Oleh :
1.1.3 Definisi
Cidera Otak Berat (COB) ialah suatu trauma yang terjadi pada fungsi
otak disertai atau tanpa perdarahan instertitial otak, tetapi kontinuitas otak
tidak terputus. Cedera kepala adalah suatu keadaan dimana terjadi benturan
dibagian kepala yang mengakibatkan kehilangan kesadaran atau tidak (Putri,
2016).
Cidera kepala ialah suatu trauma yang terjadi pada fungsi otak akibat
adanya benturan keras dibagian kepala disertai perdarahan didalam substansi
otak akan tetapi kontinuitas otak tidak terputus (Muttaqin, 2015).
1.1.4 Klasifikasi
Cedera otak dapat dibagi menjadi 3 menurut Prasetyo, (2016) yaitu :
a. Cedera Otak Ringan
Glaslow Coma Scale > 12, tidak ada kelainan dalam CT-Scan,
tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma otak
ringan atau cedera otak ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau
menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera
otak ringan adalah trauma kepala dengan GCS : 15 (sadar penuh) tidak
kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma,
laserasi dan abrasi. Cedera otak ringan adalah cedera otak karena
tekanan atau terkena benda tumpul. Cedera otak ringan adalah cedera
otak tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara. Pada
suatu penelitian kadar laktat rata-rata pada penderita cedera otaka ringan
1,59 mmol/L.
b. Cedera Otak Sedang
Glaslow Coma Scale 9-12, lesi operatif dan abnormalitas dalam
CT-Scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien mungkin
bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah
sederhana (GCS 9-13). Pada suatu penelitian cedera otak sedang
mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L.
c. Cedera Otak Berat
Glaslow Coma Scale < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit.
Hampir 100% cedera otak berat dan 66% cedera otak sedang
menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya
cedera otak primer sering kali disertai cedera otak sekunder apabila
proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan
dihentikan. Penelitian pada penderita cedera otak secara klinis dan
eksperimental menunjukan bahwa pada cedera otak berat dapat disertai
dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan
serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis otak. Pada
suatu penelitian penderita cedera otak berat menunjukan kadar rata-rata
asam laktat 3,25 mmol/L.
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah
jaringan otak, volume darah intracranial dan cairan cerebrospiral
di dalam tengkorak pada 1 satuan waktu. Keadaan normal dari
TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg.
Ruang cranial yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75
ml), cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3
komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan
Hipotesa Monro – Kellie menyatakan : Karena keterbatasan ruang
ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah 1
dari komponen ini menyebabkan perubahan pada volume darah
cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan naik. Peningkatan TIK
yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang otak (Herniasi
batang otak) yang berakibat kematian.
1.2 Etiologi
1. Trauma tajam
Penyebab cidera otak berat yaitu trauma pada kepala yang keras dan terjadi
perdarahan pada otak. Kerusakan lokal meliputi: contusion serebral, hematom
serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi,
pergeseran otak atau herniasis.
2. Trauma tumpul
Jika trauma benda tumpul menyebabkan cidera menyeluruh (difusi)
kerusakannya akann menyebar luas dan akan terjadi dalam bentuk: cidera akson,
kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragik kecil,
multiple pada otak koma terjadi karena cidera menyebar pada heimisfer, serebral,
batang otak, atau kedua-duanya. (Wijaya, 2016).
Penyebab dari Cidera Otak Berat (COB) itu juga bisa dari:
1) Bisa kecelakaan mobil, motor (kecelakaan lalu lintas)
2) Bisa perkelahian
3) Bisa jatuh dari ketinggian
4) Bisa cidera olahraga
5) Trauma tembak/bom
6) Kecelakaan rumah tangga
7) Kecelakaan kerja. Menurut (Ginsberg, 2015).
1.3 Manifestasi Klinis
a. Biasanya pada cidera otak, kesadaran seringkali menurun.
b. Biasanya terdapat kelainan pola nafas secara terus-menerus.
c. Kemungkinan respon pupil mengalami penurunan atau tidak ada.
d. Kemungkinan sakit kepala dapat terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
e. Terkadang muntah dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial.
f. Terjadi perubahan perilaku, kognif, fisik pada gerakan otot dan gangguan
berbicara, hilang ingatan (Corwin,2015).
