SKRIPSI
Disusun oleh :
INDIRA LARASATI
G1A116047
i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : G1A116047
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Tugas Akhir Skripsi yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Indira Larasati
NIM : G1A116047
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2019” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis berterimakasih kepada semua pihak yang dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat
bermanfaat bagi penelitian yang akan dilaksanakan.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
vi
2.1.1 Definisi ............................................................................................... 5
2.6 Hipotesis................................................................................................ 27
vii
3.3.1 Populasi Penelitian............................................................................. 28
4.1.2 Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi ................................................................................................... 38
4.1.3 Kelengkapan Imunisasi Dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi .......... 38
viii
4.1.4.2 Hubungan antara jumlah anak dengan kelengkapan imunisasi
dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi .......................... 40
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRACT
Background: Immunization is an active effort to generate antibodies or specific
immunity that is effective in preventing transmission of certain diseases, by giving
vaccines. One of the factors that affect the completeness of infant immunization is
the mother's knowledge, such as mother's ignorance of the importance of
immunization, the right time to get immunization and the fear of side effects
caused by immunization to cause children to get disease.
Method: This study used descriptive analytic method with the respondens were
mothers who had children from age 1 to 2 years and lived in the Putri Ayu Health
Center Jambi City areas. Sample consist of 97 respondents which were collected
by interview and using a questionnaire and observation the KMS / KIA book.
Data were processed with univariate and bivariate analysis with fisher's exact
test.
Conclusion: The more advanced knowledge of the mother know about basic
immunization, the better achievement to be had about complete basic
immunization
xv
ABSTRAK
Hasil: Analisis univariat diperoleh pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar yang
terbanyak adalah pengetahuan baik (91,8%), dan kelengkapan imunisasi dasar
terbanyak adalah kategori lengkap (63,9%). Dari analisis bivariat gambaran
pengetahuan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
tahun 2019 (p value= 0.000).
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator kesehatan pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status
kesehatan anak pada saat ini serta merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan suatu bangsa. Hal ini sesuai dengan program kesehatan yang
dicanangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 pada butir ke 4
dalam rangka menurunkan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup.1
Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar
21,8 juta anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa
mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu
ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child
Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga
mencapai 92% di tahun 2019. Di tingkat nasional, kita mengharapkan target
Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir tahun 2015.2 Status
kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada anak di Provinsi Jambi pada tahun
2018 sebanyak 96,01% dengan jenis imunisasi 99,16% HB-0, 97,65% BCG,
96,59% DPT-HB/DPT-HB-Hib 1, 96,01% DPT-HB/DPT-HB-Hib 2, 96,20%
DPT-HB/DPT-HB-Hib 3, 98,41% Polio 1, 96,55% Polio 2, 96,39% Polio 3,
96,22% Polio 4, 97,51% campak, dengan cakupan imunisasi di Indonesia adalah
57,9%.3
Imunisasi merupakan upaya aktif untuk menimbulkan antibodi atau
kekebalan spesifik/khusus yang efektif untuk mencegah penularan penyakit
tertentu, dengan cara memberikan vaksin.4 Cakupan imunisasi dasar lengkap
merupakan salah satu indikator dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB/SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian
Kesehatan (RPJMN) 2015-2019.5
Imunisasi bertujuan untuk menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) yang disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi,
maka kepada bayi, anak prasekolah, anak sekolah dan orang dewasa diberikan
1
2
antara Juli 2019-September 2019, dan hasil penelitian dianalisis secara univariat
dan bivariat dengan menggunakan program komputer.
5
6
c. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B umumnya ringan.
Efek samping yang muncul hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri
sendi maupun otot dengan reaksi ringan dan sembuh dalam 1-2 hari. 8
2. Polio
Polio adalah infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Kelumpuhan
yang disebabkan oleh virus polio dapat juga melumpuhkan anggota tubuh lainnya.
Tetapi kelumpuhan banyak terjadi pada kaki sebelah. Terdapat 2 macam vaksin
polio, yaitu: IPV (Injection Polio Vaksin), vaksin ini diberikan melalui suntikan.
