ASTHMA ( ASMA )
1. PENDAHULUAN
Asma atau asthma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas karena adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan yang
mengakibatkan sukar bernafas dan di tandai gejala sesak napas, batuk, dan mengi. Saatserangan,
paru-paru penderita asma akan mengalami penyempitan. Penyakit yang dalam dunia kesehatan
ini termasuk dalam Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), juga dapat menyebabkan
kematian.Olehkarenaitu, perlu dilakukan beberapa terapi untuk mengontrol penyakit ini. Hanya
mengontrol ? Ya, hanya mengontrol. Karena asma memang penyakit yang tidak bisa
disembuhkan atau dihilangkan.
Salah satu terapi pengontrol yang bisa diberikan untuk penderita asma adalah dengan
menggunakan inhaler. Inhaler adalah alat untuk penggunaan obat secara inhalasi. Dengan cara
ini obat dapat langsung masuk ke paru-paru sehingga dapat bekerja lebih cepat untuk mengatasi
serangan asma dan efek sampingnya secara lebih minimal.
Terapi Asma
Pada dasarnya, tujuan penanganan asma adalah untuk mengontrol gejala, mengurangi resiko
kekambuhan, memperbaiki keterbatasan pada laju udara pernapasan, serta mengatasi efek
samping (apabila muncul) dari pengobatan. Sering kali, pemicu asma adalah hal yang umum
ditemukan, misalnya perubahan cuaca, infeksi virus pada saluran pernapasan, olahraga, hingga
iritan seperti asap knalpot kendaraan, asap rokok dan bau menyengat.
Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma terbagi dalam dua golongan yaitu
pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma dan pengobatan cepat (quick relief
medication) untuk mengatasi serangan akut asma. Beberapa obat yang digunakan untuk
pengobatan jangka panjang antara lain inhalasi steroid, β2 agonis aksi panjang, sodium
kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier leukotrien dan golongan metil ksantin.
Sedangkan untuk pengobatan cepat sering digunakan suatu bronkodilator (β2 agonis aksi cepat,
antikolinergik, metilksantin) dan kortikosteroid oral (sistemik).obat-obat asma dapat dijumpai
dalam bentuk oral.
Secara umum, terdapat tiga kategori obat asma yang dapat ditawarkan pada penderitanya,
yaitu:
1. CONTROLLER
Berguna sebagai terapi pemeliharaan, sehingga umumnya dikonsumsi setiap hari. Obat
ini berfungsi untuk mengurangi pembengkakan pada saluran pernapasan, mengontrol gejala,
serta mengurangi risiko kekambuhan dan penurunan fungsi paru-paru. Sebagai controller, sering
kali digunakan obat golongan kortikosteroid yang berfungsi sebagai anti peradangan, sehingga
mengurangi bengkak pada jalan napas serta mengurangi produksi lendir pada saluran
pernapasan.
Mekanismenya kortikosteroid berdifusi secara langsung melewati membran sel dan
berikatan dengan reseptor glukokortikoid (GR) di dalam sitoplasma. Reseptor ini biasanya
berikatan dengan protein yang dikenal sebagai chaperone diantaranya heat shock protein-90
(hsp-90) dan FK-bindingprotein yang melindungi reseptor dan mencegah lokalisasi inti dengan
melindungi suatu tempat pada reseptor yang diperlukan dalam proses transpor melewati
membran inti ke dalam inti sel. Kortikosteroid mengatur ekspresi gen melalui beberapa cara.
Kortikosteroid akan memasuki sel untuk berikatan dengan GR di dalam sitoplasma yang
bertranslokasi ke dalam inti sel. Kortikosteroid yang berikatan dengan GR akan menimbulkan
perubahan struktur reseptor sehingga terjadi disosiasi protein chaperone molekular yang
mengakibatkan terjadinya transpor cepat kompleks reseptor glukokortikoid kortikosteroid ke
dalam inti sel dan selanjutnya akan berikatan dengan elemen glucocorticoid responseelements
(GRE). Homodimer GR berikatan dengan GRE di daerah promoter gen sensitif steroid yang
Annexin, secretory leukoprotease inhibitor (SLPI), mitogenactivatedkinase phosphatase-1
(MKP-1), inhibitor glucocorticoid – induced leucinezipper protein (GILZ). Interaksi GR dan
GRE akan menyebabkan peningkatan transkripsi gen (transakti-vasi) tetapi bila tidak terdapat
situs GRE (GRE negatif), pengikatan GR menyebabkan supresi gen (cisrepression) yang
dikaitkan dengan efek samping kortikosteroid (Rozaliyani dkk, 2011).
