MAKASSAR
2018
i
PENGARUH PENYEMPROTAN LARUTAN PERASAN ALOE
VERA 25% DAN 50% TERHADAP STABILITAS DIMENSI
CETAKAN ALGINAT DI LABORATORIUM DENTAL MATERIAL
FKG UMI TAHUN 2017
SKRIPSI
MAKASSAR
2018
i
ii
iii
iv
PRAKATA
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas
skripsi yang berjudul „Pengaruh Penyemprotan Larutan Perasan Aloe Vera 25% dan
FKG UMI Tahun 2017‟. Salam dan shalawat peneliti haturkan kepada junjungan besar
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan teladan yang baik bagi seluruh umat
manusia.
Keberhasilan peneliti hingga sampai pada titik ini berkat do‟a yang tulus dari
Ibunda peneliti Delvia Nento S.Sos, yang tidak pernah letih merawat, membimbing,
mengerti kondisi peneliti, dan menjadi tempat peneliti menceritakan semua keluh
kesahnya. Dan juga do‟a yang tulus dari Ayahanda peneliti dr. Haris Nohu Sp.PD
yang tidak pernah letih memberikan semangat, nasehat, dan arahan, serta selalu
membanggakan anak-anaknya. Terima kasih telah menjadi orang tua yang selalu terlihat
kuat dan bijaksana dihadapan kami, anak-anaknya. Semoga peneliti dapat mengukir
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami
kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah
serta izin dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat
diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mohon izin untuk menghaturkan
v
1. Prof. Dr. Hj. MasrurahMochtar, MA selaku Rektor Universitas Muslim
Indonesia.
2. Dr. drg. H. Syamsu Khaldun, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi UMI.
3. drg. Hj. Chusnul Chotimah, Sp. Pros selaku dosen pembimbing utama penulisan
skripsi ini yang telah menuntun peneliti dengan penuh kesabaran dan keterbukaan,
dengan tulus telah meluangkan waktu dan pikiran membimbing peneliti ditengah
kesibukkan yang sangat padat serta ikut menyumbangkan pikiran dalam penyusunan
4. drg. Hj. Nurasisa Lestari, MARS selaku dosen pembimbing pendamping penulisan
skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran membimbing peneliti
bimbingan, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
5. Seluruh civitas akademik Fakultas Kedokteran Gigi, Dosen dan Staf yang telah
6. Kepada saudara peneliti, dr. Moh Gilang Fajriansyah Nohu serta seluruh
7. Segenap keluarga besar ALVEO14R, keluarga yang paling berharga untuk peneliti
dalam lingkup FKG UMI, terimakasih untuk kekompakkan dan rasa persaudaraan
yang telah kalian berikan. Dan terima kasih karena telah membantu peneliti dalam
vi
Sri Handayani dan Fitri Adama. Terimakasih atas kerjasamanya, suka duka serta
canda tawa dalam penelitian ini dikerjakan bersama – sama dari awal mulainya
10. Kepada Sitti Munawarah, S.KG, Abd. Rahman Abdal, Andi Fachrul, Afdan
Muh. Khaidir, Yusuf Pasal, Fahri Rusli, dan Zulfahmi Duwila. Terima kasih
telah berbagi ilmu dan saling bertukar pikiran, terimakasih juga selalu
memberikan masukan, semangat dan canda tawa selama ini. Tetap jadi “my
support system”.
Tiada imbalan yang dapat peneliti berikan selain doa yang tulus, semoga bantuan
dari berbagai pihak bernilai ibadah dimata Allah SWT. Akhirnya dengan segenap
kerendahan hati peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan,
Besar harapan peneliti untuk diberikan kritik dan saran yang membangun agar
lebih baik dikemudian hari nanti. Semoga skripsi ini dapat berguna untuk semua
pihak.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA........................ .............................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
ABSTRAK........................ .............................................................................. xv
BAB I AWAL.................................................................................................. 1
.......................................................................................................................
viii
2.1.2 Komposisi Alginat ............................................................................... 9
ix
3.1 Kerangka Teori........................................................................................... 27
BAB VI AKHIR.............................................................................................. 50
6.2 Saran........................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Data stabilitas dimensi cetakan alginat dengan penyemprotan larutan perasan
Tabel 5.2 Data stabilitas dimensi cetakan alginat dengan penyemprotan larutan perasan
Tabel 5.3 Uji beda lanjut nilai rerata (LSD test) pengukuran dimensi vertikal(AB) dan
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR ARTI SINGKATAN
xiv
ABSTRAK
Latar belakang: Bahan cetak alginat merupakan salah satu bahan cetak yang banyak
digunakan di kedokteran gigi. Alginat mempunyai sifat imbibisi dan sifat sineresis yang
dapat menyebabkan perubahan dimensi hasil cetakan. Faktor lain yang harus
diperhatikan adalah kontrol dari penularan infeksi yang berasal dari bahan cetak.
Larutan perasan Aloe vera 25% dan 50% dapat digunakan sebagai desinfektan pada
cetakan alginat dengan cara disemprot. Karena bahan cetak menjadi salah satu agen
penularan infeksi pada dokter gigi, maka penting untuk melakukan tindakan desinfeksi
dengan larutan desinfektan.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penyemprotan larutan perasan Aloe vera 25%
dan 50% terhadap stabilitas dimensi cetakan alginat di laboratorium dental material
FKG UMI tahun 2017
Metode penelitian: Jenis penelitian true eksperimental dengan rancangan penelitian
posttest-only control group design pada 27 sampel hasil cetakan alginat.
Pengelompokan sampel terdiri dari 3 kelompok yaitu 1 kelompok tanpa perlakuan atau
kontrol dan 2 kelompok perlakuan dengan teknik desinfeksi penyemprotan
menggunakan larutan perasan Aloe vera 25% dan 50% selama 10 menit. Pada masing-
masing kelompok perlakuan terjadi perubahan stabilitas dimensional yang dilihat
melalui pengukuran diameter dengan menggunakan jangka sorong digital.
Hasil penelitian: Hasil yang diperoleh dengan menggunakan one way anova test yaitu
penggunaan bahan larutan perasan Aloe vera 25% dan 50% terdapat perbedaan nilai
rerata pengukuran dimensi horizontal dan vertikal yang signifikan antara cetakan alginat
setelah penyemprotan larutan perasan Aloe vera 25% dengan kelompok kontrol, dan
antara larutan perasan Aloe vera 50% dengan kelompok kontrol. Ditemukan nilai p<0,05
pada seluruh perbandingan kelompok.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan perasan Aloe vera 25% dan
50% menyebabkan perubahan dimensi cetakan alginat.
KataKunci: Alginat, Larutan Perasan Aloe vera, Stabilitas Dimensional
xv
ABSTRACT
MOH. AZHARY S. NOHU. Effect of Spraying Aloe Vera Solution Juice 25% and
50% on Alloy Dimension Stability in Dental Material Laboratory of FKG UMI 2017
(Guided by Chusnul Chotimah and Nurasisa Lestari)
Background: Alginate material is one of the most widely used materials in dentistry.
Alginate has some characteristic such as imbibition and syneresis properties that can
cause dimensional changes alginate mold result. Another factor to consider is the
control of transmission of infection from alginate. Aloe vera solution juice 25% and
50% can be used as disinfectant on alginate mold by spraying. As alginate mold result
became one of the agents of transmission of infection in dentist, it is important to take
action disinfection with a disinfection solution.
