Anda di halaman 1dari 78

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Pengertian obat, sumber dan


penggolongannya
Memahami prinsip dan aspek
farmakologi
Memahami perjalanan obat dalam
tubuh
Memahami dosis, efek samping dan
interaksi obat
Memahami rute pemberian obat
Memahami bentuk sediaan obat
DEFINISI

• FARMAKOLOGI
Ilmu yang mempelajari pengetahuan
obat dengan seluruh aspeknya, baik
sifat kimiawi maupun fisikanya,
kegiatan fisiologi, resorpsi dan
nasibnya dalam tubuh.
Farmasi

Ilmu yg mempelajari tentang cara


pemuatan, cara penyediaan, cara
pemcampuran, formulasi obat ( Dosage
form ), termasuk juga penyerahan obat
kepada pasien, standar dosis dan kontrol
kualitas obat
Toksikologi

Ilmu yg mempelajari tentang efek


toksis dari berbagai racun, zat kimia
( termasuk obat ) lainnya pada
tubuh manusia yg dapat
menimbulkan Kelainan dan
kematian
Khemoterapi

Penggunaan zat – zat kimia dalam


pengobatan penyakit infeksi,
istilah ini juga digunakan untuk zat
– zat kimia untuk pengobatan
neoplasma
Para perawat mempelajari

 Pengenalan obat, pengelompokan obat


ditinjai dari bernabai dasar
 Penggunaan obat untuk tujuan
pengobatan, diagnosa, dan pencegahan
penyakit
 Cara pengolahan obat meliputi;
penyimpanan persiapam pemberian,
minotoring efek samping obat
 Penyalagunaan dan penggunaan salah
obat dengan segala akibatnya pada
masyarakat
OBAT
Adalah merupakan zat baik
kimiawi, hewani, maupun nabati
yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit berikut
gejalanya.
Sumber–sumber obat:
 Tumbuhan ( Flora, Nabati ) Contohnya:
Kina, Minyak Jarak, dll
 Hewan ( Fauna, Hayati, Contohnya: Minyak
ikan, Cera, dll.
 Mineral ( Pertambangan ) Contohnya: KI,
NaCl, Vaselin, dll
 Sintetis ( Tiruan / Buatan ) contohnya:
Vitamin C
 Mikroba ( Antibiotika ) Contohnya:
Penicillin, dll
Penggolongan Obat:
Menurut kegunaannya;

1. Propylactis ( Penggunaan / pemakaian


obat untuk mencegah penyakit )
2. Terapeutic ( penggunaan / pemakaian
obat untuk penyembuhan penyakit
3. Diagnostic ( Penggunaan / pemakaian
obat untuk mendiagnosa penyakit
Penggolongan Obat

Menurut Etiketnya;

1. Medicamentorum ad usum internum


( Untuk pemakaian dalam ) dengan
menggunakan etiket putih
2. Medicamentorum ad usum eksternum
( Untuk pemakaian luar ) dengan etiket
biru
Penggolongan Obat

Menurut cara penggunaannya;

1. Melalui oral ( Tablet, Kapsul, dll )


2. Secara Parenteral ( Injeksi, dll )
3. Topikal ( salep , Krim, dll )
4. Secara inhalasi ( Aerosol, dll )
5. Rektal ( Suppositoria, dll )
Penggolongan Obat:

Menurut peraturan per–UU-an;

1. Obat narkotika ( UU No. 35 / 2009 )


2. Obat Psikotropika ( UU No. 5 / 1997 )
3. Obat keras daftar G ( UU obat keras St.
No. 419 tahun 1949 )
4. Obat bebas terbatas
5. Obat bebas
6. Obat wajib apotek ( OWA )
FARMAKOTERAPI
Mempelajari penggunaan obat dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit.
cth. glibenklamid diabetes mellitus
TERAPI OBAT
Proses perjalanan obat ke dalam
tubuh hingga memberikan efek dapat
dibagi menjadi tiga tahap :
 Aspek Biofarmasi
 Prinsip Farmakokinetik
 Prinsip Farmakodinamik
PERJALANAN OBAT
ASPEK BIOFARMASI Sediaan obat
Pengaruh formulasi obat terhadap efek terapinya.
cth.
Sirup parasetamol (anak) Demam