a) Beklometason dipropionat
Indikasi beklometason dipropionat adalah untuk profilaksis asma. Penggunaan obat ini
harus benar-benar diperhatikan karena dapat terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi
pasien yang mempunyai riwayat penyakit infeksi. Dosis inhalasi beklometason dipropionat yang
dapat diberikan pada dewasa adalah 200 mikrogram 2 kali sehari atau 100 mikrogram 3-4 kali
sehari, sedangkan pada anak-anak dosis yang diberikan adalah 50-100 mikrogram 2-4 kali sehari
(Anonima, 2006).
b) Budesonid
Indikasi budesonid adalah untuk profilaksis asma. Penggunaan obat ini harus benar-benar
diperhatikan karena dapat terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi pasien yang
mempunyai riwayat penyakit infeksi. Dosis inhalasi budesonid yang dapat diberikan pada
dewasa adalah 200 mikrogram 2 kali sehari, sedangkan pada anak-anak dosis yang diberikan
adalah 200-800 mikrogram sehari dalam dosis terbagi (Anonima, 2006).
c) Ciclesonid
Indikasi ciclesonid adalah untuk profilaksis asma. Penggunaan obat ini harus benar-
benar diperhatikan karena dapat terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi pasien yang
mempunyai riwayat penyakit infeksi. Dosis inhalasi ciclesonid yang dapat diberikan adalah 160
mikrogram sehari setara dengan dosis tunggal 80 mikrogram sehari dan pemberiannya tidak
direkomendasikan pada anak usia di bawah 12 tahun (Anonima, 2006).
d) Flutikason propionate
Indikasi flutikason propionat adalah untuk profilaksis asma. Penggunaan obat ini harus
benar-benar diperhatikan karena dapat terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi pasien
yang mempunyai riwayat penyakit infeksi. Dosis inhalasi flutikason propionat yang dapat
diberikan pada dewasa adalah 100-250 mikrogram 2 kali sehari dan dapat dinaikkan sampai 1
miligram 2 kali sehari, sedangkan pada anak-anak dosis yang dapat diberikan adalah 50-100
mikrogram 2 kali sehari, maksimal 200 mikrogram 2 kali perhari (Anonima, 2006).
e) Mometason furoat
Indikasi mometason furoat adalah untuk profilaksis asma. Penggunaan obat ini harus
benar benar diperhatikan karena dapat terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi pasien
yang mempunyai riwayat penyakit infeksi. Dosis inhalasi mometason furoat yang dapat
diberikan adalah 200-400 mikrogram dan tidak direkomendasikan untuk anak-anak (Anonima,
2006).
f) Prednisolon
Indikasi prednisolon adalah untuk menekan radang dan reaksi alergi. Penggunaan obat ini
harus benar-benar diperhatikan karena dapat terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi
pasien yang mempunyai riwayat penyakit infeksi. Dosis oral prednisolon yang dapat diberikan
adalah dosis awal 10-20 miligram per hari, kasus berat sampai 60 miligram perhari dan dosis
injeksi intramuskular prednisolon asetat adalah 25-100 miligram sekali atau 2 kali seminggu.
Dosis pemeliharaan 2,5-15 miligram per hari (Anonim, 2000).
2. RELIEVER
Umumnya obat jenis ini bekerja dengan cepat dan harus segera diminum begitu gejala
asma muncul. Sering kali, obat yang digunakan sebagai reliever adalah golongan bronkodilator.
Obat ini berfungsi membantu relaksasi otot di seputar saluran pernapasan. Dengan demikian,
saluran pernapasan akan “terbuka”, sehingga penderita mudah untuk bernapas.
Terapi ini disarankan bagi mereka yang memiliki gejala menetap walaupun sudah
menjalani pengobatan yang maksimal. Umumnya obat yang digunakan adalah jenis controller
dosis tinggi. Bronkodilator bekerja dengan cara melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan
merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan sehingga proses bernapas menjadi lebih ringan
dan lancar. Ada tiga jenis obat bronkodilator yang umum digunakan, di antaranya:
a. Antikolinergik
⮚ Glycopyrronium
Obat dalam bentuk inhaler yang direkomendasikan adalah 1 kali hirup dalam sehari, satu kali
hirup mengandung 50 mikrogram (mcg) glycopyrronium.
