1. Usia
2. Berat badan
3. Kelamin
4. Luas permukaan tubuh
5. Keparahan suatu penyakit
6. Keadaan daya tahan pasien
Macam – macam dosis
Penerapan Dosis
0, 5738 x W x I
PB =
0,3964 x 0,024265
Obat Diminum Sebelum Makan (a.c = ante coenam)
absorbsi obat paling cepat pada kondisi lambung kosong, karena tidak
terhalang oleh content lambung.
Maka obat yang bertujuan memberikan efek yang cepat, sebaiknya diminum
sebelum makan, yaitu saat lambung kosong. Misalnya analgetika (ex. Asetosal
dan NSAIDs). Atau untuk memperoleh kadar plasma yang lebih tinggi yaitu 1
jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Contoh : - antibiotik dari kelompok penisilin, eritromisin, sefalosporin,
rifampisin.
- tonikum, Ca-asetosal, domperidon
Obat Diminum Setelah Makan (p.c = post coenam)
Alasannya :
1.Makanan dapat menghambat perombakan obat di dinding usus, sehingga
BA-nya meningkat
2.Sesuai untuk obat – obat yang dapat mengiritasi lambung dan mukosa
lambung.
Contoh :
- antasida (setengah jam sesudah makan)
- NSAIDs, asetosal, diuretika, antiepilepsi, antelmitik,
kotrimoksazol INH dll
Secara umum, efek obat digolongkan menjadi 2 :
1. Efek Sistemik, dimana obat beredar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah, sehingga
dapat memberikan efek ke seluruh tubuh
1. Faktor formulasi
2. Cara Penggunaan Obat
1. Efek Utama = efek terapi
merupakan efek yang dikehendaki dari obat yang
digunakan dalam proses terapi
4. Efek Toksik
Aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding
efek samping yang merupakan efek yang tidak
diinginkan. Jadi tergantung pada besarnya dosis obat,
dapat diperoleh efek terapi atau toksik
EFEK PENGULANGAN ATAU PENGGUNAAN OBAT YANG LAMA
1. Reaksi Hipersensisitif
Suatu alergik merupakan respon abnormal terhadap
obat atau zat dimana pasien sebelumnya telah kontak
dengan obat tersebut hingga berkembang timbulnya
antibodi
2. Kumulasi
Suatu fenomena pengumpulan obat dalam tubuh
sebagai akibat pengulangan penggunaan obat, dimana
obat diekskresikan lebih lambat dibandingkan dengan
absorbsinya
3. Toleransi
Suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis
obat yang sama. Untuk memperoleh respon yang sama
perlu memperbesar dosis obat tersebut
4. Takhifilaksis
Suatu fenomena berkurangnya kecepatan respon
terhadap aksi obat pada pengulangan penggunaan obat
dalam dosi yang sama.
5. Resistensi terhadap bakteri
Obat tidak mampu bekerja lagi untuk membunuh dan
menghambat perkembangan bakteri.
5. Habituasi
Suatu gejala ketergantungan psikologik terhadap suatu obat.
Menurut WHO ditandai dengan :
a. selalu ingin menggunakan obat
b. Tanpa atau sedikit kecenderungan untuk menaikkan
dosis
c. Timbul ketergantungan psikis
d. Memberikan efek yang merugikan
6. Adiksi
Suatu gejala ketergantungan psikologis dan fisik suatu obat. Ciri-
cirinya :
a. ada dorongan untuk selalu menggunakan obat
b. Ada kecenderungan untuk menaikkan dosis
c. Timbul ketergantungan psikis dan diikuti
ketergantungan fisik
d. Merugikan baik individi dan masyarakat
Faktor-faktor formulasi :
1.Derajat kehalusan serbuk
2.bentuk kristal zat aktif (amorf, kristal,
polimorfi)
3.Kimiawi obat (ester, garam, kompleks,
hidrat, anhidrat)
4.Exepien
5.Alat dan kondisi fisis
Cara penggunaan Obat yang memberi efek sistemik :
1.Oral, penggunaan melalui mulut dan masuk perut
2.Sublingual, tablet diletakkan di bawah lidah
3.Bukal, tablet diletakkan diantara gusi dan pipi
4.Injeksi atau parenteral
5.Implantasi subkutan
6.rektal
22
1. Mekanisme kerja Obat
dimana pada proses ini terjadi interaksi antara obat dengan tempat
bagian fungsional dari sel (reseptor) obat.
23
Reseptor Obat
Suatu reseptor adalah suatu makromolekul target khusus, berada pada
permukaan sel atau intraselular, yang mengikat suatu obat dan
menimbulkan kerja farmakologiknya.
Contoh reseptor : Enzim dan Protein
A. ANTAGONIS
ME
Kerja sama antara 2 obat, salah satu obat diperkuat oleh obat lain jika
dipakai secara bersamaan.
Jenis Sinergisme :
a.Adisi (Sumasi), jika efek keseluruhan obat sama besar dengan
jumlah kekuatan kerja masing – masing obat. Contohnya :
kombinasi asetosal dan parasetamol atau pada trisulfa.
b.Potensiasi (Superadisi = meningkatkan potensi), Kedua obat
saling memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi
jumlah matematis dari a + b. Efek keseluruhan tidak berhubungan
dengan penambahan dosis tunggal.
Ex. kotrimoksasol
Tujuan kombinasi obat diberikan dalam perbandingan tetap, yaitu :
a.Mengadisi daya kerja terapeutisnya tanpa mengadisi efek buruknya.
Contoh : trisulfa
b.Mencegah timbulnya resistensi bakteri, misalnya kombinasi INH
dengan PAS
Kombinasi tetap, keuntungannya adalah praktis tetapi dosis obat
tidak dapat diubah tanpa mengubah pula dosis obat keduanya,
sedangkan skema penakarannya untuk setiap obat berbeda karena
waktu setengahnya berlainan.
Sekian ........
A. Interaksi obat dengan obat
3. Interaksi Farmakologis
ciri – ciri : - interaksi yang berhubungan dengan efek
kerja dari pemakaian obat
- contohnya : - aspirin + alkohol,
pencegahan??
- aspirin + vitamin C
- INH + Al(OH)3
- penisilin + eritromisin
Macam – macam cara berlangsungnya interaksi obat, a. l. :
1. Interaksi Kimia
2. Kompetisi untuk protein plasma, ex. Analgetik dengan
klofibrat dan kinidin = akan terjadi pendesakan ikatan dengan
protein sehingga efeknya meningkat
3. Induksi enzim, meningkatkan pembentukan enzim dan tidak
hanya mempercepat eleminasinya juga perombakan obat lain.
Ex. Obat hipnotik = meningkatkan biotransformasi
antikoagulan & antidepresi, shg me efeknya
4. Inhibisi Enzim, zat yang mengganggu fungsi hati dan
enzymnya. Ex. Alkohol, yang mampu memperkuat daya kerja
obat lain yang efek dan lama kerja obatnya tergantung pada
enzim tersebut.
B. Interaksi obat denga makanan