Anda di halaman 1dari 49

OBAT-OBAT SISTEM

INDRA DAN
RESPIRATORI

Devi Usdiana Rosyidah, dr. M. Sc


Department of Pharmacology
Faculty of Medicine UMS
2019
Formularium nasional
• Mata : manitol, tetrakain, amfoterisin B, asam fusidat, asiklovir, gentamisin,
kloramfenikol, levofloksasin, moksifloksasin, natamisin, siprofloksasin,
tobramisin, betametason, fluorometolon, natrium diklofenak, olopatadin,
prednisolon, atropin, tropikamid, asetazolamid, betaksolol, brinzolamid,
gliserin, latanoprost, pilokarpin, timolol, travoprost, dinatrium edetat,
karboksimetil selulosa, natrium fluoresein, natrium hialuronat
• THT : flutikason furoat, hidrogen peroksida, karbogliserin, kloralhidrat,
kloramfenikol, lidokain, oksimetazolin, ofloksasin, triamsinolon asetonid,
Respiratori :
• Antiasma : aminofilin, budesonid, deksametason, epinefrin, fenoterol HBr,
flutikason propionat, ipratropium bromide, kombinasi, metilprednisolon,
prokaterol, salbutamol, teofilin, terbutalin,
• Antitusif : kodein
• Ekspektoran : n asetil sistein
• PPOK : indakaterol, ipratropium bromide, kombinasi, tiopropium,
LO
• Nama obat, sediaan, dosis, lama pemberian
• Mekanisme kerja, indikasi dan kontraindikasi
• Interaksi obat (untuk obat-obat tertentu)
Mata
Manitoltingkatkan tekanan osmosis,
Sediaan mannitol:100–500 ml of 10–20% solution infused i.v

Asetazolamidkarbonik anhidrase inhibitor


- Sediaan asetazolamid : injeksi 500 mg/vial, tablet/capsul 250
mg, 500 mg

- Mek. Kerja : Miotikum dan antiglaukomadiuretik


- Indikasi : glaukoma
• Glaukoma akut : dosis permulaan 500 mg sekali
sehari,dilanjutkan 4 kali sehari 250 mg.(oral)
• Glaukoma kronis: sehari 2-4 kali 125-250 mg (oral)
Mata
• Tetrakain
- Sediaan : Tetes mata 0,5 % atau 1 %
- MK : Anestesi topikal mata jenis ester
- Contoh brand name : cendopantocain TM
Mata : topikal mata
Antibiotik tetes mata
• Gentamisin : tetes mata 0,3 % dan salep
mata 0,3 %
• Kloramfenikol : tetes mata 0,5%
• Levofloksasin : tetes mata 0,5% atau mini
dose
• Moksifloksasin : tetes mata 0,5 %
• Siprofloksasin : tetes mata 0,3 %
• Tobramisin : tetes mata mini dose 3 mg
Aturan tetes mata : pakai 4-6 jam sekali 1-2
tetes
Aturan salep mata : 3 kali oles dalam sehari

Anti fungi :
• Natamisin : tetes mata 5 % (anti fungi)
Mata
• Betametason tetes mata
• fluorometolon 0,1%
- Sediaan : tetes mata
- MK : Anti inflamasi topikal mata
- Catatan : ES steroid : peningkatan TIO hati2 pemberian >
2 minggu
- Steroid : tidak untuk konjungtivitis bakteri masking efek,
tidak untuk herpes simplek mata (dendritis
keratitis)kekeruhan kornea menetap, tidak untuk
glaukoma sudut sempit
Mata
• Natrium diklofenak tetes mata 1 mg/mL
• untuk mengatasi pembengkakan serta peradangan non-
bakterial yang terjadi pada mata
• Menghambat kerja dari enzim siklooksigenasi (COX)
• 3 kali sehari 1 tetes segera setelah operasi dan dosis
pemeliharaan 3-5 kali sehari 1 tetes

