INDRA DAN
RESPIRATORI
Anti fungi :
• Natamisin : tetes mata 5 % (anti fungi)
Mata
• Betametason tetes mata
• fluorometolon 0,1%
- Sediaan : tetes mata
- MK : Anti inflamasi topikal mata
- Catatan : ES steroid : peningkatan TIO hati2 pemberian >
2 minggu
- Steroid : tidak untuk konjungtivitis bakteri masking efek,
tidak untuk herpes simplek mata (dendritis
keratitis)kekeruhan kornea menetap, tidak untuk
glaukoma sudut sempit
Mata
• Natrium diklofenak tetes mata 1 mg/mL
• untuk mengatasi pembengkakan serta peradangan non-
bakterial yang terjadi pada mata
• Menghambat kerja dari enzim siklooksigenasi (COX)
• 3 kali sehari 1 tetes segera setelah operasi dan dosis
pemeliharaan 3-5 kali sehari 1 tetes
• Dosis:
• Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan.
• Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari;
Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari.
• Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2
tahun: 0,5 mL (10 tetes) 2 kali sehari;
• Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari buah, susu
atau air.
• Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12 tahun: 2-3
kali sehari 1 sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di
bawah 2 tahun: 2 kali sehari 1/2 sendok takar.
Respiratori
• Bromheksin
- Sediaan : tablet 8 mg, syrup 4 mg/ml
- Dosis : 3 kali 4-8 mg sehari
- MK : mukolitik
- Catatan : Bromheksin hati2 pada pasien dg tukak
lambung
RESPIRATORI
• Dosis: bromheksin
• Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam
sesudah makan).
• Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak
>10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-
10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5
tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
• Cairan injeksi 4 mg/2 mL: 1 ampul (waktu pemberian 2-3
menit) sebanyak 2-3 kali sehari, dapat diberikan sebagai
cairan infus intravena bersama glukosa, fruktosa, garam
fisiologis, dan larutan ringer.
Respiratori : ekspektoran dan demulcen
• amonium klorida
- Sediaan : suspensi
- dosis : dewasa 300 mg (5mL) tiap 2-4 jam
- MK : stimulasi mukosa lambung, merangsang sekresi klj
sal.nafas, menurunkan viskositasdahak mudah keluar
- Catatan : amonium hati2 pd insufisiensi hati, ginjal,
parudosis besar asidosis metabolik
• gliseril guaiyakolat (GG)
- Sediaan : Tablet 100 mg, syrup 100mg/5mL
- Dosis : dewasa : 200-400 mg/hari
- MK : stimulasi mukosa lambung, merangsang sekresi klj
sal.nafas, menurunkan viskositasdahak mudah keluar
Respiratori
• N-asetil sistein
- Sediaan : Inhaler 100 mg/mL, Capsul 200 mg,
- MK : Menurunkan viskositas sekret paru
- Indikasi : nebulisasi, tetes hidung
- Catatan : Asetilsistein bisa menyebabkan spasme
bronkus, stomatitis, terbentuk sekret berlebihan
- U/ terapi tambahan untuk sekresi mukus yang tidak
normal, kental pada penyakit bronkopulmonari kronik
(emfisema kronik, emfisema pada bronkhitis, bronkhitis
asma kronik, tuberkulosis, amiloidosis paru-paru);dan
penyakit bronkopulmonari akut (pneumonia, bronkhitis,
trakeobronkhitis).
Respiratori
• Surfaktan
- Sediaan : Suspensi 25 mg/mL (intratekal)
- Indikasi : Hanya untuk IRDS (idiopathic respiratory dystress syndrom) pd
neonatus
• Surfaktan paru digunakan dalam penanganan sindrom sesak napas
(penyakit membran hialin) pada bayi dan bayi prematur, misalnya:
beraktan, poraktan alfa.
• Obat ini juga diberikan sebagai profilaksis pada kondisi yang berisiko
untuk mengalami sindrom tersebut.
• Peringatan: pemantauan terus menerus diperlukan untuk menghindari
hiperoksemia (karena peningkatan kadar oksigen dalam arteri yang
cepat).
• Efek samping: perdarahan paru, terutama pada bayi prematur, telah
dihubungkan dengan terapi (jarang terjadi), obstruksi pipa endotrakeal
oleh sekresi mukus juga telah dilaporkan.
Respiratori
Antagonis reseptor leukotrien
Antagonis reseptor leukotrien montelukas dan zafirlukas,
menghambat efek dari sistinil leukotrien pada saluran
nafas.
Efektif pada asma jika digunakan tunggal atau dengan
inhalasi kortikosteroid.
Montelukas tidak lebih efektif dari kortikosteroid inhalasi
dosis standar tetapi obat tersebut tampaknya mempunyai
efek aditif.
Antagonis reseptor leukotrien tampaknya bermanfaat pada
asma akibat kerja fisik dan pada asma yang disertai rhinitis
tapi kurang efektif pada asma berat yang juga menerima
obat-obat lain dengan dosis tinggi.
Antagonis reseptor leukotrien
ZAFIRLUKAST
• Dosis: 20 mg dua kali sehari, Anak di bawah 12 tahun, tidak
dianjurkan.
MONTELUKAS
• Dosis: Asma. 10 mg sekali sehari pada malam hari.
• Bronkokonstriksi akibat berolahraga. 10 mg diminum 2 jam
sebelum berolahraga. Dosis tambahan tidak boleh diminum
dalam 24 jam dari dosis sebelumnya.
• Pasien yang telah menggunakan montelukas sehari-hari untuk
indikasi lain (termasuk asma kronis) tidak boleh meminum
dosis tambahan untuk mencegah bronkokonstriksi akibat
berolahraga.
Sumber pustaka
1. Formularium nasional tahun 2015
2. FK UI, 2016. Farmakologi dan terapi. Jakarta : departemen
farmakologi dan terapi FK UI
3. Keputusanmenteri kesehatan republik indonesia Nomor
hk.02.02/menkes/514/2015 Tentang Panduan praktik klinis bagi
dokter di fasilitas pelayanan Kesehatan tingkat pertama
4. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher Edisi Ketujuh Editor : Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar,
Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti, 2012
5. MOH Clinical Practice Guidelines. 2010. Management of
Rhinosinusitis and Allergic Rhinitis. Singapore
6. Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. http://
binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_ASMA.pdf
7. http://pionas.pom.go.id/monografi/terbutalin-sulfat