Tablet parasetamol (dewasa) Demam


Faktor formulasi yang dapat
dapat merubah efek obat
dalam tubuh :
 Bentuk fisik zat aktif
 Bentuk kimiawi
 Zat aditif (zat tambahan)
 Teknologi pembuatan
sediaan obat
ASPEK
BIOFARMASI

Zat aktif
TabletGranul Zat aktif
terlepas terlepas
melarut
KETERSEDIAAN TERAPI :
Ukuran waktu yang diperlukan oleh obat
untuk melepaskan diri dari bentuk
sediaannya dan siap untuk proses absorpsi
Cth. Waktu melarut tablet bersalut

KETERSEDIAAN HAYATI (BA) :


Persentase obat yang diabsorpsi tubuh dari
suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk
melakukan efek terapinya
KETERSEDIAAN FARMASI
(Therapeutical Equivalent)

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat


paten yang meliputi kecepatan melarut dan
jumlah kadar zat berkhasiat yang harus
dicapai di dalam darah
PRINSIP FARMAKOKINETIK
Bagaimana tubuh menangani obat
Konsentrasi obat dlm plasma dan jaringan
tubuh tergantung cara obat diperlakukan
oleh tubuh
Tubuh menangani obat melalui 4 tahap :
 Absorpsi
 Distribusi
 Metabolisme (Biotransformasi)
 Eliminasi
ABSORPSI merupakan proses
yang membuat obat tersedia di dalam
cairan tubuh untuk didistribusikan.
Absorpsi sangat tergantung pada :
 Rute cara pemberian
 Kelarutan obat
 Kemampuan difusi melalui sel membran
 Konsentrasi obat
 Sirkulasi letak absorpsi
 Luas permukaan kontak obat
DISTRIBUSI Merupakan proses
perjalanan obat keseluruh tubuh
Proses ini dipengaruhi oleh :
 Pengikatan protein plasma
 Kelarutan obat dlm lipid
 Keterikatan obat
 Aliran darah ke dlm organ dan keadaan

sirkulasi
 Kondisi penyakit
METABOLISME Proses dimana
tubuh menghadapi benda asing dan
melakukan detoksifikasi (metabolit yg
toksik) dari suatu obat dan metabolit yang
toksik akan dieliminasi.
Sebagian besar berlangsung dalam hati,
dapat juga berlangsung di sal. cerna dan
sistem saraf pusat (yg memiliki enzim
untuk metabolisme obat)
Faktor yang mempengaruhi proses
metabolisme obat dalam tubuh adalah :
 Gangguan fungsi hati (ibu hamil yg
malnutrisi, sirosis hati, hepatitis, bayi
kurang gizi)
 Genetik
 Usia (bayi lebih lambat memetabolisme
obat)
ELIMINASI Proses pengeluaran
(ekskresi) metabolit toksik (detoksifikasi)
dalam melindungi tubuh.
Sebagian besar eliminasi melalui ginjal
Beberapa jalur pengeluaran melalui organ
tubuh :
Ginjal (urin), Kulit (keringat), Hati (empedu),
Paru (pernafasan), ASI (alkohol, nikotin,
obat tidur), Usus (sulfa dan preparat besi)
Pemahaman tentang farmakokinetik akan
memberikan dasar yg rasional dalam :
 Merancang pemberian dosis obat yg
tepat dan efektif
 Perancang pemberian dosis obat pada
gangguan organ yang berperan dalam
proses farmakokinetik obat
 Memilih obat yg sesuai dengan kondisi
organ tubuh yg mengalami gangguan
 Meramalkan dampak negatif obat yg
dapat terjadi pada organ tubuh vital
 Mencegah interaksi farmakokinetik
obat yg merugikan pengobatan
 Merancang pengobatan yg efektif,
aman serta ekonomis
Skema hubungan ADME dan konsentrasi pada
tempat kerja obat:

Tempat kerja Depot jaringan


( reseptor)
Terikat === Bebas Terikat === Bebas

Plasma

Absorpsi Ekskresi
Obat bebas

Obat terikat Metabolit

Metabolisme
PRINSIP FARMAKODINAMIK Efek
apakah yang ditimbulkan obat terhadap
tubuh (kerja obat pd tubuh)
Obat bekerja sebagai hasil interaksi
fisika-kimia antara molekul obat dan
molekul tubuh. Hasil interaksi tersebut
dapat mengubah cara kerja sel sehingga
menimbulkan perubahan pada tubuh
cth. Parasetamol
Menghambat enzim siklooksigenase-2
(cox-2) sehingga tidak terbentuk
prostaglandin dan rasa nyeri /
demam menjadi berkurang atau hilang
Sebagian besar molekul obat bekerja
melalui :
Reseptor protein pd membran sel atau di
dlm sel
Saluran ion di dlm membran sel
Enzim dlm sel atau cairan ekstrasel
Kerja yg nonspesifik
MEKANISME KERJA
Efek obat interaksi obat dengan
reseptor pada sel

OBAT + RESEPTOR EFEK


O R TERAPI

Interaksi obat dengan reseptor


Perubahan biokimia dan fisiologi
Respon khas untuk obat tersebut
RESEPTOR
Kebanyakan reseptor berstruktur PROTEIN
ditemukan pada membran sel. Sebagian
besar aktifitas obat akan memberikan
aksinya jika berikatan dg reseptor
(diilustrasikan sebagai kunci yang masuk
dg tepat kedalam lubang kunci)
Obat yg menghasilkan respon disebut
AGONIS dan obat yang menghambat
respon disebut ANTAGONIS
Cth : Cimetidine menghambat
(antagonis) reseptor H2 (H2 Blocker)
sehingga mencegah sekresi asam
lambung yang berlebihan
Metaproterenol merangsang (agonis)
reseptor beta2 sehingga meningkatkan
bronkodilator (pelebaran bronkus)
OBAT DAN
RESEPTOR
RESEPTOR OBAT komponen
makromolekul fungsional yang mencakup
2 konsep penting :
1. Obat dapat mengubah kecepatan
kegiataan faal
2. Obat tidak menimbulkan suatu fungsi
baru, tetapi memodulasi fungsi yang
baru
Komponen reseptor protein, asam
nukleat
TERAPI OBAT

FASE
BIOFARMASI

SEDIAAN
OBAT
ABSORPSI
METABOLISM
E DISTRIBUSI
EKSKRESI

FASE FASE
FARMAKODINAM FARMAKOKINETI
IK K
1. ASPEK
BIOFARMASI
Tablet dengan Tablet pecah (zat Zat aktif lepas
zat aktif penghancur) dan larut

