Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

1.1 PERAN DAN FUNGSI PERAWAT JIWA


Definisi Dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
atau system klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas.
American Nurse Association (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan mental dan
psikiatrik sebagai ; suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori
prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sebagai secara terapeutik seabagai
kiatnya.
Praktek kontemporer keperawatan jiwa terjadi di dalam kontek social dan
lingkungan. Peran keperawatan psikiatrik professional telah berkembang secara kompleks
dari elemen-elemen histori aslinya. Keperawatan psikiatri sekarang mencakup parameter
kompentensi klinik, advokasi pasien, tanggung jawab fiscal, kolaborasi professional,
akontabilitas (tanggung gugat) social dan kewajiban etik dan legal.
Tingkat Kinerja
Empat factor utama yang membantu untuk menentukan tingkat fungsi dan jenis
aktivitas yang melibatkan perawat jiwa:
1. legislasi praktik perawat.
2. kualifikasi perawat, termasuk pendidikan, pengalaman kerja, dan status sertfikasi.
3. tatanan praktik perawat
4. tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat.
Tingkat Pencegahan
Intervensi keperawatan jiwa lebih jauh mencakup tiga area aktivitas; pecegahan
primer, skunder, dan tertier.
1. pecegahan primer merupakan suatu konsep komunitas termasuk menurunkan
insiden penyakit dalam komunitas dengan mengubah factor penyerbab sebelum hal
tersebut membahayakan. Pencegahan primer mendahului penyakit dan diterapkan
pada populasi yang umumnya sehat. Pencegahan ini termasuk peningkatan
kersehatan dan pencegahan penyakit.
2. pencegahan sekunder mencakup reduksi penyakit actual dengan deteksi dini
dengan penanganan masalah kesehatan.

1
3. pencegahan tertier mencakup penurunan gangguan atau kecacatan yang diakibatkan
oleh penyakit.
Rentang Asuhan
Tatanan tradisional dari perawat jiwa mencakup fasilitas psikiatrik, pusat kesehatan
mental masyarakat, unit psikiatrik di rumah sakit umum, fasilita-fasilitas tempat tinggal,
dan fraktik pribadi. Dengan diprakarsai bentuk baru pelayanan kesehata, timbul suatu
tatanan penanganan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa. Tatanan
tersebut meliputi pelayanan di rumah, program rawat inap parsial, pusat-pusat penitipan,
panti asuhan atau rumah kelompok, hospices, asisiasi perawat kunjungan, ubit kedaruratan,
klinik pelayanan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas pengelolaan perawatan, dan
organisasi pemeliharaan kesehatan.
Asuhan Yang Kompeten
Ada tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer aktivitas asuhan
langsung, komunikasi, dan penatalaksanaan. Di dalam dimain praktik yang tumpang tindih
ini, diperlihatkan fungsi peran pendidikan, pengkoordinasian, pendelegasiaan, dan
pengkolaborasian.
Adalah memungkinkan lebih jauh mengraikan berbagai aktivitas yang melibatkan perawat
jiwa di dalam ketiga domain ini. Meskipun tidak semua perawat berperan serta dalam
semua aktivitas, namun mereka tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan
yang kompeten oleh perawat jiwa. Selain itu perawat jiwa mampu untuk melakukan hal-
hal berikut ini:
membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan
keluarga dengan masalah kesehatan yang kompleks dan kondisi yang dapat
menimbulkan sakit.
Berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus, seperti mengorganisasi,
mengkaji, negosiasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta
perbaikan bagi individu maupun keluarga.
Memberikan perdoman pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, dan
kelompok untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan
mental termasuk pemberi pelayanan terkait, tekhnologi, dan system social yang
paling tepat.

2
Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyluhan dan konseling.
Memberikan asuhan kepada mereka yang mengalami penyakit fisik dsengan
masalah psikologik dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
Mengelola dan mengkoordinasi system pelayanan yang mengintegrasi
kebutuhan pasien, keluarga, staf dan pembuat kebijakan.
Evaluasi Hasil
Perawat jiwa harus mampu mengidentifikasi, menguraikan, dan mengukur hasil
asuhan yang mereka berikan pada pasien, keluarga dan komunitas.
Hasil adalah semua hal yang terjadi pada pasien dan keluarga ketika mereka dalam system
pelayanan kesehatan. Hasdil tersebut dapat meliputi status kesehatan, status fungsional,
kualitas kehidupan, ada atau tidaknya penyakit, jenis respon koping, dan kepuasan
terhadap tindak penanggulangan.
Evaluasi hasil dapat berfokus pada kondisi klinik, intervensi, atau proses pemberian
asuhan. Berbagai hasil yang dapat dievaluasi mencakup indicator-indikator klinik,
fungsional, financial, dan perceptual tergantung pada pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Evaluasi hasil aktivitas keperawatan jiwa secara kritis merupakan tugas perawat
jiwa apapun peran, kualifikasi, atau tatanan praktiknya. Praktisi perawat jiwa, pendidik
administrator, dan peneliti semuanya harus bertanggung jawab untuk menjawab setiap
pertanyaan. Apa perbedaan yang diberikan oleh seorang perawat jiwa.
1.2. HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-PASIEN
Sifat Hubungan
Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien dan meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan penigkatan penghormatan terhadap diri.
2. Rasa identitas personal yang jelas dan penigkatan integritas diri.
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim, dan saling
tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistic.
Komunikasi Fasilitatif
Relevansi antara teori komunikasi dengan praktek keperawatan jiwa tamapak nyata.
Pertama, komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasaan.

