Anda di halaman 1dari 60

PENDAHULUAN

DEFINISI
FARMAKODINAMIKA : Ilmu
yang mempelajari pengaruh obat
terhadap biokimia & fisiologi
tubuh manusia/MH serta
mekanisme kerja obat.
PRINSIP FARMAKODINAMIK Efek
apakah yang ditimbulkan obat terhadap tubuh
(kerja obat pd tubuh)
Obat bekerja sebagai hasil interaksi fisika-kimia
antara molekul obat dan molekul tubuh. Hasil
interaksi tersebut dapat mengubah cara kerja sel
sehingga menimbulkan perubahan pada tubuh
cth. Parasetamol
Menghambat enzim siklooksigenase-2 (cox-2)
sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan
rasa nyeri / demam menjadi berkurang atau hilang
Sebagian besar molekul obat bekerja melalui :
Reseptor protein pd membran sel atau di dlm sel
Saluran ion di dlm membran sel
Enzim dlm sel atau cairan ekstrasel
Kerja yg nonspesifik
RESEPTOR
Merupakan komponen makromolekul (biopolimer) yang
khas pada sistem biologis tempat obat terikat & dapat
menimbulkan aktivitas biologis.
Kebanyakan reseptor berstruktur PROTEIN ditemukan
pada membran sel. Sebagian besar aktifitas obat akan
memberikan aksinya jika berikatan dg reseptor
(diilustrasikan sebagai kunci yang masuk dg tepat
kedalam lubang kunci)
Obat yg menghasilkan respon disebut AGONIS dan
obat yang menghambat respon disebut ANTAGONIS.
Senyawa obat akan menimbulkan efek bila berinteraksi
dengan komponen fungsional organisme atau
makromolekul. Dengan berinteraksi dengan organisme
ini akan terjadi perubahan biokimia dan fisiologi disebut
dengan efek obat / Respon terhadap obat. Tempat
terjadinya interaksi obat dengan fungsional
sel/organisme disebut reseptor=zat penerima. Istilah
reseptor ini dikenal sejak tahun 1913 oleh Paul Erhlich,
“obat tidak bekerja kalau tidak terikat”. Obat dan
reseptor merupakan suatu komplementer (saling
mengisi) seperti kunci dan lobang kunci.
Cth : Cimetidine menghambat (antagonis)
reseptor H2 (H2 Blocker) sehingga mencegah
sekresi asam lambung yang berlebihan
Metaproterenol merangsang (agonis) reseptor
beta2 sehingga meningkatkan bronkodilator
(pelebaran bronkus)
OBAT DAN
RESEPTOR
D. KOMBINASI ANTIBIOTIKA

• Additive antibacterial acttivity : (1 + 1 = 2)


• Synergistic ab ac : (1 + 1 = 4)
• Indifferent ab ac : (1 + 1 = 1)
• Antagonis ab ac : (1 + 1 = 0)

9
• Definisi
• Mekanisme kerja obat :
1. Secara kimiawi. Mg(OH)2, Na EDTA, Dimerkaprol (BAL), Penisilamin
2. Secara fisika. MgSO4, garam inggris (diuretik osmotik), anestesi inhalasi
3. Secara kompetisi. Sulfa (antaagonisme saingan)
4. Mengganggu proses metabolisme. Antibiotika
• D+R DR Efek
• Definisi Reseptor
• Agonis :
1. Agonisme langsung
2. Agonisme tidak-langsung
• Antagonis :
1.
• Penggunaan Obt campuran atau bersama-sama dapat menimbulkan efek :
1. Addisi
2. Sinergis
3. Potensiasi
4. Antagonis
Efek terapi :
T kausal
T Simptomatis
T substitusi
• Dalam penggunaan obat ada efek-efek yang tidak diinginkan seperti :
ES
Idiosinkrasi
Alergi
Fotosensitasi
Efek toksis
Efek teratogen
• Dalam pengulangan atau perpanjangan penggunaan obat dapat diperoleh efek-efek :
Reaksi hipersensitif
Kumulasi
Toleransi
Habituasi
Takhifilaksis
Adiksi
• Resistensi terhadap bakteri :
R Primer
R Sekunder
R episomal
R Silang
• Grafik hubungan dosis dengan respon obat
Antagonis Melibatkan molekul
Tidak melibatkan molekul reseptor agonis
reseptor agonis