OPV (Oral Polio Vaksin), vaksin ini diberikan melalui tetesan, keunggulan vaksin
ini karen lebih praktis dan dapat langsung menangkal serangan virus yang masuk
kedalam tubuh.16
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia
2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik
(IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio
terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan
dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari
pemberian sebelumnya.12
a. Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, III, dan IV yang
diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua tetes
(0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes
(dropper) harus diganti dengan yang baru setiap kali membuka vial yang baru.12
b. Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna tidak boleh
menerima vaksin polio. Kontraindikasi pemberian vaksin polio antara lain anak
dalam keadaan penyakit akut, demam >38°C, muntah atau diare berat, anak
dengan imunosupresi atau sedang dalam pengobatan imunosupresif serta memiliki
keganasan yang berhubungan dengan retikuloendotelial.12
9
c. Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi polio.
Efek samping yang serius seperti lumpuh layu (paralisis) jarang terjadi.13
3. BCG
Vaksin BCG dapat mencegah penyakit tuberculosis. Tuberculosis
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis. Bacillus
Calmette Guerin (BCG) adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium
bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak
virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi
mengurangi resiko terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan
tuberkulosis millier.8,17
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi umur < 2 bulan
di lengan kanan atas. Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan
bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH profilaksi dulu, apabila
pasien kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG. Vaksin BCG diberikan
secara intradermal/intrakutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml untuk bayi baru
lahir. Penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada deltoid kanan
(lengan kanan atas).8
b. Kontraindikasi
Vaksin BCG perlu memperhatikan beberapa kontraindikasi pada anak.
Imunisasi BCG tidak dianjurkan pada anak dengan reaksi uji tuberkulin > 5 mm,
terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, sedang menjalani terapi radiasi, penyakit keganasan
pada tulang dan limfe, anak gizi buruk, demam tinggi, menderita penyakit infeksi
kulit yang luas, pernah menderita tuberculosis, dan kehamilan.8,18
c. Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum. Reaksi yang
tampak seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan
di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka.
10
Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan
tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan
atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini
normal, tidak memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya.
19
4. Vaksin DPT
Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis (batuk
rejan), dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan berat yang
disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dapat menyebar ke sistem saraf dan
jantung sehingga berakibat kematian.13 Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari)
yang disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa batuk, mata
merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan sedangkan tetanus
adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang disebarkan melalui
luka yang dalam. Gejala tetanus berupa kejang, mulut mencucu, kaku otot perut,
kaku rahang, disertai keringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti
menetek (sucking) pada 3 sampai 28 hari setelah lahir.20
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada
usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan penggunaan vaksin
DPT yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-8°C, vaksin belum kadaluarsa, tidak
pernah terendam air, dan sterilitasnya terjaga.21
b. Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf pada bayi baru lahir merupakan
kontraindikasi pertusis. Gejala tersebut seperti penyakit-penyakit yang mengenai
sistem saraf pusat berupa infeksi atau kongenital. Anak-anak yang mengalami
gejala berat tersebut pada pemberian dosis pertama komponen vaksin pertusis
perlu dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi dapat diberikan
vaksin DT. 21
11
c. Efek Samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa sakit ditempat
penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak mungkin akan demam pada sore hari
setelah mendapat vaksin dan akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak mengalami
demam lebih dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain.18
5. Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat
mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.