Objective: Purpose of this research is to determine effect of spraying solution of Aloe
vera juice 25% and 50% to alginate mold dimension stability in laboratory of dental
material of FKG UMI 2017.
Methods: Type of true experimental research with the study design posttest-only
control group design on 27 samples of alginate mold. Sample grouping consist of 3
groups there are 1 control group or without treatment and 2 treatment groups with
spraying Aloe vera juice 25% and 50% for 10 minutes. In each treatment group
dimensional stability changes were seen by diameter measurement using a digital
caliper.
Results: The result obtained by using one way anova test that use Aloe vera juice 25%
and 50% there are differences in the average value of the horizontal and vertical
dimension measurements were significant between the algiante after spraying Aloe vera
juice 25% with group control, and between Aloe vera juice 50% with group control.
Found the value of p<0,05 in the entire comparison group.
Conclusion: It can be concluded that use of Aloe vera juice 25% and 50% that cause
dimensional changes of mold alginate.
xvi
BAB I
AWAL
cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan ini akan digunakan untuk
membuat model studi maupun model kerja untuk mendukung penetapan rencana
bahan tidak dapat kembali ke bentuk semula, misalnya plaster of paris, pasta cetak zinc
oxide eugenol, dan hydrocolloid alginat yang mengeras dengan reaksi kimia, sedangkan
bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Reversible berarti bahan cetak
melunak dengan pemanasan dan mengeras dengan pendinginan tanpa terjadi perubahan
Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang
bersifat elastis dan non elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan di
digunakkan karena mudah dalam pembuatannya, harga yang relatif murah dan
keakuratannya memuaskan. Alginat juga banyak digunakkan karena lebih luas indikasi
(Craig‟s, 2012; Arinawati YD dkk, 2012;
pemanfaatannya dibandingkan jenis bahan cetak lainnya
Febriani M, 2001 )
.
1
Bahan cetak alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila berkontak
dengan air sehingga bentuknya lebih mudah mengembang. Hal ini dapat menyebabkan
perubahan bentuk atau dimensi hasil cetakan sehingga mudah terjadi ekspansi yang
dapat menyebabkan ketidakakuratan hasil cetakan alginat. Oleh karena itu, stabilitas
dimensional pada hasil cetakan alginat merupakan hal penting dalam keberhasilan
pembuatan model cetakan selanjutnya. Disamping itu, alginat mudah terjadi pengerutan
saat dibiarkan terlalu lama pada udara terbuka. Sehingga penting untuk menjaga
(Sari FD dkk,
kelembapan hasil cetakan alginat agar stabilitas dimensi terjaga dengan baik
2013)
.
Faktor lain yang harus diperhatikan saat menggunakan bahan cetak adalah kontrol
dari penularan infeksi silang yang berasal dari bahan cetak. Menurut penelitian Pang KS
(Pang
dkk (2006), bahan cetak menjadi salah satu agen penularan infeksi pada dokter gigi
KS dkk, 2006)
. Mikroorganisme patogen dapat dengan mudah menyebar melalui bahan
cetak, maka penting untuk melakukan tindakan desinfeksi dengan larutan desinfektan.
penyemprotan dengan waktu standar 10 menit. Permasalahan yang dapat timbul setelah
(Anusavice
tindakan desinfeksi adalah perubahan keakuratan dimensional dari bahan cetak
JK, 2014; Vidya BS dkk, 2007)
.
Saat ini selain penggunaan bahan desinfektan kimia, banyak juga bahan herbal
meningkat dalam memanfaatkan bahan herbal yakni dengan banyaknya produk – produk
herbal berbahan aktif yang digunakan untuk kosmetik, kesehatan dan mencegah
2
menumbuhkan butir tumbuh – tumbuhan dan biji buah – buahan. Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Yang memiliki
pengaruh perendaman cetakan alginat dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan
perasan Aloe vera terhadap stabilitas dimensional. Dan hasilnya menunjukkan bahwa
penggunaan larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% dan perasan Aloe vera 100%
menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan Aloe vera
(Saleh
sebagai bahan desinfektan cetakan alginat dengan teknik desinfeksi penyemprotan
NN, 2015)
.
sanguis. Penelitian ini menggunakan ekstrak Aloe vera dengan konsentrasi 5%, 10%,
25%, 50% dan 100% disertai dengan kontrol negatif dan kontrol positif, kemudian
dengan cairan aquades steril dengan replikasi 3 kali. Hasil yang diperoleh yaitu pada
konsentrasi 5% dan 10% sudah memperlihatkan adanya zona bening tetapi dengan
diameter yang kecil, ini berarti bahwa ekstrak Aloe vera konsentrasi 5% dan 10% sudah
memiliki daya hambat tetapi tidak cukup signifikan untuk digunakan dalam
25%, 50% dan 100% juga sudah terlihat adanya zona bening dengan diameter yang
semakin besar, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak Aloe vera konsentrasi 25%,
3
50% dan 100% merupakan konsentrasi yang paling efektif dan dapat digunakan untuk
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang
insektisida alami yang dapat tumbuh disekitar kita. Menurut penelitian Boel, Aloe vera
mempunyai daya antibakteri pada konsentrasi 25%, 50%, dan 100%. Daya hambatnya
(Natsir AN, 2013; Arivia S dkk, 2013; Pratiwi R,
akan semakin besar pada konsentrasi yang lebih tinggi
2005)
.
cetakan dengan teknik perendaman dapat menimbulkan beberapa kerugian, antara lain
dapat menghilangkan beberapa sifat dari cetakan alginat tersebut seperti keakuratan
dimensi, stabilitas dan wettability. Teknik perendaman cetakan alginat pada larutan
Sejauh yang penulis ketahui, penggunaan Aloe vera sebagai desinfektan alami
konsentrasi 25% dan 50% belum pernah diteliti untuk melihat pengaruh terhadap
perubahan dimensi hasil cetakan alginat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Penyemprotan Larutan Perasan Aloe vera 25% dan 50% Terhadap
4
Stabilitas Dimensi Cetakan Alginat Di Laboratorium Dental Material FKG UMI
Tahun 2017”.
masalah penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh penyemprotan larutan perasan Aloe vera
25% dan 50% terhadap stabilitas dimensi cetakan alginat di Laboratorium dental
Untuk mengetahui pengaruh penyemprotan larutan perasan Aloe vera 25% dan
50% terhadap stabilitas dimensi cetakan alginat di Laboratorium dental material FKG
larutan perasan Aloe vera konsentrasi 25% di laboratorium dental material FKG
larutan perasan Aloe vera konsentrasi 50% di laboratorium dental material FKG
1.3.2.3 Untuk mengetahui pengaruh penyemprotan larutan perasan Aloe vera pada
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Peneliti
1.4.2 Teoritis
perasan Aloe vera 25% dan 50% terhadap stabilitas dimensi cetakan alginat di
1.4.3 Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini didapatkan larutan perasan Aloe vera 25%
dan 50% dengan teknik penyemprotan pada cetakan alginat dapat memberi pengaruh
terhadap stabilitas dimensi cetakan alginat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
penyimpanan bahan cetak alginat setelah dilakukan desinfeksi dengan larutan perasan
Aloe vera 25% dan 50% tanpa terjadi perubahan stabilitas dimensi yang berarti.
