Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANSIETAS

(KECEMASAN) DAN KEHILANGAN


Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa 1
Dosen Pengampu : Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ns., M.Kes

Di Susun Oleh Kelompok 16 :


NO NAMA NIM
1 ROBANIAH MARJUNI PUTRI 16631550
2 WIDYA NURUL HIDAYAH

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
SEPTEMBER 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempunaan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dan pekuliahan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini untuk
mencapai kesempurnaan.

Ponorogo, 21 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Ansietas....................................................................................5
B. Etiologi Ansietas....................................................................................5
C. Klasifikasi Ansietas...............................................................................6
D. Manifestasi Klinis Ansietas....................................................................7
E. Patofisiologi Ansietas............................................................................9
F. Penatalaksanaan Ansietas....................................................................11
G. Konsep asuhan keperawatan klien dengan gangguan ansietas............13

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................21
B. Saran....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dijaman sekarang telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin
ketat,dampak dari perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi
individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan perubahan yang
terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan,
koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan
secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10%
dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari
hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan pusat statisiti yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai
8,1 % yang merupakan angka tertinggi dari penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan
mental emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6%
populasi usia  di atas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami
gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih
sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai
atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial – ekonomi rendah
(Videbeck. 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ansietas atau kecemasan ?
2. Apa etiologi dari ansietas?
3. Apa saja klasifikasi ansietas?
4. Apa manifestasi klinis dari ansietas?
5. Bagaimana patofisiologi ansietas?
6. Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
2. Untuk mengetahui etiologi ansietas
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas
5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi

Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan


padagangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A
2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual
terhadap bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung
oles situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan
dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang
umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya
termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005)
aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak
maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada
keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

B. Etiologi

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan


keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas
pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres
berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
a. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego

5
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id
dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.

b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapatmencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Klasifikasi Ansietas
a. Tingkatan Ansietas :
-  Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn
pertumbuhan serta kreativitas.
-    Ansietas Sedang

6
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting  dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
- Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada
sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain.
Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
- Ansietas Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan
arahan, karena mengalami kehilangan kendali.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1)  Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan  individu berhati-hati serta
waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreatifitas.

-   Respon Ansietas Ringan


a.  Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
b.  Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif.
c.  Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang meninggi.
2)  Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn
mengesampingkan hal lain.

- Respon Ansietas Sedang


a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah

7
b.  Kognitif
1. Lapang persepsi menyempit
2. Rangsang luar tidak mampu diterima
3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4. Perilaku dan Emosi
5. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6. Bicara banyak & lebih cepat
7. Susah tidur
8. Perasaan tidak aman

3)  Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/ tuntunan.

- Respon Ansietas Berat


a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
b.  Kognitif
-   Lapang persepsi sangat sempit
-   Tidak mampu menyelesaikan masalah
c.  Perilaku dan Emosi
-   Perasaan ancaman tinggi
-   Verbalisasi cepat
-   Blocking

4)   Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/ tuntunan.

- Respon Ansietas Panik


a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.
b.  Kognitif
-    Lapang pandang persepsi sangat sempit
-    Tidak dapat berpikir logis
c.  Perilaku dan Emosi
-    Agitasi mengamuk dan marah
-    Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
-    Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
-    Persepsi kacau

8
E.   Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1)   Bayi/anak-anak
-   Berhubungan dengan perpisahan
-   Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
-   Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2)   Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
-    Perkembangan seksual
-    Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3)  Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
-   Kehamilan
-   Menjadi orang tua
-   Perubahan karir
-   Efek penuaan
4) Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
-    Penurunan sensori
-    Penurunan motorik
-    Masalah keuangan
-    Perubahan pada masa pension

9
Pohon Masalah Ansietas :

F. Presdiposisi
Biologis Trauma
Frustasi &
kegagalan
Penyakit F. Prespitasi

Inbalance Persepsi Thalamus It, ego & Ancaman


neutransmitter negatif pada superego
hipocampus inbalance

hipocampus

neurokorteks Amigdala

insecure G. suprareal

Tidak ada yg Emosi


dialami negatif Noneoinefrine
menurun

TD meningkat
Nadi meningkat

ANSIETAS
Waspada,
curiga

10
F.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1)   Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.

2)  Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat
otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah
obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3)   Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

4)   Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.

