SKRIPSI
Disusun oleh :
NINA OKTOPIANI
G1A116096
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ii
NIM : G1A116096
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Nina Oktopiani
NIM : G1A116096
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Tingkat Stres Mahasiswa Kedokteran Dan Mahasiswa Teknik
Semester Tiga Angkatan 2018 Di Universitas Jambi” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis berterimakasih kepada semua pihak yang dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan proposal ini sehingga dapat
bermanfaat bagi penelitian yang akan dilaksanakan.
iv
DAFTAR ISI
v
2.1.9 Tingkatan Stres ....................................................................20
2.1.10 Cara Mengatasi Stres..........................................................21
2.2 Penilaian Stres ................................................................................22
2.3 Kerangka Teori ..............................................................................27
2.4 Kerangka Konsep............................................................................28
2.5 Hipotesis .........................................................................................29
2.5.1 Hipotesis Null (H0) .............................................................29
2.5.2 Hipotesis Alternatif (Ha) ......................................................29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian....................................30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................30
3.3 Subjek Penelitian............................................................................30
3.3.1 Populasi ................................................................................30
3.3.2 Sampel Penelitian dan Besar Sampel....................................30
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................31
3.3.4 Cara Pengambilan Sampel....................................................32
3.4 Indikator Penilaian Dass ................................................................25
3.5 Definisi Operasional ......................................................................32
3.6 Metode Pengambilan Data ............................................................33
3.7 Pengolahan Data .............................................................................33
3.8 Instrumen Penelitian .......................................................................34
3.9 Alur Penelitian ................................................................................35
3.10 Analisis Data ..................................................................................36
3.11Etika Penelitian ...............................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..............................................................................42
4.1.1 Analisis Univariat..................................................................42
4.1.2 Analisis Bivariat....................................................................44
4.2 Pembahasan....................................................................................44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................49
5.2 Saran..................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................51
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR SINGKATAN
ARS : Academic Related Stressor
CI : Confidence Interval
DAS : Depression Anxiety Stress Scale
DRS : Drive and Desire Related Stressor
GAS : General Adaptation Syndrome
GARS : Group Activities Related Stressor
HASS : Hassles Assessment Scale for Student in College
IRS : Interpersonal Related Stressor
LAS : Local Adaptation Syndrome
MSSQ : Medical Student Stressor Quisioner
DASS : Depression Anxiety Stress Scale
PT : Perguruan Tinggi
SMA : Sekolah Menengah Atas
SPSS : Statistical Package for Social Science
SRS : Social Related Stressor
TLRS : Teaching and Learning Related Stressor
WHO : World Health Organization
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
ABSTRACT
xi
ABSTRAK
Latar Belakang: Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara
individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan
yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan
sosial dari seseorang.1 Stresor pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan
akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya
sendiri. Tujuan Umum penelitian ini untuk mengetahui perbandingan tingkat stres
mahasiswa kedokteran dan mahasiswa teknik di Universitas Jambi.
Metode: Studi ini dilakukan dengan rancangan potong lintang. Tingkat stres
diukur dengan menggunakan Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS) dan
dilakukan pada dua kelompok, yaitu mahasiswa program studi Kedokteran dan
Fakultas Teknik Universitas Jambi yang pada saat penelitian berada di semester
tiga. Tingkat stres dari kedua kelompok kemudian dibandingkan dengan uji T.
Hasil: Diketahui bahwa mahasiswa kedokteran dan mahasiswa teknik memiliki
tingkat stres normal, yaitu pada mahasiswa kedokteran dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 47 mahasiswa dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak
18 mahasiswa, dan pada mahasiswa teknik pada jenis kelamin perempuan
sebanyak 29 mahasiswa dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 43 mahasiswa
Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar stres pada
mahasiswa fakultas kedokteran maupun teknik.
