Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2


“Penggolongan Obat Asma”

Nama : Ananda Magfirah Sultan


NIM : 201320039
Dosen Pengampuh : apt. HURRIA, S.Farm., M.Sc

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
NUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
2022
PENGGOLONGAN OBAT ASMA.

A. Antikolinergik

Mekanisme kerja obat Antikolinergik inhalasi bekerja dengan cara memblok


efek penglepasan asitelkolin dari saraf kolinergik pada jalan nafas yang dapat
menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik,
selain itu juga menghambat reflek bronkokonstriksi yang disebabkan oleh iritan.
Tiotropium bromide
Dosis
Dosis tiotropium akan disesuaikan dengan kondisi dan usia pasien. Berikut
adalah dosis tiotropium secara umum berdasarkan tujuan penggunaannya:
Tujuan: Meredakan atau mencegah kekambuhan penyempitan saluran
pernapasan (bronkospasme) yang disebabkan PPOK
Bentuk obat: Inhaler
 Dewasa: Dua kali hisapan yang setara dengan 5 mcg per hari.
Tujuan: Mencegah kekambuhan asma
Bentuk obat: Inhaler
 Dewasa dan anak-anak usia di atas 6 tahun: Dua kali hisapan yang setara
dengan 2,5 mcg per hari.

B. Metilxantin

Golongan bronkodilator kedua yang dipakai untuk asma adalah derivat metilxantin
yang mencakup teofillin, aminofillin dan kafein. Obat golongan metilxantin bekerja dengan
menghambat enzim fosfodiesterase sehingga mencegah peruraian siklik AMP, sehingga
kadar siklik AMP intrasel meningkat. Hal ini akan merelaksasi otot polos bronkus dan
mencegah pelepasan mediator alergi seperti histamin dan leukotrien dari sel mast. Selain itu
metilxantin juga mengantagonis bronkokontriksi yang disebabkan oleh prostaglandin dan
memblok reseptor adenosine.
Teofillin

Kondisi: Bronkospasme akut


Untuk bentuk sediaan obat minum dengan penyerapan segera (immediate-release)

 Dewasa: 5 mg/kgBB per hari

Kondisi: Bronkospasme kronis


Untuk bentuk sedian obat minum dengan penyerapan dimodifikasi (modified-release)

 Dewasa: 250–500 mg 2 kali sehari atau 400–600 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan
200 mg 2 kali sehari
 Anak usia 6–12 tahun, berat badan 20–35 kg: 125–250 mg 2 kali sehari
 Anak usia di atas 12 tahun: 250–500 mg 2 kali sehari

Untuk pasien lansia, dosis akan disesuaikan dengan kondisi pasien.


C. β2 agonis
β2 agonis adalah bronkodilator yang sangat efektif yang bekerja dengan
meningkatkan aktifitas adenyl cyclase sehingga meningkatkan produksi intraseluler siklik
AMP (adenosine mono fosfat). Peningkatan siklik AMP menyebabkan relaksasi otot polos,
stabilisasi sel mast dan stimulasi otot rangka. Pemberian β2 agonis melalui aerosol akan
meningkatkan bronkoselektivitas, mempercepat efek yang timbul serta mengurangi efek
samping sistemiknya.

1. Agonis Reseptor β-Adrenergik Kerja Lama

Agonis reseptor β-Adrenergik kerja lama merelaksasi otot polos saluran napas dan
menyebabkan bronkodilatasi melalui mekanisme yang sama dengan agonis durasi singkat.
Stimulasi reseptor β-adrenergik menghambat fungsi banyak sel radang, termasuk sel mast,
basofil, eosinofil, netrofil dan limfosit. Pengobatan jangka panjang menggunakan agonis
reseptor β-adrenergik kerja lama telah menunjukkan adanya perbaikan fungsi paru-paru,
penurunan gejala asma, berkurangnya penggunaan agonis β2 adrenergik inhalasi kerja
singkat dan berkurangnya asma nocturnal. Formoterol dan salmoterol suatu β2 agonis
long acting diindikasikan sebagai terapi tambahan pada pasien yang telah mendapatkan
kortikosteroid untuk mengontrol asma jangka panjang.
Salmoterol
Salmeterol merupakan obat golongan bronkodilator. Obat ini bekerja dengan cara
memperlebar saluran napas (bronkus) di paru-paru, sehingga udara dapat mengalir keluar
masuk paru-paru dengan lancar.
Dosis

 Kondisi : asma kronis


Dewasa: 50-100 mcg, 2 kali sehari.
Anak usia 4-12 tahun: 50 mcg, 2 kali sehari.

 Kondisi : penyakit paru obstruktif kronis

Dewasa: 50 mcg, 2 kali sehari.

 Kondisi : pencegahan asma setelah berolahraga

Dewasa dan anak 4 tahun ke atas: 50 mcg, 30 menit sebelum berolahraga.

2. Agonis Reseptor β-Adrenergik Kerja Singkat


Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini antara lain albuterol, levalbuterol,
metaproterenol, terbutalin dan pributeril. Mekanisme kerja agonis reseptor β-adrenergik
kerja singkat sebagai anti asma berkaitan dengan relaksasi langsung otot polos saluran
napas dan bronkodilatasi yang diakibatkannnya. Albuterol dan β2 agonis selektif inhalasi
short acting diindikasikan untuk terapi intermiten bronkospasme dan pilihan pertama
untuk asma akut.
Terbutalin

Bentuk obat : Tablet

 Dewasa: 2,5 mg atau 3 mg, 3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan hingga 5 mg jika

diperlukan.
 Anak usia >15 tahun: 2,5 mg atau 3 mg, 3 kali sehari.

 Anak usia 12–15 tahun: 2,5 mg, 3 kali sehari.

 Anak usia <12 tahun: 0,05 mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara

perlahan sesuai keperluan. Dosis maksimal 5 mg per hari.


Bentuk obat : Inhaler

 Dewasa : 0,25–0,5 mg sesuai kebutuhan. Dosis maksimal adalah 2 mg per hari.

Tujuan : Menangani gejala bronkospasme berat

Bentuk obat : Nebulizer

 Dewasa: 2,5–10 mg, 2–4 kali sehari.

 Anak dengan berat badan ≥25 kg: 5 mg, 2–4 kali sehari.

 Anak dengan berat badan <25 kg: 2–5 mg, 2–4 kali sehari.

Bentuk obat : Suntik

 Dewasa: 0,25–0,5 mg, hingga 4 kali sehari yang disuntikkan ke otot

(intramuscular/IM), pembuluh darah (intravena/IV), atau bawah kulit (subkutan/SC).


 Anak usia 2–15 tahun: 0,01 mg/kgBB. Dosis maksimal 0,3 mg/dosis.

Terbutaline suntik terkadang juga bisa digunakan untuk mencegah kelahiran premature.
Pemberiannya akan diberikan oleh dokter secara langsung. Pemantauan kondisi akan
dilakukan secara ketat. Sedangkan terbutaline bentuk sediaan obat minum tidak boleh
digunakan untuk kondisi ini.

Anda mungkin juga menyukai