1.4.4 Institusi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alginat
Bahan cetak alginat adalah salah satu dari kelompok Elastic impression materials.
Alginat pertama kali digunakan pada tahun 1940-an ketika bahan cetak agar mulai
menjadi langka. Bahan cetak alginat biasanya tersedia di pasar dalam bentuk bubuk
yang mengandung larutan garam alginat, kalsium sulfat, dan bahan pengisi sebagai
Alginat dapat merupakan salah satu sumber karbohidrat yang dapat diperoleh dari
perairan di daerah tropis dan subtropis. Alginat, yang merupakan asam poliuronat linier
dan tersusun dari poli (β-D-asam manuronat) dan poli (α-L-asam guluronat), terdapat
dalam algae laut coklat (Phaeophyta). Algae tersebut termasuk dalam marga
Alginat merupakan bahan cetak yang paling umum digunakkan dokter gigi untuk
menghasilkan model antagonis dan model diagnostik pada pembuatan suatu gigi tiruan.
Suatu bahan cetak yang ideal harus memberikan hasil cetakan kondisi mulut yang akurat
dan detil, memiliki kekuatan terhadap daya robek, memiliki waktu kerja dan waktu
setting yang cukup kompatibel, serta memiliki dimensi yang stabil (Mailoa E dkk, 2012).
Bahan cetak alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila berkontak
dengan air sehingga bentuknya lebih mudah mengembang (Sari FD dkk, 2013).
7
2.1.2 Komposisi Alginat
Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrocolloid irreversible adalah salah satu
alginat yang larut air, seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin. Bila alginat
larut air dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk sol. Sol sangat kental
meskipun dalam konsentrasi rendah. Alginat yang dapat larut membentuk sol dengan
cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan kuat. Berat molekul dari campuran
alginat sangat bervariasi, bergantung pada buatan pabrik. Semakin besar berat molekul,
perbandingan komposisi guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat tidak
larut dalam air mengendap pada pH < 3,5, sedangkan garam alginat dapat larut dalam
air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan yang stabil. Natrium alginat
(Maharani
tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat mengendap dengan alkohol
AM dkk, 2008)
.
Alginat sangat stabil pada pH 5 – 10, sedangkan pada pH yang lebih tinggi
viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi β- eliminatif. Ikatan glikosidik antara
asam mannuronat dan guluronat kurang stabil terhadap hidrolisis asam dibandingkan
dengan ikatan dua asam mannuronat atau dua asam guluronat. Kemampuan alginat
membentuk gel terutama berkaitan dengan proporsi L-guluronat (Maharani AM dkk, 2008).
ditambahkan dengan jumlah yang tepat, akan dapat meningkatkan kekuatan dan
kekerasan gel alginat, menghasilkan tekstur yang halus, dan menjamin permukaan gel
padat, yang tidak bergelombang. Bahan tersebut juga membantu pembentukkan sol
8
dengan menghamburkan partikel bubuk alginat dalam air. Tanpa suatu bahan pengisi,
gel yang terbentuk tidak kuat dan menunjukkan permukaan yang lengket tertutupi
Sumber : Anusavice J Kenneth, Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi edisi 10. Penerbit buku kedokteran EGC,
2014.
2.1.3 Gelasi
Pada Natrium atau kalium alginat, kation terikat pada kelompok karboksil untuk
membentuk ester atau garam. Bila garam yang tidak larut dibentuk melalui reaksi
natrium alginat dalam larutan dengan garam kalsium, ion kalsium akan menggantikan
ion natrium dalam 2 molekul berdekatan untuk membentuk ikatan silang antara 2
9
anyaman polimer akan terbentuk. Anyaman semacam ini dapat menggantikan struktur
Bila suatu garam larut air seperti kalsium klorida digunakan sebagai reaktor,
ikatan akan selesai terbentuk dalam beberapa detik dan keseluruhan sol diubah menjadi
kalsium alginat tidak larut secara cepat, sehingga menghasilkan massa yang tidak
berguna. Kalsium sulfat yang kurang larut dibandingkan kalsium klorida, memasok ion
kalsium pada kecepatan lebih rendah sehingga hanya sebagian dari molekul alginat yang
Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat
larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut.
Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari
kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produksi kalsium alginat ini begitu
cepat sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja. Jadi, suatu garam larut air seperti
trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk memperpanjang waktu kerja. Kalsium
sulfat akan lebih bereaksi dengan garam lain dibanding alginat larut air. Oleh karena itu,
reaksi antara kalsium sulfat dan alginat larut air dapat dicegah dengan adanya trinatrium
Pada pencampuran dan spatulasi bubuk dan air, terbentuk sol alginat. Sodium
fosfat yang terdapat dalam bubuk segera larut dalam air, sedangkan gipsum hanya larut
sedikit. Sodium alginat segera bereaksi dengan ion kalsium yang berasal dari pelarutan
10
dengan kalsium divalen menghasilkan ikatan silang pada rantai-rantai alginat serta
konversi material dari bentuk sol ke bentuk gel. Pada saat terjadi reaksi setting, dan
(McCabe FJ dkk,
derajat ikatan silang meningkat, maka gel mengeluarkan sifat-sifat elastik
2015)
.
Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya gelasi, harus
menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk bahan, mengisi sendok
cetak, dan meletakannya di dalam mulut pasien. Sekali gelasi terjadi, bahan cetak tidak
boleh diganggu karena fibril yang sedang terbentuk akan patah dan cetakan secara nyata
gelasi dengan mengganti rasio air terhadap bubuk atau waktu pengadukan. Modifikasi
ini mempunyai efek yang nyata pada sifat gel, mempengaruhi kekuatan terhadap
2.1.4 Viskositas
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan regangan. Oleh karena itu,
ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan
tiba-tiba. Kecepatan mengeluarkan cetakan harus disesuaikan antara gerakan cepat dan
kenyamanan pasien. Biasanya, cetakan alginat tidak melekat secara kuat pada jaringan
mulut seperti bahan elastomer tanpa air, jadi cetakan alginat dapat dengan mudah
11
Alginat sangat stabil pada pH 5 – 10, sedangkan pH yang lebih tinggi
viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi β-eliminatif. Selain pH, suhu
ekstraksi suatu produk alginat juga berpengaruh terhadap viskositas alginat. Semakin
tinggi suhu maka viskositasnya akan menurun. Hal ini disebabkan oleh senyawa pada
alginat yang berbentuk polimer rantai panjang yang mudah mengalami degradasi. Jika
semakin tinggi suhu ekstraksi maka semakin banyak rantai panjang alginat terdegradasi
menjadi rantai pendek sehingga menyebabkan viskositas menurun (Maharani AM dkk, 2008).
2.1.5 Keakuratan
Sebagian besar cetakan alginat tidak mampu mereproduksi detail yang halus yang
dapat menyebabkan distorsi pada tepi gigi yang dipreparasi. Surfaktan memang dapat
bahan alginat memberikan gambaran realistik pada pembuatan model studi, cetakan
2.1.6 Kekuatan
Kekuatan gel maksimal diperlukan untuk mencegah fraktur dan menjamin bahwa
cetakan cukup elastis ketika dikeluarkan dari dalam mulut. Pengadukan yang tidak
kimia berlangsung secara tidak seragam di dalam massa adukan. Pengadukan yang
terlalu lama dapat memutuskan anyaman gel kalsium alginat dan mengurangi
12
2.1.7 Stabilitas Dimensi
Gel terpajan perubahan dimensi oleh proses sineresis, penguapan, dan imbibisi.