3
Kedua, komunikasi adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi prilaku orang lain.
Oleh karena itu komunikasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan intervensi
keperawatan, terutama karena proses keperawatan ditujukan untuk menigkatkan perubahan
prilaku adaptif. Terkahir, komunikasi adalah hubungan itu sendiri; tanpa komunikasi, suatu
hubungan terapeutik perawat - pasien tidak mungkin tercapai.
Tingkat tingkat Komunikasi
Komunikasi verbal terjadi melalui media dari kata kata, pembicaraan atau
tulisan, dan komunikasi verbal mawakili segmen kecil dari komunikasi manusia secara
menyeluruh. Validasi tentang pengertian komunikasi verbal antara perawat dan pasien
adalah penting.
Komunikasi non verbal termasuk kelima panca indra dan mencakup segala hal
yang tidak berupa kata yang tertulis atau di ucapkan. Ada lima kategori komunikasi non
verbal :
1. Isyarat vocal yaitu : para linguistic atau suara atau bunyi ekstrapeech.
2. Isyarat tindakan yaitu : semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
3. Isyarat objek yaitu : objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja
oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
4. Ruang yaitu : jarak fisik antara dua orang.
5. Sentuhan yaitu : kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal yang paling personal.
Proses Komunikasi
Komunikasi manusia merupakan proses dinamik yang dipengaruhi oleh kondisi
fisiologik dan psikologik dari partisipan. Model structural dari komunikasi
mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut ini :
1. Pengirim _ yang menjadi asal pesan.
2. Pesan _ suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima.
3. Penerima _ yang mempersepsikan pesan, yang prilakunya dipengaruhi oleh
pesan.
4. Umpan balik _ respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
5. Konteks _ tatanan dimana komunikasi terjadi.
Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima eleman
structural ini, maka masalah masalah spesifik atau kesalahan yang potensial dapat di
identifikasi

4
Teknik Komunikasi Terapeutik
Dua persyaratan komunikasi yang efektif yaitu komunikasi ditujukan untuk
menghormati baik perawat maupun pasien dan komunikasi tentang penerimaan atau
pengertian mendahului tiap saran informasi atau informasi yang lebih spesifik. Terdapat
beberapa metoda untuk pencacatan komunikasi perawat pasien. Metoda tersebut
termasuk rekaman video, rekaman suara, dan verbatim, gambaran kasar, dan catatan pasca
inter aksi.
Dimensi Hubungan
Keterampilan atau kualitas tertentu harus dicapai oleh perawat untuk memulai dan
meneruskan hubungan yang terapeutik. Keterampilan tersebut menggabungkan prilaku
verbal dan non verbal serat sikap dan perasaan dibalik komunikasi perawat. Keterapilan ini
secara luas dibagi menjadi dimensi responsive dan tindakan.
1. Dimensi responsive. Dalam dimensi ini termasuk kesejatian, hormat, pengertian
empatik, dan kongkrit. Hal tersebut penting dalam fase orientasi dari hubungan
untuk membina rasa percaya dan komunikasi yang terbuka. Dan selalu
bermanfaat sepanjang fase kerja dan fase teminasi serta memungkinkan pasien
untuk mencapai suatu penghayatan atau kesadaran diri.
2. Dimensi yang berorientasi pada tindakan. Dimensi ini termasuk konprontasi,
kesegeraan, pengungkapan diri perawat, katarsik emosional, dan bermain peran.
Dimensi ini harus di implementasikan dalam kehangatan, penerimaan dan
pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsive. Dimensi memberikan
kemajuan hubungan terapeutik dengan mengindentifikasi hambatan terhadap
pertumbuhan pasien dan tanpa hanya memperhitungkan kebutuhan akan
pengertian dan penghatayan internal, tetapi juga terhadap tindakan dan
perubahan prilaku eksternal.
Kebutuhan Terapeutik
Kebutuhan terapeutik, atau hambatan kemajuan hubungan perawat pasien, terdiri
dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens. Ini timbul dari
berbagai alas an dan mungkin terjadi dalam berbagai bentuk yang berbeda tetapi semuanya
menghambat hubungan teraputik. Oleh karena itu bahwa perawat harus segera
mengatasinya. Kebuntuan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat atau bagi
pasien yang bias berkisar dari ansietas aprehensi sampai pada frustasi, cinta, atau sangat
marah.