• Olopatadin 0,1% / 0,2% / 0,7% eye drop AH


• Indikasi : pengobatan tanda dan gejala konjungtivitis alergi
• bahan aktif olopatadin HCl
• kemasan 5 mL
• 1 tetes 2 kali sehari dengan jeda waktu 6-8 jam
Mata
• atropin
- Sediaan : Tetes mata 0,5% ; 0,1% ; dan 0,01%
- MK : Midriatikum mata
THT
• flutikason furoat, triamsinolon asetonid,
- Sediaan : Semprot hidung 0,025%
- Dosis : 1 x/hari pagi hari
- MK : Anti inflamasi topikal, mengurangi jumlah sel mastosit
mukosa hidung
- Indikasi : rinitis
• hidrogen peroksida
- Sediaan : cairan 3 %
- Pada OE : cukup dibersihkan dengan kapas dibasahi H2O2
- Pada OMA std perforasi 3x4 tetes pd telinga sakit, diamkan
2-5 menit
THT
• karbogliserin
- Sediaan : tetes telinga 10 %
- Dosis : 2 kali/hari selama 3 hari atau beberapa hari
- MK : Pengencer /pelunak serumen
• kloramfenikol, ofloksasin,
- Sediaan : Tetes telinga 3 %
- dosis : 2 x 4 tetes/hari
- Lama pemberian : Evaluasi selama 7 hari pemberian
- MK : antibiotik topikal
- Catatan : Hati2 pada perforasi membran
tympaniototoksik
THT
• Lidokain
- Sediaan : Spray oral 10%
- MK : anestesi topikal
• Oksimetazolin
- Sediaan : Tetes hidung 0,025% ; 0,050%
- Dosis : Hanya boleh beberapa harimenghindari tjdnya
rinitis medikamentosa
- MK : Simpatomimetik kuat
- Indikasi : Dekongestan nasal topikal pada rinitis
- Catatan : Hati-hati efek rebound
• NaCl tetes hidung : untuk mengurangi hidung tersumbat,
biasanya diberikan untuk bayi atau anak
Respiratori
• Terapi Farmakologi Asma :
1. Simpatomimetik : albuterol, efedrin, isoproterenol, salmeterol,
terbutalin, formoterol)
2. Xantin : teofilin, aminofilin
3. Antikolinergik : ipatropium bromide
4. Kromolin Sodium dan Nedokromil
5. Kortikosteroid :
6. Antagonis Reseptor Leukotrien
7. Obat-Obat Penunjang :
a. Ketotifen Fumarat (AH1) menstabilkan sel mast dan
menghambat penglepasan mediator dari sel-sel yang
berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas.
b. N-Asetilsistein
Respiratori
• Aminofilin
- Sediaan : Tab 150 mg, 200 mg ; Injeksi 24 mg/mL
- iv harus disuntikkan perlahan-lahan selama 20-40
menitES
- Lama pemberian : Lihat tata laksana asma berdasar
beratnya keluhan, atau alur tata laksana asma
- MK : Antagonisme reseptor adenosin+inhibisi PDE,
Reaksasi otot polos bronkus, ada efek diuretik
- Indikasi : Asma, PPOK
- Catatan : Hati2 aritmia dan kejang
• Dosis Oral 100-300 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
Respiratori
• Teofilinmetilxantin dan anti muskarinik
- Sediaan : Tab 100 mg, 150 mg, tab lepas lambat 300 mg
- MK : Antagonisme reseptor adenosin+inhibisi PDE,
Relaksasi otot polos bronkus, ada efek diuretik
- Indikasi : asma, PPOK
• Dosis: 
• Dewasa: 130-150 mg, jika diperlukan dapat dinaikkan
menjadi 2 kalinya.
• Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-75
mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
• Tablet lepas lambat: 1 tablet per hari tergantung respons
masing-masing dan fungsi pernafasan
Respiratori
• salbutamol (albuterol)
- Sediaan : Tab 2 mg, 4 mg; Inhaler 1 mg/mL; MDI/aerosol
100 mcg/mL
- MK : Agonis selektif reseptor β2 adrenergik kerja
singkatbronkodilator
- Indikasi : MDI hanya untuk serangan asma akut dan atau
bronkhospasme yg menyertai PPOK, SOPT
- Inhaler Hanya untuk serangan asma akut dan atau
bronkospasme yang menyertai PPOK, SOPT (Sindrom
Obstruksi Paska Tuberkulosis)dipakai bila sesak nafas
- Catatan : Reseptor β2 banyak dijantunghati2 takikardia
Respiratori
• salbutamol (albuterol)
• Dosis: 
• Oral: 4 mg (lansia dan pasien yang sensitif dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari,
dosis tunggal, maksimal 8 mg. anak di bawah 2 tahun 200 mcg/kg bb 4 kali
sehari, 2- 6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari, 6-12 tahun 2 mg;
• Injeksi subkutan atau intramuskular: 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu;
• Infus intravena lambat: 250 mcg, diulang bila perlu.