Kata Kunci: Stres, Mahasiswa Kedokteran, Mahasiswa Teknik.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal
dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang.1 Stresor pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan
akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya
sendiri.2 Stresor atau faktor pencetus stres yang dihadapi oleh para mahasiswa
dapat berhubungan dengan faktor personal seperti jauhnya para mahasiswa dari
orang tua dan sanak saudara, ekonomi/finansial (pengelolaan keuangan, uang
saku), problem interaksi dengan teman dan lingkungan baru.3
Masa transisi siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju Perguruan
Tinggi (PT) merupakan masa transisi sekolah yang lebih kompleks dibandingkan
masa transisi sekolah sebelumnya karena masa transisi siswa dari SMA menuju
Perguruan Tinggi seringkali mengakibatkan perubahan dan terjadinya stres. 4
Brouwer, mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa
dalam kaitannya dengan situasi dan status baru yang dihadapi, yaitu: perbedaan
cara belajar, perpindahan tempat tinggal (kost, kontrakan, atau tinggal bersama
keluarga), mencari teman baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan,
perubahan relasi (relasi orang tua-anak, antar saudara,antar teman sepermainan
diganti dengan relasi dosen-mahasiswa, dan mahasiswa-mahasiswa), pengaturan
waktu serta nilai-nilai hidup yang didapat dikampus. 5
Selain itu pada universitas pun terdapat penjurusan mahasiswa berdasarkan
subyek mata kuliah yang diambil. Setiap jurusan memiliki materi dan sifat
pembelajaran yang berbeda-beda, dan berdasarkan hasil passing grade di
Universitas Jambi menunjukan bahwa jurusan pendidikan dokter dan jurusan
teknik termasuk kategori passing grade yang tertinggi di Universitas Jambi.
1
2
5
6
dengan kata lain stres akademik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk mengambarkan keadaan stres pada dunia perkuliahan.10,11,12
Stres akademik merupakan suatu kondisi akut yang berkaitan dengan
kadar stres psikologis tinggi. Pada saat ujian akhir, bagi mahasiswa umumnya
memberikan dampak psikologis kuat atau berat. Mahasiswa yang sedang
menempuh ujian umumnya sangat stres, tidak tenang dan tidak nyaman.
Suatu penelitian dengan subyek mahasiswa kedokteran yang akan menempuh
ujian akhir, dilakukan di awal dan di akhir masa ujian. Ditemukan
peningkatan kadar stres subjektif dan penurunan rasa tenang dalam minggu-
minggu mendekati ujian.13
Tidak hanya stresor negatif saja yang dapat menyababkan stres, tapi
stresor positif juga dapat menyebabkan stres. 7
Menurut Potter, penyebab stres dapat disebabkan dari faktor internal dan
eksternal.
1. Penyebab Eksternal
Penyebab eksternal adalah penyebab yang berasal dari luar diri
seseorang seperti perubahan bermakna dari lingkungan, perubahan peran
sosial, pekerjaan, hubungan interpersonal maupun proses pembelajaran.
Keadaan finansial juga dapat memicu terjadinya stres.
2. Penyebab Internal
Penyebab internal adalah penyebab yang berasal dari dalam diri
seseorang seperti gangguan kesehatan, misal: demam, penyakit infeksi,
trauma fisik, malnutrisi dan kelelahan. Penyebab internal juga dapat
berasal dari adanya perasaan rendah diri (self devaluation) akibat konflik
maupun frustasi dalam kehidupan sosial karena tidak mendapatkan yang
mereka harapkan. Kondisi gangguan fisik seperti cacat, perasaan tidak
menarik, jenis kelamin, usia dan intelegensi juga merupakan hal yang
dapat menyebabkan timbulnya stres pada seseorang.14
Menurut Calaguas faktor-faktor yang menyebabkan stres bagi
mahasiswa di dunia perkuliahan dapat dikategorikan kedalam delapan
kategori, diantaranya:
1. Stres akibat pendaftaran dan penerimaan perkuliahan.
2. Stres akibat mata perkuliahan di kampus, persiapan ujian baik secara
lisan maupun tulisan, serta persiapan ujian praktek.
3. Stres akibat adanya masalah dengan dosen, metode pengajaran dosen
yang sulit dipahami, menemui dan menghadapi dosen yang bersifat
perfectionist.
4. Stres akibat persaingan dengan teman.
5. Stres akibat jadwal perkuliahan yang tak tentu dan stres akibat
organisasi.
8
Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki
harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan
membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.
2. Faktor Kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami
stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetitif yang
sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang
bemusuhan.
3. Faktor Kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif
adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi
individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang
berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi
kejadian tersebut dengan efektif.
Walaupun memiliki orang tua dari profesi yang sama memang memiliki
banyak poin positif, konotasi negatif dalam bentuk harapan oleh orang tua dari
anak-anak mereka untuk mengalahkan mereka secara akademis dan berkinerja
baik cukup untuk membebani siswa dengan stres yang tidak diinginkan, di
samping kerja keras dalam studi. Sikap di antara Mahasiswa yang menutup mata
terhadap masalah yang ada adalah pertanda masalah mental dan psikososial yang
serius. Mungkin durasi studi yang lebih lama diperlukan untuk menyelesaikan
gelar profesional, ditambah dengan harapan yang lebih tinggi dari orang tua dari
latar belakang yang sama, menimbulkan tingkat stres yang lebih besar pada
mahasiswa teknik. Meskipun memiliki orang tua dari profesi yang sama memang
memiliki banyak poin positif, harapan orang tua membebani siswa dengan stres
yang tidak diinginkan, seperti terbukti di antara mahasiswa Teknik.25,26
Berdasarkan uraian diatas dikelompokkan menjadi 2 kategori, stres yang
bersumber dari diri sendiri atau internal dan dari luar diri sendiri atau eksternal.
Yang termasuk faktor stres internal adalah durasi studi yang lebih lama diperlukan
untuk menyelesaikan gelar professional, dan faktor stres eksternal harapan yang
lebih tinggi dari orang tua dari latar belakang yang sama.
2.1.6 Fisiologi Stres
Terdapat dua jenis respon fisiologis tubuh terhadap stres yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
2.1.6.1 Local Adaptation Syndrome (LAS)
Respon stres ini hanya terjadi setempat dan dibutuhkan stresor agar
terstimulasi. LAS terjadi dalam jangka waktu yang singkat, berfungsi
untuk memulihkan homeostatis regional. Contoh respon stres ini berupa
respon inflamasi dalam tubuh.
2.1.6.2 General Adaptation Syndrome (GAS)
Respon stres ini melibatkan sistem tubuh seperti sistem saraf otonom dan
sistem endokrin sehingga GAS dikenal sebagai sistem neuroendokrin.
GAS terdiri dari tiga tahap spesifik, yaitu:
1. Reaksi Peringatan (alarm)
14
Pada tahap ini, tubuh dihadapkan pada stresor. Seseorang yang berada
pada tahap ini akan merasa kehilangan arah dan bingung. Ketika tubuh
telah menghadapi respon tersebut, sistem tubuh akan segera mengirimkan
hormone-hormon yang berpengaruh pada respon stres ke dalam darah.
Kemudian karena pengaruh hormon-hormon tersebut, detak jantung akan
meningkat, pernafasan lebih cepat, otot-otot tubuh akan menegang dan
menyiapkan aksi energi lebih banyak, apabila respon tersebut terjadi
secara terus menerus maka orang tersebut akan berada pada fase
pertahanan (resisten).
2. Tahap Pertahanan (resisten).
Hormon yang mempengaruhi stres di dalam darah mulai kembali
normal. Curah jantung dan kecepatan pernapasan mulai normal. Tubuh
selanjutnya melakukan penyesuaian terhadap stres. Penyesuaian tersebut
melibatkan organ itu sendiri bahkan dapat melibatkan satu sistem organ
secara menyeluruh. Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama dan
tubuh tidak mampu beradaptasi maka tubuh akan merasa sakit yang
akibatnya seseorang akan merasa gugup, mudah lelah dan mudah marah
sehingga akan terjadi kehilangan energi dalam jumlah banyak bahkan bisa
sampai pada tahap kehabisan energi.
3. Tahap Kehabisan energi (distress)
Pada tahap ini stres tetap berlangsung akibat tubuh tidak mampu
melawan. Jaringan dan organ dapat menjadi rusak akibat keadaan ini. Bila
terus berlanjut dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit kronis
bahkan kematian. Seseorang hanya memiliki energi yang terbatas untuk
menghadapi stres sehingga bila energi tersebut habis maka tubuh akan
mencoba menemukan cara untuk mengisi energi tersebut. Namun jika
proses pengisian energi tidak berhasil maka kelelahan bahkan kematian
dapat terjadi.