Absorpsi
2. ASPEK Distribusi
FARMAKOKINETIKA
Metabolisme
Ekskresi/Eliminasi
Interaksi dengan reseptor
ditempat kerja
(mekanisme kerja)
Obat siap
untuk bekerja
Efek 3. ASPEK
FARMAKODINAMIKA
Hubungan Materi ini dengan proses
keperawatan
• Perlu seorang perawat mengingat bahwa obat-
obat dalam bentuk cair diabsorpsi lebih cepat
dari pada bentuk padat
• Kaji tanda – tanda dan gejala – gejala dari
toksisitas obat
• Kaji efek samping obat yg non sfesifik, Mis;
atropin untuk takikardia, mulut dan
tenggorokan kering, konstipasi, retensi urine
dan penglihatan kabur
• Periksa kadar puncak dan terendah dari obat –
obat yg mempunyai batas terapeutik yg
sempit, seperti aminolgikosida, jika kadar
terendah terlalu tinggi, timbul efek toksis
Intervensi keperawatan
 Anjurkan pasien untuk tdk memakan makanan yg
berlemak sebelum minum tablet bersalut enterik,
karena dapat menurunkan kecepatan absorpsi
 Periksa keterangan obat - obat untuk persentase
pengikatan dengan protein, obat – obat ytg efek
pengikatan yg tinggi dengan protein sebagian
besar obatnya berikatan dengan protein
sehingga obat menjadi in aktif sampai dilepaskan
oleh protein
 Laporkan kepada perawat lain atau dokter jaga,
apabila ada obat dengan waktu paruh yg panjang
( lebih 24 jam ) dan diberikan hanya sekali sehari
 Pantau batas terapeutik yg sempit, mis; digoksin
dan lain - lain
EFEK SAMPING OBAT
EFEK SAPING OBAT : Efek yang tidak
diinginkan dari suatu pengobatan. Hampir
semua obat mempunyai efek samping.
Cth :
Obat batuk/Flu yang mengandung
antihistamin (difenhidramin/CTM)
mengakibatkan ngantuk
Obat kanker (Bleomicyn) mempunyai efek
samping mual, muntah, alopesia
Kortikosteroid (deksametason) dpt
mengakibatkan peningkatan TD, glukosa
darah, osteoporosis, cushing Syndrom
Tetapi pada saat lain efek samping dapat
menjadi reaksi yang merugikan (efek yang
tdk diharapkan dan terjadi pada dosis
normal)
Cth :
 Kloramfenikol mempunyai reaksi
merugikan yang tidak diingikan yaitu
anemia aplastis, syok anafilaksis, syndrom
gray
 Metaproterenol dg efek merugikan
takikardia
INTERAKSI OBAT
Interkasi dapat terjadi jika terdapat dua
atau lebih obat yang diberikan sehingga
memberikan efek yang tidak diinginkan
atau memberikan efek saling mengganggu
Cth : Asetosal dan dikumarol kedua obat
tersebut memberikan efek penguatan
sehingga dpt menimbulkan perdarahan
Luminal dan antikoagulan interaksi kedua
obat tersebut dpt menurunkan akvitas
khasiatnya
Interkasi obat dengan makanan sebagian
besar mengakibatkan penurunkan absorpsi
obat tersebut sehingga aktivitasnya
menurun
Cth : Captopril dan makanan dapat
menurunkan absorpsi captopril, demikian
halnya dengan tetrasiklin dan susu (logam
bervalensi dua, kalsium) dapat
mengakibatkan ikatan kompleks yang
dapat mengganggu proses pembentukan
gigi dan tulang
LAMA PERJALANAN OBAT
WAKTU YANG DIBUTUHKAN HINGGA
MEMBERIKAN EFEK
 Intravenous 30-60 detik
 Inhalation 2-3 menit
 Sublingual 3-5 menit
 Intramuscular 10-20 menit
 Subcutaneous 15-30 menit
 Rectal 5-30 menit
 Ingestion 30-90 menit
 Transdermal (topical) variable (menit
hingga jam)
DOSIS OBAT
Dosis suatu obat : adalah dosis pemakaian
sekali untuk peroral atau injeksi
Dalam pemberian terapi obat yg rasional,
DOSIS OBAT merupakan faktor penting dlm
menghasilkan efek yang diinginkan, bahkan
dpt membahayakan jika terjadi OVER DOSIS
Untuk menetapkan dosis yang tepat, perlu
diketahui macam-macam dosis :
DOSIS TERAPI (DT) : Dosis individual yg tertulis di resep
dg tujuan pengobatan
DOSIS LAZIM (DL) : Dosis yang tercantum di literatur yg
lazimnya dapat menyembuhkan, dosis tersebut sebagai
acuan dalam menetapkan dosis terapi per individual
Dosis Minimal : Batas Minimal obat sdh memberikan
efek terapi
DOSIS MAKSIMUM (DM) : Dosis terbesar yg dpt
memberikan efek terapi tanpa menimbulkan bahaya /
batas maksimal
Dosis toksis: Menyebabkan koksik
Dosis Lethalis : Menyebabkan Kematian
Faktor yg mempengaruhi DOSIS OBAT :
 Umur
 Berat Badan
 Luas permukaan tubuh
 Jenis kelamin
 Status patologi
 Toleransi
 Obat yg diberikan bersamaan
 Waktu pemakaian
 Bentuk sediaan dan cara pemakaian
RUMUS MENGHITUNG DOSIS