• Infus intravena: awal 5 mcg/menit, lalu disesuaikan dengan respons dan denyut
jantung, lazimnya antara 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu;
• Inhalasi aerosol: 100-200 mcg (1-2 hirupan). Untuk gejala yang persisten 3-4 kali
sehari, anak 100 mcg (1 hirupan) dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hirupan)
bila perlu. Profilaksis untuk bronkospasme akibat latihan fisik, 200 mcg (2
hirupan), anak 100 mcg (1 hirupan);
• Inhalasi nebuliser: untuk bronkospasme kronis yang tidak memberikan respons
terhadap terapi konvensional dan untuk asma akut yang berat: Dewasa dan
Anak di atas 18 bulan 2,5 mg, diberikan sampai 4 kali sehari, atau 5 kali bila
perlu, tetapi perlu segera dipantau hasilnya, karena mungkin diperlukan alternatif
terapi lain. Kemanfaatan terapi ini untuk anak kurang dari 18 bulan masih
diragukan.
Respiratori
• Terbutalin
- Sediaan : Tab 2,5 mg; Syrup 1,5 mg/5 mL; Injeksi 0,5 mg/mL (sc, iv)
- Indikasi : Hanya untuk serangan asma dan atau PPOK akut
• Dosis: 
• oral: 2,5 mg 3 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian dinaikkan menjadi 5 mg 3
kali sehari. Anak: 75 mcg/kg bb 3 kali sehari, 7-15 tahun 2,5 mg 2-3 kali sehari;
• Injeksi subkutan, intramuskular, atau injeksi intravena lambat: 250-500 mcg
sampai 4 kali sehari, Anak 2-15 tahun 10 mcg/kg bb sampai maksimal 300 mcg;
• Infus intravena: dalam larutan yang mengandung 3-5 mcg/mL, 1,5-5 mcg/menit
selama 8-10 jam.
• Dosis untuk anak lebih kecil:
• Inhalasi aerosol: Dewasa dan Anak 250-500 mcg (1-2 hirupan), untuk gejala
persisten sampai 3-4 kali sehari;
• Inhalasi serbuk: 500 mcg (1 inhalasi); untuk gejala persisten hingga 4 kali sehari.
• Inhalasi nebuliser: 5-10 mg 2-4 kali sehari, dosis tambahan mungkin diperlukan
untuk asma akut yang berat. Anak di bawah 3 tahun 2 mg, 3-6 tahun 3 mg, 6-8
tahun 4 mg, lebih dari 8 tahun 5 mg, 2-4 kali sehari.
Respiratori
• Glukokortikoid
- menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang
terinflamasi
- meningkatkan efek obat beta adrenergik dengan
memproduksi AMP siklik
- inhibisi mekanisme bronkokonstriktor
- merelaksasi otot polos secara langsung
- penggunaan inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid
secara efektif dengan efek sistemik minimal
Respiratori
• Budesonid
- Sediaan : Inhaler 100mcg, 200 mcg; Vial inhaler 0,25
mg/mL
- MK : Anti inflamasi (steroid) topikal
- Indikasi : Mengatasi secara cepat asma akut maupun
kronik
• Dosis: 
• Terapi inhalasi glukokortikoid telah dimulai, asma berat,
pengurangan dosis atau pemberhentian glukokortikoid
oral: dewasa, 200-1200 mcg perhari, terbagi ke dalam 2-4
pemberian. Dosis pemeliharaan 200-400 mcg dua kali
sehari pagi dan malam, dapat ditingkatkan hingga 1200
mcg pada asma berat.
Respiratori
• Dexametason, metylprednisolon
- Sediaan : Tab 0,5 mg; Injeksi 5 mg/mL (iv); Tab 4 mg, 8
mg, 16 mg; Injeksi 125 mg
- MK : Anti inflamasi (steroid) sistemik
- Indikasi : Mengatasi secara cepat asma akut maupun
kronik (iv)
- Catatan : KI relatif : DM, tukak peptik, infeksi berat, ggn
kardiovaskuler
Respiratori
Respiratori
Respiratori
• efedrin, pseudoefedrin, fenilpropanolamin (PPA)
- Sediaan : Tablet 25 mg; Efedrin kombinasi obat flu 5 mg;
Pseudoefedrinkombinasi dengan obat flu 7,5 mg
- MK : Bronkorelaksasi, PPA : bronkorelaksasi > lemah dari
efedrin
• Dosis efedrin : 3 kali sehari, 15-60 mg. Anak 3 kali
sehari; anak kurang dari 1 tahun 7,5 mg, 1-5 tahun 15
mg, 6-12 tahun 30 mg.
Respiratori
• epinefrin (adrenalin)
- Sediaan : Injeksi 0,1 %
- MK : Vasokonstriktor dan bronkodilator cepat
- Indikasi : syock (anafilaktik, kardiogenik, dll)
- Adrenalin (epinefrin) dapat mengembalikan kondisi fisiologik dari
gejala darurat (seperti udem laring, bronkospasme, dan hipotensi)
yang disebabkan reaksi hipersensitif seperti anafilaksis dan
angioedema
• Pasien dengan alergi berat sebaiknya diajarkan untuk pemberian
sendiri injeksi adrenalin secara intramuskular. Injeksi segera