􀂾Antagonis kimiawi
􀂾Antagonis farmakokinetik
􀂾Antagonis fungsional
􀂾Antagonis fisiologi
􀂾Antagonis kompetitif
􀀹reversibel
􀀹ir-reversibel
􀂾Antagonis non-kompetitif
Antagonis Melibatkan molekul
Tidak melibatkan molekul reseptor agonis
reseptor agonis

􀂾Antagonis kimiawi 􀂾Antagonis kompetitif


􀂾Antagonis farmakokinetik 􀀹reversibel
􀂾Antagonis fungsional 􀀹ir-reversibel
􀂾Antagonis fisiologi 􀂾Antagonis non-kompetitif

k-1
[ D ] + [ R ] [ D-R ] Stimulus Respon fisiologi
DOSIS OBAT
Dosis suatu obat : adalah dosis pemakaian sekali untuk
peroral atau injeksi
Dalam pemberian terapi obat yg rasional, DOSIS
OBAT merupakan faktor penting dlm menghasilkan
efek yang diinginkan, bahkan dpt membahayakan jika
terjadi OVER DOSIS
Untuk menetapkan dosis yang tepat, perlu diketahui
macam-macam dosis :
DOSIS TERAPI (DT) : Dosis individual yg tertulis di
resep dg tujuan pengobatan
DOSIS LAZIM (DL) : Dosis yang tercantum di
literatur yg lazimnya dapat menyembuhkan, dosis
tersebut sebagai acuan dalam menetapkan dosis terapi
per individual
DOSIS MAKSIMUM (DM) : Dosis terbesar yg dpt
memberikan efek terapi tanpa menimbulkan bahaya
Faktor yg mempengaruhi DOSIS OBAT :
Umur
 Berat Badan
 Luas permukaan tubuh
 Jenis kelamin
 Status patologi
 Toleransi
 Obat yg diberikan bersamaan
 Waktu pemakaian
 Bentuk sediaan dan cara pemakaian
RUMUS MENGHITUNG DOSIS

W
CLARK : X DM Dewasa
70
n
YOUNG : X DM Dewasa
n  12

n
DILLING : X DM Dewasa
20
m
FRIED : X DM Dewasa
150

n 1
COWLING : X DM Dewasa
24

Keterangan :
W = Berat Badan ( Kg )
n = Umur ( tahun )
m = Umur ( bulan)
EFEK SAMPING OBAT
EFEK SAMPING OBAT : Efek yang tidak diinginkan
dari suatu pengobatan. Hampir semua obat mempunyai
efek samping.
Cth :
Obat batuk/Flu yang mengandung antihistamin
(difenhidramin/CTM) mengakibatkan ngantuk
Obat kanker (Bleomicyn) mempunyai efek samping
mual, muntah, alopesia
Kortikosteroid (deksametason) dpt mengakibatkan
peningkatan TD, glukosa darah, osteoporosis, cushing
Syndrom
Tetapi pada saat lain efek samping dapat menjadi reaksi
yang merugikan (efek yang tdk diharapkan dan terjadi
pada dosis normal)
Cth :
 Kloramfenikol mempunyai reaksi merugikan yang
tidak diingikan yaitu anemia aplastis, syok
anafilaksis, syndrom gray
 Metaproterenol dg efek merugikan takikardia
INTERAKSI OBAT
Interaksi dapat terjadi jika terdapat dua atau lebih obat
yang diberikan sehingga memberikan efek yang tidak
diinginkan atau memberikan efek saling mengganggu
Cth : Asetosal dan dikumarol kedua obat tersebut
memberikan efek penguatan sehingga dpt
menimbulkan perdarahan
Luminal dan antikoagulan interaksi kedua obat
tersebut dpt menurunkan akvitas khasiatnya
Interaksi obat dengan makanan sebagian besar
mengakibatkan penurunkan absorpsi obat tersebut
sehingga aktivitasnya menurun
Cth : Captopril dan makanan dapat menurunkan
absorpsi captopril, demikian halnya dengan tetrasiklin
dan susu (logam bervalensi dua, kalsium) dapat
mengakibatkan ikatan kompleks yang dapat
mengganggu proses pembentukan gigi dan tulang
LAMA PERJALANAN OBAT
WAKTU YANG DIBUTUHKAN HINGGA
MEMBERIKAN EFEK
 Intravenous 30-60 detik
 Inhalation 2-3 menit
 Sublingual 3-5 menit
 Intramuscular 10-20 menit
 Subcutaneous 15-30 menit
 Rectal 5-30 menit
 Ingestion 30-90 menit
 Transdermal (topical) variable (menit hingga
jam)
TERAPI OBAT