⮚ Ipratropium
Meredakan asma dan penyakit paru obstruktif kronis.
Dewasa: Sebagai inhaler 20-40 mcg, 3-4 kali sehari. Jika diperlukan, dapat ditingkatkan menjadi
80 mcg dalam sekali penggunaan. Digunakan dalam alat nebuliser: 250-500 mcg, 3-4 kali sehari
Anak-anak di bawah 6 tahun: 20 mcg, 3 kali sehari
Anak-anak 6-12 tahun: 20-40 mcg, 3 kali sehari.
b. Agonis beta-2
⮚ Salbutamol
● Melebarkan saluran pernapasan (bronkus) yang menyempit
Dewasa: Diberikan melalui nebuliser: 2,5-5 mg, hingga 4 kali sehari.
Sebagai inhaler: 90-100 mcg, 1-2 kali semprot. Dapat diberikan hingga 4 kali sehari. Dosis
maksimum adalah 800 mcg per hari. Obat minum: 2-4 mg, 3-4 kali sehari. Jika diperlukan,
dapat ditingkatkan menjadi 8 mg, 3-4 kali sehari. Untuk lansia 2 mg, 3-4 kali sehari.
Anak-anak di atas 4 tahun: Sama seperti dosis dewasa. Dosis maksimum adalah 400 mcg
per hari. Obat minum: 1-2 mg per hari.
● Mencegah serangan asma yang dipicu aktivitas fisik
Dewasa: Sebagai inhaler: 2 kali hirup per hari. Tiap hirup mengandung 90-100 mcg.
Diberikan 10-15 menit sebelum melakukan aktivitas fisik.
Anak-anak 6-12 tahun: Sebagai inhaler: 1 kali hirup, diberikan 10-15 menit sebelum
melakukan aktivitas fisik. Satu hirup berisi 90-100 mcg.
⮚ Salmeterol
● Meredakan asma kronis
Dewasa: Sebagai inhaler: 50 mcg, 2 kali sehari.
Anak-anak 4-12 tahun: Sebagai inhaler: 50 mcg, 2 kali sehari
● Mencegah terjadinya serangan asma saat melakukan aktivitas fisik
Dewasa: Sebagai inhaler: 50 mcg, digunakan 30 menit sebelum melakukan aktivitas fisik.
Anak-anak di atas 4 tahun: Sama seperti dosis dewasa.
● Meredakan gejala penyakit paru obstruktif kronis
Dewasa: Sebagai inhaler: 50 mcg, 2 kali sehari.
⮚ Procaterol
Sesak yang berhubungan dengan asma bronkial, bronchitis seperti asma, bronchitis kronik,
bronchitis akut dan enfisema paru.
Dewasa: 1 tab2x/hr atau 1-2 mini tab 2 x/hr.
Anak-anak: > 6thn 1 mini tab atau sdm sir 2 x/hr, <6thn 1-1.25 mcg/kgBB diberikan 2 x/hr.
Terbutaline
Asma bronkial, bronchitis kronik, enfisema dan penyakit paru lain dimana bronkospasme
sebagai faktor komplikasi.
Dewasa: 1-2 tablet / sirup 2-3 sdt.
Anak-anak: 1 tablet / sirup anak 7-15thn 1-2 sdt, 3-6thn ½-1 sdt. Diberikan 2-3 x/hr.
c. Methylxanthines, contohnya teofilin dan aminofilin.
⮚ Teofilin
Melebarkan saluran pernapasan (bronkus) yang menyempit
Dewasa: Obat minum: 5 mg/kgBB.
Anak-anak: Sama seperti dosis dewasa.
3. PREVENTER
Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang tergantung pada obat-obat
antiperadangan, atau preventer. Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan,
pembengkakan saluran pernapasan, dan produksi lender. Cara kerjanya adalah dengan
mengurangi sensitivitas saluran pernapasan terhadap pemicu asma yang berupa alergen.
Macam-macam obat antiperadangan:
Obat-obat pemodifikasi leukotrien bekerja baik sebagai antagonis kompetitif pada reseptor
leukotrien atau dengan menghambat sintesis leukotiren.