adrenalin sangat penting.
• Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) untuk injeksi
intramuskular (atau injeksi subkutan sebagai alternatif) pada syok
anafilaktik. 
Respiratori (adrenalin)
• Tabel berikut berisi dosis pemberian adrenalin yang
dianjurkan.
• Dosis di atas bisa diulangi beberapa kali, jika perlu tiap 5
menit, menurut tekanan darah, nadi dan fungsi
pernapasan, sampai terjadi perbaikan. 
• Injeksi subkutan umumnya tidak dianjurkan
Respiratori
• fenoterol HBr
- Sediaan : Aerosol 100 mcg/puff; Cairan inhaler 0,1%
- MK : Agonis selektif reseptor β2 adrenergikbronkodilator; Aerosol respon
terapi lebih cepat
- Catatan : ES disritmia
• Dosis: 
• Dewasa termasuk lansia dan anak 6-14 tahun:
• Episode asma akut: 1 vial unit dosis (0,5 mg fenoterol hidrobromida) pada
banyak kasus cukup untuk meringankan gejala. Pada kasus parah, jika
serangan belum dapat diringankan dengan satu vial unit dosis, maka 2 vial unit
dosis mungkin diperlukan. Pada kasus ini, pasien harus berkonsultasi dengan
dokter atau mengunjungi rumah sakit terdekat sesegera mungkin.
• Profilaksis asma yang dipicu olahraga: 1 vial unit dosis sampai dengan 4 kali
sehari.
• Asma bronkhial dan kondisi penyempitan saluran napas reversibel: jika
diperlukan pengulangan dosis, 1 vial unit dosis sampai dengan 4 kali sehari.
Respiratori
• flutikason propionat
- Sediaan : Cairan inhaler 0,5 mcg/dosis
- MK : Anti inflamasi (steroid) topikal
• Indikasi: 
• Profilaksis dan pengobatan rinitis alergik musiman, termasuk hay fever dan
rinitis alergik tahunan, profilaksis dan terapi asma.
• Dosis: 
• Rinitis alergik. Dewasa dan anak di atas 12 tahun, 100 mcg (2 semprotan) ke
dalam tiap lubang hidung 1 kali sehari disarankan pagi hari, dapat ditingkatkan
hingga 2 kali sehari, dosis maksimum per hari tidak lebih dari 200 mcg (4
semprotan) tiap lubang hidung. Anak 4-11 tahun, 50 mcg (1 semprotan) ke
dalam tiap lubang hidung 1 kali sehari, dapat ditingkatkan 2 kali sehari, dosis
maksimum per hari tidak lebih dari 2 semprotan tiap lubang hidung. 
• Asma. Dewasa dan anak di atas 16 tahun, 100 – 1000 mcg 2 kali sehari, dosis
awal asma ringan 100 – 250 mcg 2 kali sehari, asma sedang 250 – 500 mcg 2
kali sehari, asma berat 500 – 1000 mcg 2 kali sehari. Anak di atas 4 tahun, 50
– 100 mcg 2 kali sehari. Anak 1-4 tahun, 100 mcg 2 kali sehari.
Respiratori
• ipratropium bromide
- Sediaan : Inhaler 20 mcg/puff
- MK : Antikolinergik topikal
- Indikasi : Untuk PPOK eksaserbasi akut, tidak untuk
jangka panjang
- Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat
tertentu dan tidak bersifat sistemik.
- Ipratropium bromida (semprot hidung) mempunyai sifat
antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat
sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung
-  Inhalasi ipatropium aerosol memberikan efek puncak 30-
60 menit sesudah pemberian; lama kerjanya 3-6 jam, dan
efek bronkodilasi dapat dipertahankan dengan pemberian
dosis 3 kali sehari
Respiratori
• FORMOTEROL FUMARAT DIHIDRAT + BUDESONID
- Sediaan : inhaler
- MK : Budesonid : steroid; Formoterol : Agonis selektif reseptor β2
adrenergik kerja lama dan ada efek antiinflamasi
- Indikasi : Untuk rumatan asma/PPOK, pencegahan bronkospasme
akibat kegiatan fisik, kombinasi dg steroidmonoterapi formoterol
meningkatkan risiko kematian
- Catatan : Tidak untuk kondisi bronkospasme akut,
• Dosis: 
• Asma: Dewasa: 80/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali sehari atau 160/4,5 mcg
1-2 inhalasi 2 kali sehari Anak (6 tahun keatas) dosis rendah untuk
anak 6-11 tahun; secara teratur pasien harus dinilai ulang oleh dokter
untuk mendapatkan dosis inhaler yang optimal; obstruksi paru kronis:
Dewasa 2 inhalasi 2 kali sehari; pada lansia tidak memerlukan
penyesuaian dosis.
Respiratori
• Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Kromolin tidak
mempunyai aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik,