Campak adalah penyakit yang menular, gejalanya yaitu demam, batuk,
peradangan selaput ikat mata, dan ruam kulit. Rubella biasanya berupa penyakit
ringan pada anak, akan tetapi bila menulari Ibu hamil pada trisemester pertama
atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi
yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital
yang meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan
perkembangan.8,21
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia anak 9-11 bulan
dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin campak dilarutkan dalam cairan
pelarut steril sebanyak 5 ml kemudian disuntikkan di lengan kiri atas secara
subkutan.16
b. Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak dengan
imunodefisiensi (imun lemah) atau individu dengan gangguan imun akibat
leukimia dan lymphoma merupakan kontraindikasi pemberian vaksin campak.9
c. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama
3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah divaksinasi. Walaupun dilaporkan ada
beberapa variasi temuan, efek samping vaksin campak hidup (tunggal atau
gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan. 20
12
3. DPT
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam
tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan,
yang akan hilang dalam 2 hari. Orangtua / pengaruh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika
demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir,
bawalah bayi / anak ke dokter.8
4. Polio
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu
orangtua / pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.8
5. Campak
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak berupa rasa tidak nyaman
di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul
5-12 hari setelah penyuntikan, yaitu demam tidak tinggi atau erupsi kulit
halus/tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam. Orangtua / pengasuh dianjurkan
untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika
demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir,
bawalah bayi / anak ke dokter. 8
14
Tabel 2.1 Dosis Pemberian Imunisasi Berdasarkan Jenis Vaksin dan Cara
Pemberiannya:22
Vaksin Dosis Cara Pemberian
HB 0,5 cc Intramuskular
BCG 0,05 cc Intrakutan di daerah muskulus deltoideus
Polio 2 tetes Mulut
DPT 0,5 cc Intramuskular
Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas
Sumber: Mulyanti, Y. 2013. Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Situgintung Tahun 2013.
c. Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa
bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari
oleh pelakunya, seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya,
dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya
kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.
Berdasarkan asumsi, ibu yang sibuk bekerja untuk mendapatkan tambahan
pendapatan keluarganya, maka kesempatan untuk datang ke tempat pelayanan
imunisasi semakin berkurang.27
d. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkah laku
seseorang. Keadaan ekonomi keluarga yang baik diharapkan mampu mencukupi
dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya, sehingga seseorang
dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan berbeda dengan tingkat sosial
ekonomi rendah. Keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan
mengusahakan ekonomi yang lengkap bagi anak atau bayinya.28
2. Letak Geografis
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kesehatan / imunisasi individu
adalah keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Kemudahan
untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya
transportasi yang tersedia sehingga dapat memperpendek jarak tempuh, hal ini
akan menimbulkan motivasi bagi ibu untuk datang ke tempat pelayanan
imunisasi. Daerah yang tersedia sarana transportasi berbeda dengan mereka yang
hidup terpencil. Kemudahan tempat yang strategis dan sarana transportasi yang
lengkap akan mempercepat pelayanan kesehatan.29
3. Vaksin
Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati (inaktif) yang
mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu. Oleh
karena itu harus diperhatikan syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin
untuk menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak. Bila syarat-
syarat tersebut tidak di perhatikan maka vaksin sebagai material biologis mudah
18
rusak atau kehilangan potensinya untuk merangsang kekebalan tubuh, bahkan bisa
menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diharapkan.8,30
4. Petugas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
Petugas kesehatan sangat memegang peranan penting dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan, di dukung dengan fasilitas kesehatan membantu kerja
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien,
sehingga membuat pasien nyaman menggunakan jasa petugas kesehatan. Seorang
dokter, bidan, atau perawat harus mengingatkan terus kepada pasien tentang
jadwal imunisasi yang harus dilengkapi.7,31
2.2 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.13
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2014), pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi
berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar
berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.32,33
2.2.1 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitis mempunyai 6 tingkatan yaitu:17
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh
sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,
menyebutkan contoh dan lain-lain.
19
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Dari
teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahauan
memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan tersebut
diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan, tingkat kedua
memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat mengaplikasikan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat mampu menjabarkan
suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau menunjukan
kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan tingkat pengetahuan yang keenam
seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi.
20
d. Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara
berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada
dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
2. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis
dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berpikir induktif
bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, membuat Catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamati.
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan
sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek
yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek
tersebut.
2. Informasi media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga
dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Perkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
3. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan
4. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
23
khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
Orangtua:
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Sosial Ekonomi
e. Usia
Vaksin
Petugas Kesehatan
dan Fasilitas
Kesehatan
Comfonding Factor
Petugas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
26
2.6 Hipotesis
Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan
imunisasi dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
28
𝟏,𝟓𝟗
ni=n2 = 𝟎,𝟎𝟑𝟔𝟏 = 88,32 ( dibulatkan menjadi 88 )
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 88 sampel
penelitian. Dengan memperhitungkan kemungkinan drop out sebesar 10 % maka
jumlah sampel minimal 96,8 (dibulatkan menjadi 97).
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
1. Ibu yang memiliki anak berumur antara 1 sampai 2 tahun dan tinggal di
wilayah Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
2. Ibu yang memiliki dan membawa KMS atau kartu imunisasi atau buku KIA
3. Ibu yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1. Ibu yang mengisi kuesioner tidak lengkap
2. Ibu yang tidak memiliki dan membawa KMS atau kartu imunisasi
3. Keluarga lainnya yang bukan Ibu dari anak berumur 1-2 tahun
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling, ibu yang mempunyai anak usia 1-2 tahun yang datang ke
puskesmas pada saat pengambilan data dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu.
3.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kelengkapan imunisasi dasar.
29
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari KMS/ kartu imunisasi atau Buku KIA.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat yang dilakukan pada
penelitian ini ada 2 yaitu :
1. Analisis hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi
dasar
Analisis yang akan digunakan pada menguji dua variabel yang berskala
kategorik analisis adalah dengan uji fisher, untuk interpretasi hasil menggunakan
derajat kemaknaan (α) sebesar 5% dengan catatan jika keputusan Ho ditolak
apabila p ≤ α (0,05) artinya ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan
ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Ho diterima apabila p > α (0,05)
artinya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar.
33
Kurang Baik
Jumlah
Populasi
Semua Ibu yang mempunyai anak usia 1-2 tahun yang berada
di wilayah Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Informed Consent
Sampel
Ibu yang mempunyai anak usia 1-2 tahun yang datang ke
puskesmas
4.1 Hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 hingga September 2019.
Bertempat di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
Penelitian dilaksanakan di poli imunisasi, poli KIA dan poli anak Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi dengan menggunakan kuesioner yang berisi 32 pertanyaan yang diberikan
kepada 97 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang diperoleh dari
penelitian ini di dapatkan hasil sebagai berikut:
Dilihat dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden terbanyak pada usia
dewasa awal sebanyak 56 responden (57,74%) dan terkecil pada usia dewasa akhir
sebanyak 12 responden (12,37%).
27
36
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut jumlah anak di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
Jumlah anak Frekuensi Persentase (%)
≤2 75 77,32
>2 22 22,68
Total 97 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah ibu yang
memiliki anak ≤ 2 anak sebanyak 75 responden (77,32%) dan terkecil ibu yang memiliki
anak >2 sebanyak 22 responden (22,68%)
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 8 8,24
SMP 12 12,38
SMA 47 48,46
TOTAL 97 100%
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
PNS 11 11,34
SWASTA 13 13,40
IRT 61 62,88
WIRASWASTA 12 12,38
TOTAL 97 100%
4.1.2 Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden menurut pengetahuan di Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
Baik 89 91,8
Kurang Baik 8 8,2
Total 97 100%
Dari seluruh Ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini 89 diantaranya
berpengetahuan baik (91,8%) dan 8 diantaranya berpengetahuan kurang baik (8,2%).
4.1.4.1 Hubungan antara usia Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi dasar bayi di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Tabel 4.7 Korelasi berdasarkan usia Ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar
bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Kelengkapan Imunisasi
p-
Total Value
Usia Ibu Lengkap Kurang lengkap
(%)
N % N %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok usia remaja akhir dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar
17,5%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 12,4%.
Ibu pada kelompok usia dewasa awal dengan kelengkapan imunisasi
lengkap yaitu sebesar 39,2% lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap
yaitu sebesar 17,5%.
Sedangkan Ibu pada kelompok usia dewasa akhir dengan kelengkapan
imunisasi lengkap yaitu sebesar 7,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi
kurang lengkap yaitu sebesar 6,4%.
39
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan nilai p-value 0,458 dimana nilai p lebih
besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara usia Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
Kelengkapan Imunisasi p-
Jumlah Total Value
Lengkap Kurang lengkap
Anak (%)
N % N %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok jumlah anak ≤ 2 dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar
53,6%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 23,7%.
Ibu pada kelompok jumlah anak > 2 dengan kelengkapan imunisasi lengkap
yaitu sebesar 10,3% lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu
sebesar 12,4%.