5
Mengatasi Kebuntuan Terapeutik
Untuk Mengatasi Kebuntuan Terapeutik , perawat harus siap untuk
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konterks hubungan perawat
pasien. Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang kebuntuan terapeutik dan
mengenali prilaku yang menunjukan adanya kebuntuan tersebut. Klarifaksi dan refleksi
perasaan dan isi kemudian dapat digunakan agar perawat dapat lebih memusatkan pada apa
yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku digali, baik pasien ( untuk reaksi resistens dan transferens )
atau perawat ( untuk rekasi rekasi kontertrensferens dan pelanggrana batasan )
bertanggung jawab terhadap kebuntuan terapeutik dan damapak negative pada proses
terapeutik. Akhirnya, tujuan dari hubunangan dan area kebuituhan dan masalah pasien di
tinjau kembali. Selayaknya ini membantu perawat untuk membina kembali suatu kerja
sama terapeutik yang konsisten dengan proses hubungan perawat-pasien.
1.3. MODEL PRAKTIK KESEHATAN JIWA PSIKIATRIK
Batasan Kesehatan Jiwa Dan Penyakit Jiwa
Sehat-sakit dan adaptasi-maladaptasi merupakan konsep yang berbeda. Tiap konsep
berada rentang yang terpisah. Jadi seseorang yang mengalami sakit baik fisik maupun
psikiatri dapat beradaptasi terhadap keadaan sakitnya. Sebaliknya seseorang yang tidak
didiagnosa sakit mungkin saja mempunyai respon koping yang maladaptive. Kedua
rentang ini mencerminkan model praktik keperawatan dan medik yang saling melengkapi.
Kesehatan Jiwa
Hal-hal berikut ini telah diidentifikasi sebagai criteria kesehatan mental:
1. sikap positif terhadap diri sendiri
2. pertumbuhan, perkembangan, dan aktualisasi diri.
3. integrasi dan ketanggapan emosional.
4. otonomi dan kemantapan diri.
5. persepsi realitas yang bakurat.
6. penguasaan lingkungan dan kompetensi social
Penyakit Jiwa
Pengertian seseorang tentang penyakit mental berasal dari apa yang orang tersebut
yakin sebagai faktor penyebabnya penyakit mental:
1. hipotesa biologi _ usulan dispungsi anatomi dan fisiologi.
2. hipotesa pembeajaran_ usulan pola prilaku maladaptif yang dipelajari.

6
3. hopotesa kognitif _ usulan ketidaksesuaian atau defisit pengetahuan atau kesadaran.
4. hipotesa psikodinamik _ usulan konflik intrapsikik dan defisit perkembangan.
5. hipotesa lingkungan _usulan respon-respon terhadap stresor dan penolakan
lingkungan.
Model Konseptual Praktek
Pada umunya tenaga kesehatan mental melakukan praktik dalam kerangka model
konseptual. Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang
kompleks seperti konsep yang berhubungan dengan prilaku manusia. Penggunaan model
membantu praktisi memberikan dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi, juga
cara untuk mengevaluasi keberhasilan penanggulangan.
Model Stres Adaptasi Asuhan Keperawatan Psikiatrik
Model stres adaptasi asuhan keperawatan psikitrik pertama kali dikembangkan oleh
Gail Stuart tahun 1983 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut tahun 1995. Model ini
mengintegrasikan komponen biologik, psikologik dan sosio bdaya dari asuhan
keperawatan. Model yang utuh menggabungkan landasan teoritis, komponen-komponen
bio-psiko-sosial, rentang respon koping, dan keperawatan yang dilandasi pada tahapan
pengobatan pasien: (1) peningkatan kesehatan, (2) pemeliharaan, (3) akut, atau (4) krisis.
Model ini terdiri dari komponen-komponen berikut:
1. faktor predisposisi_faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatsi stres.
2. Stresor presipitasi _ stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman atau tuntutan dan yang memerlukan energi ektra untuk koping.
3. penilaian terhadap stresor_suatu evaluasi tentang makna stresor bagi kesejahtraan
seseorang dimana stresor mempunyai arti, intensitas dan kepentingannya.
4. sumber koping, yaitu suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
5. mekanisme koping, yaitu tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.
6. rentang respon koping, yaitu kisaran respon manusia yang adaptif ke maladaptif.
7. aktivitas tahap pengobatan, yaitu kisaran fungsi keperawatan yang berhubungan
dengan tujuan pengobatan, pengkajian keperawatan, intervensi keperawatan, dan
hasil yang diharapkan.

7
Diagnosa Kepawatan Dan Medik.
Rentang respon koping merupakan subjek dari diagnosa keperawatan. Yang juga
mencakup masalah kesehatan aktual yang mengarah pada diagnosa medik. Diagnosa
keperawatan dan medik dapat saling melengkapi, tetapi keduanya bukan merupakan
komponen satu sama lain. Seorang pasien dengan diagnosa medik tertentu mungkin
mempunyai sejumlah diagnosa keperawatan yang melengkapi yang berhubungan dengan
kisaran respon kesehatan. Sebaliknya, seorang pasien mungkin mempunyai diagnosa
keperawatan tertentu tanpa mempunyai diagnosa medik.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang
mencakup baik respons sehat adapatif atau maladaptif serta stresor yang menunjang.
Diagnosa Medik
Diagnosa medik adalah suatu masalah kesehatan atau keadaan penyakit pasien.
Dalam model medik psikiatri, masalah kesehatan yaitu gangguan mental yang
diklarifikasikan dalam diagnostic and statistical manual of mental disorders ed-4 (DSM-
IV).
1.4 KONTEKS BIOPSIKOSOSIAL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Konteks Biologis Asuhan
Teknik dan alat baru membantu menjelaskan cara kerja otak dan bagaimana otak,
jiwqa dan tubuh berinteraksi. Perawat psikiatri harus mempunyai pengetahuan kerja
tentang struktur normal dan fungsi otak, terutama fungsi mental, sama halnya dengan
perawat perawatan jantung harus mengetahuan mengenai bagaimana jantung bekerja.
Perawat psikiatri kemudia dapat menginterpretasi informasi biologis lebih luas dan
kemungkinannya terhadap pengobatan yang efektif bagi pengguna layanan kesehatan
mental dan pemberi asuhan kesehatan lain, dengan demikian memperkuatr peran perawat
sebagai advokasi pasien.
Tehnik Pencintraaan saraf
Tehnik pencitraan otak memungkinkan untuk melihat langsung struktur dan fungsi
otak yang utuh dan hidup. Teknik ini tidak hanya membantu mendiagnosa beberapa
kelainan otak tetapi juga penting karena pemeriksaan ini memberika peta tiap bagian otak
dan menghubungkan bagian-bagian tersebut dengan fungsi otak.
Genetik Penyakit Mental