Segera setelah cetakan dikeluarkan dari dalam mulut, dan terpajan dengan udara pada
akan terjadi. Sebaliknya, bila cetakan direndam dalam air, pengembangan akan terjadi
Cetakan tidak boleh terlalu lama terpajan udara, bila ingin mendapatkan hasil
mempertahankan kandungan air yang normal dari cetakan (Anusavice JK, 2014).
dihasilkannya tekanan tersebut adalah karena adanya tekanan pada sendok cetak selama
mengerut sedikit karena perbedaan panas antara temperatur rongga mulut (35° C) dan
temperatur ruangan (23° C). Bahan cetak agar hidrokoloid mengalami perubahan
temperatur dalam arah berlawanan, dari sendok cetak yang didinginkan dengan air (15°
C) ke temperatur ruangan yang lebih hangat. Bahkan perubahan yang kecil ini dapat
13
2.1.8 Lama Penyimpanan
utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan yang telah
disimpan selama 1 bulan pada 65° C tidak dapat digunakan dalam perawatan gigi,
karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras terlalu cepat.
Bahkan pada temperatur 54° C ada bukti kerusakan, oleh karena alginat mengalami
cetak alginat. Viskositas larutan natrium alginat akan bertambah setelah disimpan
selama satu hari, karena proses pembentukan gel (penggelembungan) akan sempurna
setelah disimpan selama 24 jam. Hal ini terjadi karena larutan polisakarida dalam air
akan membentuk hidrokoloid yang bersifat non newtonian yang pseudoplastis, sehingga
untuk mendapatkan viskositas yang tinggi dan rata diperlukan waktu satu hari.
Selanjutnya viskositas akan menurun karena terjadi degradasi secara biologi oleh karena
Beberapa bentuk gipsum digunakan sebagai bahan cor atau bahan die untuk
cetakan hidrokoloid. Meskipun demikian, bahan cor gipsum belum tentu sesuai dengan
kedua jenis cetakan hidrokoloid dan permukaan model gipsum mungkin terlalu lemah
penyerapan air. Bila waktu kontak diperpanjang, stone akan menyerap air dari cetakan.
14
Hal ini akan menghasilkan permukaan berkapur dengan detail yang buruk. Reproduksi
detail permukaan juga bervariasi, bergantung pada kombinasi antara stone dan bahan
Lidah buaya (Aloe vera) adalah tanaman asli dari Afrika yang termasuk famili
yang dapat memutus rantai radikal bebas, serta menghambat oksidasi substrat secara
Aloe vera merupakan tumbuhan liar ditempat yang berhawa panas atau ditanam
pada pekarangan rumah sebagai tanaman hias, berasal famili Liliaceae dengan hijau
daun mencolok dan menyatu pada batang dengan pola berbentuk bunga mawar. Sama
seperti dari genus aloe lainnya, Aloe vera membentuk simbiosis mikoriza arbuskulark,
Lidah buaya (Aloe vera) termasuk tanaman tanpa batang atau berbatang sangat
pendek yang memiliki daun tebal. Tanaman ini sama seperti tanaman yang lainnya yang
mempunyai struktur akar, batang daun dan bunga. Tanaman ini menyerupai kaktus,
daunnya meruncing berbentuk taji, bagian dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi
bergerigi. Tanaman lidah buaya berakar serabut pendek dan tumbuh menyebar di batang
bagian bawah tanaman. Panjang akarnya mencapai 30-40 cm. Pada bagian batang,
Umumnya tidak terlalu besar dan relatif pendek, sekitar 10 cm. Penampakan batang
15
tidak terlihat jelas karena tertutup oleh pelepah daun. Letak daun lidah buaya berhadap-
hadapan dan mempunyai bentuk yang sama, yakni daun tebal dengan ujung yang
runcing mengarah ke atas. Daun memiliki duri yang terletak di tepi daun. Bunga lidah
buaya memiliki warna bervariasi, berkelamin dua dengan ukuran panjang 25-40 mm.
Bunga ini berbentuk seperti lonceng, terletak di ujung atau suatu tangkai yang keluar
dari ketiak daun dan bercabang. Panjang tangkai 50-100 cm dan bertekstur cukup keras
(Bajwa R
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari Aloe vera adalah sebagai berikut
dkk, 2007)
:
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Family : Liliceae
16
Genus : Aloe
Aloe vera mengandung 20 mineral, 12 vitamin, 18 asam amino, dan 200 senyawa
Aloe vera merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung saponin, flavonoida,
disamping itu daunnya juga mengandung tanin. Saponin dapat menghambat kerja enzim
yang berakibat penurunan kerja alat pencernaan dan penggunaan protein bagi serangga.
Kandungan zat aktif lidah buaya (Aloe vera) yang sudah terindikasi antara lain Saponin,
linoleat) yang bersifat sebagai anti inflamasi, antialergi, anti pembentukan gumpalan
(Susana I dkk,
platelet dan penyembuh luka serta enzim, asam amino, vitamin dan mineral
2004)
.
17
2.2.4 Manfaat Aloe vera
Secara umum, Aloe vera merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku
industri. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti
enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat
Selain itu, Aloe vera berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan
membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi
serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit
efektifitas Aloe vera diantaranya adalah (Rahayu DI, 2006), (Agarry OO dkk, 2005), (Muqsith A, 2017) :
2.2.4.1 Penelitian Bill Wolfe pada tahun 1969 membuktikan bahwa Aloe vera sangat
Staphylococcus aureus.
2.2.4.2 Penelitian Bhalang K et all, menemukan bahwa penggunaan ekstrak gel Aloe
vera dengan bahan aktif acemannan efektif untuk mengobati oral aphtous
ulceration.
2.2.4.3 Penelitian Muqsith A, membuktikan bahwa jus lidah buaya memiliki daya
18
2.2.4.4 Pada tahun 2005, Agarry., et al membuktikan bahwa ekstrak Aloe vera sudah
hambat 18 mm oleh gel dan 4 mm oleh kulit daun Aloe vera dengan
konsentrasi 25 mg/ml.
2.3 Desinfektan
Desinfektan yang biasa digunakan pada umumnya berasal dari bahan kimia sintetis
berupa bahan kimia buatan. Bahan kimia sintetis memiliki kelebihan yaitu dapat
mereduksi bakteri dengan cepat, namun juga memiliki kekurangan yaitu dapat
menyisakan residu dan sulit untuk terurai, maka dari itu penggunaan bahan kimia
sintetis perlu dikurangi dan digantikan dengan bahan alami yaitu bersumber dari alam
(Widyastari T dkk, 2015)
.
cetakan dengan teknik perendaman dapat menimbulkan beberapa kerugian, antara lain
dapat menghilangkan beberapa sifat dari cetakan alginat tersebut seperti keakuratan
dimensi, stabilitas dan wettability. Teknik perendaman cetakan alginat pada larutan
19
karena dapat mengurangi terpaparnya cetakan alginat terhadap mikroorganisme patogen
2.4 Gipsum
Gipsum secara umum merupakan bubuk mineral putih dengan nama kimiawi
kalsium dihidrat (CaSO4.2H2O). Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi
20
2. Tipe 2 Dental plaster, model.
Produk gipsum yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dibentuk dengan
mengeluarkan bagian air dari kristalisasi gipsum untuk membentuk kalsium sulfat
Dihidrat Hemihidrat
meliputi arah balik dari reaksi yang tertera di atas. Hemihidrat jika dicampur dengan
Berbagai tipe produk gipsum yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
secara kimiawi identik, dan semuanya terdiri dari kalsium sulfat hemihidrat, tetapi
berbeda dalam bentuk fisikal, tergantung pada metode yang digunakan dalam
21
Plaster kedokteran gigi (plaster of paris). Plaster kedokteran gigi tidak dapat
dibedakan dari plaster putih yang digunakan dalam ortopedik untuk menstabilkan
lengan patah selama penyembuhan tulang. Plaster diproduksi dengan suatu proses
yang dikenal sebagai kalsinasi, yaitu suatu proses pengeringan plaster dengan cara
bagian air dari kristalisasi. Keadaan ini menghasilkan partikel porus dengan ukuran
berlebih dari gipsum dapat menyebabkan kehilangan air lebih lanjut sehingga
Stone kedokteran gigi (dental stone) dapat diproduksi dengan cara satu atau
dua metode, jika gipsum dipanaskan hingga 125° C di bawah tekanan uap dalam
suatu otoklaf, akan terbentuk hemihidrat dengan bentuk lebih teratur dan tidak porus.
Keadaan ini kadang-kadang disebut sebagai suatu α-hemihidrat (McCabe FJ dkk, 2015).
Cara lain yaitu gipsum dapat direbus dalam suatu larutan garam seperti CaCl2.
Cara ini menghasilkan suatu material yang sama dengan yang dihasilkan secara
autoclaving tetapi bahkan dengan porositas yang sangat rendah. Pabrik pembuat
secara umum menambahkan sejumlah kecil pewarna pada stone kedokteran gigi.
Agar dapat dibedakan dari plaster gigi, yang berwarna putih (McCabe FJ dkk, 2015).
22
2.4.4 Pengerasan Gipsum
2.4.4.1 Ketika hemihidrat diaduk dengan air, terbentuk suatu suspensi cair dan dapat
dimanipulasi
2.4.4.3 Larutan jenuh hemihidrat ini amat jenuh dengan dihidrat sehingga dihidrat
mengendap.
2.4.4.4 Begitu dihidrat mengendap, larutan tidak lagi jenuh dengan hemihidrat, jadi
pengendapan dihidrat terjadi baik dalam bentuk kristal baru atau pertumbuhan
lebih lanjut pada keadaan yang sudah ada. Reaksi terus berlanjut sampai tidak
Banyaknya air dan hemihidrat harus diukur secara akurat dari beratnya. Rasio
air terhadap bubuk hemihidrat biasanya tercermin dalam rasio W:P; atau hasil bagi
yang diperoleh bila berat (volume) dari air dibagi dengan berat bubuk. Perbandingan
atau rasio biasanya disingkat sebagai W:P. Misalnya, perbandingan W:P adalah 0,28
bila 100 g stone gigi dicampur dengan 28 ml air. Perbandingan W:P adalah faktor
penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari produk gipsum akhir. Misalnya,
semakin tinggi perbandingan W:P, semakin lama waktu pengerasan dan semakin
lemah produk gipsum. Meskipun perbandingan W:P bervariasi untuk merek plaster
atau stone tertentu, berikut ini adalah beberapa kisaran umum yang dianjurkan:
23
Plaster tipe II 0,45-0,50; stone tipe III 0,28-0,30; dan stone tipe IV 0,22-0,24 (Anusavice
JK, 2014)
.
24
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
Bahan Cetak
Reversible Irreversible
Alginat
Desinfeksi cetakan
Sifat Umum Gelasi Komposisi
Bahan Teknik
Desinfeksi: Desinfeksi
Kekuatan Kompabilitas Viskositas Akurasi Stabilitas Lidah Buaya
dengan gipsum Dimensi (Aloe vera)
Perendaman
Penyemprotan
Perubahan stabilitas
dimensi
Keterangan:
25
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Variabel Kontrol
Adanya pengaruh penyemprotan larutan perasan Aloe vera 25% dan 50%
Tidak ada pengaruh penyemprotan larutan perasan Aloe vera 25% dan 50%
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
Kedokteran Gigi UMI. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November tahun 2017.
27
4.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Larutan perasan Aloe vera 25% dan 50% adalah hasil perahan dari Aloe vera yang
telah dicuci bersih terlebih dahulu dengan aquades steril, kemudian dikupas dan
dipotong hingga menjadi beberapa bagian. Lalu blender dan kemudian diperas.
Kriteria objektif :
Aloe vera murni yang dilakukan pengenceran dengan aquades steril menggunakan
rumus pengenceran yaitu : VI.NI = V2.N2. Dimana V1 adalah banyaknya larutan murni
yang kita ambil, N1 adalah konsentrasi larutan yang akan kita encerkan, V2 adalah
banyaknya larutan yang akan kita buat dengan pengenceran, dan N2 adalah konsentrasi
memiliki ukuran yang konsisten baik sebelum dan sesudah pencetakan. Perubahan
Dental Association (ANSI/ ADA) spesifikasi no. 18 bahan cetak tidak boleh
menunjukkan perubahan lebih dari 0,5% dari model master yang diukur
28
Kriteria objektif :
perubahan lebih dari 0,5% antara yang kontrol dengan yang diberi perlakuan.
Rasio w/p alginat adalah rasio pencampuran air dan bubuk alginat untuk membuat
Kriteria objektif :
Perbandingan antara air dan bubuk alginat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu 46
ml air dengan 20 g (2 sendok takar) bubuk alginat untuk mendapatkan ukuran cetakan
yang sedang.
Kriteria objektif :
Suhu ruangan yang dikontrol oleh peneliti yaitu pada suhu temperatur ruangan
(23°C).
29
Kriteria objektif :
Kriteria objektif :
yang telah dipompa sebanyak 30 kali dan jarak sprayer ke cetakan alginat ± 10 cm
Sampel penelitian ini adalah cetakan alginat yang terdiri dari 27 sampel yang
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu satu kelompok kontrol tanpa dilakukan
penyemprotan larutan perasan Aloe vera, satu kelompok yang dilakukan penyemprotan
larutan perasan Aloe vera dengan konsentrasi 25%, dan satu kelompok yang dilakukan
Penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasikan berdasarkan rumus Frederer sebagai
berikut :
(t – 1 ) (n – 1 ) ≥ 15
n = jumlah ulangan
30
Dalam rumus ini akan digunakan t = 2 karena menggunakan 2 kelompok
perlakuan, maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai berikut:
( t – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15
(3-1) ( n – 1 ) ≥ 15
2 ( n – 1 ) ≥ 15
2 (7,5) ≥ 15
2 (8,5 – 1 ) ≥ 15
n ≥ 8,5 ~ 9
31
4.7 Alat dan Bahan
4.7.1 Alat
2. Rubber bowl
3. Spatula
4. Sendok takar
32
5. Stopwatch
6. Gelas ukur
7. Saringan
8. Model studi RA
33
9. Sprayer
11. Blender
34
4.7.2 Bahan
3. Air
35
5. Aquades steril
5. Hasil dari Aloe vera yang telah diblender kemudian disaring dengan
6. Cairan tersebut merupakan perasan Aloe vera murni dengan konsentrasi 100%
7. Sisihkan perasaan Aloe vera murni dengan konsentrasi 100% sebanyak 2025 ml.
larutan Aloe vera 25% dan 50%. Untuk pengenceran Aloe vera 25% dengan
membuat larutan sebanyak 2700 ml dengan melarutkan 675 ml Aloe vera murni
100% dengan akuades steril sebanyak 2025 ml. Dan untuk pengenceran Aloe
vera 50% dengan membuat larutan sebanyak 2700 ml dengan melarutkan 1350
ml Aloe vera murni 100% dengan akuades steril sebanyak 1350 ml. Pembuatan
36
pengenceran Aloe vera murni 100% dengan menggunakan rumus pengenceran
1. Menakar air dan bubuk alginat dengan gelas ukur serta sendok takar yang telah
disediakan dengan perbandingan air dan bubuk alginat sesuai dengan petunjuk
5. Selanjutnya cetak model studi yang telah disediakan ke dalam campuran alginat
gipsum pada hasil cetakan alginat. Setelah setting, hasil cor dikeluarkan dari
alginat, dan langsung diukur panjang diameter hasil cor pada kelompok kontrol
37
4.8.3 Prosedur Teknik Desinfeksi
Teknik desinfeksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik desinfeksi
perasan Aloe vera 25% dan 50%. Teknik penyemprotan yang dilakukan pada hasil
cetakan alginat dengan cara menyemprot cetakan alginat dalam posisi vertikal lalu
permukaan alginat terkena larutan perasan Aloe vera. Penyemprotan dilakukan selama 1
Pengisian hasil cetakan menggunakan gipsum tipe III dengan ratio perbandingan
powder dengan air 2:1 atau setara dengan 100 gram powder : 50 ml air. Cara membuat
bahan pengisian dilakukan dengan memasukkan air ke dalam powder pada rubber bowl
dan diaduk selama 60 detik, kemudian dilakukan pengisian ke dalam bahan cetak
alginat, setelah itu dilakukan vibrasi agar seluruh bagian cetakan alginat rata tercetak
dengan gipsum. Tunggu selama 10 menit hingga gipsum mengalami final setting.
Pengukuran dilakukan setelah gipsum mengalami setting time menjadi padat dan
hasil cetakan berupa gipum padat diukur menggunakan jangka sorong digital dengan
ketelitian 0,5 mm. Pengukuran dilakukan pada titik-titik yang telah tercetak. Untuk
mengukur AB atau jarak vertikal diukur dari anterior yaitu dari mesial gigi incisivus
satu kiri ke cusp mesiobukal gigi molar satu kiri dan untuk mengukur BC atau jarak
38
horizontal diukur dari posterior yaitu dari cusp mesiobukal gigi molar satu kanan ke
ADA) spesifikasi no. 18 bahan cetak tidak boleh menunjukkan perubahan lebih dari
0,5% dari model study hasil cetakan yang diukur menggunakan jangka sorong digital.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data
yang diperoleh langsung oleh peneliti dari hasil penelitian, sedangkan data sekunder
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan SPSS versi 24.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji One way anova Apabila
distribusi data normal. Jika distribusi data tidak normal, uji yang digunakkan adalah uji
Kruskal Wallis. Untuk mengetahui distribusi data menggunakan uji Saphiro wilk karena
besar sampel < 50. Uji statistik yang digunakkan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Hipotesis alternatif diterima apabila nilai p < 0,05 dan hipotesis alternatif ditolak apabila
nilai p ≥ 0,05.
39
4.9.4 Penyajian data
40
4.10 Alur Penelitian
Pengadukan Alginat
Penyemprotan
Penyimpanan selama 10 menit
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
41
BAB V
HASIL PENELITIAN
vera 25% dan 50% terhadap stabilitas dimensi cetakan alginat di laboratorium dental
material FKG UMI pada bulan November Tahun 2017. Penelitian ini merupakan jenis
Sampel merupakan cetakan alginat sesuai dengan kriteria seleksi sampel yang telah
ditentukan sebelumnya dan penentuan jumlah sampel didasarkan dengan rumus Federer,
seimbang, yaitu kelompok larutan perasan Aloe vera konsentrasi 25%, larutan perasan
Aloe vera konsentrasi 50%, dan kelompok kontrol. Seluruh hasil penelitian selanjutnya
dikumpulkan dan dicatat, serta pengolahan dan analisis data dengan mengunakan
program SPSS versi 24. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi data sebagai
berikut.
43
Tabel 5.1. Data stabilitas dimensi cetakan alginat dengan penyempotan larutan perasan Aloe vera
konsentrasi 25%
penyemprotan larutan perasan Aloe vera konsentrasi 25%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jarak AB cetakan alginat setelah disemprot Aloe vera 25% mencapai 18,46 mm.
Dan untuk jarak BC cetakan alginat setelah disemprot Aloe vera 25% mencapai 24,48
mm.
Adapun jarak AB+BC kelompok yang disemprot Aloe vera 25% mencapai 42,94
mm.
Tabel 5.2. Data stabilitas dimensi cetakan alginat dengan penyemprotan larutan perasan Aloe vera
konsentrasi 50%
44
Tabel 5.2 menunjukkan data stabilitas dimensi cetakan alginat dengan
penyemprotan larutan perasan Aloe vera konsentrasi 50%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jarak AB pada cetakan alginat setelah disemprot Aloe vera 50% mencapai 18,44
mm. Dan untuk jarak BC cetakan alginat setelah disemprot Aloe vera 50% mencapai
24,07 mm.
Adapun jarak AB+BC kelompok yang disemprot Aloe vera 25% mencapai 42,51
mm.
Tabel 5.3. Uji beda lanjut nilai rerata (LSD test) pengukuran dimensi vertikal (AB) dan dimensi
horizontal (BC) antara kelompok kontrol dengan kelompok penyemprotan Aloe vera 25%,
dan kelompok kontrol dengan kelompok penyemprotan Aloe vera 50%
Tabel 5.3 menunjukkan uji beda lanjut nilai rerata pengukuran jarak AB, jarak BC,
dan jarak AB+BC antara kelompok Aloe vera 25%, kelompok Aloe vera 50%, dan
kelompok kontrol. Uji beda lanjut (LSD test) digunakan untuk membandingkan satu per
satu antara kelompok. Terlihat pada tabel bila kelompok aloe vera 25% dibandingkan
dengan kelompok kontrol, terdapat selisih jarak AB sebesar 0,135 mm, jarak BC sebesar
0,596 mm, dan jarak AB+BC sebesar 0,732 mm. Hasil penelitian juga memperlihatkan
bila kelompok Aloe vera 50% dibandingkan dengan kelompok kontrol, terdapat selisih
jarak AB sebesar 0,157 mm, jarak BC sebesar 0,997 mm, dan jarak AB+BC sebesar
1,155 mm.
Melalui hasil uji beda lanjut (LSD test), ditemukan rerata pada jarak AB, jarak BC,
dan jarak AB+BC nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang
45
bermakna pada kelompok cetakan alginat setelah disemprot larutan perasan Aloe vera
5.2 Pembahasan
Bahan cetak alginat adalah bahan cetak hidrokoloid yang pengerasannya terjadi
secara kimia. Bahan dasarnya adalah asam alginat yang diperoleh dari ganggang laut.
Asam alginat tidak larut dalam air tetapi beberapa garamnya larut dan asam alginat ini
mudah membentuk garam karena adanya gugus karboksil yang bebas. Bahan cetak
alginat mengandung garam laut dalam air yaitu sodium alginate, potassium alginate dan
triethano-lamine alginate. Asam alginat adalah polimer linier dari garam sodium dari
cetakan dapat dikatakan baik apabila keakuratannya terjamin dan tidak mengalami
perubahan dimensi. Perubahan dimensi dari alginat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor penyebab yaitu tekanan yang diterima oleh gel pada sendok cetak saat proses
gelasi, proses imbibisi dan sineresis. Bahan cetak alginat mengandung banyak cairan,
hal ini sangat mempengaruhi sifat sineresis dan imbibisi bahan. Apabila hasil cetakan
direndam dalam air, akan terjadi penyerapan air dan cetakan jadi mengembang,
peristiwa ini disebut dengan imbibisi. Sebaliknya bila hasil cetakan dibiarkan di udara
terbuka, maka cairan dalam alginat akan menguap sehingga hasil cetakan mengerut yang
disebut sebagai peristiwa sineresis. Imbery dkk (2010) mengatakan bahwa sineresis
adalah hasil dari penyusunan kembali rantai silang polimer alginat untuk konfigurasi
(Valdina dkk 2014, Sari FD dkk, 2013, Anusavice JK,
yang lebih stabil, sehingga terjadi pengeluaran air
2014, Imbery dkk, 2010)
.
46
Bahan cetak alginat mengandung natrium atau kalium alginat. Pada natrium atau
kalium alginat, kation terikat pada kelompok karboksil untuk membentuk garam. Bila
garam tidak larut dibentuk melalui reaksi natrium alginat dalam larutan dengan garam
kalsium, ion kalsium akan meng-gantikan ion natrium dalam 2 molekul berdekatan
untuk membentuk ikatan silang antara 2 molekul. Dengan berkembangnya reaksi, ikatan
silang kompleks molekuler atau network polimer akan terbentuk (Anusavice JK, 2014).
Alginat adalah salah satu kelompok polisakarida yang terbentuk dalam dinding sel
algae coklat, dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering dan memegang
peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alginat. Salah satu zat yang
terkandung dalam gel Aloe vera adalah zat polisakarida yang kegunaannya sebagai
bahan laktasatif. Menurut Craig‟s (2012), perubahan dimensi bahan cetak alginat
berhubungan dengan kontraksi yang terjadi selama proses pengerasan atau setting time
dari bahan cetak alginat, ini berhubungan dengan cross-lingking yang terjadi didalam
rantai polimer atau diantara rantai polimer alginat, selain kontraksi, hal lain yang dapat
mempengaruhi perubahan dimensi atau stabilitas dimensi adalah proses pengerutan atau
shrinkage yang dapat menyebabkan hilangnya komponen air. Selain itu, adanya eksudat
atau benda-benda asing pada permukaan gel juga akan mempengaruhi sebelum proses
sineresis atau setelah proses sineresis. Bila proses sineresis terjadi, maka mengakibatkan
(Rasyid A 2003, Arifin J 2015, Craig‟s 2012,
perubahan stabilitas dimensi dari bahan cetak alginat
Anusavice JK, 2014)
.
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa penggunaan bahan larutan perasan Aloe
vera 25% dan 50% terdapat perbedaan nilai rerata pada dimensi vertikal (AB) yang
signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok Aloe vera 25%, dan kelompok
47
kontrol dengan kelompok Aloe vera 50% karena ditemukan nilai p kurang dari 0,05.
Dan terdapat perbedaan nilai rerata pada dimensi horizontal (BC) yang signifikan antara
kelompok kontrol dengan kelompok Aloe vera 25%, dan kelompok kontrol dengan
kelompok Aloe vera 50% karena ditemukan nilai p<0,05 . Hal ini sejalan dengan
Aloe vera memiliki pengaruh terhadap perubahan dimensi cetakan alginat. Namun
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hasanah YN dkk (2014) yang
48
BAB VI
AKHIR
6.1 Kesimpulan
1. Penggunaan larutan perasan Aloe vera 25% dan 50% sebagai bahan desinfektan
2. Penggunaan larutan perasan Aloe vera 50% menyebabkan perubahan dimensi lebih
besar daripada larutan perasan Aloe vera 25% terhadap cetakan alginat.
3. Berdasarkan hasil uji One Way Anova, ditemukan nilai p<0,05 pada rerata
perbandingan kelompok. Terdapat perbedaan nilai rerata pengukuran jarak AB, BC,
dan AB+BC antara cetakan alginat setelah disemprot larutan perasan Aloe vera 25%
dengan kelompok kontrol, dan antara cetakan alginat setelah disemprot larutan
6.2 Saran
sebagai berikut :
cetak alginat setelah dilakukan desinfeksi dengan larutan perasan Aloe vera 25%
49
3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
50
DAFTAR PUSTAKA
Agarry OO., et all. 2005. Comparative Antimicrobial Activities of Aloe Vera Gel and Leaf.
African Journal of Biotechnology Vol. A No.12
Anusavice JK., 2014. PHILIPS Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi ed. 10. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. P.103-114; 157-159
Arifin J. 2015. Intensif Budi Daya Lidah Buaya. Penerbit PT Agro media Pustaka. Jakarta. P. 10
Arinawati YD., dkk. 2012. Uji Temperatur Air PencampurTerhadap Setting Time Bahan Cetak
KulitBuah Manggis (Garcinia Mangastana). IDJ, Vol. 1 No.1
Arivia S., dkk. 2013. Efek Larvasida Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe Vera) terhadap Larva
AedesAegypti Instar III. Medical Journal of Lampung University
Ariyanti KN., dkk. 2012. Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe Barnadensis
Miller) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aures ATCC 25923 dan
Escherichia Coli ATCC 25922. Jurnal Biologi Vol XVI No. 1
Bajwa R., et all. 2007. Appraisal of Antifungal Activity of Aloe Vera. Mycopath vol 5 no 1.
Biworo A., dkk. 2013. Potensi ADP dan Katalase dalam Ekstrak Air Lidah Buaya (Aloe Vera)
Sebagai Anti inflamasi pada Model Tikus Luka Terkontaminasi. Mutiara Medika Vol.
13 No. 1
1
Cangara JC.,2015.Pengaruh Teknik Desinfeksi Cetakan Alginat dengan Perasan Bawang Putih
(Alium Sativum L) tehadap Stabilitas Dimensi Model Gips. Skripsi. FKG UNHAS
Craig‟s. 2012. Restorative Dental Materials. Thirteenth ed. Elsevier : Philadelphia. P. 230 ; 284
– 285
Febriani M. 2001.Pengaruh Penambahan Pati Ubi Kayu pada Bahan Cetak Alginat terhadap
Stabilitas Dimensi. Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas
Prof. Dr. Moestopo (P)
Hasanah YN.,dkk. 2014. Efek Penyemprotan Desinfektan Larutan Daun Sirih 80% Terhadap
Stabilitas Dimensi Cetakan Alginat. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi Vol. 11 No. 1
Imbery., et all. 2010. Accuracy and Dimensional Stability of Extended-pour and Conventional
Alginate Impression Materials. Journal of virginia dentistry commonwealth.