W
CLARK : X DM Dewasa
70
n
YOUNG : X DM Dewasa
n  12

n
DILLING : X DM Dewasa
20
m
FRIED : X DM Dewasa
150

n 1
COWLING : X DM Dewasa
24

Keterangan :
W = Berat Badan ( Kg )
n = Umur ( tahun )
m = Umur ( bulan)
• Perhitungan Lihat Buku Mata ajar
Farmakologi Keperawatan
RUTE PEMBERIAN OBAT

PER ORAL

PER ORAL : Rute pemberian obat yang paling


banyak digunakan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pd
pemberian obat secara oral :
 Keadaan lambung (hiperaciditas)
 Keberadaan makanan
 Motilitas lambung (nyeri, kehamilan dan
persalinan)
PARENTERAL /
INJEKSI

PARENTERAL : Rute pemberian obat dg cara


disuntikkan ke dalam tubuh pada berbagai
tempat dg tujuan untuk mencapai efek yang
lebih cepat
PARENTERAL :
Rute pemberian
obat dg cara
disuntikkan ke
dalam tubuh
pada berbagai
tempat dg tujuan
untuk mencapai
efek yang lebih
cepat.
Obat yang rusak atau diinaktifkan
dalam sal. cerna atau tidak
diabsorpsi, diberikan dalam bentuk
sediaan parenteral
Suatu hal yang merugikan adalah
sekali obat sdh disuntikkan tidak
dapat lagi dikeluarkan.
PER RECTAL /
PER VAGINAL

PER RECTAL/PER
VAGINAL : Rute
pemberian obat dg cara
memasukkan sediaan
obat ke dalam dubur /
vagina dimana obat
melunak atau melebur,
melepaskan zat aktif
dan memberikan
aksinya
INHALASI /
AEROSOL

INHALASI / AEROSOL : Rute pemberian


obat dg cara mensemprotkan sediaan
obat yang diberi tekanan untuk masuk
melalui mulut.
TETES /
DROPS

TETES : Rute pemberian obat dg cara


meneteskan masuk ke dalam : Mulut
(Obat tetes mulut yang biasa
diberikan pada anak-anak), Mata,
Telinga dan Hidung
KUMUR /
GARGEL

KUMUR / GARGEL : Rute pemberian


obat dg cara memasukkan larutan
obat ke dalam mulut kemudian
dikumur, tidak untuk ditelan
TOPIKAL