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui nilai p value 0,04 dimana nilai p value
kurang dari 0,05 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
jumlah anak yang dimiliki dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
40
Kelengkapan Imunisasi
p-
Pendidikan Total Value
Lengkap Kurang lengkap
Terakhir (%)
N % N %
PERGURUAN
21 21,6 9 9,3 30(30,9)
TINGGI
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok pendidikan terakhir SD dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu
sebesar 6,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar
2,1%.
Ibu pada kelompok pendidikan terakhir SMP dengan kelengkapan
imunisasi lengkap yaitu sebesar 4,1% lebih kecil dari kelompok imunisasi kurang
lengkap yaitu sebesar 8,2%.
Ibu pada kelompok pendidikan terakhir SMA dengan kelengkapan imunisasi
lengkap yaitu sebesar 32%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap
yaitu sebesar 16,5%.
Sedangkan Ibu pada kelompok pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar 21,6%, lebih besar dari
kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 9,3%.
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan nilai p-value 0,119 dimana nilai p lebih
besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan terakhir Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar
bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
41
Kelengkapan Imunisasi
p -Value
Total
Pekerjaan Lengkap Kurang lengkap
(%)
N % N %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui bahwa Ibu pada
kelompok pekerjaan PNS dengan kelengkapan imunisasi lengkap yaitu sebesar
8,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 3,1%.
Ibu pada kelompok pekerjaan swasta dengan kelengkapan imunisasi
lengkap yaitu sebesar 9,3% lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap
yaitu sebesar 4,1%.
Ibu pada kelompok pekerjaan IRT dengan kelengkapan imunisasi lengkap
yaitu sebesar 40,2%, lebih besar dari kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu
sebesar 22,7%.
Sedangkan Ibu pada kelompok pekerjaan wiraswasta dengan kelengkapan
imunisasi lengkap yaitu sebesar 6,2%, memiliki hasil yanng sama dengan
kelompok imunisasi kurang lengkap yaitu sebesar 6,2%.
Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan nilai p-value 0,647 dimana nilai p lebih
besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pekerjaan Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2019.
42
N % N %
Total 62 35 97(100)
Dari hasil analisis antara hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi di
dapatkan bahwa persentase Ibu yang memiliki pengetahuan baik dengan imunisasi
yang lengkap adalah 63,9%. Dan persentase Ibu yang memiliki pengetahuan
kurang baik dengan imunisasi yang tidak lengkap adalah 8,2%.
Berdasarkan hasil uji statistik fisher, nilai p-value yang diperoleh adalah
0.000, dikatakan ada hubungan jika p-value < 0.05. Jadi pada penelitian ini
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan Ibu tentang imunsasi
dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi.
4.1 Pembahasan
4.2.1 Karakter Subjek Penelitian
Karakteristik responden untuk penelitian ini berdasarkan usia yang paling
banyak yaitu usia 26-35 tahun dengan jumlah responden 56 dari 97 responden
(57,74%). Hal ini hampir serupa dengan penelitian mengenai hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi oleh Rahma Heriyanti dimana usia rata-rata
respondennya adalah 26-35 tahun (45,71%).35
43
Berdasarkan jumlah anak yang paling banyak yaitu ibu dengan ≤ 2 anak
dengan jumlah responden 75 dari 97 responden (77,32%). Hal ini hampir serupa
dengan penelitian Nurhidayati yang memiliki responden yang memiliki ≤ 2 anak
dengan jumlah respondennya adalah 54 responden (73,9%).34
Berdasarkan pendidikan terakhir yang paling banyak yaitu ibu dengan
lulusan SMA dengan jumlah responden 47 dari 97 responden (48,46%). Hal ini
hampir serupa dengan penelitian Dewi Nur Intan Sari yang memiliki responden
dengan pendidikan terakhir SMA dengan jumlah respondennya adalah 41
responden (63,1%).7
Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga dengan
jumlah responden 61 dari 97 responden (62,88%). Hal ini hampir serupa dengan
penelitian Bella Rena Safira yang memiliki responden sebagai ibu rumah tangga
dengan jumlah respondennya adalah 83 responden (85,5%).36
dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi. artinya semakin baik tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar maka ada kecenderungan ibu untuk
memberikan imunisasi secara lengkap kepada bayinya. Pengetahuan yang baik ini
dapat menyebabkan perubahan perilaku ibu yang terbiasa dengan tradisi yang
telah ada dikeluarga, khususnya tradisi yang terbiasa tidak memberikan imunisasi
pada bayi atau balitanya. Dengan pengetahuan yang baik pula maka tradisi yang
tadinya tidak mengarah kepada perilaku hidup yang sehat akan dapat berubah
menjadi perilaku hidup yang sehat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrianus
Josiman (2014) dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Imaunisasi dengan Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Depok 1 Yogyakarta” yang mengatakan bahwa ada
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi
status imunisasi pada bayinya, dimana bayi yang mempunyai ibu dengan
pengetahuan tentang imunisasi yang baik akan mempunyai status imunisasi dasar
yang lengkap dibandingkan dengan bayi dengan ibu yang berpengetahuan kurang
baik terhadap imunisasi. Selanjutnya hasil penelitian yang sesuai dengan hasil
peneliti adalah penelitian dari Sumiatun (2014) dengan judul Hubungan
pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar Di
Puskesmas Kudus Tahun 2014 yang menunjukkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan melakukan tindakan pemberian imunisasi dasar
(83,6%), sedangkan yang pengetahuannya kurang (60%) yang melakukan
imunisasi dasar.38,39
Menurut peneliti, disarankan kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Jambi
untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan
untuk lebih menggiatkan dalam memberikan tambahan informasi kepada
masyarakat terutama Ibu tentang pentingnya imunisasi dalam upaya pencegahan
terjadinya penyakit. Bagi Puskesmas disarankan untuk melakukan kegiatan
pembinaan guna meningkatkan pengetahuan Ibu mengenai pentingnya imunisasi.
Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam
46
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai
hubungan antara pengetahuan Ibu tentang Imunisasi dasar dengan kelengkapan
imunisasi dasar bayi di puskesmas putri Ayu Kota Jambi tahun 2019 dapat
disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik responden untuk penelitian ini berdasarkan usia yang paling
banyak pada Ibu dengan usia dewasa awal 26-35 tahun sebanyak 57,74%.
Berdasarkan jumlah anak yaitu Ibu yang memiliki ≤2 anak sebanyak 77,32%.
Berdasarkan pendidikan terakhir yaitu Ibu dengan lulusan SMA sebanyak
48,46%. Berdasarkan pekerjaan yaitu ibu yang berkerja sebagai Ibu Rumah
Tangga sebanyak 62,88%.
2. Gambaran pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar bayi pada kategori
baik yaitu 91,8%, dan yang memiliki pengetahuan pada kurang 8,2%.
3. Gambaran kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi adalah lengkap yaitu 63,9% dan yang tidak lengkap 36,1%.
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
tahun 2019. Semakin tinggi pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar semakin
baik capaian imunisasi dasar lengkap.
47
48
5.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi mengenai pengetahuan Ibu mengenai imunisasi dasar dan kelengkapan
imunisasi dasar bayi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Sehingga, dari hasil
penelitian ini pihak Puskesmas dapat lebih meningkatkan upaya penyuluhan
mengenai pentingnya imunisasi dasar.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
54
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum wr,wb
Salam sejahtera
Nama: Indira Larasati
NIM: G1A116047
Saya mahasiswa Universitas Jambi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Kedokteran, sedang melaksanakan penelitian untuk
penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai
Sarjana Kedokteran (S.Ked).
Tertanda
Responden
55
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
A. Karakteristik Responden
1. Inisial Ibu :..........
Umur Ibu :..........
2) Tamat SMP
3) Tamat SMA
4) S1
56
2) Karyawan Swasta
3) PNS
4) lain lain....