11
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

5)  Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
ANSIETAS

1. Pengkajian

Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani


pasien yang mengalami diagnosis keperawatan ansitas, baik
menggunakan cara individual maupun kelompok. Bagian ini juga
memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga pasien dengan kecemasan.
Ansietas dialami secara subjektif dan di komunikasikan secaar
interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun

1)   Data dasar
Pengkajian  ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat,nomor register,  diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).

2)   Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi
terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius

Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:


a.  Teori Psikoanalisa

13
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c.  Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d.  Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.
Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e.  Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung
reseptor khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang
meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-
aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas

3)   Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

4)    Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sebagai berikut ::

14
a.   Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah
atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
b.   Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas
ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.

5)    Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan
kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada,
napas dangkal, sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit,
wajah pucat.

6)   Data yang perlu di kaji


a.  Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar,
sering berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak
dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b.  Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada
orang lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan
interpersonal.

7)   Status kesehatan mental


a.   Kebenaran data:

15
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan
kunjungan rumah.
b.  Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan dan perabaan.        
c.   Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri,  senyum sendiri karena
mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam
seperti mengawasi sesuatu.
d.  Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara
apakah masih terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam
sesuatu, memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa
tremor.
e.  Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut
tertawa.
f.  Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui
tentang waktu.
g.  Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini,
Apakah klien kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.

Pengkajian psikologis
a.  Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya.  Apakah Perasaan klien saat
ini cukup baik.
b.   Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
c.   Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius
dan antusias, ada kontak mata.
d.   Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.

16
e.   Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih
suka berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak

Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup

Diagnosa Keperawatan
1.   Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan ansietas
2.  Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.

Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional


1. Resiko TUM:  1.  Melihat/observasi 1.  Intervensi
mencederai Klien menahan diri ada tidaknya diperlukan jika klien
diri sendiri dan untuk tidak perilaku kekerasan. melakukan tindak
orang lain b/d membahayakan kekerasan terhadap
ansietas diri dan orang lain. diri sendiri dan orang
TUK 1: lain.
Klien mengatakan
perasaan agresif 2.  Diskusikan 2.  Ansietas hebat
tetapi tidak ansietas, perasaan, sering kali
melakukannya dan bagaimana mengakibatkan
peningkatan hilangnya kontrol diri
ketegangan dapat dan sering
menyebabkan menimbulkan tindakan
permusuhan. permusuhan.

3.  Bantu merawat 3.  Membicarakan


diri dengan cara tentang rasa marah
mengikuti akan menurunkan
kecemasan. kecenderungan klien
untuk menindaklanjuti.

TUK 2 : 1.    Bantu klien 1.  Identifikasi dini


Klien untuk terhadap peningkatan
memperagakan mengidentifikasi ketegangan dapat
keterampilan isyarat yang mencegah klien
koping yang mengindikasikan kehilangan kontrol dan
sesuai untuk peningkatan frustasi melukai diri sendiri

17
mengatasi distres yang dapat dan orang lain
yang hebat. menimbulkan prilaku
merusak

2.    Dorong klien 2.  Kesadaran diri


untuk membentuk adalah langkah awal
kesadaran diri akan untuk memfasilitasi
prilaku non verbal kontrol diri.
dan pernyataan
verbal yang
menunjukkan
memuncaknya
ansietas

3.    Ajari klien 3.  Penyaluran energi


tentang cara-cara fisik yang nyaman
penyaluran ansietas akan memampukan
secara fisik. klien mengurangi
ansietas dengan cara
yang konstruktif

4.  Bantu klien 4.  Keterampilan


mempelajari asertif dan ekspresi
keterampilan asertif emosi yang sesuai
dan ekspresi yang akan membantu klien
sesuai untuk menyelesaikan
emosinya yang kuat. masalah, jika masalah
tersebut muncul dan
menyebarkan
kemungkinan agresi.

5.  Bersama dengan 5.  Intervensi ini


klien melakukan memberi waktu
upaya kepada klien untuk
pengembangan mengatasi situasi stres
toleransi terhadap dan dapat mencegah
frustasi dan episode kekerasan.
kekecewaan.
6.  Bantuan
6.  Dorong klien berkelanjutan
untuk meminta memampukan klien
bantuan dari untuk tetap berada
sumber-sumber dalam kontrol dalam
ansietas. situasi stres dan

18
memikul tanggung
jawab atas
perilakunya.

2. Ansietas b/d TUM:  1.  Dorong pasien 1.  Perasaan sakit


koping individu Klien menunjukkan mengungkapkan yang tidak diakui
tidak efektif. kemampuan secara verbal adalah stressor,
mengatasi panik perasaan yang kuat, mengungkapkan
dengan tidak nyaman, perasaan yang tidak
mengurangi khususnya ansietas, nyaman membantu
perilaku penyebab rasa bersalah, & meredakan stres
panik frustasi.
TUK 1:
Pasien bercerita 2.  Bantu klien 2.  Sebelum klien
tentang stressor mengidentifikasi dapat memperoleh
kehidupan, yang stressor internal kendali terhadap
b.d serangan yang umumnya serangan, stressor
panik di masa lalu. terjadi sebelum yang berhubungan
serangan. dengan panik harus
di identifikasi.

3.  Diskusikan dan 3. Analisis stimulus


analisa situasi panik eksternal yang
dengan klien, menyertai panik
berfokus pada membantu klien
stimulus eksternal mengantisipasi dan
yang merangsang pada akhirnya
serangan. mengontrol serangan.

4.  Diskusikan 4. Klien perlu


mekanisme koping, mengetahui metode
seperti gerakan fisik koping klien yang
dan latihan nafas dapat digunakan untuk
dalam yang lambat, mengatasi ansietas
dan bagaimana yang tidak dapat
mekanisme ditoleransi akibat
serangan panik.
TUK 2: klien
meunjukkan 1.      Ajari klien 1.      Memiliki
perulaku yang strategi intuk pengetahuan tentang
membantu mengatasi stressor cara alternatif untuk
mengontrol internal seperti menangani stres akan
keadaan panik ketakutan atau meningkatkan kendali
perasaan tidak perilaku.
menentu.

19
2.  Ajari klien 2.  Keterampilan ini
tentang cara memampukan klien
perpindah dari untuk melepas
keadaan internal ke ansietas melalui fokus
keadaan eksternal. keluar.

3.  Diskusikan 3.  Memfasilitasi daya


hubungan antara tilik klien kedalam
ansietas dengan hubungan antara
respon fisiologis ansietas dan gejala
yang secra khas fisik akibat serangan
ditunjukkan dalam panik.
serangan panik.

4.  Bantu klien untuk 4.  Klien perlu


memodifikasi situasi mengetahui akibat
yang dapat dirubah. gejala fisiologis
ansieta diikuti oleh
pikiran spontan yang
mengganggu penilaian
tentang apa yang
sedang terjadi.

5.  Dorong klien 5.  Mengembangkan


membentuk sistem dan menggunakan
pendukung dan sistem pendukung
mencari bantuan meningkatkan
ketika tanda dan tanggung jawab
gejala ansietas pribadi dan pengakuan
muncul. pribadi tentang
kebutuhan
memperoleh bantuan
terhadap stres.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis,
sedangkan padagangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang
bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut
(Tomb. Dafit A 2003
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan
dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang
umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya
termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa untuk


dapat mempermudah dalam melakukan suatu pengkajian kepada klien
dengan gangguan ansietas. dan semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan kita terhadap penyakit gangguan jiwa dan
bisa menghindarkan kita dari penyakit tersebut

21
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2007. Management Kasus Gngguan Jiwa. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran.EGC
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit
Selamba Medika
Videbecek, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC
Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai