Anda di halaman 1dari 37

Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT (Proses Asuhan Gizi

Terstandar) / Pendekatan NCP (Nutritional Care Process)

Selesaikan dengan Prinsip ADIME (Assessment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring Evaluasi),


karena menyesuaikan dengan kompetensi Ahli Keshmasy, sehingga Penyelesaian Kasus TANPA
Diagnosis Gizi dan Monev

KASUS

Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Recti 1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak
tetap tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan
pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat kelas
III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsy pasien
didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh msulit
BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti kotoran
kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 kg, dan TB 163 cm.

Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 40-52
%), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm3 (N = 3800 – 10600/mm3),
trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan
protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl). Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi
88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising
usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu, meskipun istrinya sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih
sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34
gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS : Energi 1700 kalori, protein 68
gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.

Selesaikanlah kasus tersebut berdasarkan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar


(PAGT) !

PENYELESAIAN KASUS

A. Gambaran Umum Pasien

Nama : Tn. I
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Ruang/Kelas : Dahlia/III
Hari Perawatan : 5 (hari kelima)
Diagnosis Medis : Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar

1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Gizi Dahulu :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu.

Riwayat Gizi Sekarang :


Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, karena nafsu makan kurang. Motivasi
untuk menghabiskan makanan sangat kurang karena alasan diet/makanan RS terasa hambar dan
membosankan. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1090
kal, Protein : 34 gram, lemak : 20,3 gram, dan KH 166,5 gram.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)


Asupan Makan 1090 34 20,3 166,5
Standar Makanan RS 1700 68 54 320
% Tingkat Konsumsi 64,1 50 37,6 52
Kategori Tingkat Konsumsi Kurang Kurang Kurang Kurang
Penilaian :

Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena alasan
diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 64,1%, Protein : 50 %,
Lemak 37,6% dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan makan : Kurang, berdasarkan
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
(point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang normal
apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika
mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan
yang kurang).

Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Hb 9,1 g/dl 13,5-17,5 g/dl ↓ Anemia
Haematokrit 27% 40-52% ↓
Eritrosit 3,32 jt/UL 4,5 – 6,5 jt/UL ↓ Anemia
Albumin 2,5 g/dl 3,5-5 g/dl ↓ Hipoalbuminemia
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 -8,2 g/dl ↓
Penilaian :
Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia.

Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB
Kurang yaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I
≥30 kg/m2 : obese II

Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan


1. Tekanan darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi
2. Nadi 84 x/menit 80-100x/menit Normal
3. Suhu 370C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Normal

Penilaian :
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malgizi (pasien tampak kurus, dan
lemah).

Riwayat Personal :
Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen.
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3
distal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat di RS
Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis Ca
recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi
masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah dank eras seperti kotoran kambing.
Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.

Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi Parsial
ec. Ca Recti 1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.

2. DIAGNOSIS GIZI
NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan kurang
(E) ditandai dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH 52%, (rata-
rata tingkat konsumsi makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).

NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E) ditandai
dengan asupan protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).

NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E) ditandai
dengan rasa nyeri di perut (S/S).

NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malgizi (E)
ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).

NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E)
ditandai dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS, asupan makan rata-rata
hanya 51% (S/S).

3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
Memberikan dukungan gizi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan asupan asupan protein,
kadar hipoalbunemia, dan kadar Hb.
Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga keluhan nyeri
perut berkurang
Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi penurunan BB
yang drastis.
Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.

Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)


Macam Diet : Diet ETPT.
Bentuk Makanan : Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering
timbul.
Syarat :
Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan memperhitungkan basal, aktifitas
dan faktor stres, Energi diberikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas
pada saat sakit, mengatasi infeksi pada ileus, dsb,..
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu meningkatkan kadar
albumin, membantu dalam proses penyembuhan luka.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil energi dan cadangan
energi tubuh terbesar.
Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.
Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien yang sedang
menjalani perawatan.
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
Vitamin A diberikan sebesar,….. mg untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya
Vitamin C diberikan sebesar….. untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk
Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama,
2X selingan, dan 3 kali enteral.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi

Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :

BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)


= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)
= 66 + 657,6 + 815 – 408 kkal
= 1130,6 kkal

TEE = 1130,6 kkal x AF x IF


= 1130,6 kkal x 1,2 x 1.3
= 1763,7 kkal

Keterangan : BEE (Basal Energy Expenditure)


TEE (Total Energy Expenditure)
AF (Activity Factor), 1,2 Bedrest
IF (Injury Factor), 1,3 Ileus Obstruksi

Protein (gram) = 2 g/kg BB


= 2 g x 48 kg
= 96 gram
% Protein = 96 gram x 4 kal/g x 100%
1763,7 kkal
= 21,7%

Lemak = 20% x TEE


= 20% x 1763,7 kkal
= 352,74 kkal
Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak)
= 100 % – (21,7% + 20%)
= 100% – 41,7%
= 58,3 %

Karbohidrat (kkal) = 58,3% x TEE


= 58,3 % x 1763,7 kkal
= 1028,24 kkal
Karbohidrat (g) = 1028,24 kkal : 4 kkal/gram
= 257,1 gram

Kebutuhan Vitamin dan Mineral : (AKG, 2004)


Vitamin A : 600 RE Vitamin D : 15 ug
Vitamin E : 15 mg Vitamin K : 65 ug
Tiamin : 1 mg Riboflavin : 1,3 mg
Niasin : 16 mg Asam Folat : 400 ug
Piridoksin : 1,7 mg Vitamin B12 : 2,4 ug
Vitamin C : 90 mg Kalsium : 800 mg
Fosfor : 600 mg Magnesium : 300 mg
Besi : 13 mg Yodium : 150 ug
Seng : 13,4 mg Selenium : 30 ug
Mangan : 2,3 mg Fluor : 3 mg

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan Asupan makan mencapai 100% dari kebutuhan Setiap hari
Antropometri BB naik dan status gizi normal Akhir Perawatan
Hari kedua pengamatan
Biokimia Hb, albumin, Protein Total
kasus
Pucat dan lemah berkurang, TD, nadi, respirasi,
Fisik Kljnis Setiap hari
suhu normal
Keluhan Nyeri perut berkurang/hilang Setiap hari
Sikap dan Mengubah perilaku terhadap diet RS (mau
Setiap hari
Perilaku menerima diet RS)

E. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha
Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Gizi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta :
EGC Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

II. Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes Mellitus dengan langkah Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT)

A. Gambaran Umum Pasien


Nama : Ny. S S No RM : 2. 37. 23. 97
Umur : 51 th Ruang : Boegenvile C1 K2
Tanggal
Sex : Perempuan : 18 Oktober 2008
Masuk
Pekerjaan : Guru SD Tanggal Kasus : 20 Oktober 2008
Pendidikan : S1 Alamat : Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo
Diagnosa Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis
Agama : Islam :
Medis DM II

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

1. Pengkajian Gizi

Riwayat Gizi/Makanan :

Riwayat Gizi Dahulu :


Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang
merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien belum
pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien
sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang
berlebih.

Riwayat Gizi Sekarang :


Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal. Hasil
recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein : 53,97
gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir

Implementasi Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)


Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05
Infus D 10% 200 - - -50
Aminofusin Hepar 5% 100 25 - -
Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05
Standar RS 1582 59,8 46,2 255
% Asupan 90,5 90,2 66 106,7
Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2 %,
Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK Kemenkes
No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub
Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar
<20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan
makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari
standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa sederhana
(sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi.
Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas
terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon insulin juga terganggu. Insulin adalah
sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin
ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan
pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah
insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan
digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh). Dengan demikian
glukosa meningkat di dalam darah, dan menyebabkan penyakit Diabetes Melitus.

Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien rutin melakukan
senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 – 8
jam sehari.

Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk Awal Kasus20- Keterangan
urin/darah Normal RS18-10-2008 10-2008
Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 Normal
K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Normal
Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 Tinggi
TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Normal
Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 Rendah
AST 10 -42 U/L 377 Tinggi
ALT 10 – 40 U/L 180 Tinggi
BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Normal
Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Normal
Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal
GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi
GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL 241 Tinggi
HBA1C <6,5 10,8 Tinggi
T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi
D TIL 0,00 – 0,30 4,89 Tinggi
mg/dL
WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal
RBC 4,2 – 5.4 10 /UL 3,69
6
Rendah
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk Awal Kasus20- Keterangan
urin/darah Normal RS18-10-2008 10-2008
HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal
HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah
MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah
MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi
RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi
PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal
MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal
PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali dengan
multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.

Penilaian :

Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C meningkat)

Antropometri

BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm


Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3 bulan.
BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI
= {(64 kg – 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2

Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I
yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective
: Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II

Fisik Klinis

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Pemeriksaan Satuan / nilai normal Awal kasus
Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh
Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 60 – 100 x/mnt 70 x/menit
Suhu 36 – 37 C Afebris
Respirasi 20 – 24 x/mnt 16 x/menit
Keluhan Utama : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan

Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi, keadaan
umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.

Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal
bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna
seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat,
tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri
perut (+), BAK warna seperi teh pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr.
Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan kuning (+),
mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat obat dan terapi
tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan membaik,
SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi obat urdafalk 2×1 tablet
(Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro . Pasien
menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu. Badan masih
kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK
seperti the, Pasien tetap minum obat dan kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH, oleh
dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan : Hepatosplenomegali
dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Pasien disarankan melakukan periksa
ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT 958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase
Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro
cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing (-),
BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah
menderita sakit kuning

Terapi Medis :
Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat
gizi
Inf. D10%Aminufusin - Tambahan asupan karbohidrat-
Hepar (1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino
- Inj. OMZ 1A/12j Sebagai terapi jangka pendek ulkus Gangguan GI, sakit
duodenal dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit
- Inj. SNMC 2A(hari I– Antiinflamasi hati
III)1A(hari IV-V)
- HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati

2. DIAGNOSIS GIZI

NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan (E)
ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi, G2JPP
tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).

NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran empedu
(E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah menjalani diet
rendah lemak (S/S).

NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin (E)
ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).

3. INTERVENSI GIZI

Tujuan :
Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar glukosa darah,
dan mencegah kenaikan berat badan
Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
Meningkatkan kadar albumin darah

Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)

Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.

Bentuk Makanan :

Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.

Syarat :
Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal, jenis
kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan
basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat
proses penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh Sumber Bahan
Makanan : beras giling, kentang, jagung.
Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar albumin.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan BB
pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan BB pasien.
Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat waktu
pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus
halus, sehingga sangat membantu juga di dalam menurunkan BB pasien.
Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama,
2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis).

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi

Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan rumus
PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr. H.
Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif rumus
lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy
dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI 2006.

Catatan :

Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :


1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan basal
untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria.

2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun
membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan
kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun,
sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.

3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.


Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas
dikelompokan sebagai berikut :
ü Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
ü Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
ü Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan
dinaikkan menjadi 30% dari basal.
ü Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
ü Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.

4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550
kalori/hari.

5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.

6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung


kepada tingkat kegemukan/kekurusannya.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :


Kebutuhan Energi Basal (♀) = 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg = 1600 kalori
Koreksi Usia (51 th) = 1600 kalori x 5% = 80 kalori
Aktifitas (istirahat) = 1600 kalori x 10% = 160 kalori
Komplikasi (P. Hati) = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Koreksi Berat Badan = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Total kebutuhan energi =
= Energi basal – Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi – K. Berat Badan
= 1600 kalori – 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori – 320 kalori
= 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori)

Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram


% Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6%

Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram

% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak) = 100 % – (19,6% + 20%) = 60,4 %


Karbohidrat (kal) = 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori = 1026,8kalori
Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram

Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004.

Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.

Penyusunan Menu

Makan pagi (06.30):

Nasi Tim

Telur Mata Sapi

Tempe bumbu Bali


Cah Sawi Hijau Wortel

Selingan (09.30)

Pepaya

Makan Siang (12.30)

Nasi Tim

Pepes Ikan

Tahu Bacem

Sayur Asem

Selingan II (15.30)

Bika Pisang

Makan Sore (18.30)

Nasi Tim

Basho Daging

Cap Cay Sayur

Selingan III ( 21.30)

Apel Hijau

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makan asupan makan tetap normal Setiap hari
Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan
Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1C hari ketiga pengamatan kasus
Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha
Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Gizi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta :
EGC Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR-NUTRITION CARE PROSES (NCP)
PADA KASUS PENYAKIT DALAM DEWASA DENGAN DM, TB PARU, DAN
HHD

3.2.2.1 Judul Kasus


Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Tb Paru, Hipertensi Heart
Desease (HHD), Di Ruang Dewasa Gayatri Rs Dr. Marzoeki Mahdi 2011

3.2.2.2 Gambaran Umum Pasien


1. Nama Pasien : Tn. TJ
2. Umur : 56 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Suku Bangsa : Sunda
5. Status Perkawinan : menikah
6. Tanggal masuk RS : 20 November 2011
7. Diagnosa Medis : DM 2, HHD, TB Paru
8. Terapi diet yang diberikan : Diet DM 1700
9. Tanggal menjadi kasus : tanggal 25 November 2011

3.2.2.3 Proses Asuhan Gizi


3.2.2.3.1 Assesment Gizi
1. Riwayat Personal
Pasien adalah seorang ayah dari 5 orang anak dan mempunyai 1 orang istri. Pernah bekerja di
laboratorium hama tanaman dan terkadang terjun ke lapangan. Saat masih bekerja BB mencapai
80 kg. Setelah pensiun aktifitasnya lebih banyak di rumah dengan mengurus tanaman di
rumahnya. Pasien merupakan pensiunan dari sebuah lembaga penelitian hama tanaman bagian
laboretorium, Balitro, Bogor. Istri pasien juga bekerja di tempat yang sama dan masih aktif.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah periksa kesehatan sebelumnya, baru pada tahun 2009 Pasien didiagnosa
mengidap Diabetes Melitus, Hipertensi, jantung bermasalah, dan Tuberculosis Paru. Pasien
pernah dirawat di RS Marzoeki Mahdi sebelumnya sebanyak 3 kali dengan keluhan yang sama,
yaitu sesak nafas dan lemas akibat gula darah dan tekanan darah meningkat. Saat masuk RS MM
yang ke 2 kali pasien dirujuk untuk melakukan pembedahan ginjal karena terdapat batu endapan
sepanjang 6 cm.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami sesak nafas dan lemas hingga tidak mampu berdiri H-1 MRS

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus di keluarganya

5. Riwayat Gizi
a. Sebelum Sakit
Pasien memiliki kebiasaan makanan yang teratur dan tepat waktu dalam minum obat. Pasien juga
memiliki kebiasaan banyak minum air, tidak merokok, dan tidak minum kopi. Sebelum di
diagnosa mengidap penyakit, saat masih bekerja, Pasien menyukai makanan manis, masakan
yang digoreng atau bersantan dan serta porsi nasi 3 kali porsi makan orang biasa, sekitar 3-4
penukar nasi.
Pada tahun 2009, setelah didiagnosa dokter, pasien mulai mengurangi makanan-makanan manis,
namun porsi nasi tiap kali makan masih sama seperti biasanya. selain itu, pasien juga masih suka
jajan makanan lain yang berat seperti baso atau mie ayam berdekatan dengan makan nasi.
Anamnesa asupan sebelum sakit dalam 1 hari yaitu, nasi 9p, lauk hewani 5p, sayur 3p, nabati 2p,
buah 2p, minyak 7p, santan 2p, ditambah dengan jajanan berupa mie ayam dan bakso masing-
masing 1 porsi. Asupan total per hari ialah Energi 3037 kkal, protein 112g (15%), lemak 66g
(20%), dan KH 481 g (63%).

b. Pada Saat Sakit


Proses asuhan gizi pada pasien TJ dilakukan setelah pasien dirawat 5 hari di RS. Awal masuk
RS, nafsu makan pasien masih tergolong baik meski sedikit berkurang akibat sesak nafas. Nafsu
makan pasien meurun sejak 2 hari lalu atau 3 hari setelah masuk RS. Penurunan nafsu makan ini
berawal dari adanya sesak nafas saat akan makan sehingga pasien menjadi malas makan. Lama
kelamaan pasien yang kurang asupan menjadi lemas dan nafsu makan menurun. Hasil anamnesa
asupan hari ke 6 setelah masuk Rumah Sakit, tanggal 25 November 2011, dibandingkan dengan
kebutuhan adalah Energi = 495 kkal (18.5%), Protein 18g (13.5%), Lemak = 22 g (29.7%),
Karbohidrat= 54 g (14.7%).

6. Pengkajian Data Antropometri :


a. BB saat masuk RS = 70 kg
b. BB aktual = 69 kg
c. BBI = 56 kg
d. BB nyaman = 62 kg
e. TB = 156 cm
f. LLA = 32 cm
g. TL = 47 cm
h. Status Gizi :
 IMT : 27.9 kg/m2 (overweight)
Penilaian : Status Gizi pasien adalah kelebihan berat badan

7. Pengkajian Data Biokimia :


No 201111 211111 221111 231111 241111 251111
06.00 - 165 166 123 160 123
11.00 - 121 117 119 119 113
16.00 187 127 160 159 114 136
Penilaian: Gula darah tinggi

8. Pengkajian Data Pemeriksaan Klinis Fisik:


a. Hasil Pemeriksaan klinik adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil Pemeriksaan Klinik (29-11-2011)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interprestasi
1.Tekanan darah 140/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
2. Nadi 84 x/menit 80-100x/menit Normal
3. Suhu 36.90C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Cepat
Penilaian : Hipertensi, respirasi cepat

b. Pemeriksaan Fisik
an Umum : Compos Mentis, lemas, sesak nafas, kehilangan lemak subkutan, badan masih gemuk.
Penilaian : lemas, sesak nafas, terjadi penurunan BB

3.2.2.3.2 Diagnosa Gizi


1. Domain Asupan:
Inadequate oral intake berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai dengan asupan
energi 18.5% dari kebutuhan aktualnya.

2. Domain Klinis:
a. Penurunan berat badan tidak diharapkan berhubungan dengan kurangnya asupan ditandai
dengan penurunan 1 kg BB setelah 2 hari menolak makanan RS.
b. Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus ditandai dengan
gula darah sewaktu mencapai 160 g/dl.

3. Domain Behaviour:
Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan
penyakitnya ditandai dengan makan 3p nasi tiap kali makan.

3.2.2.3.3 Intervensi Gizi


1. Tujuan Diet
a. Memberikan makanan yang adequate sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien untuk
menjaga BB klien agar tidak terjadi penurunan secara cepat dan menjaga kondisi pasien agar
tidak lemas.
b. Memberikan edukasi dan konseling gizi sesuai dengan diet yang diberikan.
c. Menjaga kadar gula darah pasien.
d. Mengembalikan kemauan pasien untuk makan makanan yang diberikan RS.

2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet DM 1700 kkal
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
d. Rute makanan : oral

3. Prinsip dan Syarat


a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan BB normal. Kebutuhan basal psien 30
kkal/kgBB nyaman, yaitu 30kkal/kg x 56kg= 1680 kkal – FU= 1680 kkal – 5%= 1680-84= 1596
kkal, kemudian dikalikan FA dan FS menjadi 2490 kkal.
b. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi 498 kkal (20%), siang 747 kkal (30%),
dan sore 623 kkal (25%), serta porsi kecil untuk selingan (masing-masing 10%, 249 kkal)
c. Protein diberikan tinggi terkait infeksi TB paru, yaitu 20% dari Energi Total, 124 gram
d. Lemak diberikan sedang, yaitu 25% dari Energi Total, 69 gram, dalam bentuk <10% dari
kebutuhan berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak jenuh ganda, dan sisanya lemak jenuh
tunggal
e. Karbohidrat 55% dari Energi Total, 342 gram
f. Vitamin dan mineral sesuai RDA (Recomennended Dietary allowance)

4. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure) dengan
rumus Diet DM:

BMR = 30 kkal/kg x BB nyaman


= 30 kkal/kg x 56 kg = 1680 kkal
BMR = 1680- 5%= 1800-90= 1596 kkal

Energi total = BMR x FA x FS


= 1596 x 1,2 x 1,3
=2490 kkal

Kebutuhan Protein
20% dari Energi Total = 124 gram
Kebutuhan Lemak
25% dari Energi Total = 69 gram
Kebutuhan Karbohidrat
55% dari Energi Total = 342 gram

5. Rancangan Diet
Diit yang dirancang untuk pasien TJ adalah diit DM 1700 kkal diberikan secara bertahap dimulai
dari 1300 kkal melihat kemampuan makan pasien. Rincian perencanaan diit pasien tahap awal,
ialah sbb:
Energi 1300 kkal; protein 65 g (20% E.tot); Lemak 36 g (25% E.tot); dan KH 179 g (55% E.tot).
Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien TJ
memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat yang tidak mengandung
energi. Dalam diit juga dimasukkan susu DM untuk menambah asupannya. Rancangan diet nya
adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Route Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)
Oral 1300 179
Jumlah Kebutuhan 1300 179

Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4
Rancangan Diit tanggal 26 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 100 6 1 10
Susu DM 1 250 9 7 39
JUMLAH 1331 62 36 179
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% 0%
Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:
Tabel 5
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Tim ½
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Bolu 1
Tim ¾
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore Pudding DM 1
Susu DM Nutren Diabetik 1
Tim ½
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

6. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Indikator yang dimonitor untuk melihat perkembangan pasien meliputi :
a. Monitoring asupan makanan
b. Monitoring perkembangan berat badan/Status Gizi
c. Monitoring kadar gula darah
d. Monitoring perkembangan fisik dan klinis: Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, dan
keluhan lain seperti sesak

7. Rencana Konsultasi Gizi


Tema : Diet DM
Media :Leaflet DM dan Daftar Bahan Makanan Penukar
Sasaran : Pasien dan Istri
Tempat : Ruang Gayatri kelas II
Waktu : ± 20 menit
Metode : Bed Side Teaching, Tanya Jawab dan motivasi
Isi Materi :
 Penjelasan tentang penyakit
 Penjelasan tentang tujuan pemberian diet
 Penjelasan tentang prinsip dan syarat pemberian makanan sesuai kondisi pasien
 Penjelasan tentang pengaturan dan pemilihan bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan.
 Motivasi makan

8. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien TJ:
a. Mencatat menu makanan.
b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani, nabati,
sayur dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan sore.
Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum disajikan
kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat hasil
penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa tersebut
disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara kualitatif
berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien juga
mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit. Hasilnya
merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang dikonsumsi oleh pasien dan memasukkannya
dalam perhitungan asupan.
f. Mengganti makanan sesuai daya terima pasien
g. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk melakukan
konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi selama
menjalani terapi gizi di rumah.
3.2.2.3.4 Monitoring Evaluasi
1. Hari Ke-1 Tanggal 26/11/2011)
Tabel 6
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KH
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 425 32 11 18 5 14 83 46
JUMLAH 425 32 11 18 5 14 83 46
Penilaian: asupan kurang hanya 32%
Evaluasi Asupan makanan: pasien menolak makanan yang diberikan RS sehingga pasien
terpaksa diberikan makanan dari luar ,oleh istrinya, berupa lontong isi sayuran dan susu sapi
murni.
Diagnosa Gizi:
Kejadian anoreksia berhubungan dengan adanya trauma ditandai dengan penolakan terhadap
makanan dari RS
Evaluasi: sejak pasien mendapatkan ikan bumbu kuning pada hari sebelumnya, pasien menolak
makanan dari rumah sakit. Pasien mengalami diare 1 jam setelah minum susu DM.
Rencana Intervensi: karena masih sesak jadi pasien tetap diberikan makanan lunak berupa Tim
dengan rancangan diet tetap DM 1300 kkal tanpa susu DM, serta memberikan motivasi kepada
pasien untuk mau mencoba makan makanan RS lagi.
Tabel 7
Rancangan Diit tanggal 27 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 350 16 8 50
JUMLAH 1331 62 36 180
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% +0.5%

Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:


Tabel 8
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Tim ½
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Bubur kacang ijo DM 1
Tim ¾
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore Pudding DM 1
Tim ½
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

Hasil monitoring evaluasi pemeriksaan fisik dan klinis serta obat-obatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemas, terkadang sesak Lemas dan terkadang
nafas sesak
Tekanan darah 130/90 mmHg Normal tinggi
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
Suhu 366C Normal
GDS Pagi 124g/dl, sore 230 g/dl Meningkat
Penilaian : tensi normal tinggi, Kadar gula darah meningkat, lemas dan terkadang sesak
Tabel 10
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi

2. Hari Ke-2 (Tanggal 27/11/2011)


Tabel 11
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KH
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 744 56 21 34 11 31 137 77
JUMLAH 744 56 21 34 11 31 137 77
Penilaian : Asupan makanan pasien meningkat dari hari sebelumnya
Evaluasi:
Asupan pasien meningkat namun asupan tersebut bukan seluruhnya dari Rumah Sakit. Asupan
terdiri dari asupan dari luar pagi dan siang hari berupa roti gandum isi selai strawberry dan dari
rumah sakit pada saat makan malam setelah Tim diganti dengan kentang.
Rencana Intervensi: Setelah Tim diganti kentang, pasien mulai mau makan makanan dari RS
jadi untuk hari berikutnya menu sumber karbohidrat Tim diganti dengan kentang rebus dengan
rancangan diet tetap DM 1300 kkal. Karena setelah makan roti gandum dengan selai strawberry
biasa yang diberikan istrinya gula darah pasien meningkat drastis, oleh karena itu, perlu adanya
edukasi mengenai penggunaan selai tersebut.

Tabel 12
Rancangan Diit tanggal 28 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 350 16 8 50
JUMLAH 1331 62 36 180
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% +0.5%

Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:


Tabel 13
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Kentang ½
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Bubur kacang ijo DM 1
Kentang ¾
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore Pudding DM 1
Kentang ½
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

Tabel 14
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah Lemah
Tekanan darah 120/90 mmHg Normal
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
Suhu 366C Normal
GDS Pagi 90 g/dlsiang 224 g/dl sore 130 g/dl Hipohiperturun
Penilaian : Hipotensi, lemah, Kadar gula darah tinggi
Tabel 15
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi

3. Hari Ke-3 (Tanggal 28/11/2011)


Tabel 16
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KH
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 629 47 26 42 8 22 101 56
JUMLAH 629 47 26 42 8 22 101 56
Penilaian : Total asupan pasien menurun, namun asupan dari RS meningkat
Evaluasi :
Meski asupan total pasien menurun, namun hampir semua asupan tersebut berasal dari makanan
rumah sakit. Dengan tambahan roti gandum sebelum sarapan pagi datang.
Rencana Intervensi :
Pasien meminta kentang untuk diganti makanan lain karena merasa bosan, jadi kentang diganti
dengan roti tawar ditambah selai DM untuk sarapan dan Nasi biasa DM untuk makan siang dan
malam karena kondisi pasien juga sudah membaik (tidak sesak dan nafsu makan mulai
membaik), serta memberi motivasi kepada pasien untuk mau meningkatkan asupannya melalui
makanan yang diberikan oleh Rumah Sakit.

Tabel 17
Rancangan Diit tanggal 29 November 2011
Jenis Makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Roti tawar 1/2 87.5 2 - 20
Selai tropicana 1 25 - - 6
Nasi putih 1.5 262.5 6 - 60
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 200 16 8 30
JUMLAH 1250 63 36 176
Toleransi (+/-) -4% -3% 0% -2%

Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:


Tabel 18
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Roti tawar putih ½
Selai tropicana 1
Pagi L.Hewani 1
Sayur 1
Minyak ½
Snack Pagi Puding DM 1
Nasi 1
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Buah 1
Snack sore propertjes 1
Nasi 1
L.Hewani 1
Sore L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak ½
Buah 1

Tabel 19
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, lemas sedikit Membaik
Tekanan darah 130/80 mmHg Normal
Nadi 86 x/mnt Normal
Respirasi 24x/mnt Normal
Suhu 36.5C Normal
GDS Siang 135 g/dl sore 110 g/dl Normal
Penilaian: Pasien membaik
Tabel 20
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi

4. Hari Ke-4 (Tanggal 29/11/2011)


Tabel 21
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KH
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 630 50 25 40 4 11 99 56
JUMLAH 630 50 25 40 4 11 99 56
Keterangan: Pasien pulang setelah makan siang
Penilaian: Asupan total pasien hingga makan siang mencapai 50% yang berasal dari makanan
Rumah Sakit.
Rencana Intervensi:
Dilakukan penimbangan Berat Badan pasien sebelum pulang dan memberikan motivasi serta
edukasi terkait penyakit DM dan HHD
Tabel 22
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis membaik
Tekanan darah 120/80 mmHg Rendah
Nadi 86 x/mnt Rendah
Respirasi 24x/mnt Normal
Suhu 36.7C Normal
GDS 110 dl Normal
Penilaian : Membaik
3.2.2.3.5 Pembahasan
Pada tahun 2009 pasien Tn.TJ divonis oleh dokter mengidap penyakit Diabetes mellitus.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) atau yang dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

Penyakit diabetes yang diderita Tn.Tj bukanlah penyakit keturunan dari keluarganya melainkan
karena gaya hidup Tn.Tj yang memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat berlebih, yaitu 3-4
penukar nasi tiap kali makan ditambah jajanan karbohidrat berupa mie ayam. Pasien Tn.Tj juga
sempat memiliki berat badan 80 kg pada saat sebelum pension, dengan tinggi badan 156 cm
Tn.Tj saat itu memiliki IMT 32.9 kg/m2 yang berarti tergolong obesitas. Diabetes mellitus dapat
ipicu dengan obesitas karena insulin yang dihasilkan tidak mampu mengatasi glukosa yang
berlebih dalam darah orang obesitas.
Hasil monitoring gula darah sewaktu Tn.Tj ialah sebagai berikut:
No 201111 211111 221111 231111 241111 251111 261111 271111 281111 291111
06.00 - 165 166 123 160 123 124 90 135 -
11.00 - 121 117 119 119 113 - 224 110 110
16.00 187 127 160 159 114 136 230 130 - -

Dari keterangan tabel tersebut tertera bahwa gula darah sewaktu Tn.Tj mengalami naik turun,
terutama meningkat pada pagi hari. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150
mg/dL. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai
level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8
jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara
random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level
antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Dari keterangan tabel
gula darah sewaktu Tn.Tj pada pagi hari rata-rata 160mg/dL yang tergolong tinggi. peningkatan
kadar gula darah pada pagi hari biasa terjadi, hal ini disebabkan akibat hasil metabolism
makanan pada malam hari sebelumnya.

Berdasarkan keterangan pasien Tn.Tj, gejala Diabetes Melitus yang dialami ialah jumlah urine
yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria), sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia),
lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia), kehilangan berat badan yang tidak jelas
sebabnya (terlihat saat ini berat badan Tn.Tj 69 kg, turun dari 80 kg selama 2 tahun), cepat lelah
dan lemah setiap waktu, mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Oleh karena penderita
penyakit DM mudah terkena komplikasi penyakit lain, Tn.Tj juga mengalami DM yang disertai
komplikasi berupa infeksi bakteri tuberculosis pada paru-paru nya dan komplikasi gangguan
pada jantungnya.
Komplikasi TB dan jantung yang dialami Tn.Tj ini menyebabkan adanya gejala sesak nafas dan
kondisi yang lemah. Hal ini menyebabkan Tn.Tj sempat dirawat di rumah sakit yang sama
sebelumnya 3 kali dengan keluhan yang sama.
pada saat Tn.Tj dirawat ke-2 kalinya di rumah sakit, Tn.Tj dirujuk untuk melakukan pembedahan
atau operasi batu ginjal karena terdapat endapan batu oksalat sepanjang 6 cm di dalam saluran
ginjalnya. Namun, saat ini sudah tidak ada keluhan mengenai hal tersebut.

Dengan kondisi pasien seperti ini pasien diberikan diet DM dengan tinggi protein namun rendah
karbohidrat dan lemak. Diet DM dengan karbohidrat rendah (tanpa karbohidrat sederhana)
diberikan karena penyakit DM pasien, protein tinggi diberikan karena infeksi TB paru yang
diderita pasien, lemak rendah karena DM dan gangguan jantungnya. Diet yang diberikan dengan
kalori 1700 kkal mengingat kemampuan makan pasien belum stabil. Diet DM 1700 ini pun
diberikan secara bertahap mulai 1300 kkal.
Bentuk makanan yang diberilkan dalam bentuk lunak karena pasien mengalami sesak.

Saat ini Tn.Tj dirawat di rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama, terutama sesak dan
lemasnya. Pada awal perawatan pasien masih mau makan makanan yang diberikan rumah sakit,
meskipun sedikit. Namun, karena pasien sering sesak nafas saat jam makan yang menyebabkan
pasien tidak nafsu makan beberapa hari, pasien mengalami lemas yang menambah penurunan
nafsu makan.
Perbandingan asupan oral H-1 sebelum pengamatan dengan saat pengamatan:

Dari keterangan bagan di atas terlihat bahwa pada hari ke-6 perawatan atau hari pertama
pengamatan, pasien mengalami trauma makanan rumah sakit akibat lauk yang tidak disukainya.
Trauma ini menyebabkan terjadinya anoreksia atau penolakan makanan yang diberikan oleh
rumah sakit sehingga asupan pasien menurun. Oleh karena Tn.Tj mengalami anoreksia. Dengan
kondisi pasien yang mengalami anoreksia tersebut perencanaan diet yang diberikan pada Tn.TJ
tetap Diet DM 1300 kkal dengan tinggi protein serta rendah karbohidrat dan lemak, namun jenis
makanan disesuaikan dengan keinginan dan daya terima pasien. Hal ini dilakukan agar pasien
tetap ada asupan sehingga memiliki energi dan mencegah terjadinya hipoglikemik atau kadar
gula menurun drastis. Hipoglikemik ini dapat berakibat fatal karena kondisi kadar gula yang
drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki
tahapan koma. Tn.Tj sempat mengalami hipoglikemik beberapa kali akibat tidak mau makan,
namun dapat pulih setelah diberikan ½-1 gelas teh manis. Bahkan, pernah mengalami
hiperglikemik langsung akibat teh manis tersebut. Menu yang diberikan kepada Tn.Tj sempat
berganti-ganti beberapa kali demi Tn.Tj mau mengkonsumsi atau menerima makanan dari rumah
sakit lagi.

Pada hari ke-2 pengamatan makanan lunak yang diberikan diganti dengan kentang. Sebelum
bubur diganti dengan kentang pasien sempat diberikan asupan tambahan susu DM. namun,
setelah diberikan susu pasien Tn.Tj mengalami diare sehingga pemberian susu dihentikan.
Setelah diganti kentang pasien mau makan makanan dari rumah sakit namun kentangnya saja.
Penggantian bubur dengan kentang dan asupan susu menyebabkan asupan pasien meningkat dari
sebelumnya.

Pada hari berikutnya kentang masih diberikan, namun divariasi dengan roti agar pasien tidak
merasa bosan dan diganti Tim pada siang harinya. Asupan pada hari ke-3 pengamatan masih
baik, namun turun bila dibandingkan dengan asupan hari sebelumnya karena tidak diberikan
susu.

Setelah menu beberapa kali diganti, akhirnya pasien mulai mau makan makanan yang diberikan
rumah sakit kembali dan menu pun sudah dapat diganti nasi biasa, namun pada pengamatan hari
ke-4 pasien diperbolehkan pulang setelah makan siang.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2010. Penyakit Diabetes Melitus (DM). Diunduh dari http://www.infopenyakit.com, pada tanggal
31 Desember 2011, 22.00 WIB
Anita. 2009. Diabetes Melitus. Diunduh dari www.rumahdiabetes.com, pada tanggal 31 Desember
2011, 22.15 WIB
Ratnayuli, Diah. 2010. Tinjauan Pustaka: Diabetes Melitus. Diunduh dari http://usupress.usu.ac.id, pada
tanggal 31 Desember 2011, 23.05 WIB
Moore, Mary Courtney. 1997. Pocket Guide to Nutrition and Diet Therapy II Edition. Jakarta:
Hipokrates
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN BAGIAN GIZI RUMAH SAKIT
ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

2 Secara fungsi : melaksanakan 2 kegiatan pokok pelayanan gizi di RSIJ yaitu kegiatan asuhan
gizi ranap dan rawat jalan dan penelitian dan pengembangan gizi terapan. SOP Pelayanan Gizi

3 Cakupan Kegiatan A. Pelayanan Gizi Ranap - kegiatan asuhan gizi pasien ranap yang meliputi
kegiatan pengelolaan makanan ranap dan konsultasi gizi - kegiatan penyuluhan kelompok/massal

4 Tujuan Keg Pel Gizi Ranap Tujuan : mewujudkan fungsi pelayanan gizi untuk mempercepat
penyembuhan melalui pemenuhan asupan zat gizi, upaya edukasi (perubahan sikap terhadap gizi)
selama perawatan, dan upaya preventif/ pencegahan penyakit dengan gizi seimbang.
5 A.1. Asuhan Gizi Ranap Kegiatan asuhan gizi ranap merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh dietitien dalam rangka pemenuhan kebutuhan zat gizi pasien secara optimal baik
dalam bentuk pemberian diet maupun melalui konseling dalam rangka motivasi dan edukasi
sebagai upaya peningkatan asupan.

6 Tahapan langkah asuhan gizi ranap a.l : Kunjungan & anamnesa gizi pasien kunjungan rutin (
pasien lama dan baru) untuk monitoring dan penapisan/skrining status gizi. Pengambilan data
untuk asesment antara lain kebiasaan makan (frekuensi makan, pemilihan bahan makanan
tersering, cara pengolahan makanan, dsb.), data antropometri, dsb. (data ABCD)

7 Pengisian Form Gizi di Rekam Medik pasien Form Gizi ada 2 macam yaitu Form Gizi Pasien
Dewasa dan Form Gizi Pasien Anak. Dalam pelaksanaannya form gizi memerlukan beberapa
form pendukung antara lain : - Form Catatan Konsumsi Makanan - Form Hidangan Sehari
Pembuatan Diagnosa dan Intervensi Gizi pada form tsb.

8 Pembuatan program asuhan gizi dengan metoda SOAP & NCP. Monitoring & Evaluasi
pelaksanaan program Penerapan program asuhan gizi secara komputerisasi

9 A.1.1. Pengelolaan Makanan Ranap Kegiatan pengelolaan makanan ranap adalah serangkaian
proses kegiatan penyediaan makanan pasien ranap/ keluarganya yang terdiri dari pemesanan,
pendistribusian dan penyajian makanan serta pengelolaan sarana dan sumber daya manusia yang
dibutuhkan sesuai dengan peraturan dan sistem yang ditetapkan

10 II. Ketenagaan & Pengaturan Ketenagaan Koordinator PMR = 1 orang Kelompok Pelaksana
Dietitien = 4 orang Kelompok Pelaksana Pramusaji = 8 orang (2 orang SMKK Gizi, dan 6 orang
SLTA).

11 PENGATURAN JAM DINAS Dietisien : 1 shift dinas (jam 7.30 s/d 15.00) Pramusaji : 2 shift
dinas yaitu - dinas pagi ( atau ) - dinas sore ( ). Muzdalifah Bawah dan Muzdalifah Atas (kelas
VIP) Arafah Bawah (kelas Utama) Multazam Bawah (kelas VIP) Multazam Atas (kelas I)

12 Perbedaan Standar performance pengelolaan makanan di kelas I VIP dan kelas II III antara
lain seperti tabel berikut : No KELAS I - VIP KELAS II-III 1 Jenis bahan alat hidang
(AH)keramik, variatif Alat hidang dar stainless (plato bulat) dan piring makan keramik 2 Set up
penyajian variatif Set up penyajian sederhana 3 Jenis menu selektif Jenis menu standart 4 Jenis
pencatatan& pelaporan lebih banyak Jenis pencatatab & pelaporan sederhana

13 Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan dalam kegiatan pengelolaan makanan ranap antara
lain : Buku Diet Buku rekapitulasi menu selektif kelas I VIP Buku Laporan Harian Petugas
Pramusaji Kelas I VIP Form Inventarisasi Alat Hidang Laporan Rakapitulasi Charter Makan
Pasien Ranap Laporan Pembebanan Biaya Alat Hidang Pasien Ranap

14 A.1.2. Konsultasi Gizi Ranap Kegiatan konsultasi gizi pasien rawat inap adalah rangkaian
kegiatan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien rawat inap secara individual sesuai
dengan masalah-masalah gizi yang dihadapi pasien.
15 GRAFIK FLUKTUASI CAKUPAN KUNJUNGAN GIZI PASIEN RAWAT INAP RS
ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH TAHUN

16 GRAFIK CAKUPAN KONSULTASI GIZI RAWAT JALAN RS ISLAM JAKARTA


CEMPAKA PUTIH TAHUN

17 Tujuan keg konsultasi Gizi Pasien Ranap Tujuan kegiatan konsultasi gizi pasien rawat inap
adalah agar pasien rawat inap mendapat informasi dan edukasi dalam pelaksanaan diet yang akan
dijalani selama dan setelah dirawat di rumah sakit sehingga tujuan program gizi tercapai.