8
Penelusuran gen atau gen-gen yang menyebabkan penyakit mental merupakan hal
yang sulit dilakukan hingga saat ini satu-satunya gen yang mempunyai hubungan dengan
beberapa penyakit mental yang menyebabkan perkembangan penyakit Alzeimers pada
sekitar 10 % orang dengan kelainan ini.
Ada tiga jenis kajian tentang penyebaran penyakit mental dari sifat keturuan manusia,
yaitu:
1. Kajian adopsi, yang membandingkan sifat antar anggota keluarga biologis dengqan
anggota keluarga adopsi atau kelompok kontrol lain.
2. Kajian kembar, yang membandingkan berapa sering kembar identik, dan kembar
fraternal, yang mempunyai kesamaan genetik dari saudara kandung yang bukan
kembar, mempunyai kesamaan sifat.
3. kajian keluarga, yang membandingkan apakah suatu sifat lebih banyak kesamaan
antara keluarga tingkat pertama, seperti orang tua, saudara sekandung, dan anak-
anak lain, dari pada antara keluarga jauh atau kelompok kontrol.
Irama Sirkadian
Riset biologis terakhir telah menunjukan bahwa irama tubuh diatur oleh pemacu
sirkadian internal yang terletak pada area tertentu di otak dan pemacu ini berubah oleh
isyarat eksternal spesifik. Irama sirkadian seperti suatu jaringan jasm internal yang
mengatur waktu dan mengkoordinasi kejadian didalam tubuh sesuai siklus 24 jam. Irama
ini mempebgaruhi tiap aspek kesehatan dan kesejahtraan, termasuk gaya hidup, tidur, alam
perasaan, makan, minum, kesuburan, dan penyakit. Riset terakhir menunjukkan bahwa
salah satu dari penjaga waktu internal yang paling penting terletak pada hip[otalamus.
Psikoimunologi
Psikoimunologi merupakan bidang yang relatif baru yang menggali pengaruh
psikologis terhadap pengendali sistem saraf dan responsif imun. Sementara bukti-bukti
pendukung bahwa stresor psikososial dapat mengganggu respon imun yang bersifat
sementara dan dengan demikian menunjang pada berbagai perkembangan berbagai
penyakit, peran otoimunitas pada kebanyakan penyakit psikiatri telah terbukti tidak jelas.
Walaupun upaya untuk menghubungkan stresor tertentu terhadap penyakit spesifik pada
umumnya masih belum berhasil stres diakui sebagai kunci penting untuk memahami
perkembangan dan perjalanan dari banyak penyakit.
Pengkajian Biologik Pasien Psikiatrik
Perawat psikiatri perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
evaluasi mereka terhadap pasien psikitrik. Penyakit fisik yang tidak terdiagnosa

9
memerlukan biaya mahal dan berbahaya jika tidak terdeteksi atau ditanggulangi dengan
cara yang tidak benar.
Riwayat perawatan kesehatan yang lengkap tentang pasien, tinjauan gaya hidup,
pemeriksaan fisik, analisa hasil laboratorium, dan pembahasan tentang gejala-gejala serta
respon koping merupakan elemen penting dari pengkajian dasar. Perawat harus mampu
melakukan pemeriksaan fisisk dasar untuk mengkaji abnormalitas secara umum dan
mampu mengiterpretasikan hasil pemeriksaan fisik yang lebih kompleks. Penampilan, gaya
berjalan, koordinasi, kekuatan bilateral, tremor dan tiks, ucapan, dan gejala-gejala seperti
sakit kepala, penglihatan kabur pening, muntah, kelemahan motorik, disorentasi,
kekacauan mental, dan masalah-masalah ingatan harus dikaji secara terinci.
Konteks Psikologik Asuhan
Semua perawat, dimanapun mereka bekerja, harus mampu mengkaji keadaan
psikologis pasien dan memasukkan hasil pengkajiaanya dalam renacana asuhan pasien.
Pemeriksaan status mental merupakan dasar dalam evaluasi setiap pasien dengan kelainan
medis, neurologi, atau psikiatrik, yang mempengaruhi pikiran, emosi atau perilaku.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan atau abnormalitas
fungsi intelektual, isi pikir, penilaian, alam perasaan, dan afek seseorang, serta dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan adanya lesi pada otak.
Keterampilan Wawancara
Wawancara yang diarahkan pada tujuan ini dapat dipermudah dengan cara berikut ini:
1. Panggil pasien dengan menggunakan namanya dan perkenalkan diri serta tujuan
wawancara
2. Tunjukan kesadaran dan penghargaan terhadap pasien dan peka pada perasaannya
dengan melakukan pendekatan empati dan hangat.
3. pilih lingkungan yang mendukung keleluasan pribadi, kenyamanan fisik, dan
sedikit gangguan.
4. dengarkan apa yang sedang dikatakan pasien begitu pula tema yang mendasari
derta yang tersirat.
5. amati isi verbal dan komunikasi non verbal.
6. Berikan waktu yang memadai dan hindarkan ketegangan serta pendekatan yang
tergesa-gesa ketika wawancara.
7. Pantau perasaan dan ansietas diri sendiri ketika wawancara dengan pasien.