vasokonstriktor atau aktivitas glukokortikoid. Obat-obat ini
menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A (Slow
Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast.
Kromolin bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.
• Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk
pencegahan asma. Obat ini akan menghambat aktivasi
secara in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe
sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil,
makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil
menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik
awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi.
Respiratori
• NEDOKROMIL NATRIUM
• Dosis: inhalasi aerosol, DEWASA dan ANAK di atas 6
tahun 4 mg (2 hirupan) 4 x sehari, apabila telah teratasi
dosis bisa dikurangi menjadi 2 x sehari. ANJURAN.
Penggunaan perlu dilakukan secara teratur.
KETOTIFEN (mirip kromoglikat)
• Cara kerja natrium kromoglikat dan nedokromil belum
sepenuhnya dapat dipahami
• Secara umum, profilaksis dengan natrium kromoglikat kurang
efektif dibandingkan dengan kortikosteroid inhalasi. Anak-anak
5–12 tahun memberikan respons yang baik terhadap nedokromil
• Antihistamin dilaporkan tidak memberikan manfaat klinis pada
asma bronkial. Salah satu jenis antihistamin yakni ketotifen
dikatakan menyerupai natrium kromoglikat, namun terbukti
mengecewakan
• Dosis ketotifen : 1 mg 2 kali sehari waktu makan, bila perlu
dinaikkan menjadi 2 mg 2 kali sehari; terapi awal pada pasien
yang sudah tersedasi 0,5-1 mg malam; Anak di atas 2 tahun 1
mg 2 kali sehari.
Respiratori
• prokaterol
- Sediaan : inhaler
- Indikasi : Hanya untuk nocturnal asma yg tidak respon thd
salbutamol
• Kodein
- Sediaan : Tab 10mg, 15 mg, 20 mg
- MK : Menekan reflek batuk di SSP
- Catatan : Obat golongan opioid
Respiratori
• ANTITUSIF :
• Pada keadaan dimana penyebabnya tidak diketahui,
penggunaan antitusif mungkin berguna yaitu untuk batuk
yang mengganggu tidur.
• Antitusif dapat menyebabkan retensi sputum, yang
mungkin membahayakan bagi pasien bronkitis kronis dan
bronkiektasis.
• Antitusif opioid seperti kodein, efektif tetapi berefek
konstipasi dan dapat menyebabkan ketergantungan
• Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau
analgesik opioid sejenis tidak dianjurkan pada anak dan
harus dihindari pada anak usia < 1 tahun.
Respiratori
• ANTITUSIF : contoh obat batuk antitusif
• DEKSTROMETORFAN
• Efek Samping: psikosis (hiperaktif dan halusinasi) pada
dosis besar, depresi pernapasan pada dosis besar.
• Dosis: Dewasa 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8
jam maksimal 120 mg/hari Anak 1 mg/kg bb/hari dalam 3-
4 dosis terbagi.
Respiratori
• KODEIN fosfat
• Efek Samping: konstipasi, depresi pernafasan pada
pasien yang sensitif atau pada dosis besar.
• Dosis: Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120
mg/hari; jarang diberikan sebagai obat batuk pada anak-
anak. Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb
tiap 4-6 jam maksimal 60 mg/hari; 2-6 tahun 0,5-1 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam maksimal 30
mg/hari.
RESPIRATORI
MUKOLITIK :
• Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi
dengan mengurangi viskositas sputum.
• Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien
penyakit paru obstruktif kronis dan batuk produktif kronis.
• Pengobatan harus dihentikan jika tidak ada manfaat
setelah 4 minggu pemberian.
• Inhalasi uap dengan drainase postural efektif pada
bronkiektasis dan beberapa kasus bronkritis kronik.
• Mukolitik harus diberikan dengan hati-hati pada pasien
dengan riwayat ulserasi peptik karena dapat merusak
sawar mukosa lambung
RESPIRATORI
• MUKOLOTIK :
• Obat obat yang termasuk mukolitik antara lain :
1. Ambroksol
2. Asetilsistein
3. Bromheksin
4. Endostein
5. Karbosistein
6. Mesistein
RESPIRATORI
• Ambroksol :
- Sediaan : Tablet 30 mg, syrup 15 mg/mL
- Dosis : 2-3 kali/hari
- MK : Metabolit bromheksin