18 Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan dalam kegiatan konsultasi gizi ranap antara lain :
Form Gizi Form Catatan Konsumsi Makan Form Hidangan Sehari Form Kunjungan Gizi Form
Konsultasi Gizi Laporan Rekapitulasi Konsultasi & Kunjungan Gizi Ranap

19 A.2. Penyuluhan Gizi Kelompok/Massal di Ranap & Rajal Kegiatan penyuluhan gizi
Kelompok / Masal Ranap adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesanpesan gizi untuk
meningkatkan pengetahuan, mendukung perubahan sikap serta perilaku yang sehat bagi
masyarakat rumah sakit yang terdiri dari pasien-pasien rawat inap dan keluarganya, pengunjung
dan petugas RSIJ.

20 Tujuan Tujuan Kegiatan penyuluhan gizi Kelompok / Masal Ranap adalah guna mewujudkan
fungsi pelayanan gizi dalam aspek promotif dan preventif sehingga dapat membantu tercapainya
tujuan pelayanan kesehatan RSIJ. Kegiatan penyuluhan gizi Kelompok / Masal Ranap dilakukan
dengan bekerja sama dengan PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit) RSIJ

21 Pelayanan Gizi Rajal B.1. Asuhan Gizi Pasien Rajal Kegiatan Konsultasi Gizi Rawat Jalan
adalah rangkaian kegiatan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien rawat jalan secara
individual baik yang dirujuk dari dokter (intern /ekstern Rumah Sakit), maupun pribadi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku / standar pelayanan Rumah Sakit.

22 Tujuan Tujuan pelaksanaan konsultasi gizi pasien rawat jalan agar pasien mendapat informasi
dan edukasi dalam pelaksanaan diet yang akan dijalani sebagai perwujudan fungsi & tugas
pokok pelayanan gizi yang ke - 2 yaitu penerimaan rujukan konsultasi dan penyuluhan gizi.

23 Rujukan yang dilayani klinik konsultasi gizi saat ini : Klinik internal RSIJ Klinik eksternal :
klinik dokter praktek, puskesmas, klinik RS lain Pribadi

24 Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi pasien rajal antara lain : Buku Register
Pelayanan Konsultasi Gizi Rajal Laporan Rekapitulasi Konsultasi Gizi Rajal (Bulanan) dan
analisanya Laporan Inventarisasi Alat (Tahunan) Penerapan Sistem SMART pada asuhan gizi
rajal.

25 Pengawasan Kegiatan Pelayanan Gizi Ranap Rajal Kegiatan pengawasan dilakukan melalui
berbagai metode pada beberapa aspek modal kegiatan antara lain : Ketenagaan ; dilakukan
dengan mengevaluasi kedisiplinan petugas dalam memenuhi waktu kerja dan jadwal dinas,
evaluasi kinerja, dsb. Sarana ; dilakukan dengan monitoring inventarisasi alat hidang, kebersihan
dan kelayakan alat hidang dan alat distribusi, dsb. secara berkala. Sistem ; dilakukan dengan
mengevaluasi kesalahan prosedur, penanganan komplain pelanggan/pasien, pencatatan dan
pelaporan, dsb. Program ; dilakukan dengan membuat laporan evaluasi program yang diajukan
setiap tahun sekali sesuai pelaksanaan POA (Plan Of Action ) dalam Anggaran Belanja Bag Gizi.

26 Tata Laksana Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan Kegiatan penelitian dan
pengembangan gizi terapan adalah serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk
peningkatan mutu pelayanan gizi baik secara mandiri, kerjasama dengan unit terkait dalam
rumah sakit atau dengan pihak luar rumah sakit yang sesuai dengan kaidah kaidah penelitian
dengan mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia.

27 Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan yang
dilakukan Bag Gizi sebagai bahan masukkan dalam perencanaan kegiatan dan pencapaian mutu
pelayanan gizi. Program peningkatan mutu pelayanan gizi yang sudah dilakukan a.l :
Implementasi Program Akreditasi 16 Bidang Pelayanan Implementasi ISO 9001:2008

28 Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan di Bidang Gizi R.S. Islam Jakarta
dilakukan dalam bentuk : Kerjasama dengan institusi pendidikan terkait Kegiatan Panitia
Pendukung Nutrisi R.S. Islam Jakarta

29

30

31 Tujuan keg Pengelolaan Mak Ranap Tujuan kegiatan pengelolaan makanan ranap adalah agar
sesuai fungsinya dalam menjembatani/memfasilitasi antara tujuan kegiatan penyelenggaraan
makanan dengan kegiatan asuhan gizi pasien ranap yang diharapkan.

32 Pengelolaan makanan ranap yang saat ini dijalankan sebagian tenaga pelaksananya (pekarya
ruangan) masih di bawah Bidang Ranap sehingga cakupan pengelolaan yang ditangani Bagian
Gizi baru mencapai kelas I VIP dengan 2 shift dinas (pagi sore) di Muzdalifah

33 B.2. Penyuluhan Gizi Kelompok/Massal di Rajal - Kegiatan penyuluhan gizi


kelompok/massal di Rajal dilakukan sebagaimana kegiatan penyuluhan gizi kelompok/massal di
ranap. Hanya saja bentuk kegiatan umumnya tentative sesuai Program dari PKMRS dan massa
serta temanya lebih luas. Untuk pelaporan kegiatan ini dilakukan oleh PKRS yang hasilnya
ditembuskan ke Bidang Gizi.

Anda mungkin juga menyukai