10
8. gunakan sumber informasi sekunder, seperti riwayat medis, evaluasi psikologis,
dan riwayat sosial, sebagai pelengkap dan jangan menggantikan kesan dan evaluasi
klinis diri sendiri.

Pemeriksaan Status Mental


Pemeriksaan status mental mewakili perpaduan dari kehidupan psikologis pasien
dan sejumlah observasi dan kesan perawat pada saat itu. Pemeriksaan bukan merupakan
evaluasi bagaimana pasien pada masa lalunya atau akan bagaimana dimasa depannya.
Tetapi merupakan evaluasi tentang keadaan pasien saat ini. Elemen periksaan tergantung
pada keadaan klinis pasien, begitu pula latar belakang pendidikan dan budayanya.
Pemeriksaan meliputi pengamatan perilaku pasien dan menguraikan secara obyektif dan
tanpa memberikan penilaian.
Penampilan
Pada pemeriksaan status mental perawat mencatat penampilan umum pasien.
Observasi. Area yang harus diobservasi yang merupakan karakteristik fisik pasien adalah
berikut ini:
Penampilan usia.
Cara berpakaian.
Kebersihan.
Sikap tubuh.
Cara jalan yang janggal.
Ekspresi wajah.
Kontak mata.
Dilatasi atau kontriksi pupil.
Status kesehatan dan gizi secara umum.
Kewaspadaan : Pupil yang berdilatasi kadang berkaitan dengan intoksikasi obat,
sementara pupil kontriksi dapat menunjukkan addiksi narkotik. Sikap tubuh yang
membungkuk sering terlihat pada orang yang depresi.
Cara berbicara
Cara berbicara biasanya digambarkan dalam frekwensi, volume dan karakteristik.
Frekwensi merujuk pada kecepatan pasien berbicara, dan volume diukur dengan berapa
pasien berbicara.

11
Observasi. Cara berbicara diuraikan sebagai berikut:
Frekwensi _ cepat atau lambat.
Volume _ keras atau lembut.
Jumlah _ sedikit, membisu, ditekan.
Karakteristik _ gagap, kata-kata bersambung, atau aksen yang tidak wajar.

Kewaspadaan : gangguan bicara sering disebabkan oleh gangguan otak tertentu. Sebagai
contoh, menggumam mungkin terjadi pada pasien dengan huntingtons korea, dan
pembicaraan yang terus menerus didapatkan pada pasien dengan intoksikasi. Pasien manik
sering memperlihatkan pembicaraan yang ditekan, dan orang yang menderita depresi
seringkali sedikit berbicara.

Aktvitas motorik
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakkan fisik pasien.
Observasi. Perawat harus ,mencata.
Tingkat aktivitas _ letargik, tegang, gelisah, atau agitasi.
Jenis aktivitas _ tik, seringai, atau tremor.
Isyarat tubuh atau manerisme yang tidak wajar _ kompulsi.

Kewaspadaan: gerakan tubuh yang berlebihan mingkin ada hubungan dengan ansietas,
mania, atau penyalahgunaan stimulan. Aktivitas tubuh yang terbatas dapat menunjukkan
kemungkinan depresi, gangguan organik, skizofrenia katatonik, strupor akibat obat. Tik
dan seringai dapat menunjukan efek merugikan pengobatan. Gerakkan motorik yang
berulang atau kompulsi bisa merupakan indikasi kelainan obsesif kompulsif. Berulang
memungut sesuatu atau kotoran dari pakaian terkadang dikaitkan dengan delirium atau
kondisi toksik.
Interaksi Selama wawancara.
Interaksi menguraikan bagaimana pasien berhubungan dengan perawat selama
wawancara.
Observasi ; apakah pasien bersikap bermusuhan, tidak koopratif, mudah tersinggung,
berhati-hatim apatis, defensif, curiga, atau seduktif? Perawat dapat menggali area ini
dengan bertanya. Anda tampak tersinggung tentang sesuatu, apakah ini pengamatan yang
tepat.

12
Keawaspadaan: kecurigaan mungkin tampak pada paranoia. Mudah tersinggung mungkin
menunjukkan gangguan ansietas.

Alam perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri pasien tentang status emosional dan
cerminan situasi kehidupan pasien.
Observasi. Alam perasaan dapat dievaluasi dengan menanyakan pertanyaan yang
sederhana dan tidak mengarah seperti Bagaimana perasaan anda hari ini? apakah pasien
menjawab bahwa ia merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira, atau ansius (cemas).
Dengan meminta pasien memberikan angka dalam skala 0 sampai 10, dapat membantu
perawat untuk segera membaca alam perasaan pasien.
Kewaspadaan : kebanyakan orang dengan depresi merasa putus asa, dan 25 % dari
mereka mempunyai keinginan unruk bunuh diri. Kegembiraan yang berlebihan banyak
ditemui pada mania.