Stres dibagi dalam dua jenis yaitu eustress dan distress. Eustress atau stres
positif merupakan stres yang sifatnya membangun seperti mendapat promosi
jabatan atau mendapat penghargaan. Eustress dapat meningkatkan konsentrasi
seseorang apabila akan menghadapi ujian. Stres jenis ini akan meningkatkan
hormon adrenalin sehingga seseorang akan lebih bersemangat. Distress atau
stres negatif adalah suatu keadaan stres yang merugikan tubuh. Distress dapat
disebabkan oleh hal-hal buruk yang mengganggu seorang individu, seperti
tekanan yang berlebih namun tubuh tidak mampu untuk mengkompensasi
tekanan tersebut. Distress dapat menyebabkan mual, tekanan darah tinggi,
gugup, minat belajar menurun, bahkan dapat mengganggu secara fisik.27
Menurut Mumpuni & Wulandari stres negatif atau distress dapat
menyebabkan kemalasan pada diri seseorang. Kemalasan tersebut dapat
berupa malas untuk bangun pagi, malas melangkah karena terasa lunglai,
sampai merasa malas bertemu dengan orang. Apabila hal tersebut terus
berlanjut dapat menyebabkan kelelahan fisik bahkan dapat menyebabkan
kelelahan mental juga.28
sedang stres tersebut. Kondisi seperti itu dapat menyebabkan individu yang
mengalami stres selalu gelisah perasaannya dimana gejala secara fisik
diwujudkan dengan berjalan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas.25
Stres juga mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh,
misalnya antara lain:
1. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan
(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya. Demikian pula dengan
kerontokkan rambut.
2. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak
jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.
3. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
4. Daya Pikir
Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang
menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.
5. Ekspresi Wajah
Wajah seseorang yang stres terlihat tegang, dahi berkerut, mimik
tampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar tersenyum/tertawa dan
kulit wajah kedutan (tic facialis).
6. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
Seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan. Hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokkan spasme sehingga
terasa seperti tercekik.
7. Kulit
17
Reaksi umum lain terhadap situasi stres adalah kemarahan, yang mungkin
dapat menyebabkan agresi. Anak-anak sering kali menjadi marah dan
menunjukkan perilaku agresif jika mereka mengalami frustasi.
Misalnya jika seorang anak mengambil mainan dari anak lain, anak kedua
kemungkinan menyerang anak pertama untuk mendapatkan kembali
mainannya. Hal ini sesuai dengan hipotesis frustasi-agresi yang
menyatakan bahwa jika upaya seseorang mencapai tujuan dihalangi,
dorongan agresif terinduksi yang selanjutnya memotivasi perilaku untuk
merusak objek atau orang yang menyebabkan frustasi itu. Agresi langsung
terhadap sumber frustasi tidak selalu dimungkinkan atau tidak selalu
bijaksana. Kadang-kadang sumber frustasi tidak jelas dan tidak dapat
diraba. Orang tidak tahu apa yang dapat diserang, tetapi merasa marah dan
mencari suatu objek yang dapat melampiaskan perasaan mereka. Jika
situasi menghalangi serangan langsung pada penyebab frustasi, agresi
mungkin dialihkan; tindakan agresif diarahkan kepada orang atau benda
yang tidak bersalah ketimbang pada penyebab frustasi sesungguhnya.
Sebagai contoh, seorang siswa yang marah kepada dosen karena memberi
nilai tidak adil, mungkin memukul temannya.
3. Apati dan Depresi
Walaupun respons umum terhadap frustasi adalah agresi aktif, respons
kebalikannya menarik diri dan apati juga sering terjadi. Jika kondisi stres
terus berjalan dan individu tidak berhasil mengatasinya, apati dapat
memberat menjadi depresi. Sebagian manusia membentuk
ketidakberdayaan yang ditandai oleh apati, menarik diri, dan tidak
melakukan tindakan sebagai respons terhadap peristiwa yang tidak dapat
dikendalikan.
4. Gangguan Kognitif
Selain reaksi emosional, orang sering kali menunjukkan gangguan kognitif
yang cukup berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Mereka
merasa sulit berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran mereka secara
logis. Mereka mudah terdistraksi. Akibatnya, kemampuan mereka
20
Dikatakan stres sangat berat apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS
sering dialami.
2.1.10 Cara mengatasi Stres
Coping stress adalah mekanisme seseorang untuk memecahkan
permasalahan yang menyebabkan timbulnya stres sehingga dapat
mengurangi tingkat stres tersebut. Strategi yang dapat digunakan dalam
coping stress dapat berupa :
1. Problem Focused Coping
Pada strategi ini lebih membahas bagaimana upaya untuk memecahkan
masalah yang terkait dengan stres. Contoh upaya pemecahan masalah
dapat berupa usaha seorang siswa yang memiliki permasalahan dalam
proses belajar, maka siswa tersebut berusaha untuk mengikuti kegiatan
bimbingan belajar di luar kelasnya agar dia dapat belajar secara efektif.
