A. Antikolinergik
B. Metilxantin
Golongan bronkodilator kedua yang dipakai untuk asma adalah derivat metilxantin
yang mencakup teofillin, aminofillin dan kafein. Obat golongan metilxantin bekerja dengan
menghambat enzim fosfodiesterase sehingga mencegah peruraian siklik AMP, sehingga
kadar siklik AMP intrasel meningkat. Hal ini akan merelaksasi otot polos bronkus dan
mencegah pelepasan mediator alergi seperti histamin dan leukotrien dari sel mast. Selain itu
metilxantin juga mengantagonis bronkokontriksi yang disebabkan oleh prostaglandin dan
memblok reseptor adenosine.
Teofillin
Dewasa: 250–500 mg 2 kali sehari atau 400–600 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan
200 mg 2 kali sehari
Anak usia 6–12 tahun, berat badan 20–35 kg: 125–250 mg 2 kali sehari
Anak usia di atas 12 tahun: 250–500 mg 2 kali sehari
Agonis reseptor β-Adrenergik kerja lama merelaksasi otot polos saluran napas dan
menyebabkan bronkodilatasi melalui mekanisme yang sama dengan agonis durasi singkat.
Stimulasi reseptor β-adrenergik menghambat fungsi banyak sel radang, termasuk sel mast,
basofil, eosinofil, netrofil dan limfosit. Pengobatan jangka panjang menggunakan agonis
reseptor β-adrenergik kerja lama telah menunjukkan adanya perbaikan fungsi paru-paru,
penurunan gejala asma, berkurangnya penggunaan agonis β2 adrenergik inhalasi kerja
singkat dan berkurangnya asma nocturnal. Formoterol dan salmoterol suatu β2 agonis
long acting diindikasikan sebagai terapi tambahan pada pasien yang telah mendapatkan
kortikosteroid untuk mengontrol asma jangka panjang.
Salmoterol
Salmeterol merupakan obat golongan bronkodilator. Obat ini bekerja dengan cara
memperlebar saluran napas (bronkus) di paru-paru, sehingga udara dapat mengalir keluar
masuk paru-paru dengan lancar.
Dosis
Dewasa: 2,5 mg atau 3 mg, 3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan hingga 5 mg jika
diperlukan.
Anak usia >15 tahun: 2,5 mg atau 3 mg, 3 kali sehari.
Anak usia <12 tahun: 0,05 mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara
Anak dengan berat badan ≥25 kg: 5 mg, 2–4 kali sehari.
Anak dengan berat badan <25 kg: 2–5 mg, 2–4 kali sehari.
Terbutaline suntik terkadang juga bisa digunakan untuk mencegah kelahiran premature.
Pemberiannya akan diberikan oleh dokter secara langsung. Pemantauan kondisi akan
dilakukan secara ketat. Sedangkan terbutaline bentuk sediaan obat minum tidak boleh
digunakan untuk kondisi ini.