Pengukuran Psikologis
Bebagai kuesioner formal dan tes terstandar tersedia sebagai metoda tambahan
dalam pengkajian. Tes psikologis ada dua jenis: tes yang mengevaluasi kemampuan
intelektual dan kognitif serta tes yang menguraikan fungsi kepribadian.
Skala peringkatjuga sering digunakan untuk mengkaji pasien. Ini membantu praktisi
melakukan hal-hal berikut ini:
1. mengukur kedalaman masalah-masalah pasien.
2. menegakkan diagnosa yang akurat.
3. menelusuri perkembangan pasien setiap saat.
4. mendokumentasikan kenrhasilan pengobatan.

1.5. KONTEKS LEGAL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


Praktik asuhan keperawatan jiwa dipengaruhi oleh hukum, terutama yang mengatur
hak pasien dan kuslitas asuhan. Banyak hukum yang berbeda dari satu Negara bagian
dengan Negara bagian lain, dan perawat harus mengetahui aspek legal yang diberlakukan
di Negara bagiannya, karena pengetahuan tentang hukum meningkatkan kebebasan baik
bagi perawat sendiri maupun bagi pasien.
Perawatan Inap Pasien

13
Proses rawat inap dapat menimbulkan trauma atau dukungan, tergantung pada
institusi, sikap keluarga dan teman, respons staf, dan jenis penerimaan/masuk rumah sakit.
Ada tiga jenis penerimaan masuk rumah sakit jiwa yaitu; masuk informal, masuk dengan
sukarela, dan masuk dengan paksaan.
Hak-hak pasien
hak untuk berkomunikasi dengan orang-orang di luar rumah sakit melalui surat
menyurat, telepon, dan kunjungan pribadi.
Hak untuk menyimpan pakaian dan barang pribadi bersama pasien di rumah sakit,
kecuali benda yang berbahaya.
Hak terhadap kebebasan beragama.
Hak mendapatkan pekerjaan, jika memungkinkan
Hak untuk mengelola dan membuang miliknya.
Hak untuk menjalankan keinginannya.
Hak untuk menjalin hubungan kontrak
Hak untuk berbelanja.
Hak terhadap pendidikan.
Hak terhadap habeas corpus
Hak untuk pemeriksaan psikiatri yang mandiri.
Hak terhadap[ status pelayanan sipil.
Hak mendapatkan lisensi, keistimewaan, atau ijin yang diberikan berdasarkan
hokum, seperti lisensi professional atau izin mengemudi.
Hak untuk menuntut atau dituntut.
Hak untuk menikah dan bercerai.
Hak untuk tidak menjadi subjek terhadap pengekangan mekanik yang tidak
diperlukan
Hak terhadap peninjauan status secara berkala.
Hak terhadap perewakilan legal.
Hak terhadap keleluasan pribadi.
Hak terhadap informed consent.
Hak untuk pengobatan.
Hak untuk menolak tindakan.

14
Hak untuk tindakan dalam tatanan yang paling tidak mengikat.
Peran Legal Perawat
Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab membantu tiga peran legal,
yaitu; perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai, dan
perawat sebagai warga nega. Perawat mungkin mengalami konflik antara ketiga hak dan
tanggung jawab. Penilaian keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan yang teliti
dalam konteks asuhan keperawatan. Konsekwensi yang mungkin terjadi akibat tindakan
seseorang, dan alternatif yang mungkin timbul dilakukan.
Malpraktik
Malpraktik melibatkan kegagalan seorang profesional untuk memberikan jenis
asuhan yang diberikan oleh anggota dari prosesi seseorang di dalam komunitas,
mengakibatkan suatu yang membahayakan. Kebanyakan pengaduan malpraktik diarsipkan
dalam kesalahan karena kelalaian. Kesalahan merupakan suatu kesalahan sipil di mana
pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi. Dibawah hukum
kesalahan karena kelalaian, penggugat harus membuktikan :
1. Ada kewajiban legal untuk melakukan asuhan.
2. Perawat melakukan tugasnya dengan kelalaian.
3. Terdapat kerusakan yang dialami oleh pasien sebagai akibat.
4. kerusakan bersifat substansial.
1.6. IMPLEMENTASI STANDAR PRAKTIK KLINIK
Definisi Keperawatan
Asosiasi Perawat Amerika (ANA) mendefinisikan keperawatan sebagai diagnosa
dan penanganan respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan aktual atau
potensial definisi mengandung empat karakteristik keperawatan:
1. fenomena, yaitu rentang respon-respon yang berkaitan dengan kesehatan yang
tgeramati pada orang sakit dan sehat yang menjadi fokus diagnosa dan penanganan
keperawatan.
2. Teori, yaitu konsep-konsep, prinsif-prinsif, dan proses yang memandu intervensi
keperawatan dan pemahaman tentang respon yang berhubungan dengan kesehatan.
3. tindakan-tindakan, yaitu intervensi untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan.
4. Pengaruh, yaitu evaluasi tindakan keperawatan yang berhubungan dengan respons
kesehatan yang teridentifikasi dan hasil asuhan keperawatan yang diantisipasi.

15
Standar Praktik Keperawatan Klinik Kesehatan Jiwa-Psikiatri
Menguraikan tingkat kompetensi asuhan keperawatan profesional dan kinerja
profesional yang umum untuk perawat yang terlibat di tiap tatanan praktik kep[erawatan
kesehatan jiwa-psikiatri.

Standar Asuhan
Berhubungan dengan aktivitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh
perawat dengan melalui proses keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosa, identifikasi
hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan merupakan landasan
pengambilan keputusan klinis dan mencakup semua tindakan yang penting dilakukan oleh
perawat dalam memberikan asuhan kesehatan jiwa-psikiatri kepada semua klien.

Standar I Pengkajian.
Perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengumpulkan data kesehatan klien.
Standar II. Diagnosa.
Perawat kesehatan jiwa-psikiatri menganalisa data pengkajian dalam menentukan
diagnosa.
Standar III Identifikasi Hasil
Perawat kesehatan Jiwa-psikiatri mengidentikasi hasil yang diharapkan dan bersifat
individual untuk tiap klien.
Standar IV. Perencanaan
Perawata kesehatan jiwa-psikiatri mengembangkan rencana asuhan yang
menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Standar V. Implementasi.
Perawat kesehatan mental-psikiatri mengimplementasikan intervensi yang
teridentifikasi dalam rencana asuhan.
Standar Va. Konseling
Perawat kesehatan mental-psikiatri menggunakan intervensi konseling untuk
membantu klien meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara
kesehatan mental, dan mencegah penyakit atau ketidak mampuan mental.
Standar Vb. Terapi lingkungan.
Perawat kesehatan mental-psikiatri memberikan, membentuk, dan mempertahankan
suatu lingkungan yang terapeutik dalam kolaborasinya dengan klien dan pemberi
pelayanan kesehatan lain.

16
Standar Vc. Aktivitas Asuhan Mandiri
Perawat kesehatan mental-psikiatri membentuk intervensi sekitar aktivitas
kehidupan sehari-hari klien untuk memelihara asuhan mandiri dan kesejahtraan jiwa dan
fisik.
Standar Vd. Intervensi Psikobiologis
Perawat kesehatan mental-psikiatri menggunakan pengetahuan intervensi
psikologis dan menerapkan keterampilan klinis untuk memuluhkan kesehatan klien dan
mencegah ketidakmampuan lebih alnjut.
Standar Ve. Penyuluhan Kesehatan.
Perawat kesehatan mental-psikiatri, melalui penyuluhan kesehatan, membantu klien
dalam mencapai pola kehidupan yang memuaskan, produktif dan sehat.
Standar Vf. Manajemen Kasus.
Perawat kesehatan mental-psikiatri menyajikan manajemen kasus untuk
mengkoordinasi pelayanan kesehatan yang komprehensif serta memastikan
kesinambungan asuhan.
Standar Vg. Pemeliharan dan Peningkatan Kesehatan
Perawat kesehatan mental-psikiatri menerapkan strategi dan intervensi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa dan mencegah penyakit jiwa.
Standar Vh. Psikoterapi
Spesialis yang bersertifikasi dalam keperawatan kesehatan jiwa-psikiatri
menggunakan psikoterapi individu, psikoterapi kelompok, dan psikoterapi keluarga,
psikoterapi anak, serta pengobatan terapeutik lain untuk membantu klien memelihara
kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan ketidak mampuan, serta memperbaiki atau
mencapai kembali status kesehatan dan kemampuan fungsional klien.
Standar Vi. Preskripsi Agen Farmakologis
Spesialis yang bersertifikasi menggunakan preskripsi agen farmakologis, sesuai
dengan peraturan praktik keperawatan , untuk mengatasi gejala-gejala gangguan jiwa dan
meningkatkan status kesehatan fungsional.Standar Vj. Konsultasi.
Spesialis yang bersertifikasi memberikan konsultasi kepada pembberi pelayanan kesehatan
dan lainnya untuk mempengaruhi rencana asuhan kepada klien, dan memperkuat
kemampuan yang lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri serta
membawa perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri.
Standar Vk. Evaluasi.

17
Perawat kesehatan mental-psikiatri mengevaluasi perkembangan klien dalam
mencapai hasil yang diharapkan.

Standar Kinerja Profesional


Menguraikan tingkat kompetensi perilaku dalam suatu peran profesional, termasuk
aktivitas yang berhubungan dengan kualitas asuhan, penilaian kinerja, pendidikan,
hubungan dengan sejawat, etiak, kolaborasi, penelitian, dan pendayagunaan sumber.
Standar Asuhan.
Perawat kesehatan mental-psikiatri mengevaluasi secara siste,matis kualitas asuhan
dan keberhasilan praktik keperawatan kesehatan jiwa-psikitri.
Standar II. Penilaian Kinerja
Perawat kesehatan mental-psikiatri mengevaluasi praktik keperawatan kesehatan
jiwa-psikiatrinya sendiri dslsm kaitannya dengan standar praktik profesional dan relevan
terhadap status dan peraturan.
Standar II. Pendidikan
Perawat kesehatan mental-psikiatri mengikuti dan mempertahanklan pengetahuan
dalam praktik keperawatan.
Standar IV. Hubungan Dengan Sejawat.
Perawat kesehatan mental-psikiatri menyumbang pada perkembangan profesional
rekan sejawat dan lainnya.
Standar V. Etika.
Keputusan dan tindakan perawat kesehatan mental-psikiatri atas nama klien
ditetapkan dengan sikap etis.
Standar VI. Kolaborasi.
Perawat kesehatan mental-psikiatri berkolaborasi dengan klien, orang terdekat, dan
pemberi pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan.
Standar VII. Riset.
Perawat kesehatan mental-psikiatri menyumbangkan pada keperawatan dan
kesehatan jiwa melalui riset.
Standar VIII. Pendayagunaan Sumber.
Perawat kesehatan mental-psikiatri menimbang faktor-faktor yang berhubungan
dengan keaman, keefektifan, dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan kepada
klien.
1.7. PRINSIP PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