• Dosis: 
• Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan.
• Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari;
Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari.
• Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2
tahun: 0,5 mL (10 tetes) 2 kali sehari;
• Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari buah, susu
atau air.
• Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12 tahun: 2-3
kali sehari 1 sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di
bawah 2 tahun: 2 kali sehari 1/2 sendok takar.
Respiratori
• Bromheksin
- Sediaan : tablet 8 mg, syrup 4 mg/ml
- Dosis : 3 kali 4-8 mg sehari
- MK : mukolitik
- Catatan : Bromheksin hati2 pada pasien dg tukak
lambung
RESPIRATORI
• Dosis: bromheksin
• Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam
sesudah makan).
• Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak
>10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-
10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5
tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
• Cairan injeksi 4 mg/2 mL: 1 ampul (waktu pemberian 2-3
menit) sebanyak 2-3 kali sehari, dapat diberikan sebagai
cairan infus intravena bersama glukosa, fruktosa, garam
fisiologis, dan larutan ringer.
Respiratori : ekspektoran dan demulcen
• amonium klorida
- Sediaan : suspensi
- dosis : dewasa 300 mg (5mL) tiap 2-4 jam
- MK : stimulasi mukosa lambung, merangsang sekresi klj
sal.nafas, menurunkan viskositasdahak mudah keluar
- Catatan : amonium hati2 pd insufisiensi hati, ginjal,
parudosis besar asidosis metabolik
• gliseril guaiyakolat (GG)
- Sediaan : Tablet 100 mg, syrup 100mg/5mL
- Dosis : dewasa : 200-400 mg/hari
- MK : stimulasi mukosa lambung, merangsang sekresi klj
sal.nafas, menurunkan viskositasdahak mudah keluar
Respiratori
• N-asetil sistein
- Sediaan : Inhaler 100 mg/mL, Capsul 200 mg,
- MK : Menurunkan viskositas sekret paru
- Indikasi : nebulisasi, tetes hidung
- Catatan : Asetilsistein bisa menyebabkan spasme
bronkus, stomatitis, terbentuk sekret berlebihan
- U/ terapi tambahan untuk sekresi mukus yang tidak
normal, kental pada penyakit bronkopulmonari kronik
(emfisema kronik, emfisema pada bronkhitis, bronkhitis
asma kronik, tuberkulosis, amiloidosis paru-paru);dan
penyakit bronkopulmonari akut (pneumonia, bronkhitis,
trakeobronkhitis).
Respiratori
• Surfaktan
- Sediaan : Suspensi 25 mg/mL (intratekal)
- Indikasi : Hanya untuk IRDS (idiopathic respiratory dystress syndrom) pd
neonatus
• Surfaktan paru digunakan dalam penanganan sindrom sesak napas
(penyakit membran hialin) pada bayi dan bayi prematur, misalnya:
beraktan, poraktan alfa.
• Obat ini juga diberikan sebagai profilaksis pada kondisi yang berisiko
untuk mengalami sindrom tersebut.
• Peringatan: pemantauan terus menerus diperlukan untuk menghindari
hiperoksemia (karena peningkatan kadar oksigen dalam arteri yang
cepat).
• Efek samping: perdarahan paru, terutama pada bayi prematur, telah
dihubungkan dengan terapi (jarang terjadi), obstruksi pipa endotrakeal
oleh sekresi mukus juga telah dilaporkan.
Respiratori
Antagonis reseptor leukotrien
Antagonis reseptor leukotrien montelukas dan zafirlukas,
menghambat efek dari sistinil leukotrien pada saluran
nafas.
Efektif pada asma jika digunakan tunggal atau dengan
inhalasi kortikosteroid.
Montelukas tidak lebih efektif dari kortikosteroid inhalasi
dosis standar tetapi obat tersebut tampaknya mempunyai
efek aditif.
Antagonis reseptor leukotrien tampaknya bermanfaat pada
asma akibat kerja fisik dan pada asma yang disertai rhinitis
tapi kurang efektif pada asma berat yang juga menerima
obat-obat lain dengan dosis tinggi.
Antagonis reseptor leukotrien
ZAFIRLUKAST
• Dosis: 20 mg dua kali sehari, Anak di bawah 12 tahun, tidak
dianjurkan.

MONTELUKAS
• Dosis: Asma. 10 mg sekali sehari pada malam hari. 
• Bronkokonstriksi akibat berolahraga. 10 mg diminum 2 jam
sebelum berolahraga. Dosis tambahan tidak boleh diminum
dalam 24 jam dari dosis sebelumnya.
• Pasien yang telah menggunakan montelukas sehari-hari untuk
indikasi lain (termasuk asma kronis) tidak boleh meminum
dosis tambahan untuk mencegah bronkokonstriksi akibat
berolahraga.
Sumber pustaka
1. Formularium nasional tahun 2015
2. FK UI, 2016. Farmakologi dan terapi. Jakarta : departemen
farmakologi dan terapi FK UI
3. Keputusanmenteri kesehatan republik indonesia Nomor
hk.02.02/menkes/514/2015 Tentang Panduan praktik klinis bagi
dokter di fasilitas pelayanan Kesehatan tingkat pertama
4. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher Edisi Ketujuh Editor : Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar,
Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti, 2012
5. MOH Clinical Practice Guidelines. 2010. Management of
Rhinosinusitis and Allergic Rhinitis. Singapore
6. Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. http://
binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_ASMA.pdf
7. http://pionas.pom.go.id/monografi/terbutalin-sulfat

Anda mungkin juga menyukai