1.4 Patifisiologi
Trauma pada kepala disebabkan oleh benda tumpul maupun benda tajam. Berat
ringannya suatu trauma dilihat dari tempat atau lokasi dan kekuatan saat terjadi
benturan. Benturan keras yang terjadi pada kepala mengakibatkan perdarahan pada
kepala bagian dalam yakni pada bagian pembuluh darah otak. Benturan tersebut juga
bisa mengakibatkan terputusnya kontinuitas kulit, jaringan kulit, otot atau vaskuler.
Perdarahan pada kepala bagian dalam mengakibatkan peningkatan intrakranial
sehingga mengakibatkan penurunan suplai darah. Ketika suplai darah menurun
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Otak yang mengalami
kekurangan oksigen mengakibatkan perubahan perfusi jaringan serebral , penurunan
fungsi otak.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang radiograf tengkorak dapat mengidentifikasi tempat
terjadinya patah tulang. CT scan dapat menidentifikasi tempat terjadinya perdarahan
atau bekuan darah dan MRI memastikan letak dan luas cidera. CT-Scan biasanya
merupakan perangkat diagnostik pilihan diruang kedaruratan. MRI adalah perangkat
diagnostik yang dilakukan dengan teknik pengambilan gambar dan alat ini lebih
canggih (Corwin, 2015).
1.6 Penatalaksanaan
Kemungkinan dilakukan pembedahan pada pembuluh darah otak yang pecah
agar dapat menghentikan perdarahan. Pengurangan tekanan pembuluh darah otak
dapat dilakukan dengan pengeboran lebam didalam otak, yang disebut borr hole,
mungkin diperlukan:
1. Mungkin juga dibutuhkan ventilasi mekanik.
2. Antibiotik diperlukan untuk cidera kepala terbuka guna untuk mencegah
infeksi.
Cara yang digunakan untuk menurunkan tekan pembuluh darah intracranial
dapat dilakukan dengan pemberian obat diuretik dan obat anti inflamasi
(Corwin, 2015).
1.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada cidera otak berat yaitu: perdarahan yang terjadi
didalam otak baik cidera kepala terbuka maupun tertutup. Perdarahan yang terjadi
didalam otak mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang berakibat pada
sel neuro dan vaskuler tertekan. Perdarahan yang terjadi didalam kepala dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran (Corwin, 2015).
1.8 Phatway
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata pasien, biodata keluarag
Terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa medis, tanggal MRS, kelurga
yang dihubungi, catatan kedatangan, no. RM.
2. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pernahkah ada riwayat luka berat yang mengenahi kepala misalnya
benturan keras dan langsung trauma di kepala. Biasanya mengalami
penurunan kesadaran, konvulsi, muntah, sakit kepala, lemah, serta dapat
disertai koma.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
pernahkahada riwayat hiperkapnea, riwayat cidera kepala sebelumya,
diabetes mellitus,anemia, penyakit jantung, penggunaan obat –obatan anti
koagulan, obat-obat adiktif, alkohol.
c. Riwayat penyakit keluarga
Pernahkah ada riwayat penyakit degeneratife hipertensi dan diabetes
mellitus.
4. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Biasanya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
komunikasi bicar a yaitu sulit dimengerti, tanda – tanda vital: meningkatnya
tekanan darah, denyut nadi bervariasi.
1. B1 (Breathing)
Pada inspeksi, didapatkan klien lemah, sesak nafas dan peningkatan
frekuensi nafas. Saat auskultasi terdengar suara nafas tambahan yaitu
ronchi dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
2. B2 (Blood)
Pada klien cidera otak berat biasanya sistem kardiovaskuler
didapatkan renjatan shock hipovolemik. Tekanan darah biasanya
mengalami peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah
> 180 mmHg).
3. B3 (Brain)
Pasien koma, GCS: 1-X-X (verbal tidak bisa dikaji karena
menggunakan respirator). Sklera putih, pupildilatasis/midriasis kanan.
Terjadi cidera kepala bagian kanan dan ada epidural hematom kanan, post
trepanasi.
4. B4 (Bladder)
Klien terpasang dower kateter dengan produksi urine ± 1.500 cc / hari.
5. B5 (Bowel)
Klien untuk makan dan minum di bantu dengan susu lewat NGT dan
cairannya infus.
6. B6 (Bone)
Klien unt uk bergerak sendi terbatas, hemiplegi kiri. Ekstremitas
atas dan bawah terdapat luka lecet. Akral hangat, turgor cukup, warna
kulit agak pucat.
7. Terapi
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
b. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
c. Pemberian analgetika
d. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%
atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
e. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
Trauma akibat
deselerasi/akselerasi
Cedera jaringan
Hematoma
Tekanan intrakranial
meningkat
6. Sianosis
tek.Pemb.darah Pulmo
7. Bunyi nafas
menurun8. Frekuensi
tek. Hidrostatik
nafas berubah
8. Pola nafas berubah kebocoran cairan kapiler
oedema paru
Penumpukan cairan/secret
Difusi O2 terhambat
gangguan komunikasi
verbal
8 Ds: pasien mengeluh Benturan kepala Gangguan menelan
sulit menelan
Do: Trauma kepala
a. batuk sebelum
Trauma akibat
menelan
deselerasi/akselerasi
b. batuk setelah makan
dan minum Cedera jaringan
c. tersedak
Hematoma
d. makanan tertinggal
Perubahan pada cairan intra
dirongga mulut
dan ekstra sel → edema.
e. bolus masuk terlalu Peningkatan suplai darah ke
daerah trauma → vasodilatasi
cepat
f. refluks nasal Tekanan intrakranial
meningkat
g. tidak mampu
membersihkan Aliran darah keotak menurun
rongga mulut
Resiko perfusi serebral tidak
h. makanan jatuh dari efektif
mulut
penurunan kesadaran
i. makanan terdorong
gangguan menelan
keluar dari mulut
j. sulit mengunyah
9 DS: - Benturan kepala Resiko
DO :- ketidakseimbangan
Trauma kepala cairan dan
elektrolit
Trauma akibat
deselerasi/akselerasi
Cedera jaringan
Hematoma
Tekanan intrakranial
meningkat
Merangsang hipotalamus
Hipotalamus terviksasi
Produksi ADH & aldosteron
Retensi Na+H2O
Resiko ketidakseimbangan
cairan & elektrolit
10 DS: - Benturan kepala Resiko infeksi
DO :-
Trauma kepala
Trauma akibat
deselerasi/akselerasi
Luka terbuka
Resiko infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
1) perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan edema serebral dan
peningkatan tekanan intracranial
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan persepsi sensori dan
kognitif, penurunan kekuatan dan kelemahan
4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera otak dan penurunan
keseadaran
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis kontraktur (terputusnya
jaringan tulang)
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial,
neurovaskuler, kerusakan medula oblongata neuromaskuler
7) Deficit nutrisi berhubungan dengan melemahnya otot yang digunakan untuk
mengunyah dan menelan
8) Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan kesadaran, peningkatan
tekanan intra kranial
9) Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
pengeluaran urine dan elektrolit meningkat
10) Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
Merupakan proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya-bahaya fisik dan perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan
dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam
memahami tingkat perkembngan pasien (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan
independent (mandiri), dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah
dari petugas kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama
seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian:
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamat yang objektif setelah implemnatsi keperawatan.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan masalah
keluarga yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap ini ada 2
evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Almgren, B., Carl, J.W., Heinonen, & E., Hogman, M. 2014. Side effects of
endotracheal suction in pressure and volume controlled ventilation.
AR, Iwan et al. 2015. Terapi Hiperosmolar Pada Cadera Otak Traumatika. Jurnal
Neurologi Indonesia diunduh pada tanggal 03 Desember 2015. Arief, Mansjoer.
2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Arifin, M. Z. 2013.
Cedera Kepala : Teori dan Penanganan. Jakarta : Sagung Seto.