18
Perawat psikiatri memberikan perawatan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini
termasuk intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah intervensi biologis, sosial atau psikologi yang bertujuan
meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan atau menurunkan angka kesakitan di komunitas
dengan mengubah factor-faktor penyebab sebelum membahayakan. Intervensi keperawatan
yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan kesehatan, pengubahan
lingkungqan dan dukungan system social.
1. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan mempunyai empat tingkat intervensi, yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran individu atau kelompok tentang masalah dan peristiwa yang
berhubungan dengan sehat dan sakit, seperti tugas perkembangan normal.
b. Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang potensial,
kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptive) dan alternative respon koping.
c. Meningkatkan pengetahuan seseorang tentang dimana dan bagaimana memperoleh
sumber yang diperlukan.
d. Meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu atau kelompok,
keterampilan interpersonal, toleransi terhadap stress dan frustasi, motivasi, harapan
dan harga diri.
2. Pengubahan Lingkungan
Intervensi preventif mungkin dilakukan untuk memodifikasi lingkungan terdekat
individu dan kelompok atau sistem sisial yang lebih besar. Pengubahan lingkungan dapat
termasuk jenis berikut ini:
e. Ekonomi; mengalokasikan sumber untuk bantuan finansial atau bantuan anggaran
dan penghasilan.
f. Pekerjaan ; menerima tes pekerjaan, bimbingan dan penyuluhan atau pelatihan
kembali yang memungkinkan pekerjaan atau karir baru.
g. Perumahan ; pindah ke tempat baru, yang mungkin saja berarti meninggalkan atau
kembali pada keluarga dan teman, memperbaiki rumah yang sudah ada, kehilangan
atau mendapatkan keluarga, teman atau teman sekamar.
h. Keluarga ; memasukkan anak pada fasilitas perawatan, taman kanak-kanak, sekolah
dasar, atau berkemah atau mendapatkan pelayanan rekreasi, sosial, keagamaan atau
komunitas.

19
i. Politik ; mempengaruhi struktur pelayanan dan prosedur kesehatan, berperan serta
dalam pengembangan dan perencanaan komunitas, ditujukan pada masalah legistif.
3. Dukungan sistem sosial
Memperkuat dukungan sosial adalah cara menahan atau mengahancurkan pengaruh
dari peristiwa yang potensial menimbulkan keadaan stress jenis intervensi prefentif yang
mungkin adalah :
a. mengkaji tetangga dan komunitas untuk mengidentifikasi area masalah dan
kelompok beresiko tinggi
b. meningkatkan hubungan antara sistem dukungan komunitas dan layanan kesehatan
jiwa formal
c. menguatkan jaringan pemberian pelayanan yang sudah ada, termasuk kelompok
gereja, organisasi masyarakat, kelompok wanita, dukungan dari tempat bekerja dan
tetangga dan kelompok swabantu (self help group).
d. Membantu seseorang atau kelompok dalam mengembangkan, memelihara,
memperluas dan mengguanakan jaringan sosial yang tersedia.
Perawat harus menimbangkan hal-hal berikut ini dalam mengevalusi intervensi
prevensi primer: kemanjuran, keefektifan, efisiensi, jangka waktu, akibat yang
membahayakan, program skrining, kemungkinan kelompok resiko tinggi dan analisa
ekonomi.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder termasuk menurunkan angka kelainan, mengurangi
prevalensi gangguan, mengurangi jumlah kasus. Aktivitas pencegahan sekunder meliputi
penemuan kasusu dini, skrining (penegakkan diagnosa) dan tindakan efektif yang cepat
dan tepat. Intervensi krisis merupakan suatu modalitas tindakan pencegahan sekunder yang
penting. Ada empat tingkat intervensi krisis, yang menunjukan hirarki yang penting dalam
sampai yang paling permukaan, yaitu : manipulasi lingkungan, dukungan umum,
pendekatan generik dan pendekatan individual. Tehnik intervensi krisi yang bersifat aktif,
fokal dan eksploratif. Tehnik tersebut tidak interpretif karena tujuannya adalah resolusi
cepat dari suatu masalah mendesak.
Pencegahan Tersier
Aktivitas pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi keparahan kelainan
(beratnya gangguan) dan ketidak mampuan yang berkaitan. Tindakan ini meliputi
pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Rehabilitasi adalah suatu
proses yang memungkinkan individu untuk kembali pada tingkat fungsi setinggi

20
(seoptimal) mungkin. Biasanya bertujuan untuk mengembalikan pada tingkat fungsi yang
sama atau lebih tinggi dari pada tingkat fungsi ketika belum sakit.
Kepustakaan
Stuart Gail Wiscard and Sundeen Sandra J. Buku Saku Keperawatan , Jakartra , EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai