kali sehari atau lebih
•Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
•Lantai rumah bukan dari tanah
•Kesehatan ( anak sakit atau pasangan usia subur ingin
berKB di bawa kesarana / petugas kesehatan )
Tahap II
•Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang di anut
•Makan dua kali sehari atau lebih
•Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
•Lantai rumah bukan dari tanah
•Kesehatan ( anak sakit atau pasangan usia subur ingin berKB bi bawa
kesarana / petugas kesehatan )
•Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing- masing yang di anut
•Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam
seminggu
•Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
•Luas lantai tiap penghuni rumah 8m2 per orang
•Anggota keluaraga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat
melakasanakan fungsi masing-masing
•Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap
•Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10
sampai dengan 60 tahun
•Anak usia sekolah ( 7-15 ) tahun bersekolah
•Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi
Tahap III
•Melasanakan ibadah menurut agama masing-masing yang di anut
•Makan dua kali sehari atau lebih
•Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
•Lantai rumah bukan dari tanah
•Kesehatan ( anak sakit atau pasangan usia subur ingin berKB bi bawa
kesarana / petugas kesehatan )
•Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing- masing yang di anut
•Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam
seminggu
•Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
•Luas lantai tiap penghuni rumah 8m2 per orang
•Anggota keluaraga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat
melakasanakan fungsi masing-masing
•Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap
•Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10
sampai dengan 60 tahun
•Anak usia sekolah ( 7-15 ) tahun bersekolah
•Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi
• Upaya keluarga untuk meningkatkan /
menambah pengetahuan agama
• Keluarga mempunyai tabungan
• Makan bersama paling kurang sehari sekali
• Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
• Rekreasi bersama / penyegaran paling kurang
dalam 6 bulan
• Memperoleh berita dari surat kabar, radio,
televisi, dan majalah
• Anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi
Tahap III Plus
•Melasanakan ibadah menurut agama masing-masing yang di anut
•Makan dua kali sehari atau lebih
•Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
•Lantai rumah bukan dari tanah
•Kesehatan ( anak sakit atau pasangan usia subur ingin berKB bi bawa
kesarana / petugas kesehatan )
•Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing- masing yang di anut
•Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam
seminggu
•Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
•Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2 per orang
•Anggota keluaraga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat
melakasanakan fungsi masing-masing
•Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap
•Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10
sampai dengan 60 tahun
•Anak usia sekolah ( 7-15 ) tahun bersekolah
•Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi
• Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah
pengetahuan agama
• Keluarga mempunyai tabungan
• Makan bersama paling kurang sehari sekali
• Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
• Rekreasi bersama / penyegaran paling kurang dalam 6
bulan
• Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan
majalah
• Anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi
• Memberikan sumbangan secara teratur ( waktu
tertentu ) dan sukarela dalam bentuk material kepada
masyarakat
• Aktif sebagai pengurus yayasan / panti
Indikator Keluarga Miskin/Pra Sejahtera
• Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih
• Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk
pauk kurang dari seminggu sekali
• Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap
aktivitas
• Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel
setahun sekali
• Bagian terluas lantai rumah dari tanah
• Luas lantai rumah kurang dari delapan meter perdsegi
untuk setiap penghuni rumah
• Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai
penghasilan tetap
• Bila anak sakit / PUS ingin ber-KB Tidak bisa kefasilitas
kesehatan
• Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
A. DEFINISI KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan pada kelurga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan
melalui perawatan sebagai sarana / penyalur. (Bailon
dan Maglaya, 1978).
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena
masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan
saling mempengaruhi sesama anggota keluarga dan
akan mempengaruhi pula keluarga - keluarga
disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
B. TUJUAN PERAWATAN KESEHATAN
KELUARGA
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan keluarganya
Tujuan Khusus :
• Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan
• Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah kesehatan
• Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan terkait dengan masalah kesehatan
• Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit
• Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan
mutu hidupnya
C. ALASAN KELUARGA SEBAGAI UNIT
PELAYANAN (Ruth B. Freeman, 1981)
• Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
• Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memberbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya
• Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan keluarga akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya
• Dalam memelihara kesehatan, anggota keluarga sebagai individu (klien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan para anggotannya.
• Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat.
D. PRINSIP PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
• Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam
pelayanan kesehatan
• Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga, sehat sebagai tujuannya
• Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana
dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga
• Melibatkan peran serta aktif seluruh anggota
keluarga mulai dari perumusan masalah sampai
mengatasi masalah kesehatan
• Mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
• Memanfaatkan sumber daya keluarga seoptimal mungkin
• Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
• Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan
• Kegiatan utama dalam asuhan keperawatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan, asuhan perawatan kesehatan
dasar/perawatan rumah
• Diutamakan terhadap keluarga resiko tinggi
E.PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN KELUARGA
• Memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga
yang sakit
• Mengenalkan masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga
• Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan
kesehatan keluarga
• Fasilitator, yaitu menjadikan pelayanan kesehatan mudah
dijangkau dan membantu proses pemecahan masalah
• Pendidik, yaitu merubah perilaku keluarga menjadi lebih
sehat
• Penyuluh dan konsultan, yaitu berperan dalam memberikan
petunjuk asuhan keperawatan dan sebagai penasehat
F. RESIKO DAN KRISIS KELUARGA
1. Keluarga beresiko
• Kemiskinan
• Pengangguran
• Pendidikan rendah
• Penyakit fisik
• Penyakit keturunan (DM, Hipertensi)
• Penyakit menular (TBC, Hepatitis, Influenza, dan sebagainy)
• Masalah KIA (Gizi, Prematur, Cacat)
• Imunisasi tidak lengkap
 
• Jumlah anggota keluarga terlalu besar (bisa karena tidak KB)
• Resiko kecelakaan dalam keluarga (rumah curam)
• Gangguan jiwa
• Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok, minum-
minuman keras, diet yang salah dan sebagainya)
• Sanitasi lingkungan yang buruk (ventilasi yang kurang, pembuangan
sampah dan sumber air minum tidak memenuhi syarat kesehatan, polusi,
kebisingan dan sebagainya)
• Peran tidak sesuai
• Riwayat kesulitan persalinan
• Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress (hubungan keluarga
tidak harmonis)
2. Krisis pada keluarga
• Adalah saat-saat yang banyak menuntut individu
atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk
juga dalam hal sumber daya keluarga.
• Sebuah krisis timbul karena sumber-sumber dan
strategi adaptif tidak secara efektif mengatasi
ancaman stressor. Keadaan krisis meliputi : bayi,
prematur, sakit, cerai, kematian, pengangguran, bayi,
sekolah, remaja, manula, dan sebagainya.
G. KOPING KELUARGA
• Respon keluarga, sesuai dengan masalah, afektif dan respon perilaku yang
digunakan keluarga untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi
stress yang diakibatkan oleh manusia atau peristiwa. Respon koping
keluarga bisa kearah yang positif (konstruktif), bisa juga kearah negatif
(destruktif).
• Sumber koping :
Sumber Koping Internal
- Kemampuan keluarga yang menyatu sehingga terjadi kohesif dan
terintegrasi sehingga mempunyai tanggung jawab yang kuat terhadap
tujuan kolektif
- Fleksibilitas peran sehingga mampu memodifikasi peran
Sumber Koping Eksternal
• Sumber Pendukung sosial oleh keluarga misalnya informasi, barang,
pelayanan.
• Hambatan : finansial dan pengetahuan keluarga rendah

Anda mungkin juga menyukai