EFEK SAMPING
Menggangu fungsi hati maka pada penderita liver harus diperhatikan
Gangguan ringan lambung usus
Nyeri kepala
Alergi pada kulit
Mulut kering
Gangguan saluran cerna
Mekanisme Kerja
Sakit kepala
Infeksi pernafasan
Mual
Sakit punggung
Pencernaan yg terganggu
Pusing
Sakit perut
Perut kembung
Muntah
Kelelahan
Nama Paten Obat DP-Haler / Revolizer , Symbicort Turbuhaler
Fluticasone + Salmeterol
Mekanisme Kerja
Deskripsi : Salmeterol, agonis β2 kerja panjang yang bekerja secara lokal di paru-paru untuk
memediasi bronkodilatasi. Fluticasone, kortikosteroid dengan aktivitas glukokortikoid,
mengurangi gejala dan memperburuk asma.
Onset : bronkodilasi 10-20 menit
Durasi : bronkodilasi 12 jam
Absorbsi : Salmeterol, absorbs yang dapat diabaikan setelah terhirup. Fluticasone , buruk
diserap dari saluran GI,bioavailabilitas oral ˂ 1% ; bioavailabilitas absolut fluticasone
inhalasi 5-11% (tergantung pada perangkat yang digunakan).
Distribusi : Salmeterol, protein binding 96 %. Fluticasone , pengikatan protein 91 %.
Metabolisme : Salmeterol, metabolisme hati yang luas dengan hidroksilasi, paruh eliminasi
terminal 5,5 jam. Fluticasone, metabolisme first-pass yang ekstensif oleh sitokrom
CYP3A4.
Ekskresi : Salmeterol, dieliminasi terutama dalam tinja, jumlah yang dapat diabaikan dari
salmeterol yang tidak berubah dapat dideteksi dalam urin atau feses. Fluticasone, terutama
diekskresikan dalam tinja sebagai metabolit dan obat yang tidak berubah, ˂ 5%
diekskresikan dalam urin.
Efek Samping Obat
palpitasi (palpitasi adalah kondisi detak jantung yang lebih cepat dari normal dengan
frekuensi dan irama yang tidak teratur )
tremor
artralgia (Arthralgia adalah nyeri pada satu atau lebih sendi )
kram otot
Nama Paten Obat Seretide MDI / Discus
Ciclesonide
Mekanisme Kerja
Fluticasone
Mekanisme Kerja
Deskripsi : Fluticasone menggunakan hubungan ester fluorocarbothioate pada posisi 17
karbon. Ini memiliki efek vasokonstriktif dan antiinflamasi yang kuat, tetapi efek
penghambatan hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) yang lemah bila diterapkan secara
topical.
Onset : inhalasi 1-2 minggu atau lebih
Absorbsi : diserap secara sistemik terutama melalui paru-paru. Waktu untuk memuncak
kosentrasi plasma 0,5-1 jam.
Distribusi : volume distribusi 4,2 L / kg (fluticasone propionate), 608 L (fluticasone
furoate). Ikatan protein plasma > 99%.
Metabolisme : mengalami metabolisme hepatik, dikonversi menjadi asam 17 β-karboksilat
oleh isoenzim CYP3A4.
Ekskresi : melalui tinja (sebagai obat dan metabolit yang tidak berubah), urin (< 5%
sebagai metabolit).
Efek Samping Obat
Efek samping yang umum ketika dihirup termasuk infeksi saluran pernapasan bagian atas ,
sinusitis , sariawan , dan batuk . Efek samping umum saat digunakan di hidung termasuk
mimisan dan sakit tenggorokan. Ia bekerja dengan mengurangi peradangan.
Nama Paten Obat Flixotide MDI / Accuhaler
3) Antihistamika (Ketotifen,profilas)
Resopsinya di usus cepat dan lebih baik. Obat ini memblokir reseptor-histamin dengan
demikian mencegah efek bronchokonstriksinya.
EFEK SAMPING
Mengantuk
Gangguan buang air kecil
Kadang kala mulut kering
Pusing
Bertambah nafsu makan
4) Methilxanthin (Teophyllin,aminophyllin)
Aksi inhibisinya terhadap enzim fosfodiesterase yang berakibat akumulasi cAMP dan
cGMP. Peningkaan cAMP dan cGMP intra sel pada otot polos bronkus menyebabkan relaksasi
bronkodilatasi.
EFEK SAMPING
Aritmia kardiak parah
Kejang
Gangguan lambung