Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 1

PERAN PERAWAT JIWA

PELAYAN DAN KOLABORASI INTERDISIPLIN DALAM KESEHATAN DAN


KEPERAWATAN JIWA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

Dosen Pengampu : sulistyo Andarmoyo, S, Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 4:

Hafis Amanattyasadi ( 16631583 )

Novita Sari ( 16631561 )

Ika Adi Mulyana (16631567 )

Prodi S1 Keperawatan
FakultasIlmuKesehatan
UniversitasMuhammadiyahPonorogo
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “1. Peran perawat jiwa 2.
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan dan keperawatan jiwa”. Atas
dukungan dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Sulistyo Andarmoyo, S, Kep,. Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing kami yang
memberikan dorongan dan masukan, serta
2. Orang tua dan teman-teman yang telah memberi doa dan dukungan kepada kami.
Tak lepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
ada kekurangan baik dari segi susunan atau kalimat maupun tata bahasanya . Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun
wawasan yang luas bagi pembaca.

Wassalamu alaikum wr.wb

Ponorogo, 24 September 2018

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya


dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang
keperawatan yang baik harus dilakukan oleh seseorang perawat dengan
sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu


mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Mampu menghadapi
kecemasan didalam diri individu.

Jika seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahan didalam


hidup mereka, terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan
permasalahan yang akan berakibat fatal yang tentunya akan mengganggu
kehidupan orang yang mengalami permasalahan interpersonal ini. untuk itu
diperlukan peran perawat dalam mengatasi masalah ini, untuk membantu pasien
mengatasi masalah yang mungkin tidak bisa diselesaikan sendiri oleh seseorang.

Sedangkan kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan


untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun
didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi
tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.

Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek berama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batasan-batasan lingkungan praktek mereka dengan nilai-nilai dan saling
mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
memberikan pelayana keperawatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
(Aerican Medical Assosiation (AMA), 1994) intinya kolaborasi merupakan proses
kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan
menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja sama dalam
kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk
menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.

Berdasarkan uraian di atas kami sangat tertarik untuk memperjelas materi


tentang peran perawat jiwa dan pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam
keperawatan jiwa.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa peran dan fungsi keperawatan jiwa?
2) Apa pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan dan keperawatan
jiwa?

C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui definisi dari peran dan fungsi keperawatan jiwa.
2) Untuk mengetahui definisi pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam
kesehatan dan keperawatan jiwa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran dan fungsi keperawatan jiwa

1. Pengertian

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya


meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada
fungsi yang terintergrasi. System pasien atau klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas.
ANA ( American Nurses Association ) mendefinisikan keperawatan kesehatan
mental dan psikiatrik sebagai :
Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya.

2. Peran perawat kesehatan jiwa


Menurut Weiss (1947), yang dikutip oleh stuart sundeen dalam Priciples
and Practice of Psychiatric Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai
Attitude Therapy, yakni :
1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi
pada klien.
2. Mendemonstrasikan penerimaan.
3. Respek
4. Memahami klien.
5. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.

Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:


1. Sebagai pendidik;
2. Sebagai pemimpin didalam situasi yang bersifat local, nasional, dan
internasional;
3. Sebagai “Surrogate Parent”.
4. Sebagai konselor

dan sebagai tambahan dari peran perawat adalah:


1. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental.
2. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan.
3. Memberikan pelayanan kepada klien diluar klinik.
4. Aktif melakukan penelitian.
5. Membantu pendidikan masyarakat

5
3. Fungsi Keperawatan
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan
secara langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat kesehatan
jiwa yaitu :
a. Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman, nayma baik fisik, mental
dan social sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.
b. Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu adlah
membantu mengatasi segala sehingga tidak ada terjadi penumpukan
masalah.
c. Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada
pasien dengan percaya diri sebagai contoh dengan perilaku perawat yang
ditampilkan.
d. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal
yang peting. Perawat melakukan pengkajian biologis secara menyeluruh
dalam mengevaluasi pasien kelaian jiwa untuk mengetahui adanya
penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cepat dan
tepat.
e. Memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien,
keluarga, dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa.
f. Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak
pasien, keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah
pasien.
g. Kolaborasi dengan tim lain dalam membantu pasien, mengadakaln
kolaborasi dengan dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat
komunitas), pekerja social dan psikolog.
h. Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan managemen keperawatan
kesehatan jiwa. Sebagai pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan
keperawatan jiwa membantu perawat lainnya.
i. Menggunakan informasi di masyarakat sehubungan dengan kesehatan
mental. Hal ini penting untuk diketahui perawat bahwa informasi di
masyarakat perlu diidentifikasi untuk digunakan sebagai factor pendukung
dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa di masyarakat itu sendiri.

4. Tingkat kinerja
Empat fakto utama yang membantu untuk menentukan tingkat fungsi dan
jenis aktivitas yang melibatkan perawat jiwa:
a. Legislasi praktik perawat
b. Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan pengalaman kerja dan status
sertifikasi
c. Tatanan praktik perawat
d. tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat

6
5. Tingkat pencegahan
Intervensi keperawatan jiwa lebih jauh mencakup tiga area aktivitas :
pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
1. Pencegahan primer merupakan suatu konsep komunitas termasuk
menurunkan insiden penyakit dalam komunitas dengan mengubah factor
penyebab sebelum hal tersebut membahayakan. Pencegahan primer
mendahului penyakit dan diterapkan pada populasi yang umumnya sehat.
Pencegahan ini termasuk peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
2. Pencegahan sekunder mencakup reduksi penyakit actual dengan deteksi
dini dan penanganan masalah kesehatan.
3. Pencegahan tertier mencakup penurunan gangguan atau kecacatan yang
diakibatkan oleh penyakit.

6. Rentang asuhan
Tatanan tradisional dari perawat jiwa mencakup fasilitas psikiatrik, pusat
kesehatan mental masyarakat, unit psikiatrik di rumah sakit umum, fasilitas-
fasilitas tempat tinggal, dan praktik pribadi. Dengan diprakarsai bentuk baru
pelayanan kesehatan, timbul suatu tatanan penanganan alternatif sepanjang
rentang asuhan bagi perawat jiwa. Tatanan tersebut meliputi pelayanan di
rumah, program rawat inap parsial, pusat-pusat penitipan, panti asuhan atau
rumah kelompok, hospices, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan,
klinik pelayanan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas pengelolaan
perawatan, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.

7. Asuhan yang kompeten


Ada tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer aktivitas asuhan
langsung, komunikasi, dan penatalaksanaan. Di dalam domain praktik yang
tumpang tindih ini, di perlihatkan fungsi peran pendidikan, pengkoordinasian,
pendelegasian, dan pengkolaborasian. Selain itu, perawat jiwa mampu untuk
melakukan hal – hal berikut ini :
 Membuat pengkajian kesehatan bioksikososial yang pekat terhadap
budaya
 Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien
dan keluarga dengan masalah kesehatan yang komplek dan kondisi
yang dapat menimbulkan sakit
 Berperan serta dalam aktivitas pengolahan kasus, seperti
mengkorganisasikan, mengkaji negoisasi, koordinasi, dan
mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu maupun
keluarga
 Memberikan pedoman pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
dan kelompok untuk menggunakan sumber yang tersedia dikomunitas

7
kesehatan mental termasuk memberikan pelayanan terkait, teknologi,
system social yang paling tepat
 Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi
pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling
 Memberikan asuhan kepada mereka yang mengalami penyakit fisik
dengan masalah psikologik dan penyakit jiwa dengan masalah fisik
 Mengelola dan mengkoordinasi system pelayanan yang
mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga, staff, dan pembuatan
kebijakan
8. Evaluasi hasil
Perawat jiwa harus mampu mengidentifikasi, menguraikan dan
mengukur hasil asuhan yang mereka berikan pada pasien, keluarga dan
komunitas. Hasil adalah semua hal yang terjadi pada pasien dan keluarga
ketika mereka berada dalam system pelayanan kesehatan
Hasil tersebut dapat meliputi status kesehatan, status fungsional,
kualitas kehidupan, ada atau tidaknya penyakit, jenis respon koping, dan
kepuasan terhadap tindak penanggulangan. Evaluasi hasil dapat berfokus
pada kondisi klinik, intervensi, atau proses pemberian asuhan. Berbagai hasil
yang dapat di evaluasi mencakup indicator – indicator klinik, fungsional,
finansial, dan perseptual tergantung pada pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Evaluasi hasil aktifitas keperawatan jiwa secara kritis merupkan tugas
perawat jiwa apapun peran, kualifikasi, atau tatanan pratiknya. Praktisi perawat
jiwa pendidik, administrator, dan peneliti semuanya harus bertanggung jawab
untuk menjawab semua pertanyaan.

B. Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan dan keperawatan


jiwa
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan
professional (perawat, dokter, tim kesehtan lainnyamaupun pasien dan
keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan
tujuan menentukan diagnose, tindakan – tindakan medis, dorongan moral dan
kepedulian khususnya kapada pasien sakit jiwa.
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
2. Masing – masing profesi mengetahui batas – batas dari pekerjaannya
3. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
4. Masing – masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang
tergabung dalam tim

a. Manfaat kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa

8
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efisiensi sumber daya
3. Meningatnya profesionalisme dan kepuasan kerja dan loyalitas
4. Meningkatnya kohefisitas antar professional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional
6. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang
lain
b. Hambatan dalam melakukan kolaborasi dalam pelayanan keperawatan jiwa
1. Ketidaksesuaian pendidikan dan pelatihan anggota tim
2. Struktur organisasi yang konvensioal
3. Konflik peran dan tujuan
4. Kompetisi interpersonal
5. Status dan kekuasaan individu itu sendiri

c. Piramida Pelayanan Kesehatan Jiwa


Jenjang pelayanan Kesehatan Jiwa terdiri dari (ommeren,2005) :
1. Perawatan mandiri individu dan lingkungan keluarga
Kebutuhan pelayanan jiwa terbesar adalah kebutuhan kesehatan jiwa
yang dapat dipenuhi oleh masing – masing individu dan keluarga.
Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara
mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangat penting
untuk memperdayakan keluarga dengan melibatkan mereka dalam
memelihara kesehatan keluarga
2. Dukungan dari sector formal dan informal diluar sector kesehatan
Apabila masalah kesehatan jiwa dialami individu tidak mampu diatasi
dengan secara mandiri di tingkat individu dan keluarga maka upaya
solusi tingkat berikutnya adalah leader formal dan informal yang ada di
masyarakat mereka menjadi tempat rujukan. Tokoh masyarakat,
kelompok formal dan informal diluar tatanan pelayanan kesehatan
merupakan target pelayanan jiwa kesehatan jiwa . Kelompok yang
dimaksud :
 Toma : tokoh agama, tokoh wanita, kepala desa atau dusun,
lurah, RT/RW

3. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar /


Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Kabupaten atau Kota
Tim kesehatan jiwa kabupaten atau kota terdiri dari psikiater, psikolog
klinik, perawat jiwa plus CMHN dan psikolog plus (yang telah
mendapatkan pelatian kesehatan jiwa ). Tim berkedudukan ditingkat
dinas kesehatan kabupaten atau kota.

9
Tim akan bergerak secara periodic ketiap-tiap puskesmas untuk
memberi konsultasi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pada saat tim
mengunjungi puskesmas maka penanggung jawab pelayanan
kesehatan jiwa komunitas dipuskesmas akan menkonsultasikan kasus-
kasus yang tidak berhasil

4. Pelayanan kesehatan jiwa di RSU atau RSUD


Rumah sakit umum daerah pada tingkat kabupaten atau kota
diharapkan menyediakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Bagi
pasien gangguan jiwa dengan jumlah tempat tidur terbatas sesuai
kemampuan. System perujukan dari puskesmas atau tim kesehatan
jiwa masyarakat kabupaten atau kota rumah sakit umum dan sebaiknya
harus jelas. Tim memberi pelayanan kesehatan jiwa data terdiri dari
perawat plus CMHN dan dokter umum plus kesehatan jiwa yang telah
mendapat pelatihan sari Psikiatrict Intensive Care Unit (PICU).
5. Pelayanan kesehatan jiwa di RSJ
Rumah sakit jiwa merupakan pelayanan spesialis kesehatan jiwa yang
difokuskan kepada pasien gangguan jiwa yang tidak berhasil dirawat
oleh keluarga atau puskesmas atau RSU. System rujukan dari RSU dan
rujukan kembali kemasyarakat yaitu puskesmas harus jelas agar
kesinambungan pelayanan dikeluarga dapat berjalan. Pasien yang telah
selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali ke puskesmas. Penanggung
jawab pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dikesehatan jiwa
masyarakat (puskesmas) bertanggung jawab terhadap lanjutan asuhan
dikeluarga.

10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi
yang terintergrasi. Perawat jiwa harus mampu mengidentifikasi, menguraikan dan
mengukur hasil asuhan yang mereka berikan pada pasien, keluarga dan
komunitas. System pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau komunitas. Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan
keperawatan secara lansung dan tidak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan
aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan masalah
kesehatan jiwa
Sedangkan kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun
didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi
tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.

2. Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam


penangan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa
yang ada serta upaya penangannya dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dkk.2005.Proses keperawatan Kesehatan Jiwa.Ed.2.Jakarta:EGC.


Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Ed.5.Jakarta:EGC .
Stuart, Gail W dan Sandra J Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan
Jiwa.Ed.3.Jakarta:EGC.
Yosep,Iyus dan Titin Sutini.2016.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:PT Refika Aditama
Kusmawati, Farida dan Yusuf Hartono.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:Salemba
Medika.

12

Anda mungkin juga menyukai