FASE
BIOFARMASI

SEDIAAN OBAT

ABSORPSI
METABOLISME
DISTRIBUSI
EKSKRESI

FASE FASE
FARMAKODINAMI FARMAKOKINETI
K K
RUTE PEMBERIAN OBAT

PER ORAL

PER ORAL : Rute pemberian obat yang paling banyak


digunakan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pd pemberian
obat secara oral :
 Keadaan lambung (hiperaciditas)
 Keberadaan makanan
 Motilitas lambung (nyeri, kehamilan dan persalinan)
PARENTERAL /
INJEKSI

PARENTERAL : Rute pemberian obat dg cara


disuntikkan ke dalam tubuh pada berbagai tempat dg
tujuan untuk mencapai efek yang lebih cepat
PARENTERAL :
Rute pemberian obat
dg cara disuntikkan ke
dalam tubuh pada
berbagai tempat dg
tujuan untuk mencapai
efek yang lebih cepat.
Obat yang rusak atau diinaktifkan dalam sal.
cerna atau tidak diabsorpsi, diberikan dalam
bentuk sediaan parenteral
Suatu hal yang merugikan adalah sekali obat
sdh disuntikkan tidak dapat lagi dikeluarkan.
PER RECTAL /
PER VAGINAL

PER RECTAL/PER
VAGINAL : Rute pemberian
obat dg cara memasukkan
sediaan obat ke dalam dubur /
vagina dimana obat melunak
atau melebur, melepaskan zat
aktif dan memberikan aksinya
INHALASI /
AEROSOL

INHALASI / AEROSOL : Rute pemberian obat


dg cara mensemprotkan sediaan obat yang diberi
tekanan untuk masuk melalui mulut.
TETES / GUTTAE

TETES : Rute pemberian obat dg cara


meneteskan masuk ke dalam : Mulut (Obat
tetes mulut yang biasa diberikan pada anak-
anak), Mata, Telinga dan Hidung
KUMUR /
GARGEL

KUMUR / GARGEL : Rute pemberian obat dg


cara memasukkan larutan obat ke dalam mulut
kemudian dikumur, tidak untuk ditelan
TOPIKAL