TOPIKAL : Rute pemberian obat dg


cara menggosokkan atau
mengoleskan obat ke permukaan
kulit sehingga zat aktif akan
melakukan penetrasi ke dalam kulit
BENTUK SEDIAAN
OBAT
TABLET : Hampir
sebagian besar digunakan
oleh masyarakat,
keuntungannya mudah
digunakan, dibawa, dosis
tepat, tdk meninggalkan
bekas. Kerugiannya tdk
dpt digunakan pd orang
gangguan pencernaan
atau pingsang
JENIS TABLET :
Tablet tidak bersalut : Parasetamol
tablet
Tablet bersalut gula : Viliron tablet
(bersalut coklat, vitamin)
Tablet di bawah lidah : Cedocard tablet
(isosorbid, serangan jantung)
Tablet bersalut enterik : Voltaren tablet
(diklofenak, analgesik)
Tablet buih (effefercent) : Redoxon tablet
(vitamin)
Tablet kunyah : Antasida tablet
KAPSUL :
Keuntungannya mudah
digunakan, dibawa, dosis
tepat, tdk meninggalkan
bekas, dpt menutupi bau
yg tdk enak dari bahan
obat, bentuknya menarik.
Kerugiannya tdk dpt
digunakan pd orang
gangguan pencernaan
atau pingsang
JENIS KAPSUL :
Kapsul yg terbuat dari gelatin (keras)
: Incidal kapsul (antialergi) (berisi
serbuk), Eryc kapsul (antibiotik)
(berisi granul)
Kapsul yg terbuat dari gelatin (lunak)
: Minyak ikan kapsul (vitamin) (berisi
minyak)
INJEKSI : Sediaan obat steril,
digunakan utk memperoleh
efek yg cepat (emergency).
JENIS INJEKSI
Vial/Flacon : Dosis ganda
(digunakan beberapa kali),
Adidryl injeksi (antihistamin)
Ampul : Dosis tunggal
(digunakan sekali pakai),
Lidocain injeksi (anastesi
lokal)
Infus intravenus : Dosis
tunggal dalam jumlah besar,
SIRUP / ELIKSIR :
Sediaan obat dalam
bentuk cair dg rasa dan
bau yang enak, biasanya
diberikan pada anak-anak
atau orang dewasa yang
tidak dpt minum obat dlm
bentuk padat atau rasa
pahit
JENIS SIRUP / ELIKSIR :
Parasetamol sirup
(antipiretik), Bisolvon
eliksir (batuk), Amoksisilin
sirup kering
EMULSI / SUSPENSI :
Sediaan obat dalam bentuk
cair (zat aktif yang tidak
larut)dg rasa dan bau yang
enak, biasanya diberikan
pada anak-anak atau orang
dewasa yang tidak dpt
minum obat dlm bentuk
padat atau rasa pahit
JENIS EMULSI /
SUSPENSI : Minyak ikan
emulsi, Ponstan suspensi
(analgetik)
SUPPOSITORIA : Sediaan
obat dalam bentuk
setengah padat
dimasukkan ke dalam
rectal/vaginal, diberikan
kepada penderita yang
mengalami gangguan
pencernaan atau gangguan
absorpsi zat aktif dlm sal.
cerna
JENIS SUPPOSITORIA :
Albothyl ovula (vagina,
vaginitis), Profenid supp
(rectal, analgetik), Dulcolax
TETES : Sediaan obat
dalam bentuk cair,
diteteskan pada mata,
mulut, hidung, telinga
JENIS TETES : Visine tts
mata, Otrivin tts hidung,
Kloramfenikol tetes
telinga, Mycostatin tts
mulut
OINTMENT/KRIM :
Sediaan obat dalam
bentuk setengah padat
diberikan pada bg yang
sakit (lokal)
JENIS
OINTMENT/KRIM :
Teramycin salep mata,
Hidrokortison 2,5% krim
utk kulit
KUMUR/GARGEL/
MOUTHWASH :
Sediaan obat dalam
bentuk cair
dimasukkan kedlm
mulut utk dikumur
JENIS
KUMUR/GARGEL/
MOUTHWASH :
Listerin, Cepacol,
Engkasari
AEROSOL : Sediaan
obat dalam bentuk gas
bertekanan dimasukkan
kedlm mulut utk
disemprotkan
JENIS AEROSOL :
Alupent spray (Asma,
metaproterenol)
PENANDAAN SEDIAAN OBAT

Obat bebas

Obat bebas
terbatas

Obat keras

Obat narkotika
Peringatan Obat bebas terbatas
• P.No.1, Awas obat keras, Bacalah aturan pakainya
Contoh : Sirup Komix
• P. No.2, Awas obat keras, hanya untuk dikumur,
jangan ditelan Contoh: Albothyl
• P. No.3, Awas obat keras, hanya untuk bagian luar
dari badan Contoh: Betadin
• P. No.4, Awas obat keras, hanya untuk dibakar
Contoh: Serbuk untuk obat asma
• P. No. 5, Awas obat keras, tidak boleh ditelan
Contoh: Betadin Vagina Douche
• P. No.6, Awas obat keras, Obat wasir jangan
ditelan Contoh: Anusol Suppositoria

Anda mungkin juga menyukai