B. Pengetahuan
NO Pernyataan Benar Salah
1. Suatu upaya untuk memberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit
merupakan pengertian dari
imunisasi
2. Campak, DPT, MMR, Hepatitis B,
dan Polio merupakan imunisasi
dasar lengkap
3. Imunisasi campak, polio,
influenza, hepatitis B diberikan
sebelum usia bayi 9 bulan
4. Imunisasi diberikan sejak lahir
5. Manfaat imunisasi untuk
menambah nafsu makan anak
6. Vaksin BCG tidak dapat mencegah
infeksi TBC (tuberculosis) namun
dapat mencegah komplikasi nya
7. Imunisasi BCG diberikan 7 kali
8. Tempat pemberian vaksin BCG di
lengan kanan atas
9. Apabila imunisasi BCG diberikan
pada usia lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin
(uji untuk tes TBC)
10. Imunisasi BCG diberikan sebelum
umur 3 bulan
11. Kejang merupakan efek samping
dari pemberian imunisasi BCG
12. Hepatitis B merupakan imunisasi
58
44 32 S1 IRT 3 km 5 jt
45 28 S1 PNS 1 km 5 jt
46 29 SMA IRT 2 km 3 jt
47 28 SMA SWASTA 1 km 4 jt
48 27 SMA IRT 1,5 km 4 jt
49 27 SMA IRT 1 km 4 jt
50 29 SMP IRT 2 km 3 jt
51 24 SMA IRT 1 km 3,5 jt
52 39 SMP IRT 1,5 km 3 jt
53 30 SMA IRT 1 km 3 jt
54 24 SMA IRT 2 km 2,5 jt
55 25 SMA SWASTA 500 m 1,5 jt
56 24 SMA IRT 1 km 2,5 jt
57 24 SMA IRT 700 m 3 jt
58 34 S1 SWASTA 1 km 4 jt
59 41 SMA IRT 1 km 5 jt
60 22 SMA SWASTA 1 km 4 jt
61 27 S1 IRT 2 km 6 jt
62 20 SMP IRT 1 km 1 jt
63 24 SMA IRT 1,5 km 3,5 jt
64 32 SMA SWASTA 3 km 6 jt
65 27 SMA IRT 3 km 4 jt
66 23 SMA IRT 1,5 km 3 jt
67 30 SMA IRT 3 km 5 jt
68 24 SMP IRT 1 km 4 jt
69 34 SMA IRT 2,5 km 6 jt
70 37 SMA IRT 2 km > 3 jt
71 25 SMA SWASTA 1,5 km 3 jt
72 29 S1 PNS 1 km 5 jt
73 26 SD IRT 1 km 3,5 jt
74 32 S1 PNS 2 km 6 jt
75 30 SMA SWASTA 1,5 km 5,5 jt
76 31 SD IRT 2 km 2 jt
77 39 SD IRT 500 m 4 jt
78 32 S1 SWASTA 1,5 km 6 jt
79 37 SMA IRT 3,5 km 2,5 jt
80 24 SMA IRT 1 km 6 jt
81 35 SMA IRT 2 km 5 jt
82 37 S1 SWASTA 1 km 4,5 jt
83 24 SMA SWASTA 1 km 3,5 jt
84 27 SMA IRT 1 km 3 jt
85 33 S1 SWASTA 1 km 6 jt
86 41 SMA IRT 1 km 6 jt
87 28 S1 PNS 1 km 6 jt
88 22 SMA IRT 1,5 km 3,5 jt
89 24 S1 SWASTA 1 km 5 jt
64
90 25 S1 IRT 1,5 km 5 jt
91 26 SMA IRT 2,5 km 4 jt
92 28 SMA IRT 1 km 5 jt
93 27 SMA IRT 2 km 2 - 3 jt
94 36 SD SWASTA 1,5 km 2 jt
95 26 S1 SWASTA 1 km 4 jt
96 31 S1 PNS 2 km 4 jt
97 30 S1 PNS 1 km 4 jt
65
Usia ibu
Jumlah anak
Pendidikan Terakhir
SD 8 8,24
SMP 12 12,38
SMA 47 48,46
PERGURUAN TINGGI 30 30,92
TOTAL 97 100%
Pekerjaan
TOTAL 97 100%
69
Kelengkapan imunisasi
N % N %
Baik 62 63,9 27 27,8 89(91,8) 0,000
total 62 35 97(100)
Kelengkapan Imunisasi
Baik Count 27 62 89
Total Count 35 62 97
Lampiran 10 Dokumentasi
Penguisian Kuesioner
74