Jatnika A., dkk. 2009. Meraup Laba dari Lidah Buaya. Penerbit PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
P. 21-24
Maharani AM.,dkk. 2008. Pembuatan Alginat dari Rumput Laut untuk Menghasilkan Produk
dengan Rendemen dan Viskositas Tinggi. Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro
Mailoa E., dkk. 2012. Pengaruh Teknik Pencampuran Bahan Cetak Alginat Terhadap Stabilitas
Dimensi Linier Model Stone dari Hasil Cetakan. Bagian Prosthodonsia Bagian Ilmu
Teknologi Material FKG UNHAS
2
Maryam I. 2013. Efektivitas Ekstrak Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
Sanguis. Skripsi. FKG UNHAS.
McCabe FJ.,dkk. 2015. Bahan Kedokteran Gigi Ed. 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
P. 46-48; 224
Muqsith A, 2017. Uji Daya Analgetik Jus Daun Lidah Buaya (Aloe Vera Folium) pada Mencit
(MusMusculus) Betina.Jurnal Aceh Medika Vol. 1 No. 1
Mutia T., dkk. 2011. Membran Alginat Sebagai Pembalut Luka Primer dan Media Penyampaian
Obat Topikal untuk Luka yang Terinfeksi. Jurnal Riset Industri Vol. V No. 2
Natsir AN. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe Vera) Sebagai Penghambat
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus.Prosiding FMIPA Universitas Pattimura
Pang KS., et all. 2006. Cross Infection Control of Impressions : A Questionnaire Survey of
Practice Aming Private Dentists in Hongkong. Hongkong Dental Journal Vol. 3 No. 2
Pratiwi R. 2005. Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus Mutans dari Beberapa
Pasta Gigi yang Mengandung Herbal. Maj. Ked. Gigi (Dent. J.) Vol. 38 No. 2
Rahayu DI.,dkk. 2006. Aloe Vera Barbadensis Miller dan Chinensis Baker Sebagai Antibiotik
dalam Pengobatan Etno veteriner Unggas Secara Invitro. Jurnal Protein Vol. 13 No. 1
Ramachandra CT., et all. 2008. Processing of Aloe Vera Leaf Gel : A Review. American Journal
of Agricultural and Biological Sciences Vol. 3 No. 2
3
Rasyid A., 2003. Algae Coklat (Phaeophyta) Sebagai Sumber Alginat. Jurnal Oseana Vol
XXVIII No.1
RieuwPassa EI.,dkk. 2011. Daya Hambat Ekstrak Daun Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus Aureus (Study In Vitro). Dentofasial Vol. 10 No. 2
Saleh NN. 2015. Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat dalam Larutan Desinfektan Sodium
Hipoklorit dan Perasan Aloe Vera terhadap Stabilisasi Dimensional. Skripsi. FKG
UNHAS
Saniour., et all. 2011. Effect of composition of alginate impression material on “recovery from
deformation. Journal of American Science Vol. 7 No.9
Sari FD.,dkk. 2013. Pengaruh Teknik Desinfeksi dengan Berbagai Macam Larutan Desinfektan
pada Hasil Cetakan Alginat terhadap Stabilitas Dimensional. Jurnal Pustaka Kesehatan
Vol. 1 No. 1
Susana I., dkk. 2004. Profil Kandungan Total Fenol dan Emodin Gel Lidah Buaya yang
Diawetkan. JITV Vol. 9 No. 4
Valdina., dkk. 2014. Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Dilakukan Penyemprotan
Infusa daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) 50% Sebagai Desinfektan. Jurnal
Dentino Kedokteran Gigi Vol II. No.1.
Vidya BS., et all. 2007. Infection Control in the Prosthodontic Laboratory. The Journal of
Indian Prosthodontic Society Vol. 7 Issue 2
4
Widyastari T., dkk. 2015. Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya Sebagai Desinfektan Alami
Terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di Ruang Penampung
Susu. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Bandung
Winursito I. 2013. Biodegradabilitas Polikarboksilat dari Asam Alginat dan Tapioka. Jurnal
Litbang Industri Vol. 3 No. 1
5
LAMPIRAN
6
7
LEMBAR SURAT IZIN PENELITIAN DI LABORATORIUM DENTAL
MATERIAL FKG UMI
8
LEMBAR REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK
9
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
10
Gambar 7 : Saringan Gambar 8 : Model studi RA
11
Gambar 13 : Bahan cetak alginat Gambar 14 : Dental stone tipe 3
12
Gambar 18 : Proses pembuatan larutan perasan aloe vera 100%
13
Gambar 20 : Proses pengenceran aloe vera 50%
14
Gambar 22 : Prosedur teknik desinfeksi
15
LEMBAR HASIL UJI STATISTIK DENGAN PROPGRAM SPSS 24
Normality Tests
Tests of Normality
a
Kode Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perulangan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
AB Tanpa Semprot .167 9 .200 .882 9 .166
*
Semprot 25% .220 9 .200 .908 9 .305
Semprot 50% .262 9 .075 .834 9 .049
*
BC Tanpa Semprot .222 9 .200 .884 9 .172
*
Semprot 25% .188 9 .200 .947 9 .660
*
Semprot 50% .159 9 .200 .938 9 .564
*
AB+BC Tanpa Semprot .210 9 .200 .948 9 .667
*
Semprot 25% .170 9 .200 .967 9 .867
Semprot 50% .262 9 .074 .906 9 .288
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
16
Homogeneity Tests
17
One Way Anova Test
ANOVA
Total .266 26
Total 4.717 26
Total 6.473 26
18
LSD Test
Multiple Comparisons
95% Confidence
Interval
Mean
Dependent (I) (J) Difference Std. Lower Upper
Variable KodePerulangan KodePerulangan (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
AB LSD TanpaSemprot Semprot 25% .13556 .03529 .001 .0627 .2084
*
Semprot 50% .15778 .03529 .000 .0849 .2306
*
Semprot 25% TanpaSemprot -.13556 .03529 .001 -.2084 -.0627
*
Semprot 50% TanpaSemprot -.15778 .03529 .000 -.2306 -.0849
*
BC LSD TanpaSemprot Semprot 25% .59667 .04081 .000 .5124 .6809
*
Semprot 50% .99778 .04081 .000 .9135 1.0820
*
Semprot 25% TanpaSemprot -.59667 .04081 .000 -.6809 -.5124
*
Semprot 50% .40111 .04081 .000 .3169 .4853
*
Semprot 50% TanpaSemprot -.99778 .04081 .000 -1.0820 -.9135
*
Semprot 25% -.40111 .04081 .000 -.4853 -.3169
*
AB+BC LSD TanpaSemprot Semprot 25% .73222 .05454 .000 .6197 .8448
*
Semprot 50% 1.15556 .05454 .000 1.0430 1.2681
*
Semprot 25% TanpaSemprot -.73222 .05454 .000 -.8448 -.6197
*
Semprot 50% .42333 .05454 .000 .3108 .5359
*
Semprot 50% TanpaSemprot -1.15556 .05454 .000 -1.2681 -1.0430
*
Semprot 25% -.42333 .05454 .000 -.5359 -.3108
19
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Duncan Test
AB
KodePerulangan N 1 2
a
Duncan Semprot 50% 9 18.4467
TanpaSemprot 9 18.6044
BC
KodePerulangan N 1 2 3
a
Duncan Semprot 50% 9 24.0789
TanpaSemprot 9 25.0767
20
AB+BC
KodePerulangan N 1 2 3
a
Duncan Semprot 50% 9 42.5256
TanpaSemprot 9 43.6811
21