TOPIKAL : Rute pemberian obat dg cara


menggosokkan atau mengoleskan obat ke
permukaan kulit sehingga zat aktif akan
melakukan penetrasi ke dalam kulit
BENTUK SEDIAAN OBAT
Sediaan farmasi berdasarkan konsistensinya :
1. Sediaan padat/solid
Ex : Tablet, Kaplet, pil, Supp, kaps, bacilla,
ovula, pulvis
2. Sediaan setengah padat/semisolid
Ex : salep, krim, pasta, gel
3. Sediaan cair
Ex : Larutan, emulsi, guttae, syr, infus, extract,
tingtura, injeksi.
4. Sediaan gas/aerosol
Ex : Aerosol
34
BENTUK SEDIAAN
OBAT
TABLET : Hampir sebagian
besar digunakan oleh
masyarakat, keuntungannya
mudah digunakan, dibawa,
dosis tepat, tdk meninggalkan
bekas. Kerugiannya tdk dpt
digunakan pd orang gangguan
pencernaan atau pingsan
JENIS TABLET :
Tablet tidak bersalut : Parasetamol tablet
Tablet bersalut gula : Viliron tablet (bersalut
coklat, vitamin)
Tablet di bawah lidah : Cedocard tablet (isosorbid,
serangan jantung)
Tablet bersalut enterik : Voltaren tablet (diklofenak,
analgesik)
Tablet buih (effefercent) : Redoxon tablet (vitamin)
Tablet kunyah : Antasida tablet
KAPSUL : Keuntungannya
mudah digunakan, dibawa,
dosis tepat, tdk meninggalkan
bekas, dpt menutupi bau yg tdk
enak dari bahan obat,
bentuknya menarik.
Kerugiannya tdk dpt digunakan
pd orang gangguan pencernaan
atau pingsan
JENIS KAPSUL :
Kapsul yg terbuat dari gelatin (keras) : Incidal
kapsul (antialergi) (berisi serbuk), Eryc kapsul
(antibiotik) (berisi granul)
Kapsul yg terbuat dari gelatin (lunak) :
Minyak ikan kapsul (vitamin) (berisi minyak)
INJEKSI : Sediaan obat steril,
digunakan utk memperoleh efek yg
cepat (emergency).
JENIS INJEKSI
Vial/Flacon : Dosis ganda
(digunakan beberapa kali), Adidryl
injeksi (antihistamin)
Ampul : Dosis tunggal (digunakan
sekali pakai), Lidocain injeksi
(anastesi lokal)
Infus intravenus : Dosis ganda dalam
jumlah besar, Ringer laktat infus
SIRUP / ELIKSIR : Sediaan
obat dalam bentuk cair dg rasa
dan bau yang enak, biasanya
diberikan pada anak-anak atau
orang dewasa yang tidak dpt
minum obat dlm bentuk padat
atau rasa pahit
JENIS SIRUP / ELIKSIR :
Parasetamol sirup (antipiretik),
Bisolvon eliksir (batuk),
Amoksisilin sirup kering
EMULSI / SUSPENSI : Sediaan
obat dalam bentuk cair (zat aktif
yang tidak larut)dg rasa dan bau
yang enak, biasanya diberikan
pada anak-anak atau orang dewasa
yang tidak dpt minum obat dlm
bentuk padat atau rasa pahit
JENIS EMULSI / SUSPENSI :
Minyak ikan emulsi, Ponstan
suspensi (analgetik)
SUPPOSITORIA : Sediaan obat
dalam bentuk setengah padat
dimasukkan ke dalam
rectal/vaginal, diberikan kepada
penderita yang mengalami
gangguan pencernaan atau
gangguan absorpsi zat aktif dlm
sal. cerna
JENIS SUPPOSITORIA :
Albothyl ovula (vagina, vaginitis),
Profenid supp (rectal, analgetik),
Dulcolax supp (rectal, laksativ)
TETES : Sediaan obat dalam
bentuk cair, diteteskan pada
mata, mulut, hidung, telinga
JENIS TETES : Visine tts
mata, Otrivin tts hidung,
Kloramfenikol tetes telinga,
Mycostatin tts mulut
OINTMENT/KRIM :
Sediaan obat dalam bentuk
setengah padat diberikan pada
bg yang sakit (lokal)
JENIS OINTMENT/KRIM :
Teramycin salep mata,
Hidrokortison 2,5% krim utk
kulit
KUMUR/GARGEL/
MOUTHWASH : Sediaan
obat dalam bentuk cair
dimasukkan kedlm mulut utk
dikumur
JENIS KUMUR/GARGEL/
MOUTHWASH : Listerin,
Cepacol, Engkasari
AEROSOL : Sediaan obat
dalam bentuk gas bertekanan
dimasukkan kedlm mulut utk
disemprotkan
JENIS AEROSOL : Alupent
spray (Asma, metaproterenol)
DOSIS OBAT
Dosis suatu obat : adalah dosis pemakaian sekali untuk
peroral atau injeksi
Dalam pemberian terapi obat yg rasional, DOSIS
OBAT merupakan faktor penting dlm menghasilkan
efek yang diinginkan, bahkan dpt membahayakan jika
terjadi OVER DOSIS
Untuk menetapkan dosis yang tepat, perlu diketahui
macam-macam dosis :
DOSIS TERAPI (DT) : Dosis individual yg tertulis di
resep dg tujuan pengobatan
DOSIS LAZIM (DL) : Dosis yang tercantum di
literatur yg lazimnya dapat menyembuhkan, dosis
tersebut sebagai acuan dalam menetapkan dosis terapi
per individual
DOSIS MAKSIMUM (DM) : Dosis terbesar yg dpt
memberikan efek terapi tanpa menimbulkan bahaya
Faktor yg mempengaruhi DOSIS OBAT :
 Umur
 Berat Badan
 Luas permukaan tubuh
 Jenis kelamin
 Status patologi
 Toleransi
 Obat yg diberikan bersamaan
 Waktu pemakaian
 Bentuk sediaan dan cara pemakaian
RUMUS MENGHITUNG DOSIS

W
CLARK : X DM Dewasa
70
n
YOUNG : X DM Dewasa
n  12

n
DILLING : X DM Dewasa
20
m
FRIED : X DM Dewasa
150

n 1
COWLING : X DM Dewasa
24

Keterangan :
W = Berat Badan ( Kg )
n = Umur ( tahun )
m = Umur ( bulan)
KALKULASI KECEPATAN
INFUS

Kolf (ml )  Tetesan ( gtt / menit / mikro (60) / makro (20))


=
Jam  60(menit )
Soal
1. Berapa kecepatan aliran diperlukan untuk
memasukkan 500 ml dekstrosa 5 %dalam air selama
8 jam ! Larutan itu memberikan 15 tetes/ml.
2. Berapa cepat harus kita berikan larutan yang
mengandung 1.000 mg Lignocain dalam 500 ml
larutan agar pasien mendapat 3 mg/menit (bila 1
ml larutan itu mengandung 60 tetes) ?
3. Berapa tetes per menit harus dipertahankan
untuk memberi NaCl fisiologis sebanyak 1 L
selama 12 jam bila 1 ml mengandung 15 tetes ?
Soal
4. Berapa tetes per menit harus dipertahankan
untuk memberi 50 ml dekstrosa 10 % dalam 1
jam, bila 1 ml mengandung 60 tetes ?
5. Berapa tetes per menit dibutuhkan untuk
memberi aminofilin sebanyak 1 mg/menit bila 1
ml mengandung 15 tetes ? Larutan infus yang
tersedia mengandung 250 mg aminofilin dalam
500 ml.
6. Diintruksikan memberi ampisilin dengan
kecepatan 100 mg/jam, bila 1 ml mengandung 60
tetes. Larutan infus mengandung 500 mg
ampisilin per 500 ml. Berapa tetes per menit ?
KonsentrasiYangDimnta
X=  JumlahYgDimnta
KonsentrasiYangTerse dia
PENGKAJIAN EFEK SAMPING
Efek terapeutik
OBAT
Jenis terapi/pengobatan :
1. Terapi kausal
2. Terapi simptomatis
3. Terapi substitusi
Efek obat yang tidak diinginkan dalam terapi :
1. EFEK SAMPING OBAT/side effect : Efek yang
tidak diinginkan dari suatu pengobatan.
2. Idiosinkrasi
3. Alergi
4. Fotosensitasi
Efek toksis
Efek teratogen

Toleransi :
1. Primer
2. Sekunder
3. Silang
4. Tachyfylaxis

Habituasi
Adiksi
Resistensi

Anda mungkin juga menyukai