Umumnya strategi problem focused coping merupakan upaya coping yang
bersifat positif.
2. Emotion Focused Coping
Strategi pemecahan masalah dengan melakukan pendekatan secara
emosional terhadap stres yang dialami dengan menggunakan mekanisme
pertahanan. Cara yang dapat dilakukan dalam emotion focused coping
dapat dengan menghindari masalah yang ada, melakukan rasionalisasi atas
permasalahan yang terjadi, menyangkal peristiwa yang terjadi,
menertawakan permasalahan yang ada atau mencari pandangan religius
atas masalah yang dialami untuk mendapatkan dukungan. Seperti contoh
siswa yang merasa sulit pada salah satu mata kuliah, maka siswa tersebut
akan melakukan penghindaran dengan cara tidak menghadiri kelas
tersebut. Contoh lain yaitu seseorang akan berusaha menghindari masalah
yang ada dengan tertawa riang bersama teman-temannya, namun cara-cara
tersebut tidak selalu baik untuk menghadapi suatu masalah. Strategi
problem focused coping bekerja lebih baik dibandingkan emotion focused
coping.
22
3. Berpikir Positif
Menghindari berpikiran negatif merupakan salah satu strategi coping
stress yang dapat dilakukan seseorang, dengan berpikiran positif seseorang
dapat lebih efisien dalam mengolah informasi dan lebih optimis.
4. Dukungan
Seorang remaja dapat meredam stresnya dengan berada dekat dengan
kerabat akrabnya. Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat
dengan ibu dapat lebih efektif dalam mengatasi stres. Dukungan besar
yang lain, berupa dukungan teman-teman sebaya. Orang-orang yang
memberikan dukungan dan keyakinan kepada remaja untuk dapat
menyelesaikan masalah secara efektif, kemudian remaja yang mendapat
dukungan akan merasa dicintai dan berharga karena mengetahui orang di
sekitarnya begitu peduli padanya.32
Secara berturut-turut, langkah yag dilakukan untuk penyesuaian diri
terhadap stres adalah:
1. Menilai situasi dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres itu
2. Merumuskan alternatif tindakan yang dapat di lakukan dan menentukan
tindakan yang paling mungkin dilakukan.
3. Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sukar. Langkah
berikutnya adalah melihat feedbacknya. Kalau langkah pertama berhasil
maka lanjutkan, kalau tidak segera lakukan alternatif lain.33
a. Skala depresi
1) Meremehkan diri,
2) Bersemangat, suram, biru,
3) Yakin bahwa kehidupan tidak memiliki makna atau nilai,
4) Pesimis tentang masa depan,
5) Mampu mengalami kenikmatan atau kepuasan,
6) Mampu menjadi tertarik atau terlibat,
24
Skala dalam DASS telah terbukti memiliki konsistensi internal yang tinggi
untuk mengukur keadaan saat ini atau perubahan pada suatu bagian dari
waktu ke waktu, sehingga instrumen ini tidak memerlukan uji validitas
maupun reliabilitas. DASS mempunyai tingkatan discriminant validity dan
26
MAHASISWA
Eksternal:
Internal:
harapan yang lebih tinggi dari orang tua STRES
yang memiliki latar belakang yang sama Berdasarkan tingkatan
sebagai panutan. menurut Psychology
Eksternal: Foundation of
durasi belajar yang lebih lama dan durasi Autralia(2014) :
yang lebih tinggi diperlukan untuk
menyelesaikan gelar professional. 1. Stres normal.
2. Stres ringan.
3. Stres sedang.
Reaksi klinis dan 4. Stres berat.
reaksi psikologik 5. Stres sangat berat.
Stres
Faktor Faktor
internal Faktor Internal Faktor Eksternal
Eksternal
Tingkat Stres
1) Normal :0
2) Stres Ringan :1
3) Stres Sedang :2
4) Stres Berat :3
5) Stres Sangat Berat :4
2.5 Hipotesis:
2.5.1 Hipotesis Null (H0)
Tidak terdapat perbedaan tingkat stres Mahasiswa Kedokteran dan
Mahasiswa Teknik Universitas Jambi.
2.5.2 Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat perbedaan tingkat stres Mahasiswa Kedokteran dan Mahasiswa
Teknik Universitas Jambi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
30
31
n= Z2 1- α/2 × p (1-p ) N
d2 (N-1) + z21- α/2 × p (1-p )
Dengan keterangan :
n = Besar sampel
Zα.2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 = 1,96 (95% derajat
kepercayaan)
p = Proporsi hal yang diteliti yaitu 0,5 (proporsi 50%)
d = Presisi = 0,10
N = Jumlah populasi (88 orang)
Jika menggunakan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini, maka jumlah
sampel ditambah 10% dari total sampel, yaitu menjadi sebanyak 51 orang sampel.
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
2. Coding
Setelah semua kuisioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng
“kodean” atau “coding”, yakni peneliti mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf yang diperoleh dari pengisian kuisioner oleh responden menjadi data angka
atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
memasukkan data (data entry).
3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing
Setelah peneliti melakukan editing dan coding terhadap setiap data yang
dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti memasukkan data yakni
jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.
Peneliti menggunakan paket program SPSS untuk membantu dalam pengolahan
data.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Pada tahap akhir peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah
dientry ke dalam komputer apakah terdapat kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
Setelah pembersihan data selesai, maka data sudah siap untuk diproses
menggunakan analisis data yang sesuai dengan penelitian ini.
PENGISIAN OLEH
RESPONDEN
PENCATATAN HASIL
BAB IV
4.1 Hasil
Karakteristik Fakultas
Jenis Kelamin Usia Kedokteran Teknik
N % n %
Perempuan 17 tahun 1 0.51 1 0,51
18 tahun 24 12,37 14 7,21
19 tahun 38 19,58 20 10,3
20 tahun 6 3,09 2 1,03
21 tahun 2 1,03 1 0,51
Laki-laki 17 tahun 1 0,51 0 0
18 tahun 8 4,12 16 8,24
19 tahun 14 7,21 31 15,97
20 tahun 3 1,54 11 5,67
21 tahun 0 0 1 0,51
Total 97 100 97 100
Karakteristik Fakultas
Jenis Kelamin Tingkat Stres Kedokteran Teknik
N % N %
Perempuan Normal 47 24,22 29 14,94
Ringan 15 7,73 6 3,09
Sedang 6 3,09 2 1,03
Berat 2 1,03 1 0,51
Sangat Berat 1 0,51 0 0
Laki-laki Normal 18 9,27 43 22,16
Ringan 2 1,03 4 2,06
Sedang 3 1,54 9 4,63
Berat 1 0,51 3 1,54
Sangat Berat 2 1,03 0 0
Total 97 100 97 100
diterima dan Ha ditolak, yang berarti perbedaan ini tidak signifikan secara
statistik.
4.2 Pembahasan
Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat
manusia. Kupriyanov dan Zhdanov pada tahun 2014 menyatakan bahwa stres
yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modern sehingga stres pasti
terjadi kepada siapapun dan dimanapun.34 sesuai dengan teori tersebut, seorang
mahasiswa kedokteran pun dapat merasakan stres, stres yang dialami cenderung
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan program studi lain di sektor non-
medis.36 Seperti pada penelitian ini membandingkan tingkat stres mahasiswa
kedokteran dengan mahasiswa teknik pada mahasiswa semester tiga. Mahasiswa
Kedokteran dan mahasiswa teknik semester tiga dipilih karena menurut
Psychology Foundation of Australia, stres dapat dikategorikan sebagai stres
sangat berat apabila terjadi selama beberapa bulan.31 diketahui bahwa mahasiswa
kedokteran dan mahasiswa teknik memiliki tingkat stres normal, yaitu pada
mahasiswa kedokteran dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 47 mahasiswa
dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 mahasiswa, dan pada mahasiswa
teknik pada jenis kelamin perempuan sebanyak 29 mahasiswa dan untuk jenis
kelamin laki-laki sebanyak 43 mahasiswa. Hasil penelitian sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wahab tingkat stres pada mahasiswa kedokteran
universitas hasanudin paling besar yaitu tidak merasa stres.37
Menurut Calaguas, terdapat delapan kategori penyebab stres pada
mahasiswa, salah satunya adalah stres akibat mata perkuliahan di kampus. Tugas
adalah suatu kewajiban yang harus dikerjakan oleh mahasiswa dalam perkuliahan
di kampus. Tugas yang diberikan tidak tepat tentu akan memberikan suatu batasan
yang baru kepada mahasiswa, jika tubuh mendapatkan suatu batasan yang baru,
tentunya akan menyebabkan stres. Hal ini sesuai dengan keadaan yang dialami
oleh mahasiswa, ketika tugas sudah diselesaikan dalam beberapa jam sampai
beberapa hari, maka stres dapat ditangani. Menurut Calaguas, salah satu penyebab
stres selain stres akibat mata perkuliahan, stres juga dapat disebabkan akibat
adanya masalah dengan dosen.10
41
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Menurut Winkel pada tahun 1998,
mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas
maupun institut atau akademi, mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan
tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Masa mahasiswa meliputi rentang umur
dari 18 sampai dengan 19 tahun sampai 24 sampai dengan 25 tahun. Rentang
umur ini masih dapat dibagi-bagi atas periode 18 sampai dengan 19 tahun sampai
20 sampai dengan 21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan
semester IV dan periode umur 21 sampai dengan 22 tahun sampai 24 sampai
dengan 25 tahun yaitu dari mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII. 45
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
24. Guy DJ. The personal life of the psychotherapist. NewYork: John Wiley;
1987.
25. Sukadiyanto. 2012. Stress dan Cara Menguranginya. J Cakrawala
Pendidik.;29(1):55–66.
26. Faber BA. Dysfunctional aspects of the psychotherapeutic. (diakses 15
April 2019); Diunduh dari https://id.scribd.com/document/ Dysfunctional
aspects of the psychotherapeutic.
27. Halan, Y.C. 2015. Managing stress. Berkshire: New Dawn Press. (diakses
pada 10 April 2019)
28. Mumpuni, Y. & Wulandari, A. 2013. Cara jitu mengatasi stres. Edisi ke-1,
Yogyakarta: ANDI.
29. Chiorean, A., Mihai, A., Stoica, M., Marculescu, I., & Papava, I. (2007).
Psychiactrist and occupational stress. European Psychiatry.
30. Atkinson RL, Smith EE, Atkinson RC, Bem DJ. 2010. Pengantar
Psikologi. Jilid 2 Saputra L, editor. Tangerang: INTERAKSARA. 338,
349-358, 395 p.
31. Psychology Foundation of Australia. 2014. Depression anxiety stress
scale. (diakses 2 Mei 2019)
32. Rice, P.L. 2012. Stress and health. California: Brooks/Cole Publishing.
(diakses 10 Maret 2019.
33. Santrock, J.W. 2011. Remaja. Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.
34. Wijaya DP. Kemampuan Clinical Reasoning Pada Ujian Osce. Fak Kedokt
Univ Islam Indones. 2016;5(2):96.
35. Sary, Y.N.E., 2015. Buku ajar psikologi pendidikan. Yogyakarta: Parama
Publishing.
36. Psychology Foundation of Australia. 2014. Depression anxiety stress
scale. (diakses 2 Mei 2019)Wahyudi, Rony. Eka Bebasari. Elda Nazriati.
2015. Gambaran Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau Tahun Pertama. Riau: Universitas Riau
37. Hardisman & Dian, P., 2014. Gambaran distres pada mahasiswa preklinik
tahun ketiga fakultas kedokteran. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia.
3(3):145–53.
48
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
Dengan hormat,
NIM : G1A116096
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh peneliti. Informasi yang didapat
peneliti hanya semata-mata digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jambi, 2019
Peneliti
54
LAMPIRAN 5
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
NIM :
Alamat :
Jambi, 2019
Yang menyatakan
(...........................................)
LAMPIRAN 6
55
KUESIONER DEMOGRAFI
IDENTITAS
NAMA (INISIAL) :
UMUR :
ALAMAT :
LAMPIRAN 7
56
TES DASS
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
1
sepele.
2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
5
merasa cemas.
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
6 mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
No PERNYATAAN 0 1 2 3
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat
10
saya kesal.
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan
11
terhadap hal yang sedang saya lakukan.
57
LAMPIRAN 8
Umur
17 18 19 20 21 Total
Koding Prodi
Independent Samples
F Sig. t df
LAMPIRAN 9
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
62